Anda di halaman 1dari 3

F

Treasury Policy Brief


Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Edisi Nomor 20, April 2019

Digitalisasi Pengelolaan Keuangan Publik


Windraty A. Siallagan*)

Digitalisasi keuangan dan layanan publik telah menjamur di seluruh dunia; hal ini memicu perubahan
eksponensial bagi pemerintah dalam mengelola dompet publik. Demikian pula di Indonesia, digitalisasi
keuangan negara sesungguhnya sudah mulai dilakukan, bahkan saat ini pemerintah sedang mewacanakan
berbagai inisiasi dan inovasi digital dalam rangka merespon era tantangan di industri 4.0. Tulisan ini
membahas mengenai apa saja yang telah terjadi dalam digitalisasi keuangan negara di Indonesia, termasuk
bagaimana pemerintah dapat beradaptasi dengan dinamika digitalisasi pada era revolusi digital.

Jejak Digitalisasi Keuangan Negara Dalam manajemen penerimaan, sistem penerimaan


Gupta dkk (2018) melaporkan beberapa jejak negara telah berevolusi dalam beberapa dekade
digitalisasi keuangan negara di berbagai negara, belakangan ini, mulai dari manual, semi otomasi, dan
antara lain: pembayar pajak di Kenya dapat sistem otomasi penuh. Modul Penerimaan Negara
melakukan kewajibannya melalui mobile phones; di (MPN)―sebagai instrumen otomasi keuangan negara
Australia dan Inggris, otoritas dapat mengetahui data merupakan komponen lain dari IFMIS―mulai
real time atas upah yang dibayar oleh pemberi kerja; dikembangkan sejak tahun 2007. Selanjutnya, MPN
dan di Estonia salah satu negara terdigitalisasi di Generasi-2 (MPN G2) memungkinkan wajib pajak dan
dunia X-Road sebagai platform yang menghubungkan satuan kerja untuk menyetor atau membayar
sektor publik dan perusahaan pada sektor privat kewajibannya secara online selama 24 jam sehari dan
tanpa biaya. Bagaimana dengan Indonesia, sejauh 7 hari dalam seminggu (24/7). MPN G2 adalah sistem
mana pemerintah telah melakukan digitalisasi penerimaan negara, dimana penerimaan negara
keuangan negara? seperti penerimaan pajak, penerimaan negara bukan
pajak dan bea cukai dapat disetorkan ke kas negara
Sistem Informasi Keuangan Negara yang Terintegrasi dengan menggunakan kanal elektronik seperti teller
atau Integrated Financial Management Information bank, ATM, internet banking, mobile banking dan
System/IFMIS yang merupakan cikal bakal digitalisasi mesin Electronic Data Capture (EDC). Selain
keuangan negara diluncurkan pertama kali di melakukan integrasi sistem-sistem penerimaan
Indonesia pada tahun 2011. IFMIS merupakan negara yang terpisah, MPN G2 juga menyediakan
serangkaian solusi otomasi yang memungkinkan informasi penerimaan negara secara real time.
pemerintah untuk merencanakan, melaksanakan, dan
memonitor anggarannya. IFMIS yang diterapkan Terlepas dari fungsinya untuk melakukan otomasi
dalam manajemen anggaran dan perbendaharaan pengelolaan keuangan negara, IFMIS menyediakan
dikenal dengan nama SPAN (Sistem Perbendaharaan data fiskal terkait agregat penerimaan, agregat
dan Anggaran Negara). Sejak awal dibangun sampai pengeluaran negara, serta pembiayaan. Dengan IFMIS,
dengan saat ini, SPAN telah menjadi platform utama sangatlah mudah untuk menyediakan data secara real
dalam pengelolaan belanja negara di Indonesia. time yang secara signifikan dapat mengurangi waktu
dalam pemrosesan pelaporan data fiskal. Dengan
Seiring berjalannya waktu, pengembangan IFMIS di demikian, IFMIS telah memberikan manfaat bagi
Indonesia menghasilkan beberapa komponen aplikasi pengelolaan keuangan negara dengan beberapa cara,
lainnya, antara lain SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan seperti meningkatkan mekanisme alokasi sumber
Tingkat Instansi)―sebuah aplikasi yang dijalankan daya, meningkatkan kecepatan pembuatan keputusan
oleh kementerian/lembaga. Saat ini, SAKTI masih dengan penyediaan data keuangan secara cepat dan
dalam tahap pengembangan dan rencana akurat, serta meningkatkan pengawasan dan
implementasi penuh (full implementation) masih akuntabilitas sumber daya publik.
berlangsung. SPAN dan SAKTI berfungsi sebagai dua
sistem interface yang digunakan untuk melakukan Saat ini, pemerintah juga membuat beberapa platform
proses pembayaran anggaran negara di Indonesia. berbasis web termasuk aplikasi mobile. Platform ini
menyediakan kemudahan dalam mengakses informasi
keuangan publik dan regulasi mengenai anggaran
Treasury Policy Brief April 2019

