Anda di halaman 1dari 20

i

ABSTRAK

FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DAN HUBUNGANNYA


DENGAN ILMU, DAN AGAMA

Oleh:
Arif Kusman (201955020400791), Indah Muflikatin (201955020400776)
Adhika Triatmaja (201955020400829)

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI


BOJONEGORO

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada materi kelompok 1


tentang Filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan hubungannya dengan ilmu, dan
agama. Adapun yang menjadi latar belakang makalah ini adalah untuk mengetahui
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan hubungannya dengan ilmu, dan agama.
Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Cinta akan Hikmat” atau
“cinta akan pengetahuan”. Seorang Filsuf adalah seorang pencinta, pencari
(philos) hikmat atau pengetahuan (Sophia). Kata Philosophos diciptakan untuk
menekankan sesuatu. Pemikir-pemikir yunani Phytagoras (582 – 496 SM) dan
Plato (428-348 SM) mengejek para sofis (sophists) yang berpendapat bahwa
mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata Phytagoras: hanya Tuhan
mempunyai hikmat yang sungguh-sungguh. Manusia harus puas dengan tugasnya
didunia ini, yaitu “mencari hikmat”, “mencari pengetahuan”.1
Perbedaan antara filsafat, ilmu pengetahuan, agama menjadi jelas kalau
kita membandingkan definisi ilmu pengetahuan dengan definisi filsafat dan
definisi agama. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan
koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Filsafat adalah
pengetahuan sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan.2 Agama yaitu
system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan pergaulan manusia
dan manusia serta manusia lingkukannya.3

Kata Kunci: Filsafat, Ilmu Pengetahuan (sains) dan Agama.

1
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta. Hal; 11
2
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta. Hal; 10-11
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hlm. 12.
ii
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………....……….. i
Abstrak ………...………………………………………….........………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………….........…..... iii
Kata Pengantar ………………………………..………….........………….. iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………….…..........…..………….. 1
1. Latar Belakang ………………………………........………………... 1
2. Rumusan Masalah ……………………..……........………………… 2
3. Tujuan Pembahasan …………………….…….…………………..… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………..........……… 4
1. Pengertian Filsafat Sebagai Ilmu Pengetahuan ………...….....…….. 4
2. Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan ..…………………..…… 7
3. Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu dan Agama ..…..…………..…… 9

BAB III ANALISIS ………………………………………..........…………. 13


BAB IV PENUTUP………………………………………..........…………. 14
Simpulan ………………………………………...…….......…….……… 14
Saran …………………………………………………………..........……… 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………........………..…… 16

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil‘alamin, Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Akhlaq
tasawuf dengan judul “Filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan hubungannya
dengan ilmu, dan agama.”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen Pembimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bojonegoro, 5 Februari 2020

Penulis

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Matakuliah Pengantar Filsafat adalah materi dasar yang merupakan cikal-
bakal ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia hingga dewasa ini. Dalam
sejarahnya, ilmu pengetahuan berinduk kepada filsafat (Mother of Sciences).
Materi kajiannya diawali dari pembahasan tentang Pengertian Filsafat dan
Ruang Lingkupnya; Hubungan antara Ilmu, Filsafat, dan Agama;
Pengetahuan Filsafat; Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi; Konsep dan
Makna Metafisika-Logika; Sejarah Filsafat Barat; Tokoh-tokoh Filsuf Yunani
dan Hasil Pemikirannya; Sejarah Lahir dan Perkembangan Filsafat Islam dan
Barat: Filsuf dan Pemikirannya; dan Perkembangan Pemikiran Filsafat
Modern: Filsuf dan Pemikirannya4.
Pada makalah kali ini kami bermaksud untuk menyajikan pembahasan
tentang Filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan hubungannya dengan ilmu,
dan agama. Orang yang mendapat kehormatan untuk digelari sebagai “filsuf
pertama” adalah Thales.5 Filsafat itu objek materinya memang sama dengan
ilmu, akan tetapi filsafat tidak dapat dikatakan ilmu, karena filsafat objek
formanya adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sementara objek
forma ilmu adalah mencari sebab segala sesuatu melalui pengalaman. Jadi
jika ada objek di luar pengalaman itu, maka tidak lagi termasuk kedalam
objek ilmu. Ilmu pada hakikatnya adalah inign tahu dengan segala sesuatu,
tetapi tidak secara mendalam.
Makin banyak manusia tahu, makin banyak pertanyaan timbul. Manusia
ingin tahu tentang asal dan tujuan, tentang dia sendiri, tentang nasibnya,
tentang kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Sikap ini sudah
menhasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan
sistematis dibagi atas banyak jenis ilm. Namun dengan kemajuan ilmu

