KTI
Oleh :
Veny Setiawati
NIM. P1337420517048
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan obesitas (De Oliveira,
Maia, Silva, Martins, & Claro, 2018). Diabetes Melitus (DM) Merupakan
Obesitas ( Brunetti, Chiefari, & Foti, 2014 ). Selain itu urbanisasi juga
mengkonsumsi makanan serba siap saji atau makanan instan yang banyak
kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun
Dokter pada Penduduk Umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi, Tahun 2013
dan 2018 telah mengalami peningkatan yang semula hanya 1,6 % ditahun
Litbangkes, 2018).
RSUD Tidar Kota Magelang pada tanggal 5 November dari data yang
ketidakpatuhan pasien dalam menjalani diit untuk pasien DM, gaya hidup
pasien yang kurang olah raga dan tidak jarang juga diakibatkan oleh
penderita Diabetes melitus tipe 2 ini pada tahun 2018 mencapai 1674
pasien dan pada tahun 2019 mengalami penurunan yaitu mencapai 1481
pasien hal ini dapat disebabkan karena sudah fahamnya masyarakat akan
pentingnya menjaga pola makan dan menjaga kondisi agar DM dapat tetap
seseorang yang obesitas berisiko 4,529 kali dari yang tidak obesitas
Hal ini terkait pada kondisi dimana ketika penderita makan dengan
makan sedikit dapat menurunkan kadar gula darah, akan tetapi dengan
luka (Ahmed, et al., 2018). Selain itu status gizi yang kurang juga dapat
kurang, penyakit infeksi dapat meluas dengan lebih cepat dari pada orang
daya tahan pada tubuh salah satunya paru-paru. Lebih lanjut, pasien DM
memiliki 2 hingga 3 kali risiko untuk menderita TB dibanding orang tanpa
2013).
Orang dengan gizi baik akan memiliki kekuatan otot yang lebih
terjadi di otot rangka yang dirangsang oleh insulin (Lai, Kummitha, &
tubuh (Kleinert, et al., 2018). Otot rangka memiliki peran penting dalam
metabolik tubuh (Kleinert, et al., 2018). Hilangnya massa tubuh akibat gizi
glukosa dan memperburuk resistensi insulin (Lee, Jung, Bang, Kim, H. S.,
terkait dengan adanya ulkus kaki diabetik yang sulit disembuhkan dan
malnutrisi atau status gizi kurang dapat mengalami kesulitan untuk pulih
dari luka (Lim, 2018). Hal ini dikarenakan nutrisi penting dalam perbaikan
cedera jaringan lunak dan penyembuhan luka. Nutrisi telah terbukti dapat
penyesuaian dosis diet dan insulin yang berkaitan dengan aktivitas fisik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
diabetes melitus.
kebutuhan tubuh.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat praktis
a. Institusi Pelayanan
kebutuhan tubuh.
b. Institusi Pendidikan
d. Perawat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak hal tersebut akibat
Damayati, 2016 ). Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah, Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak
adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari
keduanya, Diabetes Melitus dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial
ekonomi. Apabila dibiarkan tidak terkendali maka penyakit ini dapat menimbulkan
Terdapat dua tipe utama diabetes melitus menurut ( Bunner & suddarth,
2013 ) yaitu diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1Sekitar 5%
sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1, pada tipe ini ditandai dengan
destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor genetis, imunologis, dan mungkin juga
glukosa darah. Awitan diabetes dipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum
a. Diabetes tipe 2
Sekitar 90% sampai 95% pasien penyandang diabetes menderita
tipe 2 ini ditangani dengan diset dan olahraga, dan juga dengan
paling sering dialami oleh pasien pada usia diatas 30 tahun dan
).
1) Faktor genetik
2) Faktor-faktor imunologi
3) Faktor lingkungan
Faktor-faktor risiko :
1) Usia
Padila, 2012).
2) Obesitas
Fatimah, 2015 )
3) Riwayat keluarga
4) Dislipedimia
Fatimah, 2015 ).
3. Patofisiologi
4. Pathways
Apabila gula darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun kemudian hampir
selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes dapat dibagi menjadi
dalam dua kelompok besas yaitu komplilasi akut dan komplikasi kronis ( Hans
indra, 2018 ):
a. Komplikasi akut
50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
muncul adalah pasien mengeluh keringat dingin, gemetar, mata kabur, merasa
lemah, merasa lapar, pusing disekitar kepala, jantung berdebar dan mual ( Hans
indra, 2018 ).
- Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba > 600
mg/dl
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik : hal ini hal ini terjadi akibat sel otak
tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh
akan memecahkan emak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam
peredaran darah yang disebut keton KAD ini sering terjadi pada DM tipe1 namun
pada DM tipe 2 juga dapat timbul KAD dimana tubuh membentuk hormon
adrenalinuntuk mengatasi infeksi dan stres tetapi bisa berdampak negatif karena
gula darah meningkat, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK): hal ini terjadi
apabila gula darah semakin tinggi sehingga darah menjadi kental, dan kemolakto
asidosis
b. Komplikasi kronis
Rosyada, 2013 ) komplikasi ini dibagi menjadi dua antara lain Komplikasi
darah besar yang mempengaruhi sirkulasi koroner dan pembuluh darah otak
sumbatan pada sistem peredaran darah kecil ( Brunner & Suddarth, 2013).