Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa akan beralihnya ketergantungan hidup kepada orang
lain, mulai menentukan jalan hidupnya, selama menjalani pembentukan kematangan
dalam sikap, berbaga perubahan kejiwaan terjadi, bahkan mungkin kegoncangan.
Kondisi semacam ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal. Pada
sisi lain remaja sering kali tidak mempunya tempat mengadu untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, sehingga sebagai pelarian remaja sering kali terjerumus,
seperti mabuk mabukan, narkotika dan tindak kriminalitas (Sarwono, 2011).
Remaja merupakan salah satu bagian dari kelompok masyarakat yang perlu
diperhatikan,karena remaja meupakan asset utama bagi masa depan dan pembangunan
bangsa. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang
mengalami perubahan fisik maupun psikologis. Salah satu perubahan psikologis yang
dialami oleh remaja adalah pembentukan identitas diri. Permasalahan yang muncul
pada masa ini seringkali menimbulkan suatu perubahan yang disebut dengan krisis
identitas (Kozier, 1995).
Menurut Erickson dalam Gunarsa keadaan krisis identitas yang terjadi dalam
diri remaja,banyak diperngaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat yang berada di
sekitarnya. Baik buruknya lingkungan masyarakat, akan berpengaruh terhadap baik
buruknya perilaku remaja yang terebtuk. Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan
terjadinya perilaku menyimpang bagi remaja itu sendiri. Salah satunya adalah
perilaku penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya narkoba.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Peer Group ?
2. Apa fungsi Peer Group ?
3. Apa ciri-ciri Peer Group ?
4. Apa hakikat Peer Group ?
5. Apa bentuk-bentuk Peer Group ?
6. Apa pengaruh perkembangan Peer Group ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Peer Group
2. Untuk mengetahui fungsi Peer Group
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Peer Group
4. Untuk mengetahui hakikat Peer Group
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Peer Group
6. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan Peer Group
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis, seluruh kegiatan penyususnan dan hasil dari penyususna makalah ini
diharapakan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang
dibahas dalam makalah ini.
2. Pembaca, makalh ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan
sumber informasi dalam menambahwawasan pembaca.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Peer Group


Peer group atau dengan istilah kelompok teman sebaya, yaitu individu yang
usianya hampir sama dan terikat dengan kepentingan bersama. Menurut Santoso
(Marsito dkk, 2012), peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di
mana mereka dapat berinteraksi. Menurut Mappiare (Baihaqie, 2012).
Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander “peer
group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling
tergantung. Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada
kelompok pertemanan”.
Sedangkan menurut Vembriarto (Baihaqie, 2012), kelompok teman sebaya berarti
individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan
dalam berbagai aspeknya.
Kelompok teman sebaya merupakan kelompok remaja dengan siapa mereka
mengidentifikasi dirinya dan mengambil standar, biasanya teman seusia, dua tahun
lebih muda atau lebih tua usianya, terdiri dari teman sekelas atau lain kelas. Mereka
merupakan teman sepermainan atau teman sekelas pada satu sekolah atau keduanya.
Peer group atau kelompok teman sebaya merupakan persahabatan kelompok
tertentu yang beranggotakan anak-anak, remaja, atau dewasa dengan umur yang
relatif sama dengan kepentingan dan tujuan yang sama sehingga sehingga membentuk
sikap dan tingkah laku serta mempunyai hukum dan norma yang dibuat bersama baik
digunakan di lingkungan sekolah, tempat tinggal, maupun tempat bermain.
2.2 Fungsi Peer Group
Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga mempunyai fungsi
dan peranan. Perlu diketahui lebih dahulu tentang pengertian peer group yaitu
kelompok anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi. Hal-hal yang
dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal-hal yang menyenangkan saja.
Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi dan peranan peer group tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Mengajarkan kebudayaan.

