Penyusun:
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah penyuluhan yang berjudul “Partus Spontan
Pervaginam”.
Selama penyusunan laporan kasus ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada dr.
Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG selaku supervisor
pembimbing makalah penyuluhan di Departemen Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan waktunya dalam membimbing dan membantu hingga
makalah penyuluhan ini dapat selesai dengan baik.
Penulisan makalah penyuluhan ini bertujuan untuk mengetahui
pencapaian pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior. Penulisan
makalah penyuluhan ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi
persyaratan Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari makalah penyuluhan ini pasti tidak
luput dari kekurangan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga
makalah penyuluhan ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Definisi Persalinan Normal ………………………………...…….3
2.2 Tanda-tanda Permulaan Persalinan………………...……………..3
2.3 Tanda-tanda Inpartu……..………………………………………..4
2.4Tahap Persalinan ............................................................................. 4
2.5Proses Terjadinya Persalinan .......................................................... 8
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ......................................... 9
2.7 Pimpinan Persalinan ...................................................................... 13
2.8 Keuntungan dan Kekurangan Persalinan Normal .......................... 14
BAB III STATUS PASIEN ........................................................................... 17
BAB IV FOLLOW UP .................................................................................. 24
BAB V DISKUSI KASUS…………………………………………………...26
BAB VI KESIMPULAN…………………………………………………….28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 29
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk
dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan
dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi
ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan
(Koblinsky et al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan dan target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs)
tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai
sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau
102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target
tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
(Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau
terlalu tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur, danbanyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional
(Koblinsky et al, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang
menyatakan bahwa kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan yang
baik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
permulaan fase laten berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi
mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
2) Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi
komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -
4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi
janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua
persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
(1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm
(3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2
jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005). Pada kala I tugas
penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu bahwa
proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada
penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada
indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau
berjalan-jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika
ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring.
Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap
pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa
memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena
belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir
darah.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan
pada otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan,
karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan
perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala
dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi
½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah
masuk pintu atas panggul, ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri.
Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan
lebih kuat, lalu timbul his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin
persalinan. Ada 2 cara ibu mengedan:
1. Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan
kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu
mengenai dada. Mulut dikatup.
2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya
punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah
atas. Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai
terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala
lebih maju, anus terbuka, perinium meregang.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan
lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002)
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera,
pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah
plasenta lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga
dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa
adanya tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis
ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks
dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H,
2008).
4. Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa
fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras.
Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain itu
perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga
perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk
meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi
karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A.
Alimul H, 2008).
Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormone esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan
progesteron sehingga terjadi konstriksi pembuluh darah. Hal tersebut akan
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser).
Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi uterus.
4. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
5. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan
dengan:
- Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis serviks
dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.
- Amniotomi: pemecahan ketuban.
- Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus.
2. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukanpenting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi.
Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang
menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio
sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis
pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak
akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau
hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar
normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen
bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan
ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan.
3. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dankeras
pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera
12
4. Respon psikologi
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan
yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi:
psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
bayi tidak semudah yang terlihat dan membutuhkan kesabaran serta kerja sama
dari kedua belah pihak.
5) Bayi Lebih Sehat
Selain bermanfaat untuk ibu, persalinan normal juga memiliki banyak
sekalimanfaat untuk bayi. Banyak penelitian yang menjelaskan mengenai hal
ini, salah satunya adalah bayi akan memiliki paru-paru yang lebih kuat karena
saat lahir melewati vagina, ada proses pengangkutan oksigen ke jaringan-
jaringan tubuh bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang dilahirkan melalui
proses normal memiliki risiko gangguan yang lebih rendah dan bayi yang lahir
secara normal akan memiliki daya juang yang lebih tinggi karena sudah pernah
berjuang untuk lahir dari rahim ibunya.
2.8.2. Kerugian
Menurut Wang, D (2011) kerugian persalinan normal adalah:
1) Ketakutan persalinan dapat menyebabkan kecemasan pada beberapa ibu.
2) Meskipun jarang, komplikasi perdarahan maternal dapat terjadi.
3) Risiko terjadinya robekan perinium, bervariasi dari laserasi ringan hingga
derajat 3-4.
4) Risiko bayi mengalami deprivasi oksigen jika persalinan menemui
masalah.
5) Kemungkinan trauma fisik pada bayi, seperti bengkak dan memar. Risiko
ini meningkat pada assisted vaginal delivery (persalinan dengan bantuan
forcep atau vacuum extraction).
6) Dapat meningkatkan kecenderungan prolaps organ pelvis.
7) Pada kasus yang jarang, dapat terjadi inversi uteri. Ini merupaka kondisi
yang serius dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian
pada ibu.
8) Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri saat intercourse dalam tiga
bulan pertama setelah persalinan.
9) Risiko inkontinensia urin lebih besar. Risiko ini meningkat pada
assistedvaginal delivery, persalinan lama dan bayi besar.
17
BAB III
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. M, 27 tahun, G4P3A0, Melayu, Islam, SD, IRT menikah dengan Tn. M, 29
tahun, Minang, Islam, SMP, Karyawan datang ke RS Universitas Sumatera Utara
pada tanggal 16 Desember 2019 pukul 13.00 dengan:
Keluhan Utama : Mules-mules mau melahirkan
Telaah : Hal ini telah dialami pasien sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit
pada. Keluhan perut mules dirasakan menjalar ke pinggang, bersifat
hilang timbul, dan semakin lama semakin sering. Riwayat keluar lendir
darah dari kemaluan tidak di jumpai. Riwayat keluar air-air dari
kemaluan tidak dijumpai. BAB dan BAK dalam batas normal.
