Oleh:
dr.Tommyeko H D
Pembimbing :
dr. Endang Sri Lestari PhD
dr. Helmia Farida, M.Kes, SpA, Ph.D
dr. MMDEAH Hapsari SpA(K)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
rumah sakit yang lama, dan meningkatnya biaya yang dikeluarkan berhubungan
dengan multidrug-resistant gram-negative bacilli (MDR-GNBs), termasuk wabah
Klebsiella pneumoniae ESBL di NICU dan munculnya resistensi cephalosporin
generasi ketiga pada Enterobacter spp pada pasien pasien dewasa di rumah sakit.
Pengendalian MDRO ini sangat penting karena MDRO ini resisten terhadap
terapi antimikroba yang biasanya digunakan, peningkatan morbiditas dan martalitas
pasien, penambahan biaya perawatan, dan memiliki potensi penularan dan bertindak
sebagai reservoir dari gen resisten untuk penularan ke organisme lainnya.
3
BAB II
MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS
2.1 Definisi
Organisme yang resisten terhadap lini pertama antibiotik juga umumnya termasuk
kedalam definisi MDROs. Termasuk juga organisme-organisme yang memiliki
resisten intrinsik dan siap mendapatkan tambahan mekanisme resistensi dan menjadi
multi-drug resistant seperti carbapenem-resistant Acinetobacter.
MDRO secara umum terjadi di fasilitas kesehatan. Prevalensi MDRO pada fasilitas
kesehatanpun bervariasi secara temporal geografis dan tipe fasilitas kesehatannya.
Sebagai contohnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa Intensive Care Unit
(ICU) memiliki prevalensi yang lebih tinggi infeksi MDRO dibandingkan non ICU,
selain itu peran fasilitas rawat inap penting untuk epidemiologi MDRO karena pasien
dapat berfungsi sebagai reservoar dan alat transmisi awal MDRO di fasilitas kesehatan.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa lebih dari 20% pasien rawat inap bisa
terjadi kolonisasi dengan MRSA dan lebih dari 10% kolonisasi dengn VRE.
Beberapa faktor resiko yang terjadinya kolonisasi dan infeksi pada perawatan
kesehatan dan community associated MDRO (CA-MDRO) adalah :
5
6
Methicillin-Resistant Staphylococci
7
Populasi MRSA sering sekali memiliki resisten yang heterogen, yang artinya
satu subpopulasi sensitif, dimana yang lainnya resisten terhadap methicillin. Meskipun
hampir semua sel memiliki informasi genetik yang menjadi resisten, hanya sedikit
bagian (1 pada 108 sampai 104 sel) yang menunjukkan resisten secara fenotip.
Pertumbuhan subpopulasi yang resisten meningkat pada pH netral, konsetrasi NaCl
dari 2%-4%, temperatur inkubasi yang dingin (30°C-32°C), dan inkubasi yang lama
(sampai 48 jam).
Media yang mengandung oxacillin, atau yang lebih baik cefoxitin, dapat
digunakan untuk skring MRSA pada sampel klinis, seperti dari spesimen hidung.
Media ini juga bisa membedakan isolat MRSA dari isolat yang memproduksi
berlebihan β-lactamase, atau strain borderline oxacillin-resistant Staphylococcus
aureus (BORSA), yang mana tidak akan tumbuh pada cawan ini. Chromogenic
selektive differential media, seperti MRSA Select (Bio-Rad Laboratories), Spectra
MRSA (Remel), dan CHROMagar MRSA (BD-BL), memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi MRSA secara langsung dari sampel klinis. Konsentrasi Sodium
Chlorida yang tinggi dan senyawa antimikroba seperti cefoxitin akan tergabung di
media dan menghambat yang bukan staphylococcus dan isolat yang bukan MRSA.
Setelah 24 atau 48 jam diinkubasi, isolat MRSA akan membentuk koloni berwarna
merah, dimana MSSA dan organisme lainnya dihambat atau menghasilkan koloni yang
tidak berwarna. Sistem kepekaan antimikroba otomatis juga menggunakan cefoxitin
untuk mengidentifikasi MRSA.
8
untuk tes dan konfirmasi dari resisten oxacillin. Tes ini bisa digunakan pada CoNS dan
S.aureus.
Gold standart untuk deteksi MRSA adalah deteksi dari gen mecA dengan
menggunakan molekuler prob asam nukleat atau amplifikasi PCR. Banyak sistem yang
bisa digunakan untuk deteksi langsung dari swab hidung anterior, seperti BD
GeneOhm MRSA assay dan the Xpert MRSA assay yang menggunakan sistem
GeneXpert, dimana keduanya menggunakan PCR real-time dan memberi hasil dalam
beberapa jam. Banyak sistem molekuler yang bisa mengidentifikasi MRSA dan MSSA
secara bersamaan.
Sepsis bakteri adalah penyebab tersering dari kematian pasien di rumah sakit,
Coagualse-Negative staphylococci (CoNS) adalah penyebab utama sepsis nosokomial,
terutama pada neonatus, sepsis CoNS ini lebih sering berasal dari alat yang terpasang
pada tubuh dan terinfeksi seperti pemakaian kateter yang berkaitan dengan infeksi
aliran darah atau pemasangan infus yang berhubungan dengan infeksi aliran darah.