3
Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya
orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia
mengajarkan kebudayaan Indonesia.
2. Mengajarkan mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah
dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas
menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang bila masuk
kedalam kelompok sebaya yang memiliki status social yang lebih tinggi. Dengan
masuk dalam status social yang lebih tinggi maka status mereka juga akan
meningkat.seorang anak yang berada dalam peer group status sosialnya akan lebur
mnjadi satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompokna berarti
identitas dirinya.
3. Membantu peranan sosial yang baru.
Peer group memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan
sosial yang baru. Misalnya anak yang belajarbagaimana menjadi pemimpin
kelompok yang baik
4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk
masyarakat.
Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan
orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat
dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber
informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer
group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka
anggota-anggotanya juga baik.
5. Belajar saling bertukar perasaan dan masalah.
Seorang anak lebih nyaman berbagi dengan temannya karena temannya biasanya
lebih mengerti dirinya dan persoalan yang dihadapinya. Mereka saing
menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada
orang tua maupun guru mereka. Dalam peer group, individu dapat mencapai
ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat
merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama
lainnya.
6. Peer group mengajarkan moral orang dewasa.

4
Anggota peer groupbersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh
kemantapan sosial.Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak
mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan
orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti
orang dewasa.
7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau
menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang
lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.Berbeda dengan kalau
anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan
pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas
dunia anak sebaya.
8. Belajar mengontrol tingkah laku sosial.
Dalam peer group seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya, karena
tingkah aku setiap individu menunjukan perilaku umum dari kelompoknya. Hal ini
mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun guru.

Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru.


Dengan adanya kelompok sosial sepertipeer group tersebut akan memberikan ruang
dan waktu kepada individu untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tingkat usia
dan perkembangan pribadinya dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan
mengalami perubahan dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan
menjadi lebih luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan
perubahan sikap dan perilakunya.

Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha untuk
dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam kelompok, seperti
belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik, memberikan konstribusi dan
pengaruh terhadap kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan penuh dengan
keleluasaan dan kebebasan dalam menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.

2.3 Ciri-Ciri Peer Group


Adapun ciri-ciri peer group adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.

5
Maksudnya kelompok teman sebaya terbentuk secara spontan. Diantara anggota
kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota
kelompok yang dianggap sebagai pemimpin yang dianggap oleh semua anggota
bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin. Pemimpin biasanya
adalah orang yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama
kedudukan dan fungsinya.
2. Bersifat sementara.
Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, kelompok ini tidak bisa bertahan
lama.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang
berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang
berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam kelompok sebaya sehingga
mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan itu dan dipilih yang
sesuai dengan kelompok, kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-anak
usiaSMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta
kebutuhan yang sama (Santoso,1999: 87-88)
2.4 Hakikat Peer Group
1. Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke
organisasi. Semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi
anggota kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan
anggota teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di dalamnya.
2. Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar.
Hal ini juga dimiliki oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi
anggota kelompoknya. Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman
sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan.
3. Peer group menyatakan tradisi-tradisi mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,
bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer group mempunyai aturan-aturan
tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan ciri khas kelompoknya dengan
tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam
berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.
4. Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya disetujui oleh harapan-harapan
orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya seperti kelompok bermain di

6
sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh orang tua, karena orang tua
mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di sekolahnya disetujui oleh guru,
karena memenuhi harapan guru agar anak berkembang hubungan sosialnya.
5. Pada kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian besar orang
tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal
oleh anak. Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga
atau sekolah, maka peer group anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang
sempit sampai hubungan sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah
sampai teman sekolahnya dan hal ini dapat diketahui dan diterima oleh orang tua
dan guru.
6. Secara kronologis, peer group adalah lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi.
Biasanya antara usia 4-7 tahun dunia sosial anak berubah secara radikal dari dunia
sempit dalam keluarga menuju dunia yang lebih luas dalam peer group. Jadi anak
berkembang dari lembaga pertama yaitu keluarga menuju lembaga kedua
dalam peer groupnya.
2.5 Bentuk-Bentuk Peer Group
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan kelompok ini bisa
beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar anggotanya. Hurlock
pun menggolongkannya sebagai berikut :
1. Teman Dekat
Terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jeis kelamin, minat dan
kemampuan yang hampir sama. Jarang sekali orang yang berbeda kelamin bisa
berteman dekat. Relative sedikit penelitian yang dilakukan pada hubungan
semacam ini, tetapi baru-baru ini dilaporkan bahwa laki-laki dan perempuan
berbeda dalam harapan mereka mengenai pertemanan awan jenis (Bleske-Rechek
& Brush, 2011). Contohnya laki-laki cenderung memulai pertemanan semacam itu
jika perempuannya menarik, dan mereka mengharapkan tumbuhnya hubungan
yang mengandung unsure seksual. Jika keintiman secara fisik tidak ada, laki-laki
mempersepsikan hal ini sebagai alsan untuk menghentikan hubungan tersebut.
Perempuan sebaliknya, cenderung memulai hubungan semacamini untuk
memperoleh perlindungan fisik, dan tanpa adanya perlindungan semacam ini,
meeka merasa berhak menghentikan hubungan tersebut.