4
Dr. Nurul Huda, M.HI. SAP Pengantar filsafat. Hal 1
5
K.Bertens. Ringkasan sejarah Filsafat. 1998. Kanisius: Yogyakarta. Hal. 9
1
pengetahuan sejumlah pertanyaan manusia masih terbuka dan sama aktualnya
seperti pada ribuan tahun yang lalu seperti diungkapkan dalam sajak kuno:
aku ini dating-entah darimana, aku ini-entah siapa, aku pergi entah kemana,
aku akan mati-entah kapan, aku heran bahwa aku gembira.6 Karena filsafat itu
pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran tentang segala sesuatu, baik
yang ada maupun yang mungkin ada, dari mana asal sesuatu, bagiamana
sesuatu itu muncul dan untuk apa sesuatu itu ada, dari pemikiran seperti itu,
maka muncullah beraneka macam pandangan, pendapat dan pemikran serta
tanggapan, yang akhirnya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara
bersama-sama dan berlaku dilingkunganya. Kesepakatan tentang sesuatu itu
dan berlaku untuk umum serta menjadi kebiasaan pada komunitasnya secara
turun temurun hal itulah yang dinamakan tradisi, dari tradisi itulah
berkembang menjadi suatu ilmu.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, dimana perbincangan
dan pembahasan mengenai ilmu pengetahuan mulai mencari titik perbedaan
antara berbagai hal, termasuk diantaranya mencari persekutuan-persekutuan
di dalam penyelidikan keperbedaan tersebut. Lantas kemudian orang mulai
dapat membedakan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, demikian pula
halnya dapat membedakan antara filsafat dengan agama, dan antara agama
dengan ilmu pengetahuan. Penempatan kedudukan yang berbeda, demikian
pula perbedaan pengertian fungsional dari ketiga masalah yang telah
disebutkan di atas seringkali menimbulkan berbagai macam sikap yang
kurang atau bahkan tidak menguntungkan bagi manusia itu sendiri, karena
terjadi kesalahan pahaman tentang perbedaan itu.
Oleh karena itu makalah kali ini akan mencari tahu tentang hubungan
diantara ketiganya sehingga akan terpapar jelas bagaimana konsep filsafat,
ilmu pengetahuan dan agama.
.

6
Harry Hamersma, SJ.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. 1981.Kanisisus.Yogyakarta. Hal
9-10
2
1. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat sebagai ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan?
3. Bagimana perbedaan antara filsafat, ilmu dan agama?

2. Tujuan
1. Untuk menjelaskan secara baik filsafat sebagai ilmu pengetahuan.
2. Untuk menjelaskan secara baik hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan.
3. Untuk menjelaskan secara baik perbedaan antara filsafat, ilmu dan
agama

