Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOSISTEMATIK
“NEMATODA”

OLEH :

MUHAMMAD YUSHAN
SUKMAWATI

INGGIT WINARSI ODE

NITA NURHIDAYAH TAHIR

NURKHALIFAH FEBRIANTY SYAH

PENDIDIKAN IPA REGULER 2017


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Filum Nematoda.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima
kasih.

Makassar, 26 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………...

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….......

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang. ....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................

1.3 Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………......................

A. Deakripsi Nematoda
B. Morfologi Nematoda
C. Fisiologi Nematoda
D. Klasifikasi Filum Nematoda
E. Contoh-contoh Filum Nematoda
F. Peranan Nematoda
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………..........
B. SARAN .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............……………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sering melihat apa yang namanya hewan. Hewan merupakan
sekelompok organisme yang digolongkan dalam Kingdom Animalia yang
merupakan mahluk hidup di bumi ini. Hewan diklasifikasikan menjadi vertebrata
dan avertebrata. Vertebrata merupakan jenis hewan yang bertulang belakang
seperti ikan, burung, katak, buaya, lumba – lumba, dan lain sebagainya.
Sedangkan avertebrata adalah kebalikan dari vertebrata, yaitu hewan yang tidak
bertulang belakang seperti cacing, teripang, ubur – ubur, serangga, dan lain
sebagainya.
Selain itu, hewan – hewan yang tak bertulang belakang atau hewan
avertebrata digolongkan dalam beberapa filum. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini saya akan menyusun sebuah makalah tentang filum Nematoda yang
merupakan salah satu filum avertebrata.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengenal filum Nematoda.
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi filum Nematoda.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi filum Nematoda.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi filum Nematoda.
5. Mahasiswa dapat mengetahui peranan filum Nematoda.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui dan
mengenal filum Nematoda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Nematoda
Filum Nematoda dahulu dikenal dengan nama Aeschelminthes atau
Nemathelminthes, akan tetapi filum tersebut sudah usang dan sekarang
menggunakan istilah resmi Nematoda. Dalam Bahasa Indonesia, Nematoda
dikenal dengan sebutan cacing gilik, yang berarti kecil dan bulat panjang. Filum
ini sangat beraneka ragam dengan habitat yang beragam pula.

Saat ini sebanyak 25.000 spesies cacing gilik telah dikenali, dan
diperkirakan jumlah spesiesnya (termasuk yang belum dikenali) dapat mencapai
1.000.000 spesies. Filum ini beranggotakan banyak spesies cacing yang hidup
sebagai parasit pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Bahkan, manusia
merupakan inang dari sedikitnya 50 spesies cacing ini.

B. Morfologi Nematoda
Ciri-ciri utama Nematoda adalah bentuk tubuhnya yang gilik (bulat
memanjang) dan tidak bersegmen. Anggota filum Nematoda merupakan hewan
yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik), namun belum memiliki
selom sejati. Selom pada cacing ini merupakan selom semu atau pseudoselom
sehingga Cacing gilik adalah hewan triploblastik pseudoselomata. Tubuhnya
berbentuk simetris bilateral, sehingga merupakan kelompok Bilateria.

Pada perkembangan embrionya, mulut pada embrio cacing gilik terbentuk


terlebih dahulu daripada anus, sehingga hewan ini termasuk dalam kelompok
Protostomia. Nematoda juga merupakan kelompok hewan yang melepaskan
lapisan kulit eksternal keras seiring dengan pertumbuhan mereka, lapisan ini
disebut kutikula. Kelompok yang menggugurkan kutikula ini disebut dengan
Ecdysozoa.