7
2. Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri dari
jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
3. Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu berkembang
dengan meningkatnya minat dan interaksi antar mereka. Karena kelompok ini
besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya berkurang sehingga terdapat
jarak social yang lebih besar di antara mereka.
4. Kelompok yang terorganisir
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan yang
jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan social para remaja yang masih berada dibawah bimbingan
dan pengawasan orang dewasa sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini
sering bosan karena selau diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5. Kelompok geng
Kelompok ini biasanya terbentuk karena adanya penolakan atau perasaan tidak
puas dengan kelompok terorganisir. Terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama
dan minat terhadap penolakan melalui perilaku anti sosial.
2.6 Pengaruh Perkembangan Peer group
Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal, yaitu pengaruh peer
group terhadap kelompoknya dan terhadap individu dalam kelompok. Menurut
Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
1. Kelas-kelas sosial.
Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi
individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
2. In dan Out group
In group adalah teman sebaya dalam kelompok. Out group adalah teman sebaya di
luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai In dan Out group ini dapat kita
rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab
(biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ingroup dan teman yang lainnya
kita sebut Out group.
Selain itu, Slamet Santoso (2004) menyatakan pengaruh dari perkembangan peer
group terhadap individu dan kelompok ada yang positif dan negatif, yaitu :

8
1. Pengaruh positif dari peer group adalah:
a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka
akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan
c. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat
membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayanan
yang mereka anggap baik
d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan
melatih bakatnya
e. Mendorong individu untuk bersifat mandiri.
f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok (Santoso,1999:
88)
2. Pengaruh negatif dari peer groupadalah :
a. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan
b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota
c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang tidak
memiliki kesamaan dengan dirinya
d. Timbul persaingan antar anggota kelompok
e. Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara
kelompok kaya dengan kelompok miskin.

9
BAB III
ANALISIS JURNAL

3.1 JURNAL
Terlampir
3.2 Telaah Jurnal
- Judul
PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN
MENGGUNAKAN NAPZA PADA REMAJA DI BANJARMASIN
- Kata Kunci
Teman sebaya, NAPZA, Remaja
- Penulis Jurnal
1. Muhsinin
2. Zaqyyah Huzaifah
3. Noor Khalilati
- Latar Belakang
Penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Indonesia semakin meningkat,
dan perkenalan pertama remaja dengan NAPZA justru datangnya dari teman
kelompok sebaya. Laporan tahunan BNN Kalimantan Selatan, bahwa 90%
kelompok yang menggunakan narkoba adalah para remaja yang kini duduk
dibangku SLTP dan SLTA. Sampel pada penelitian ini adalah siswa dan siswi
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mewakili setiap daerah kecamatan yang ada
di Banjarmasin yaitu Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin
Timur, Banjarmasin Utara dan Banjarmasin Selatan. Setiap satu kecamatan
diwakili oleh satu SMA. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 250
responden. Teknik sampling menggunakan simple random sampling, instrumen
penelitian dengan kuesioner dan statistik menggunakn Spearman Rank. Hasil
penelitian ini adalah ada hubungan teman sebaya terhadap kecenderungan
menggunakan NAPZA pada remaja di Banjarmasin dengan nilai p value 0,000.
Nilai p < α = 0,05.
- Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan teman sebaya
dengan kecenderungan menggunakan NAPZA pada remaja di Banjarmasin.

10
- Analisa Peneliti
a. Populasi
World Drug Report (2012) menyatakan bahwa pada tahun 2010 terdapat
sekitar 230 juta orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15-64 tahun yang
menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan. Dari semua jenis
penyalahgunaan obat, ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan
yaitu antara 119 juta sampai 224 juta. Selain itu 13% dari pengguna narkotika
suntikan telah terjangkit HIV (sekitar 20%), hepatitis C (46,7%) dan hepatitis
B (14,6%) . Hal ini terus menambah beban global penyakit dan setidaknya
sekitar 1 dari setiap 100 kematian diantara orang dewasa disebabkan dengan
penyalahgunaan obat (UNODC, 2012).
b. Lokasi
Banjarmasin
- Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan teman sebaya terhadap
kecenderungan menggunakan NAPZA pada remaja di Banjarmasin dengan
nilai p value 0,000. Nilai p < α = 0,05. Hasil penelitian ini dengan jumlah
responden sebanyak 250 responden menunjukan bahwa gambaran teman
sebaya dengan kategori positif sebanyak 142 responden (56,8%), sedangkan
kategori negatif sebanyak 108 responden (43,2%).