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Sebagai Ilmu Pengetahuan


Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Cinta akan Hikmat”
atau “cinta akan pengetahuan”. Seorang Filsuf adalah seorang pencinta,
pencari (philos) hikmat atau pengetahuan (Sophia). Kata Philosophos
diciptakan untuk menekankan sesuatu. Pemikir-pemikir yunani Phytagoras
(582 – 496 SM) dan Plato (428-348 SM) mengejek para sofis (sophists) yang
berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata
Phytagoras: hanya Tuhan mempunyai hikmat yang sungguh-sungguh.
Manusia harus puas dengan tugasnya didunia ini, yaitu “mencari hikmat”,
“mencari pengetahuan”.7
Menurut Poedjawijatna, Dimana kata filsafat adalah kata yang berasal dari
bahasa Yunani (Grik), yang terdiri dari dua kata, yaitu kata philos yang
berarti cinta dan kata shopos yang berarti bijaksana. Maka oleh karena itu
kata filsafat kadang kala sering juga diartikan dengan cinta kebijaksanaan.
Filsafat juga bisa diartikan sebagai rasa ingin tahu secara mendalam tentang
asal muasal sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk apa sesuatu.8 Filsafat bisa
juga diartikan dengan cinta kebenaran, karena inti dari filsafat itu adalah
berusaha untuk mencari kebenaran dari sesuatu. filsafat itu juga dapat
dikatakan adalah suatu ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Selanjutnya beliau
mengkategorikan filasafat itu kedalam golongan ilmu, maka oleh karena itu
filsafat harus bersifat ilmiah, yaitu menuntut kebenaran, memilki metode,
bersistem dan harus berlaku umum.9

7
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta. Hal; 11
8
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980), hlm.
46-7.
9
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980), hlm.
10
4
Pertanyaan tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang
hakikat manusia tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan. Pertanyan-pertanyaan
ini mungkin juga tidak akan pernah terjawab filsafat. Namun, filsafat adalah
tempat dimana pertanyaan pertanyaan ini dikumpulkan, diterangkan dan
diteruskan. Filsafat adalah suatu ilmu tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki
salah satu segi dari kenyataan saja, melainkan apa-apa saja yang menarik
perhatian manusia.10 Perbedaan antara filsafat, ilmu pengetahuan, agama
menjadi jelas kalau kita membandingkan definisi ilmu pengetahuan dengan
definisi filsafat dan definisi agama. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
metodis, sistematis, dan koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari
kenyataan. Filsafat adalah pengetahuan sistematis dan koheren tentang
seluruh kenyataan. Agama yaitu system yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan pergaulan manusia dan manusia serta manusia
lingkukannya.
Filsafat itu bisa juga dikategori masuk kedalam golongan ilmu, karena
filsafat juga menggunakan pikiran sebagaimana halnya dengan ilmu, hanya
saja filsafat berdasarkan pemikiran belaka, berbeda dengan ilmu yang
menggunakan pemikiran atas dasar pengalaman. Filsafat di dalam mencari
kebenarannya juga harus bersifat ilmiah, yaitu sadar menuntut kebenaran,
memiliki metode, sistematis dan berlaku umum. Filsafat dan ilmu itu objek
materianya adalah sama, yaitu yang ada dan yang mungkin ada, akan tetapi
objek formalnya berbeda, kalau ilmu objek formanya adalah mencari sebab
yang sedalam-dalamnya.11 Sementara itu objek forma filsafat adalah mencari
keterangan-keterangan tentang sesuatu dengan secara rinci dan yang sedalam-
dalamnya, sampai ke akar-akarnya.12

