Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HIDROGEOLOGI
SIKLUS HIDROLOGI

DISUSUN OLEH:
DEWI SURYANI
NIM.18137009

DOSEN PENGAMPU:
JUKEPSA ANDAS, S.Si., M.T.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran
dan agihanya, sifat sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkunganya,
termasuk hubunganya dengan mahluk hiduo. (International Glossary of Hidrologi
1974), Karena perkembanganya yang begitu cepat, hidrologi menjadi ilmu dasar
dari penggolongan sumber daya air yang merupakan pengembanga agihan dan
banyak penggunaan air secara terencana. Banyak proyek di dunia (Rekayasa air ,
Irigasi, Pengendalian Banjir, Drainase, Tenaga Air dan lain lain.) Dilakukan
dengan terlebih dahulu melksanakan survei kondisi kondisi hidrologi yang cukup.
Survei Survei tersebut meliputi prosedur prosedur pengumpulan data lapangan,
pemrosesan data dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang
telah di rencanakan.
Kita sebagai mahasiswa geografi harus paham betul mengenai apa itu
hidrologi dan siklus hidrologi karena sebagai standar kompetensi kita sebagai
mahasiswa yang di proyeksikan menjadi tenaga surveyor pemetaan, yang tentu
harus paham mengenai kondisi hidrologi.
Bumi Salah satu planet dalam tata surya yang mempunyai kandungan air
yang cukup banyak . Lapisan air yang menyelimuti bumi disebut hidrosfer.
Hidrosfer merupkan lapisan yang terdapat dibagian luar bumi terdiri ata air laut,
sungai, danau, air dalam tanah, dan resapan-respan. Presentase air paling banyak
terdapat dilautan, yakni sekitar 97,5%, dalam bentuk es 75%, dan dalam bentuk
uap di udara sekitar 0,001%.
Air merupakan salah satu unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat
ditemukan disemua tempat dipermukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya
abiotik yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Hampir semua kegiatan hidup manusia bersinggungan langsung dengan air.
Misalnya, air digunakan untuk keperluan minum, memasak, mencuci, dan lain-
lain. Dari contoh-contoh itu bisa kita jadikan titik tolak untuk menyimpulkan
seberapa penting peran air bagi kehidupan yang ada dibumi.
Namun pada kenyataannya, dewasa ini penggunaan air terus meningkat.
Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat menyebabkan penggunaan air juga
turut meningkat. Akibatnya, kelangkaan air bersih pun terjadi. Apalagi disaat
musim kemarau seperti sekarang ini, banyak sekali deretan orang yang mengantre
untuk mendapatkan air bersih. Kelangkaan air bersih ini merupakan salah satu
masalah yang harus segera ditanggulangi.
Fenomena tersebut mendorong kami untuk menyusun makalah ini. Dengan
harapan para pembaca nantinya dapat mengerti bagaimana peran penting air bagi
kehidupan yang selanjutnya dapat menumbuhkan kesadaran untuk menjaga
ketersediaan air bersih bagi generasi mendatang.

B. Rumusan Masalah
Sebelum mengikuti lanjutan mata kuliah hidrologi kita harus mengetahui
berbagai hal mengenai hidrologi
1. Apa pengertian Hidrologi ?
2. Komponen apa saja yang ada di dalam siklus hidrologi ?
3. Bagaimana cara menghitung siklus Hidrologi ?
4. Dimana posisi air tanah di dalam siklus Hidrologi ?

C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengikuti kuliah selanjutnya dengan lebih baik dengan
mengetahui dasar dasar ilmu hidrologi dan permesalahan dasar mengenai
hidrologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siklus Hidrologi
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es
dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah.
Jumlah keseluruhan air di bumi ini relative tetap dari masa ke masa, karena
mengalami suatu siklus atau serangkaian peristiwa yang berlangsung terus
menerus, dimana kita tidak tau kapan dan dimana berawalnya dan berakhirnya
sehingga terjadilah siklus hidrologi (Hidrology cycle).
Matahari berfungsi sebagai motor pemanas, air yang ada di permukaan bumi
mengalami penguapan, kemudian uap air naik ke udara (atmosfer).
Semakin ke atas suhu udara semakin turun (dingin). Sehingga uap air akan
mengalami pengembunan (kondensasi) dan menempel pada inti kondensasi
(debu), Kristal-kristal garam, asam-asam belerang, abu, amoniak, sulfide dan ion,
maka terbentuklah awan.
Apabila awan yang terbentuk tersebut semakin jenuh dengan uap air maka
terjadilah hujan (Presipitasi).
Air hujan yang akan jatuh ke bumi akan mengalir dipermukaan tanah (Run
off), meresap ke dalam tanah (Infiltrasi), dan sebagian lagi akan menguap
(Evaporasi).
Air hujan yang mengalami infiltrasi akan meresap terus menuju ke lapisan
yang jenuh dengan air adalam tanah (air tanah). Air dalam tanah tidak diam
melainkan bergerak (baseflow). Pada bagian tertentu keluar sebagian sebagian
mata air (Spring water) atau dalam bentuk air arthesis, lalu menuju ke sungai,
danau, dan rawa-rawa. Akhirnya aliran air tersebut akan sampai ke laut atau
samudera. Akibat pemanasan matahari, air laut kan kembali mengalami
penguapan. Terjadilah siklus air yang selalu berulang seperti itu.