pemerintah. Sebagai contoh, dalam pembiayaan Daftar progres digitalisasi keuangan di Indonesia
mikro, pemerintah menjalankan Sistem Informasi masih ada dan tentunya akan terus bertambah.
Kredit Program (SIKP) untuk melakukan verifikasi Tantangan bagi pengelolaan keuangan negara di
data debitur dan monitoring penyaluran kredit Indonesia adalah bagaimana mengejar ketertinggalan
kepada masyarakat miskin. dengan cepat untuk beradaptasi pada teknologi yang
terbaru (cutting-adge technology).
Progres Digitalisasi Keuangan Negara
Disamping capaian digitalisasi yang ada, progres yang Wacana Digitalisasi: Blockchain, Peer to Peer
tengah dilakukan pemerintah saat ini terkait Economy, dan Government Platform
digitalisasi antara lain penerapan beberapa metode Berdasarkan perspektif pengelolaan belanja,
pembayaran digital (digital payment). Secara umum, digitalisasi meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembayaran belanja negara dilaksanakan dari program pemerintah. Permasalahan utama dalam
rekening kas negara kepada rekening penerima pengelolaan anggaran adalah lemahnya penganggaran
(pembayaran langsung). Pembayaran tunai di dan proses pelaksanaan, dimana sebagian besar
Indonesia masih dimungkinkan melalui bendahara pengeluaran pemerintah tidak dilaksanakan
yang mengelola uang persediaan (UP). sebagaimana mestinya dan kebocoran anggaran
masih sering terjadi. Melalui digitalisasi, pemerintah
Sejak dimulainya tahun anggaran 2018, pemerintah memiliki kesempatan untuk melakukan identifikasi
mendorong satuan kerja untuk menggunakan metode dan verifikasi data penerima manfaat terutama dalam
nontunai dalam pelaksanaan anggaran melalui implementasi belanja bantuan sosial, dan mencegah
internet banking dan kartu debit. Dalam waktu yang pembayaran ganda (double payment), keterlambatan
bersamaan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor pembayaran dalam jenis belanja lain, serta
196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran meminimalkan kebocoran. Teknologi juga
dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah yang akan meningkatkan akuntabilitas belanja negara melalui
mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2019, mengatur penyediaan informasi dan pelaksanaan analisis ‘big
mengenai tata cara pembayaran dan penggunaan data’.
kartu kredit pemerintah dalam penyelesaian tagihan
kepada negara. Berdasarkan sudut pandang pengelolaan pendapatan,
digitalisasi meningkatkan kapasitas penegakan pajak