RPT : Tidak Ada
RPO : Tidak Ada
Riwayat operasi: Tidak Ada
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial : pasien seorang ibu rumah
tangga, ekonomi cukup dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.
18
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 4 doek/hari
Nyeri : ada
HPHT : ?/3/2019
TTP : ?/12/2019
ANC : 1x ke SpOG, 2x ke Bidan
RIWAYAT PERNIKAHAN
Pasien menikah 1 kali pada usia 21 tahun dengan suami berusia 23tahun.
RIWAYAT PERSALINAN
1. Laki-laki, 3.400 gr, PSP, Bidan, Klinik, Sehat, 6 tahun
2. Perempuan, 3.200 gr, PSP, Bidan, Klinik, Sehat, 5 tahun
3. Laki-laki, 3.200 gr, PSP, Bidan, Klinik, Sehat, 1 tahun 7 bulan
4. Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis: -
Tekanan darah : 120/80 mmHg Ikterik : -
Nadi : 88 x/menit Sianosis: -
Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe: -
Temperatur : 36,5oC Oedema: -
Keadaan umum : Baik
Status Nutrisi : Baik
Keadaan penyakit : Baik
19
Status Generalisata :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor, kanan = kiri
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
Ekstremitas: LLA: 24 cm, akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), oedem
pretibial(-/-)
Status Lokalisata:
Abdomen : Membesar asimetris
TFU : 3 jari dibawah processus xiphoideus (28 cm)
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala (4/5)
Pergerakan janin : (+)
HIS : 3x30’’/10’
DJJ : (+) 156, regular
Status Ginekologi:
VT : Cervix sacral, Ø 3 cm, effacement 80%, HeadHodge
I-II,selaput ketuban (+)
Sarung Tangan : Lendir darah (+), Air ketuban (-)
Adekuasi Panggul
• Promontorium : Tidak teraba
20
• Os sacrum : Konkaf
• Os coccygeus : Mobile
DIAGNOSA KERJA
MG + KDR (38-39) mgg + PK+ AH + Inpartu (fase aktif)
21
RENCANA TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
- IVFD RL 20 gtt/menit
RENCANA TINDAKAN
- Rawat Inap
- Ikuti kemajuan persalinan
- Monitoring vital sign, HIS, DJJ, tanda-tanda inpartu
22
PARTOGRAF
23
LAPORAN PARTUS
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
16 Desember 2019
S Mules-mules mau melahirkan
O Sens : CM
TD : 120/90 mmHg; HR: 86x/i; RR: 20x/i; T: 36.5 C
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 3 jari bawah prosesus
xipoideus
Teregang : kanan
Terbawah : Kepala
Gerak : (+)
DJJ : 156 x/i
His : 3 x 30’’ / 10’
A MG + KDR (38-39) minggu + PK + AH + inpartu
P - IVFD RL 20 gtt/i
R/ - Awasi VS, His, DJJ serta
pantau kemajuan persalinan
17 Desember 2019
S
O Sens : CM
TD: 120/80 mmHg; HR: 88x/i; RR: 20x/i; T: 36.6 C
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
P/V : Lochia rubra (+)
BAK : Spontan
BAB : flatus (+)
A Post PSP a/i PBK + NH2
25
P
- Asam Mefanamat 3 x 500
- Cefadroxil 2 x 1
- Vit B. Comlex 2 x 1
- R/ aff infus
- PBJ
26
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Definisi
Persalinan normal adalah proses Ny. M, 27 tahun, G4P3A0, Melayu,
pengeluaran janin yang terjadi pada Islam, SD, IRT menikah dengan Tn.
kehamilan cukup bulan (37 - 42 M, 29 tahun, Minang, Islam,
minggu) lahir spontan dengan SMP,Karyawan datang ke RS
presentasi belakang kepala yang Universitas Sumatera Utara pada
berlangsung dalam 18 jam tanpa tanggal 16 Desember 2019 pukul
komplikasi baik ibu maupun janin 13.00. Riwayat keluar lendir darah
dari kemaluan tidak di jumpai.Riwayat
keluar air-air dari kemaluan tidak
dijumpai. BAB dan BAK dalam batas
normal.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, &
Wenstrom KD 2005, Obstetri William, edisi XXI, Vol 2, EGC,Jakarta.
Darsana 2009, Hubungan Dukungan Suami dengan Kesiapan Ibu Hamil
Primigravida Trimester III Menghadapi Persalinan, diakses tanggal 17
Oktober 2014 pukul 09.00 WIB.
Depkes RI 2008, Pelatihan Klnik Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Essensial,
Pencegahan dan Penanggulangan segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Lahir), Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, (2004), Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak asasi
Manusia (HAM) Keadilan Gender, Jakarta: Depkes RI.
Green, LW & Kreuter, MW 1991, Health Promotion Planning An Educational and
Environmental Approach, 2nd Ed, Mayfield Publishing co, Mountin View.
Hanifa, W 2002, Ilmu Kebidanan, edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Jannah, AW & Widajaka, W 2012, Enjoy your Pregnancy, Mom!, AgroMedia
Pustaka, Jakarta.
Manuaba, IBG 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, R 2011, Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, edisi 3,
EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, S 2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirihardjo, edisi IV,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta.
Wang, D 2011, Long-Term Effects of Delivery Mode on Children’s Intelligence
Development, European Journal of Anaesthesiology, vol. 28.
Wheeler, L 2003, Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum, EGC,
Jakarta.
Wiknjosastro. 2002. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.
Wildan & Hidayat, A. 2008, Dokumentasi Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.