Cacing gilik termasuk ke dalam kelompok Ecdysozoa. Nama ini berasal


dari kata ecdysis yang berarti molting atau yang biasa kita kenal dengan berganti
kulit. Tubuh Nematoda terbungkus dengan lapisan kutikula tebal yang fleksibel;
lapisan ini akan “rontok” dan berganti dengan lapisan baru secara periodik.
Nematoda parasit setidaknya berganti kulit empat kali selama hidupnya.
C. Fisiologi Nematoda
1. Sistem Saraf
Saraf Nematoda berada di sepanjang tubuhnya pada permukaan dorsal,
ventral, dan lateral. Tali saraf ini berada di bawah kutikula dan di antara sel-sel
otot. Saraf dorsal bertanggung jawab mengatur motorik, saraf lateral mengatur
sensorik, kemudian saraf ventral yang memiliki ukuran paling besar
mengkombinasikan kedua fungsi tersebut. Sistem saraf adalah tempat satu-
satunya pada tubuh Cacing gilik yang memiliki silia. Silia-silia tersebut semuanya
non-motil dan memiliki fungsi sensorik. Pada ujung anterior, saraf-saraf tersebut
bercabang-cabang dan membentuk saraf padat berbentuk cincin yang mengelilingi
faring. Cincin saraf inilah yang memiliki fungsi sebagai otak.

2. Sistem Respirasi dan Ekskresi


Cacing gilik tidak memiliki organ respirasi khusus, pertukaran oksigen dan
karbondioksida pada hewan ini terjadi melalui kutikula. Sisa nitrogen juga
diekskresikan dalam bentuk amonia melalui dinding tubuhnya tanpa
menggunakan organ yang spesifik. Namun, struktur yang mengekskresikan garam
dan menjaga regulasi osmosis biasanya lebih kompleks. Dalam hal ini (pada
kebanyakan anggota filum Nematoda), terdapat saluran ekskresi yang terhubung
pada pori-pori.

3. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan Nematoda sudah berkembang dengan baik dan mereka
memiliki sumber makanan yang berbeda-beda. Pada spesies karnivora, cacing ini
dapat memiliki alat pencabik yang bernama stylet. Stylet ini digunakan untuk
menusuk mangsanya. Pada spesies yang lain, stylet dapat berongga dan digunakan
untuk menghisap cairan dari tanaman dan hewan. Makanan kemudian masuk ke
dalam mulut akibat daya hisap yang dihasilkan oleh kontraksi otot faring, lalu
masuk menuju usus. Hewan ini tidak memiliki lambung, sehingga makanan
langsung menuju usus untuk dihancurkan dan diserap nutrisinya. Sisa pencernaan
kemudian dibuang melalui anus.

4. Sistem Transportasi
Pada Cacing gilik, organ-organ internal (termasuk organ reproduksi),
berada dalam pseudoselom. Nutrisi diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan
dalam pseudoselom. Dengan kata lain, cacing gilik tidak memiliki sistem
transportasi (atau sirkulasi).

5. Sistem Reproduksi
Sebagian besar spesies pada filum Nematoda memiliki kelamin terpisah
sehingga dapat dibedakan antara individu jantan dan individu betina (disebut
gonokoris). Individu jantan dan betina memiliki bentuk yang berbeda, biasanya
cacing gilik jantan berukuran lebih kecil dari yang betina. Kemudian ekor dari
individu jantan berbentuk seperti kait, sedangkan yang betina lurus.

Reproduksi biasanya terjadi secara seksual, namun ada juga spesies


hermaprodit yang membuahi sendiri. Pada cacing gilik yang hidup bebas, telur
menetas menjadi larva yang memiliki penampakan yang sama dengan individu
dewasa. Tapi pada cacing gilik parasit, siklus hidupnya biasanya jauh lebih rumit
(melibatkan pertukaran inang satu dengan yang lain).

Individu dewasa pada beberapa spesies terdiri dari sel-sel yang jumlahnya
tetap. Jumlah sel ini sama antara satu individu dengan individu lain pada spesies
yang sama. Fenomena ini disebut dengan eutely. Oleh karena itu, Nematoda
merupakan subjek penelitian yang penting bagi studi genetik.