Sejalan dengan hal tersebut dan dalam rangka pemerintah. Teknologi mempermudah
modernisasi pelaksanaan anggaran, piloting pengadministrasian penerimaan pajak dan
penggunaan kartu kredit telah dilaksanakan pada penerimaan negara bukan pajak. Sebagai tambahan,
tahun 2017. Mekanisme uang persediaan yang dengan menyediakan informasi yang lebih baik,
digunakan hanya untuk pembayaran tunai saja, teknologi menambah kepatuhan wajib pajak (tax
sekarang dimungkinkan untuk dilakukan melalui payers’ compliance) dan memberikan disinsentif bagi
fasilitas kartu kredit, walaupun masih terbatas untuk penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan
belanja barang dan belanja modal sampai dengan pajak (tax evasion). Sebagai buah dari pemberlakuan
Rp50 juta. pajak (tax enforcement), pemerintah dapat lebih
mampu mengatur dan mengelola pasar termasuk
Penggunaan kartu kredit memungkinkan perbankan pasar digital yang semakin banyak berkembang;
melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum sementara itu, dalam waktu yang sama pemerintah
satuan kerja membayar kewajiban sepenuhnya atau dapat meningkatkan penerimaan pajak dan
berdasarkan tanggal jatuh tempo dengan memperbesar ruang fiskal. Yang lebih penting lagi
menggunakan alokasi anggaran pemerintah. Hal yang adalah pemanfaatan ‘big data’. Pemerintah
penting perlu dicatat adalah bahwa penggunaan kartu mempunyai kesempatan untuk melakukan verifikasi
kredit bukan berarti pemerintah menggunakan utang karakteristik para wajib pajak dan perilaku ekonomi
untuk membayar kewajibannya. Namun, perluasan secara individu. Dengan melakukan itu, pemerintah
pembayaran nontunai dengan kartu kredit bertujuan memperoleh dukungan dalam mendesain kebijakan
untuk mengurangi kas yang idle dan cost of fund, dan manajemen penerimaan negara yang efektif.
memfasilitasi pembayaran melalui mesin EDC
maupun transaksi secara online. Meskipun terdapat kemajuan dalam digitalisasi
keuangan, pemerintah mungkin mencari
Secara ringkas, pembayaran secara nontunai kemungkinan penggunaan blockchain dan melakukan
membantu pemerintah untuk melakukan penelusuran perpindahan transaksi melalui digital marketplaces.
belanja, meningkatkan kecepatan dan keakurasian Blockchain adalah buku besar yang terdistribusi yang
pembayaran, serta secara signifikan mengurangi transaksinya tercatat secara permanen dan tidak
fraud dan meningkatkan akuntabilitas. dapat diubah. Ketika sudah didistribusikan, sangatlah
tidak mungkin untuk melakukan perubahan tanpa
diketahui oleh siapapun. Blockchain menawarkan

