Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES MILITUS DENGAN

FOKUS STUDI KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi syarat mata Kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh :

Veny Setiawati

NIM. P1337420517048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus (diabetes) adalah penyakit kronis yang sudah

umum di seluruh dunia. Prevalensi diabetes meningkat karena perubahan

gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan obesitas (De Oliveira,

Maia, Silva, Martins, & Claro, 2018). Diabetes Melitus (DM) Merupakan

sekelompok kelainan heterogen pada seseorang yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi yang diakibatkan

karena kekurangan insulin baik (Padila, 2012).

Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah

faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan yang berkaitan

dengan perubahan gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan

Obesitas ( Brunetti, Chiefari, & Foti, 2014 ). Selain itu urbanisasi juga

turut berpengaruh terhadap perubahan pola hidup masyarakat yang

dahulunya tradisional ke pola hidup modern seperti perubahan

mengkonsumsi makanan serba siap saji atau makanan instan yang banyak

mengandung kadar gula, kolesterol, zat pengawet, zat-zat campuran

lainnya serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang berasal dari alam,

sehingga mengakibatkan prevelensi meningkat dan dipengaruhi juga

karena aktifitas fisik yang kurang (Khasanah, 2014).


Prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter, dan

kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun

dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak

berjenis kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Dan untuk

Provinsi Jawa tengah Prevalensi Diabetes Melitus Berdasarkan Diagnosis

Dokter pada Penduduk Umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi, Tahun 2013

dan 2018 telah mengalami peningkatan yang semula hanya 1,6 % ditahun

2013 kini meningkat menjadi 2,1 % ditahun 2018 ( Riskesdas Badan

Litbangkes, 2018).

Berdasarkan Hasil Studi pendahuluan yang sudah dilakukan di

RSUD Tidar Kota Magelang pada tanggal 5 November dari data yang

diperoleh menunjukkan pada tahun 2018, 117 pasien meninggal karena

DM hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah

ketidakpatuhan pasien dalam menjalani diit untuk pasien DM, gaya hidup

pasien yang kurang olah raga dan tidak jarang juga diakibatkan oleh

beberapa komplikasi akibat dari DM tersebut. Banyaknya jumlah

penderita Diabetes melitus tipe 2 ini pada tahun 2018 mencapai 1674

pasien dan pada tahun 2019 mengalami penurunan yaitu mencapai 1481

pasien hal ini dapat disebabkan karena sudah fahamnya masyarakat akan

pentingnya menjaga pola makan dan menjaga kondisi agar DM dapat tetap

terkontrol. Selain itu kebanyakan pemicu yang menyebabkan diabetes

melitus adalah obesitas berdasarkan hasil analisis data, hubungan obesitas


dengan DM tipe II didapatkan 52 (52,0%) yang obesitas dengan diabetes

mellitus sedangkan yang tidak obesitas 48 (48,0%). Hasil analisis dengan

uji chi square menggunakan metode case control, mendapatkan hasil

analisis bivariat bahwa obesitas memiliki hubungan yang signifikan

dengan kejadian diabetes melitus tipe II didapatkan nilai p value = 0,001

dan diperoleh OR 4,529 (95% CI 1,952-10,508) dengan kesimpulan

seseorang yang obesitas berisiko 4,529 kali dari yang tidak obesitas

(Sintia Tri Handayani.,et al 2018 ).

Hal ini terkait pada kondisi dimana ketika penderita makan dengan

porsi terlalu banyak mengandung kadar gula akan menyebabkan terjadinya

peningkatan kadar gula darah. Sedangkan masyarakat berpersepsi bahwa

makan sedikit dapat menurunkan kadar gula darah, akan tetapi dengan

porsi terlalu sedikit tersebut dapat mengakibatkan penurunan indeks

massa tubuh sehingga penderita akan mengalami malnutrisi. Malnutrisi

sendiri pada penderita diabetes dapat menyebabkan beberapa gangguan

diantaranya gangguan autoimun, gangguan fungsi otot dan penyembuhan

luka (Ahmed, et al., 2018). Selain itu status gizi yang kurang juga dapat

menurunkan imunitas dalam tubuh. Sehingga pada orang dengan gizi

kurang, penyakit infeksi dapat meluas dengan lebih cepat dari pada orang

dengan gizi baik (Utomo,Nugroho,&Margawati, 2016). Penderita diabetes

mengalami gangguan respon imun tubuh akibat kondisi hiperglikemia

yang dialaminya. Diabetes melitus mempunyai efek untuk mengurangi

daya tahan pada tubuh salah satunya paru-paru. Lebih lanjut, pasien DM
memiliki 2 hingga 3 kali risiko untuk menderita TB dibanding orang tanpa

DM (Utomo, Nugroho, & Margawati, 2016; Dyah Retno Wulandari,

2013).