10
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta. Hal; 10
11
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980),
hlm. 10
12
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980),
hlm. 8
5
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat. Keheranan,
kesangsian, dan kesadaran keterbatasan.13
Keheranan. Banyak filsuf menunjuk rasa heran (Yunani: thaumasia)
sebagai asal filsafat. Plato, misalnya mengatakan: “mata kita memeberi
pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit-langit. Pengamatan ini
memberikan dorongan untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal
filsafat.” Pada kuburan Imanuel Kant (1724-1804) tertulis “Coelum stellatum
supra me, lex moralis intra me”. Kedua gejala yang paling mengherankan
menurut Kant adalah “ langit berbintang diatasnya” dan “hokum moral dalam
hatinya”.
Kesangsian. Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus (354-430) dan Descartes
(1596-1650), menunjuk kesangsian sebagai sumber utama pemikiran.
Manusia heran kemudian ia menjadi ragu-ragu. Apakah ia ditipu oleh
pancainderanya kalau ia heran? Dimana dapat ditemukan kepastian, karena
dunia ini penuh dengan bermacam-macam pendapat, keyakinan dan
intepretasi? Sikap ini, sikap skeptic (yunani: skpesis, penyelidikan), sangat
berguna menemukan titik pangkal yang tidak teragukan lagi. Titik pangkal ini
dapat berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan llebih lanjut.
Kesadaran akan keterbatasan. Filsuf-filsuf lain berpendapat bahwa
manusia berfilsafat ketika ia menyadari betapa kecil dan lemahnya dirinya
bila dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya.
Dari beberapa pengertian ini maka, filsafat merupakan ilmu pengetahuan
karena dimana filsafat mempunyai maksud yang sama dengan ilmu
pengetahuan tersebut yaitu menjelaskan segala hal yang terjadi yang menjadi
persoalan manusia itu sendiri. Sehingga tercapai penjelasan yang bias
diterima oleh akal manusia secara obyektif.

13
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius (Anggota
IKAPI). Yogyakarta. Hal; 11
6
2. Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Filsafat itu bisa juga dikategori masuk kedalam golongan ilmu, karena
filsafat juga menggunakan pikiran sebagaimana halnya dengan ilmu, hanya
saja filsafat berdasarkan pemikiran belaka, berbeda dengan ilmu yang
menggunakan pemikiran atas dasar pengalaman. Filsafat di dalam mencari
kebenarannya juga harus bersifat ilmiah, yaitu sadar menuntut kebenaran,
memiliki metode, sistematis dan berlaku umum. Filsafat dan ilmu itu objek
materianya adalah sama, yaitu yang ada dan yang mungkin ada, akan tetapi
objek formalnya berbeda, kalau ilmu objek formanya adalah mencari sebab
yang sedalam-dalamnya.14 Sementara itu objek forma filsafat adalah mencari
keterangan-keterangan tentang sesuatu dengan secara rinci dan yang sedalam-
dalamnya, sampai ke akar-akarnya.15

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan hal yang
diketaui itu, sesuai dengan objeknya dan sesuai pula dengan kenyataannya.
Sementara itu kebanaran dalam hal tahu adalah persesuaian antara tahu atau
yang diketahui dengan objeknya. Maka ditemukan ada yang mengatakan
bahwa kebenaran itu adalah suatu objektifitas (bersikap jujur dan
mengemukakan apa adanya). Tahu itu mempunyai objek, objek tahu itu
adalah segala sesuatu yang hendak diketahui oleh seseorang, baik sesuatu itu
ada atau yang mungkin ada. Kalau sesuatu yang tidak mungkin ada, maka
tidak akan menarik untuk mengetahuinya dan akan mengalami kesulitan,
bahkan tidak mungkin untuk mencapainya. 16

Dikalangan masyarakat umum Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah


pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu

14
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980),
hlm. 10
15
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980),
hlm. 8
16
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan, 1980),
hlm. 2
7
dengan pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu
persoalan sosial kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan
agama dan lain-lain sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal
duniawi, soal akhirat, soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat,
soal pertanian, soal gali sumur dan lain-lain sebagainya.17

Untuk menyelami lebih dalam hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan


maka seperti hal yang pernah kita ketahui diawal ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan
kesadaran keterbatasan. Maka hal ini menjadi modal untuk metode berfikir
secara lebih konkrit ke prinsip induk yang lebih abstrak. Sehingga
menghasilkan tiga jenis abtraksi. Menurut Aristoteles, pemikiran kita
melewati tiga jenis abstraksi, setiap abstraksi menghasilkan salah satu jenis
pengetahuan yaitu pengetahuan fisis, pengetahuan matematis, dan
pengetahuan teologis. Semua jenis pengetahuan menurut Aristoteles, masih
termasuk filsafat karena belum dibedakan antara teologi, filsafat dan ilmu
pengetahuan. Ketiga jenis abtrasksi sebagaiman dibedakan aristoteles masih
berguna untuk menjelaskan hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan.