11
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL

Bedasarkan hasil penelitian ini dengan jumlah responden sebanyak 250 responden
menunjukan bahwa gambaran teman sebaya dengan kategori positif sebanyak 142 responden
(56,8%), sedangkan kategori negatif sebanyak 108 responden (43,2%).
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa hubungan teman sebaya
dengan kecenderungan menggunakan NAPZA di Banjarmasin dengan presentasi terbanyak
adalah pada kategori teman sebaya yang positif karena rendahnya kecenderungan
menggunakan NAPZA.
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa adanya peer grup terhadap kecenderungan menggunakan NAPZA
pada remaja sangatlah berpengaruh karena remaja sangat rentan terhadap rayuan dan
bujukan teman yang menggunakan NAPZA, dikarenakan sifat remaja yang dinamis, energik
dan cenderung suka menempuh risiko, sering kali dimanfaatkan oleh teman yang
menggunakan NAPZA, sehingga ikut terjerumus dalam kejahatan NAPZA. Tetapi tidak
selamanya pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh negatif, teman sebaya juga dapat
memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan remaja seperti adanya hubungan pribadi
yang berkualitas dan dukungan interpersonal yang positif, dari teman sebaya.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,maka dapat diambil kesimpulan
yang berkaitan dengan pengaruh teman sebaya terhadap kecenderungan menggunakan
NAPZA pada remaja di Banjarmasin bahwa pengaruh teman sebaya dengan
presentasi terbanyak adalah dengan kategori positif.
Pergaulan teman sebaya terhadap kecenderungan menggunakan NAPZA pada
remaja sangatlah berpengaruh karena remaja sangat rentan terhadap rayuan dan
bujukan teman yang menggunakan NAPZA, dikarenakan sifat remaja yang dinamis,
energik dan cenderung suka menempuh risiko, sering kali dimanfaatkan oleh teman
yang menggunakan NAPZA, sehingga ikut terjerumus dalam kejahatan NAPZA.
Tetapi tidak selamanya pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh negatif, teman
sebaya juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan remaja seperti
adanya hubungan pribadi yang berkualitas dan dukungan interpersonal yang positif,
dari teman sebaya.
5.2 Saran
Saran penulis jadi ketika memasuki usia remaja carilah mana yang baik dan
mana yang buruk, carilah teman atau perkelompokan yang baik yang tidak akan
menjerumuskan kedalam hal-hal yang buruk. Bentengilah diri dengan pengetahuan
dan ilmu agama, dan katakan tidak dengan tegas apabila teman mengajak kepada
keburukan. Apabila hati takut akan tergoyahkan kepada hal-hal yang buruk lebih baik
meninggalkan kelompok pertemanan itu dan meninggalkan lingkungan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chiazza, T. (2008).Influence of Extracurricular Activities on Sexual Experience During

Adolescence: Past Experience. Pro Guest Dissertation and Theses. 1-73

Handayani, Eka. (2011). Hubungan Lingkungan Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Remaja Pengguna NAPZA Pada Siswa Kelas XII SMKN 1 Simpang Empat Kabupaten
Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Skripsi, STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.

Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan & Ketergantungan Napza (Narkotika, Alkohol Dan Zat
Adiktif). Jakarta: Balai Fakultas Kedokteran UI.

Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, B.E. (2012). Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga.

Ipansyah.(2014). Kalsel Jalur Peredaran Narkoba


http://kalsel.antaranews.com/berita/15006/kalsel-jalur-perederan-narkoba.

Iskandar, A. (2014). Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba.


Tahun Anggaran 2014. Jakarta: BNN.

Jaji. (2009). Hubungan Faktor Sosial Dan Spiritual Dengan Risiko Penyalahgunaan NAPZA
Pada Remaja SMP Dan SMA di Kota Palembang 2009. http://www.eprints.unsri.ac.id.

http://laporan.akhir-survei-nasional-penyalahguna-narkoba-tahun2014.

14

Anda mungkin juga menyukai