Orang dengan gizi baik akan memiliki kekuatan otot yang lebih

dibandingkan dengan orang dengan gizi kurang hal tersebut dikarena

status gizi memainkan peran penting dalam terjadinya perkembangan, dan

pengobatan diabetes mellitus (DM). Resistensi insulin otot rangka

memainkan peran utama dalam patogenesis DMT2, karena, selama

keadaan postprandial, 65-80% dari seluruh penyerapan glukosa tubuh

terjadi di otot rangka yang dirangsang oleh insulin (Lai, Kummitha, &

Hoppel, 2017). Otot rangka memiliki peran penting dalam pergerakan,

kinerja latihan, respons metabolik, dan regulasi homeostasis metabolik

tubuh (Kleinert, et al., 2018). Otot rangka memiliki peran penting dalam

pergerakan, kinerja latihan, respons metabolik, dan regulasi homeostasis

metabolik tubuh (Kleinert, et al., 2018). Hilangnya massa tubuh akibat gizi

kurang dapat menyebabkan menurunnya luas permukaan untuk transpor

glukosa dan memperburuk resistensi insulin (Lee, Jung, Bang, Kim, H. S.,

& Kim, Y. B., 2018).

Selain berpengaruh terhadap sistim imun dan kekuatan otot, status

nutrisi juga berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Hal ini

terkait dengan adanya ulkus kaki diabetik yang sulit disembuhkan dan

sering kali dialami oleh penderita diabetes. Infeksi, kedalaman luka,

ukuran, dan durasi turut berpengaruh terhadap penyembuhan dan itu


merupakan faktor yang berhubungan dengan kegagalan untuk sembuh dan

kemungkinan amputasi (Armstrong, et al., 2014). Pasien dengan

malnutrisi atau status gizi kurang dapat mengalami kesulitan untuk pulih

dari luka (Lim, 2018). Hal ini dikarenakan nutrisi penting dalam perbaikan

cedera jaringan lunak dan penyembuhan luka. Nutrisi telah terbukti dapat

meningkatkan penyembuhan luka (Armstrong, et al., 2014 ).

Dengan demikian, penting dilakukan penatalaksanaan gizi yang

baik pada pasien diabetes tipe 2. Sebagian besar penatalaksanaan diabetes

tipe 2 berfokus pada manajemen dan kontrol diabetes (De Oliveira,2018).

Manajemendan kontrol diabetes diantaranya meliputi memilih makanan

sehat, sering berolahraga, pemantauan glukosa darah rutin, dan

penyesuaian dosis diet dan insulin yang berkaitan dengan aktivitas fisik

(Boels, Rutten, Zuithoff, de Wit, & Vos, 2018).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan

fokus studi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di

RSUD Tidar Kota Magelang.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Menggambarkan dan melaksanakan Asuhan keperawatan pada pasien

diabetes melitus dengan fokus studi pengelolaan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di rsud Tidar Kota Magelang.


2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien diabetes melitus dengan fokus

studi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RSUD

Tidar Kota Magelang.

b. Membuat rumusan masalah keperawatan yang muncul pada pasien

diabetes melitus.

c. Membuat perumusan tujuan dan perencanaan tindakan keperawatan

yang dapat dilakukan pada pasien diabetes mellitus tipe yang

mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan untuk

mengatasi masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

e. Melakukan penilaian dan mengevaluasi dalam mencapai tujuan

pengelolaan serta mendokumentasikannya.

f. Membandingkan respon dua klien diabetes mellitus dengan

fokus studi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di

RSUD Tidar Kota Magelang.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis

Di harapkan karya tulis ilmiah ini mampu menambah

penggetahuan khususnya dalam asuhan keperawatan pada pasien

diabetes mellitus yang fokus pada ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

2. Manfaat praktis

a. Institusi Pelayanan

Dengan adanya penelitian karyatul;is ilmiah ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan diabetes melitus dengan fokus studi nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

b. Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada

pasien diabetes mellitus yang mengalami masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

d. Perawat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wacana serta penggetahuan bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan diabetes

mellitus yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

e. Pasien dan Keluarga


Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar

pasien dan keluarga dapat faham mengenai penyakit diabetes mellitus

dan penatalaksanaannya dengan fokus studi ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang

dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah ( Hiperglikemi), dan

merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak hal tersebut akibat

ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dan kebutuhan insulin ( Santi

Damayati, 2016 ). Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula

darah, Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak

adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari

keduanya, Diabetes Melitus dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial

ekonomi. Apabila dibiarkan tidak terkendali maka penyakit ini dapat menimbulkan

komplikasi lain yang membahayakan kesehatan ( Sri Anani.,et al ,. 2012 ).