Tahap pertama. Fisika. Kita mulai kalau kita mengamati sesuatu.


Keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul
kalau sesuatu diamati lebih dahulu. Akal kita “ melepaskan” dari pengamatan
inderawi segi-segi tertentu, yaitu materi yang dapat dirasakan (Aristoteles
menamainya hyle aistete). Akal budi menghasilkan bersama materi yang
abstark ini, pengetahuan yang disebut fisika (yunani physos: ‘alam).18

Tahap kedua. Matesis. Kita masih dapat melepaskan , “mengabstrahir”


lebih banyak lagi. Kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua
perubahan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya dari segi
yang dapat dimengerti (hyle noete). Berkat abstraksi ini, kita dapat

17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta :
Balai Pustaka, 2001), hlm. 423
18
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius (Anggota
IKAPI). Yogyakarta. Hal; 13-15
8
menghitung dan mengukur, karena menghitung dan mengukur itu mungkin
lepas dari segala gejala dan semua perubahan, dengan mata tertutup.
Pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis batraksi ini disebut matesis
(matematika). Kata Yunani mathesis berarti pengetahuan, ilmu.

Tahap ketiga. Teologi atau “filsafat pertama”. Akhirnya kita juga dapat
mengabtrahir dari semua materi, baik materi yang dapat diamati maupun
materi yang dapat diketahui. Kalau kita berfikir tentang seluruh kenyataan,
tentang asal dan tujuannya, tentang jiwa manusia, tentang kenyataan yang
paling luhur, tentang Tuhan, maka lalu tidak hanya bidang fisika, melainkan
juga matesis yang ditinggalkan. Segala jenis pengamayan tidak berguna lagi
disini. Jenis berfikir ini disebut dengan teologi atau filsafat pertama oleh
Aristoteles.

Maka dari ketiga abtraksi yang dikemukakan oleh aristoteles ini mampu
menjelaskan dengan sekama hubungan anatara filsafat dan ilmu pengetahuan
secara jelas.

3. Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu dan Agama

Seperti yang dijelaskan pada materi hubungan filsafat, ilmu pengetahuan dan
dan Agama maka ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat
yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran keterbatasan. Maka hal ini
menjadi modal untuk metode berfikir secara lebih konkrit ke prinsip induk
yang lebih abstrak. Sehingga menghasilkan tiga jenis abtraksi. Menurut
Aristoteles, pemikiran kita melewati tiga jenis abstraksi, setiap abstraksi
menghasilkan salah satu jenis pengetahuan yaitu pengetahuan fisis,
pengetahuan matematis, dan pengetahuan teologis. Semua jenis pengetahuan
menurut Aristoteles, masih termasuk filsafat karena belum dibedakan antara
teologi, filsafat dan ilmu pengetahuan. Ketiga jenis abtrasksi sebagaiman

9
dibedakan aristoteles masih berguna untuk menjelaskan hubungan filsafat dan
ilmu pengetahuan19.

Tahap pertama. Fisika. Kita mulai kalau kita mengamati sesuatu.


Keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul
kalau sesuatu diamati lebih dahulu. Akal kita “ melepaskan” dari pengamatan
inderawi segi-segi tertentu, yaitu materi yang dapat dirasakan (Aristoteles
menamainya hyle aistete). Akal budi menghasilkan bersama materi yang
abstark ini, pengetahuan yang disebut fisika (yunani physos: ‘alam).20

Tahap kedua. Matesis. Kita masih dapat melepaskan , “mengabstrahir”


lebih banyak lagi. Kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua
perubahan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya dari segi
yang dapat dimengerti (hyle noete). Berkat abstraksi ini, kita dapat
menghitung dan mengukur, karena menghitung dan mengukur itu mungkin
lepas dari segala gejala dan semua perubahan, dengan mata tertutup.
Pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis batraksi ini disebut matesis
(matematika). Kata Yunani mathesis berarti pengetahuan, ilmu.