Paling menonjol diantara infeksi CoNS adalah disebabkan komensal Staphylococcus
epidermidis pada kulit. Mengingat bahwa toxin dianggap tidak ada secara luas pada
CoNS, sepsis yang disebabkan oleh S.epidermidis dan CoNS lainnya, mirip dengan
bakteri gram positif lainnya, sejauh ini diyakini disebabkan terutama oleh reaksi imun
terhadap permukaan sel pro-inflamasi yang tidak berubah, seperti asam teikoat dan
lipopeptida. Baru-baru ini, pendapat bahwa CoNS tidak menghasilkan racun, harus
direvisi dengan adanya penemuan toxin staphylococcal yang pro-inflamasi dan
cytolytic phenol-soluble modulin (PSM). Namun karena kesulitan yang terkait dengan
manipulasi genetik S,epidermidis dan CoNS lainnya, peran PSM dalam infeksi CoNS,
termasuk sepsis, sampai sekarang masih belum diselidiki.(journals plos)
9
methicillin yang ditemukan pada S.aureus. Methicillin resistensi dikodekan dengan apa
yang disebut staphylococcal chromosome cassette (SCC) mec elemen genetik yang
bergerak, yang diyakini berasal dari CoNS.(Journals.plos)
11
Karakteristik MDRO di Unit Neonatus Resiko Tinggi RSUP dr.Kariadi
Tabel 1. Sampel dengan hasil MDRO di NRT periode Januari – Desember 2019
Dari Tabel diatas didapatkan jumlah MDRO terbanyak yang masuk ke laboratorium
mikrobiologi berasal dari sampel darah (n = 48) kemudian sampel sputum sebanyak 5,
urine dan swab dasar luka sebanyak 3, dan sampel dari jaringan sebanyak 1 sampel.
12
Tabel 2. Jenis Kasus MDRO di Ruangan NRT Januari – Desember 2019
20
15
10
0
ESBL MRCoNS MRSE MDRGNB CRAB
Dari tabel diatas tampak selama Januari – Desember 2019 angka kejadian MDRO
terbanyak muncul adalah ESBL (n=23) kemudian Methicillin-resistant Coagulase
Negative Staphylococci (MRCoNS) sebanyak 19 sampel dan Methicillin-resistant
Staphylococcus epidermidis (MRSE) sebanyak 9 sampel. Kejadian Multi-drug
Resistant Gram Negative Bacilli (MDRGNB) terjadi sebanyak 5 sampel dan
Carbapenem-resistant Acinetobacter baumannii (CRAb) sebanyak 4 sampel.
13
Tabel 3. Janis Kuman – kuman penghasil MDRO di ruangan NRT
Series 1
14
Daftar Pustaka
1. Chambers HF, Eliopoulos GM, Gilbert DN, Pavia A, Saag MS, editors. The
Sanford Guide to Antimicrobial Therapy 2018. Antimicrobial Therapy,
Incorporated; 2018.
2. Centres for Disease Control and Prevention (US). Antibiotic resistance threats in
the United States, 2013. Centres for Disease Control and Prevention, US
Department of Health and Human Services; 2013.
3. Boswihi SS, Udo EE. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus: An update on
the epidemiology, treatment options and infection control. Current Medicine
Research and Practice. 2018 Jan 1;8(1):18-24
4. Holubar M, Meng L, Deresinski S. Bacteremia due to methicillin-resistant
Staphylococcus aureus: new therapeutic approaches. Infectious Disease Clinics.
2016 Jun 1;30(2):491-507.
5. Kullar R, Sakoulas G, Deresinski S, van Hal SJ. 2016. When sepsis persists: a
review of MRSA bacteraemia salvage therapy. J Antimicrob Chemother 71:576-
586.
6. Dryden MS. Linezolid pharmacokinetics and pharmacodynamics in clinical
treatment. Journal of antimicrobial chemotherapy. 2011 May 1;66(suppl_4):iv7-15
7. Zahedi Bialvaei A, Rahbar M, Yousefi M, Asgharzadeh M, Samadi Kafil H.
Linezolid: a promising option in the treatment of Gram-positives. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy. 2016 Dec 5;72(2):354-64
8. Anggraini D, Sholihin UH, Savira M, Djojosugito FA, Irawan D, Rustam RP.
Prevalensi dan Pola Sensitivitas Enterobacteriaceae Penghasil ESBL di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2018 Feb 28;30(1):47-
52.
15
9. Pajariu, A., 2010. INFEKSI OLEH BAKTERI PENGHASIL EXTENDED-
SPECTRUM BETA-LACTAMASE (ESBL) DI RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG: FAKTOR RISIKO TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
(Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
10. Kuntaman K, Santoso S, Wahjono H, Mertaniasih NM, Lestari ES, Farida H,
Hapsari R, Firmanti SC, AS N, Santosaningsih D, Purwono PB. The sensitivity
pattern of extended spectrum beta lactamase-producing bacteria against six
antibiotics that routinely used in clinical setting. Journal of the Indonesian Medical
Association. 2012 May 16;61(12)
11. Amelia A, Nugroho A, Harijanto PN. Diagnosis and Management of Infections
Caused by Enterobacteriaceae Producing Extended-Spectrum β-Lactamase.
hospital. 2016 Apr;2:3.
12. Muhajir A, Purwono PB, Handayani S. Gambaran Terapi dan Luaran Infeksi
Saluran Kemih oleh Bakteri Penghasil Extended Spectrum Beta Lactamase pada
Anak di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sari Pediatri. 2016 Nov 21;18(2):111-6
13. Xiao T, Wu Z, Shi Q, Zhang X, Zhou Y, Yu X, Xiao Y. A retrospective analysis of
risk factors and outcomes in patients with extended-spectrum beta-lactamase
ESBL-producing Escherichia coli bloodstream infections. Journal of global
antimicrobial resistance. 2019 Jan 8.
16