D. Klasifikasi Filum Nematoda


Klasifikasi filum Nematoda masih mengalami perdebatan dan masih terus
diteliti. Perdebatan hubungan filogenetik dan sistematik dari filum ini terjadi
karena pengetahuan yang minim dari banyak jenis anggota filum Nematoda.
Secara tradisional (1998) Nematoda terbagi menjadi dua kelas:

 Kelas Adenophorea
 Kelas Secernentea

Akan tetapi penelitian tahun 2002, menyatakan setidaknya ada empat kelas, yaitu:

 Kelas Chromadorea
 Kelas Enoplea
 Kelas Secernentea
 Kelas Dorylaimea

Secernentea adalah kelas utama dari Nematoda.


E. Contoh-Contoh Nematoda
Berikut ini adalah anggota filum Nematoda yang dapat menginfeksi manusia:

Ascaris lumbricoides

Necator Americanus

Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
F. Peranan Nematoda
Berdasarkan temuan para ahli anggota filum nematoda sebagian besar
merugikan manusia karena bersifat parasit, baik di dalam tubuh manusia maupun
mahkluk hidup lainnya (tumbuhan). Beberapa Contoh anggota nematoda yang
parasit pada manusia :
o Ascaris lumbricoides/ cacing perut
o Ancylostoma duodenale ( cacing tambang di Asia/Afrika )
o Necator americanus ( cacing tambang Amerika )
o Oxyuris vermicularis ( cacing kremi )
o Filaria branchofti ( cacing filarial ), penyebab kaki gajah / elephantiasis
o Trichinella spiralis ( cacing otot )
Contoh anggota yang parasit pada tanaman :
o Heterodera radicicola
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penyusunan makalah ini dapat ditarik kesimpulan

1. Filum Nematoda dahulu dikenal dengan nama Aeschelminthes atau


Nemathelminthes, akan tetapi filum tersebut sudah usang dan sekarang
menggunakan istilah resmi Nematoda.
2. Ciri-ciri utama Nematoda adalah bentuk tubuhnya yang gilik (bulat
memanjang) dan tidak bersegmen. Anggota filum Nematoda merupakan
hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik). Tubuhnya
berbentuk simetris bilateral, sehingga merupakan kelompok Bilateria.
3. Saraf Nematoda berada di sepanjang tubuhnya pada permukaan dorsal,
ventral, dan lateral. Cacing gilik tidak memiliki organ respirasi khusus,
pertukaran oksigen dan karbondioksida pada hewan ini terjadi melalui
kutikula. Sistem pencernaan Nematoda sudah berkembang dengan baik
dan mereka memiliki sumber makanan yang berbeda-beda. Pada Cacing
gilik, organ-organ internal (termasuk organ reproduksi), berada dalam
pseudoselom. Nutrisi diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan dalam
pseudoselom. Sebagian besar spesies pada filum Nematoda memiliki
kelamin terpisah sehingga dapat dibedakan antara individu jantan dan
individu betina (disebut gonokoris). Reproduksi biasanya terjadi secara
seksual, namun ada juga spesies hermaprodit yang membuahi sendiri.
4. Nematoda terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas adenophorea dan kelas
secernentea. Akan tetapi penelitian tahun 2002, menyatakan setidaknya
ada empat kelas, yaitu kelas Chromadorea, kelas Enoplea, kelas
Secernentea, dan kelas Dorylaimea.
B. Saran
Bagi pembaca, terutama mahasiswa diharapkan dapat menggunakan makalah
ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada
manusia dan agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
sehingga penulis dapat memahami kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Nematoda

http://www.artikelsiana.com/2015/07/nematoda-pengertian-ciri-ciri-klasifikasi-
reproduksi-peranan.html

https://www.scribd.com/doc/131584696/Filum-Nematoda-Atau-Nemathelminthes

Anda mungkin juga menyukai