Tahap ketiga. Teologi atau “filsafat pertama”. Akhirnya kita juga


dapat mengabtrahir dari semua materi, baik materi yang dapat diamati
maupun materi yang dapat diketahui. Kalau kita berfikir tentang seluruh
kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang jiwa manusia, tentang
kenyataan yang paling luhur, tentang Tuhan, maka lalu tidak hanya bidang
fisika, melainkan juga matesis yang ditinggalkan. Segala jenis
pengamayan tidak berguna lagi disini. Jenis berfikir ini disebut dengan
teologi atau filsafat pertama oleh Aristoteles.

Dari penjelasan menurut Aristoteles diatas bahwa tiga abstraksi ini


menjelaskan tentan hubungan filsafat, ilmu pengetahuan dan teologi yang
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber

19
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta. Hal; 13-15
20
Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi Kedua.2008.Kanisius (Anggota
IKAPI). Yogyakarta. Hal; 13-15
10
kepada ra’yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk
mencari kebenaran. Sementara itu agama mengungkapkan, menjelaskan
dan membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu.

Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau


menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya),
mengakar, sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan
yang teratur) dan intergral (universal: umum, berpikir mengenai
keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh
ikatan tangannya sendiri, yaitu logika. Ilmu pengetahuan mencari
kebenaran dengan menggunakan metode atau cara penyelidikan (riset),
pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat terkait
dengan tiga aspek, yaitu: aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil
hukum.

Sedangkan manusia di dalam mencari kebenaran terhadap agama


itu adalah dengan jalan atau cara mempertanyakan (dalam upaya untuk
mencari jawaban) tentang berbagai macam masalah yang asasi dari kitab
suci dan kodifikasi firman ilahi. Selanjutnya kebenaran ada yang bersifat
spekulatif atau kebetulan saja adalah kebenaran yang bersifat dugaan atau
perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, secara riset dan
secara eksperimental. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang
bersifat positif, bukan bersifat spekulasi atau kebetulan saja, yaitu
kebenaran yang masih berlaku sampai saat ini yang dapat diuji. Baik
kebenaran filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan kedua-duanya
bersifat relatif artinya sifatnya sementara dan sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, yang sangat
tergantung kepada situasi dan kondisi, termasuk perubahan alam.
Sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran yang bersifat mutlak
(absolut), yang tidak dapat diragukan sampaikan kapanpun dan
dimanapun, karena agama sumbernya adalah wahyu yang diturunkan oleh
Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna Yang Maha Mutlak
benarnya. Begitu juga halnya dengan ilmu pengetahuan maupun filsafat,
11
kedua-duanya adalah dimulai dengan sikap sanksi atau ragu (skeptis),
sedangkan agama berangkat dari sikap percaya atau keyakinan.

12
BAB III

ANALISIS

1. ANALISIS

Dari semua pengertian dari filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, maka
menurut kami bahwa penjelasan teori yang dikemukakan oleh Aristoteles ini
logika kami menerima dengan mudah bahwasanya filsafat ini muncul ketika
kita mengamati sesuatu dengan rasa keheranan, kesangsian dan kesadaran
akan keterbatasan sehingga kita akan berfikir secara filsafat tentang sesuatu
yang kita lihat. Kemudian hal itu menjadi langkah kedua bagi akal pikiran
manusia untuk berfikir lebih jauh lagi mencari sebuah penjelasan secara
logika untuk mengetahui kebenaran yang dilihat oleh manusia tersebut.