Terdapat dua tipe utama diabetes melitus menurut ( Bunner & suddarth,

2013 ) yaitu diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1Sekitar 5%

sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1, pada tipe ini ditandai dengan

destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor genetis, imunologis, dan mungkin juga

lingkungan ( misalnya virus ). Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar

glukosa darah. Awitan diabetes dipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum

usia 30 tahun ( Bunner & suddarth, 2013 ).

a. Diabetes tipe 2
Sekitar 90% sampai 95% pasien penyandang diabetes menderita

diabetes melitus tipe 2, tipe ini disebabkan oleh penumpukan

sensitivitas terhadap insulin ( resistensi insulin ) atau akibat

penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Pertama-tama, diabetes

tipe 2 ini ditangani dengan diset dan olahraga, dan juga dengan

agens hipoglemik oral sesuai dengan kebutuhan. Diabetes tipe 2 ini

paling sering dialami oleh pasien pada usia diatas 30 tahun dan

pada pasien obesitas ( Bunner & suddarth, 2013 ).

b. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Gestasional ditandai dengan setiap derajat intoleransi

glukosa yang muncul selama kehamilan ( trimester kedua dan

ketiga ). Risiko diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat

personal pernah mengalami diabetes gestasional,glikosuria atau

riwayat kuat keluarga pernah mengalami diabetes. Diabetes

gestasional meningkatkan risiko mereka untuk mengalami

gangguan hipertensif selama kehamilan ( Bunner & suddarth, 2013

).

2. Etiologi Diabetes Melitus


Etiologi Diabetes melitus menurut ( Padila, 2012 ) adalah :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

1) Faktor genetik

Pasien diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya

DM tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang

memiliki tipe antigen HLA ( Padila, 2012 ).

2) Faktor-faktor imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah

sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau

langerhans dan insulin endogen ( Padila, 2012 ).

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta ( Padila, 2012 ).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada Diabetes tipe 2 masih belum diketahuifaktor genetik

memenag berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor risiko :
1) Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun (

Padila, 2012).

2) Obesitas

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa

darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg% ( Restyana Noor

Fatimah, 2015 )

3) Riwayat keluarga

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen

diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya

orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang

menderita Diabetes Mellitus ( Restyana Noor Fatimah, 2015 ).

4) Dislipedimia

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah

(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma

insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada

pasien Diabetes ( Restyana Noor Fatimah, 2015 ).

5) Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan

peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan

ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan

ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan


perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan

yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan

rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan

menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM,

tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila

mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan

100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml ( Restyana Noor

Fatimah, 2015 ).

3. Patofisiologi

4. Pathways

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Apabila gula darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun kemudian hampir

selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes dapat dibagi menjadi

dalam dua kelompok besas yaitu komplilasi akut dan komplikasi kronis ( Hans

indra, 2018 ):

a. Komplikasi akut

- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (<

50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat

dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan

sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat

mengalami kerusakan (Restyana Noor Fatimah, 2015 ), Gejala yang biasanya

muncul adalah pasien mengeluh keringat dingin, gemetar, mata kabur, merasa
lemah, merasa lapar, pusing disekitar kepala, jantung berdebar dan mual ( Hans

indra, 2018 ).

- Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba > 600

mg/dl

( kanisius, 2010), dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang

berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik : hal ini hal ini terjadi akibat sel otak

tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh

akan memecahkan emak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam

peredaran darah yang disebut keton KAD ini sering terjadi pada DM tipe1 namun

pada DM tipe 2 juga dapat timbul KAD dimana tubuh membentuk hormon

adrenalinuntuk mengatasi infeksi dan stres tetapi bisa berdampak negatif karena

gula darah meningkat, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK): hal ini terjadi

apabila gula darah semakin tinggi sehingga darah menjadi kental, dan kemolakto

asidosis

b. Komplikasi kronis

Komplikasi kronis didefinisikan sebagai kondisi kronis yang

memunculkan dua atau lebih penyakit Komplikasi kronis dapat memengaruhi

kualitas hidup, kemampuan untuk bekerja, kecacatan dan kematia (Amrina

Rosyada, 2013 ) komplikasi ini dibagi menjadi dua antara lain Komplikasi

makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler (Restyana Noor Fatimah, 2015),

komplikasi makrovaskuler diakibatkan karena adanya sumbatan pada pembuluh

darah besar yang mempengaruhi sirkulasi koroner dan pembuluh darah otak

seperti penyakit cerebrovaskuler (Santi damayanti, 2016), komplikasi


mikrovaskuler dapat mempengaruhi sistem kerja mata, ginjal karena terdapat

sumbatan pada sistem peredaran darah kecil ( Brunner & Suddarth, 2013).

Anda mungkin juga menyukai