B. Cara Pergerakan Air


Ada beberapa Cara Pergerakan Air, yaitu sebagai berikut :
 Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,
dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-
bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,
salju, es.
 Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
 Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
C. Komponen dalam siklus hidrologi
 Evaporasi: Penguapan dari benda mati( laut, danau, sungai dan kumpulan air
lainya.)
 Transpirasi: Pnguapan dari organism (tumbuh-tumbuhan)
 Virga: Penguapan pada air di atmosfer (air hujan yang belum sampai ke tanah,
mendung, dll)
 Presipitasi : Hujan dapat berupa air ataupun salju.
 Intersepse : Air hujan yang jatuh pada dedaunan pohon.
 Stamp Flow : Air yang mengalir pada batang, ranting pohon.
 Through Flow : Air yang langsung jatuh ke tanah tanpa mengenai anggota
tubuh pohon.
 Ground Water : Air yang menggena pada permukaan tanah.
 Infiltrasi : Peresapan air kedalam tanah.
 Perkolasi : Infiltrasi yang masuk kedalam lapisan kedap air (impermeable).
 Sub Surface flow : Infiltrasi yang tidak masuk lapisan impermeable (biasanya
diserap akar).
 Ground water flow : Aliran air tanah.

D. Perhtungan dalam siklus hidrologi


Hujan (Presipitasi) adalah faktor utama yang mengendalikan
berlansgsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah DAS. Terjadinya hujan
karena adanya perpindahan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sebagai
respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya.
Di tempat tersebut, karena akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka
terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa uap air tersebut jatuh
sebagai air hujan. Namun demikian, mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan
tiga faktor utama. Dengan kata lain, akan terjadi hujan apabila berlangsung tiga
kejadian (C. Asdak, 2002) sebagai berikut:
 Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer
menjadi jenuh.
 Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
 Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut ( sebagai hujan ) karena
grafitasi.
Hujan sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan topografi daerah.,
sehingga keadaanya sangat berbeda untuk masing-masing daerah. Menurut Sri
Harto (1985),Linsley, dkk (1986), tipe hujan sering dibedakan menurut faktor
penyebab terangkatnya udara yang mengakibatkan hujan adalah sebagai berikut:
 Hujan Konvektif (convective), bila terjadi ketidak seimbangan udara karena
panas setempat, dan udara bergerak keatas dan berlaku proses adiabatik.
Biasanya merupakan hujan dengan intensitas tinggi, dan terjadi dalam waktu
yang relatif singkat, didaerah yang relatif sempit.
 Hujan Siklon (cyclonic), bila gerakan udara ke atas terjadi akibat adanya udara
panas yang bergerak diatas lapisan udara yang lebih padat dan lebih dingin.
Hujan jenis ini biasanya terjadi dengan intensitas sedang, mencakup daerah
yang luas dan berlangsung lama.
 Hujan Orografik (orographic rainfall), terjadi karena udara bergerak ke atas
akibat adanya pegunungan. Akibatnya , terjadi dua daerah yang disebut
daerah hujan dan daerah bayangan hujan. Sifat hujan ini dipengaruhi oleh sifat
dan ukuran pegunungan.
Menurut Sri Harto (1985),Linsley, dkk (1986), data hujan yang diperlukan
dalam analisa hidrologi ada 5 unsur yang harus ditinjau, yaitu :
Intensitas I, adalah laju hujan = tinggi hujan persatuan waktu, misalnya :
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
 Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit
atau jam.
 Tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
 Frekwensi, adalah frekwensi kejadian, dinyatakan dengan waktu ulang (return
period ) T, misalnya sekali dalam T tahun.
 Luas, adalah luas geografis curah hujan.
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan
menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran
antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air
tanah (groundwater) Sri Harto (1985),Linsley, dkk (1986).
Menurut Sri Harto (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
presipitasi diantara lain berupa :
 Adanya uap air di atmosphere
 Faktor-faktor meteorologis
 Lokasi daerah
 Adanya rintangan misal adanya gunung.
Instrumen pengukur hujan (raingauge) menurut Sri Harto (1981) ada dua
jenis yaitu penakar hujan biasa (manual raingauge), dan penakar hujan
otomatik (automatic raingauge). Alat-alat tersebut harus dipasang sesuai dengan
aturan yang ditetapkan oleh WMO (World Meteorological Organization) atau
aturan yang disepakati secara nasional di suatu Negara.
Dalam perhitungan siklus hidrologi terbagi menjadi 2 metode, yaitu metode
Aritmatik dan metode Thiessen Poligon
a. Metode Aritmatik
Metode ini menggunakan perhitungan curah hujan wilayah dengan
merata-ratakan semua jumlah curah hujan yang ada pada wilayah
tersebut. Metode rata-rata aritamatik ini adalah cara yang paling mudah
diantara cara lainnya (poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah
seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur
serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan
seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar
hujan maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Menurut
Sosrodarsono (2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :
R 1+ R 2+ R 3+...+ Rn
Rave=
n