Halaman 2
Treasury Policy Brief Maret 2019

manfaat yang menjanjikan berupa pengurangan biaya negara. Karakteristik khusus dimaksud pada akhirnya
verifikasi transaksi dan menghapus kebocoran dalam berimplikasi pada kebutuhan akan proses dan durasi
pembayaran dimana uang sering tidak mencapai yang lebih lama bagi pemerintah untuk menerapkan
penerima manfaat yang tepat. Faktanya, blockchain digitalisasi keuangan negara. Kejelasan strategi dan
menawarkan manfaat tidak sekedar untuk milestones yang selaras antara kementerian/lembaga
pembayaran; dengan logika yang sama atau buku sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
besar yang didistribusikan, blockchain juga ini. Yang terpenting lagi, pemerintah perlu secara
menawarkan manfaat yang menjanjikan dalam tegas memilih pendekatan bertahap (gradual) dalam
pengelolaan pendapatan. rangka mengakomodasi kebutuhan kontekstual dan
memitigasi risiko perubahan dan bukan melakukan
Bersama dengan teknologi blockchain, pertumbuhan pendekatan masif atau big bang approach.
e-commerce atau peer to peer economy harus
dipertimbangkan dalam pengelolaan keuangan Tantangan lain adalah mengenai permasalahan
negara. Dalam ekonomi peer to peer, platform digital keamanan Teknologi Informasi/TI (IT security) karena
berfungsi sebagai enabler untuk melakukan transaksi digitalisasi bermakna bahwa risiko akan serangan
pada pasar virtual yang menghubungkan pembeli dan cyber semakin terbuka lebar. Peningkatan
penjual barang dan jasa untuk bertransaksi satu sama kepercayaan dalam sistem transaksi yang dijanjikan
lain. Pemerintah mungkin perlu menjajaki oleh teknologi blockchain mungkin menjadi solusi
kemungkinan membangun sendiri platform-nya yang bagus. Pemerintah juga perlu mendorong
(goverment platform) untuk transaksi virtual dan seluruh satuan kerja agar menggunakan tanda tangan
melakukan migrasi dari sistem pembayaran digital terenskripsi (encrypted digital signature) dalam
tradisional ke sistem pembayaran digital. Penggunaan pengelolaan keuangan—sesuatu yang masih langka di
marketplaces dalam pembayaran anggaran negara Indonesia. Sejalan dengan inovasi dalam teknologi,
memberikan fasilitas kepada satuan kerja dalam upaya berkelanjutan dalam meningkatkan keamanan
pelaksanaan anggaran demikian juga bagi pemerintah TI menjadi suatu keharusan.
dapat menghasilkan efisiensi dalam pengeluaran serta
menjaga dan merancang evidence-based budget Yang paling penting adalah meningkatkan literasi
policies. digital pengelola keuangan pada satuan kerja
pemerintahan. Peningkatan kapasitas digital
Tantangan di Masa Depan dibutuhkan tidak hanya terkait literasi pengelola
Agar dapat memperoleh manfaat digital (digital keuangan, namun juga para pimpinan satuan kerja
dividend) Indonesia harus memperluas cakupan juga sangat penting (digital leaders). Konsekuensinya
digitalisasi keuangan publik yang ada sambil adalah pemerintah harus melakukan investasi untuk
memanfaatkan momentum kebangkitan kelas pelatihan digital bagi seluruh kementerian/lembaga.
menengah (middle class) dan demografis angkatan
muda. Referensi
Gupta, Sanjeev; Keen, Michael; Shah, Alpa; Vendier,
Tantangan utama digitalisasi keuangan publik adalah Genevieve. (2018). Public Finance Goes Digital.
penyesuaian payung hukum dan kerangka regulasi Finance & Development, Maret, hal 1-15.
yang harus diletakkan dalam konteks politik
administratif dan budaya Indonesia. Kekakuan *) Kepala Subdirektorat Penelitian dan
keuangan publik Indonesia yang saat ini dalam rangka Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan
memastikan akuntabilitas tidak boleh diabaikan pada Direktorat Sistem Perbendaharaan
saat mengadopsi teknologi baru dalam keuangan

TIM TREASURY POLICY BRIEF

Pengarah
Sudarso Direktur Sistem Perbendaharaan
Pemimpin Redaksi
Windraty Ariane Siallagan Kasubdit Penelitian dan Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan
Redaksi
Iwan Megawan Kasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Perbendaharaan I
Agung Hartoyo Kasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Perbendaharaan II
Hendi Kristiantoro Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Nurul Laili Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Sekretariat
Faruq Al Amin Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
DISCLAIMER/ LEGAL NOTICE
Treasury Policy Brief adalah rekomendasi kebijakan yang disusun oleh Subdit Penelitian dan Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan, Direktorat
Sistem Perbendaharaan berdasarkan hasil kajian/publikasi Litbang Perbendaharaan. Opini dan pendapat yang dimuat tidak merefleksikan pandangan
resmi instansi. Sekretariat: Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lt. 4 Jl. Budi Utomo No. 6, Jakarta Pusat (10710), email:tpb.litbangdsp@kemenkeu.go.id

Halaman 3

Anda mungkin juga menyukai