Namun dari sini ketika akal dan pikiran tidak menemukan jawaban yang
tepat maka untuk menjawab keheranan, kesangsian dan kesadaran atas
keterbatasan akal, maka manusia mengembalikan lagi kepada zat yang maha
pencipta, sebagaimana keyakinannya selama ini. Tetapi tidak semua masalah
yang tidak atau belum terjawab oleh filsafat, lantas dengan sendirinya dapat
dijawab oleh agama. Agama hanya memberi jawaban tentang banyak
persoalan asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan, dan
filsafat. Akan tetapi perlu ditegaskan juga bahwa tidak semua persoalan
manusia terdapat jawabannya di dalam agama, karena agama itu bersumber
dari wahyu, akan tetapi Tuhan melalui firman-Nya memberikan kesempatan
kepada manusia untuk mencari kebenaran dengan mempergunakan akal
pikiran.

Mengenai ilmu sebagai filsafat, hal ini juga dikatakan bahwa dalam setiap
ilmu pasti terdapat nilai-nilai filsafatnya juga. Baik filsafat, ilmu pengetahuan
dan agama semua bertujuan satu yaitu untuk mencari kebenaran yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam menemukan
kebenaran yang dinginkan oleh manusia.

13
BAB IV

PENUTUP

1. SIMPULAN
Dari pembahasan materi maka dapat kami tarik simpulan bahwa:
a. Filsafat adalah suatu kegiatan atau aktifitas pikir manusia yang bersifat
dinamis dan mempergunakan seluruh kemampuan dan kekuatan yang
ada dengan tujuan adalah untuk memahami segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada agar dengan itu diperoleh suatu inti pandangan
tentang dunia dan hidupnya sebagai dasar pijakan sikap dan tindakan.
b. Ilmu itu adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, dan yang lebih
awam lagi mengartikan ilmu itu dengan pengetahuan dan kepandaian
tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial kemasyarakatan
maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain sebagainya,
seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat, soal
lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali
sumur dan lain-lain sebagainya.
c. Agama dikategorikan masuk ke dalam bagian dari filsafat, karena agama
itu termasuk kedalam golongan yang ada. Agama itu tidak perlu
mengetahui sebab yang sedalam-dalamnya, akan tetapi yang perlu adalah
mencari keterangan yang sedalam-dalamnya, karena keterangan itulah
yang bisa membuat orang jadi tahu, dari tahu itu pulalah orang akan mau
mengerjakan apa yang diperintah oleh agama dan meninggalkan apa
yang dilarang oleh agama
d. Kesemuanya mempunyai satu kesatuan hubungan yang saling terikat
untuk menemukan kebenaran dan menjawab semua pertanyaan manusia.
e. Filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki kesamaan pada objek materi,
Filsafat itu objek materinya memang sama dengan ilmu, akan tetapi
filsafat tidak dapat dikatakan ilmu, karena filsafat objek formanya adalah
mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sementara objek forma ilmu
adalah mencari sebab segala sesuatu melalui pengalaman.

2. SARAN
Untuk memperoleh kebenaran dari setiap apa yang kita lihat maka perlu
adanya melibatkan filsafat agar kita bisa mengetahui keterangan-keterangan
apa saja yang ada dalam penglihatan kita, kemudian dengan ilmu
pengetahuan kita akan banyak pengalaman untuk mengetahui sebab-sebab
segala sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Selanjutnya dengan agama
akan menjadikan diri kita berfikir secara sehat menjawab pertanyaaan yang
14
tidak bisa dijelaskan secara filsafat maupun ilmu pengetahuan maka dengan
mengembalikan lagi kepada sang pencipta kita tidak akan tersesat
didalamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harry Hamersma, Sj.Dr. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat Edisi


Kedua.2008.Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


(Jakarta : Balai Pustaka, 2001)

Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Pembangunan,


1980)

16

Anda mungkin juga menyukai