Di mana :
Rave = curah hujan rata-rata (mm)
n = jumlah stasiun pengukuran hujan
R1….Rn = besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)
b. Metode Thiessen Poligon
Rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan
ditentukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
(menggambarkan garis-garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua
stasion hujan yang berdekatan). Cara ini diperoleh dengan membuat poligon
yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun
hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu
poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap
stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan
atau jumlah Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH
besar Sosrodarsono (2003). Menurut Shaw (1985)dalam Mahbub, (2002) cara
ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai). Menurut
Sosrodarsono (2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a
b. Metode Thiessen Poligon
Rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan
ditentukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
(menggambarkan garis-garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua
stasion hujan yang berdekatan). Cara ini diperoleh dengan membuat poligon
yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun
hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu
poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap
stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan
atau jumlah Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH
besar Sosrodarsono (2003). Menurut Shaw (1985)dalam Mahbub, (2002) cara
ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai). Menurut
Sosrodarsono (2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a

E. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga
mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik)
maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan
air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Boonstra dan Ridder (1981) ; Zeffitni, (2010) menjelaskan bahwa pada suatu
cekungan airtanah mengalami proses hidrologi yang berlangsung secara terus
menerus. Proses pertambahan volume airtanah dalam cekungan melalui proses
perkolasi dari air permukaan, sebaliknya volumenya akan berkurang akibat proses
evapotranspirasi, pemunculan sebagai mataair, serta adanya aliran menuju sungai.
Faktor litologi sangat menentukan terhadap kecepatan proses perkolasi air
permukaan. Keterdapatan endapan alluvial merupakan ciri utama litologi suatu
cekungan airtanah. Todd (1980); Zeffitni, (2010) berpendapat bahwa cekungan air
tanah merupakan suatu satuan hidrogeologi yang terdiri dari satu atau beberapa
bagian akuifer yang saling berhubungan membentuk suatu sistem dan dapat
berubah akibat perubahan lingkungan. Hadian dkk., (2006) menambahkan bahwa
airtanah merupakan air inter koneksi secara terbuka pada batuan saturasi di bawah
permukaan tanah, baik pada zona jenuh maupun tidak jenuh. Pada zona jenuh,
terdapat sistem air jenuh berupa air bawah tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh
kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik yang membentuk cekungan
airtanah. Pada pendapat lain Gregory dan Walling (1973); Zeffitni (2010),
menjelaskan bahwa cekungan airtanah merupakan suatu area dengan air yang
berasal dari aliran permukaan. Cekungan airtanah merupakan salah satu contoh
dari sistem geomorfologi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa Cara Pergerakan Air, yaitu
Evaporasi/transpirasi, Infiltrasi/Perkolasi, dan Air Permukaan. Unsur-unsur dalam
siklus hidrologi, yaitu
Evaporasi, Transpirasi, Virga, Presipitasi, Intersepse, Stamp Flow, Through
Flow, Ground Water, Infiltrasi, Perkolasi, Sub Surface flow, dan Ground water
flow. Dan adapun macam-macam dari siklus hidrologi yaitu siklus pendek, siklus
sedang dan siklus panjang.

B. Saran
Adapun Saran yang penulis sampaikan dalam makalah Siklus Hidrologi ini
yaitu agar kita dapat mengetahui bagaimana siklus hidrologi yang terjadi dan
macam-macam dari siklus hidrologi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai