Rasionalisme
Rasionalisme
FILSAFAT UMUM
Disusun oleh :
Dosen pengampu :
FAKULTAS SYARI’AH
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji syukur kita ungkapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat,taufiq serta hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan segala bentuk kekurangan.Semoga makalah ini bisa digunakan sebagai salah
satu pedoman bagi pembaca untuk belajar.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Rasionalisme
A. Pembahasan
Rasionalisme ada dua macam yaitu dalam bidang agama dan dan dalam
bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas dan
dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme
dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik agama,
rasionalisme dalam bidang filsafat biasanya digunakan sebagai teori
pengetahuan.
1
2
keduanya, maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran tersendiri yang
saling bertentangan.
Descartes (1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1569 dan meninggal pada tahu 1650. Bukunya
yang teroenting di dalam filsafat murni adalah Discours de la methode (1637)
dan Meditations (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. di
dalam buku inilah iya menuangkan metode nya yang terkenal itu, metode
keraguan Descartes (Cartesian Doubt). metode ini sering juga disebut Cogito
Descartes, atau metode cogito saja.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan segala
sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang
dapat di indera, objek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah
langkah pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya
sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi,
halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang
sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat
mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhanya. Di dalam
mimpi seseorang seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh
sungguh terjadi, persis sweperti tidak mimpi. Begitu pula pada pengalaman
halusinasi, ilusi dan kenyataan goib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi
dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, “ aku dapat meragukan bahwa
aku duduk disini dalam pakaian siap untuk pergi keluar ; ya, aku dapat
meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu ,
padahal aku ada di tempat tidur , sedang bermimpi.”tidak ada batas yang tegas
antara mimpi dan jaga”. bermimpi, rasa- rasanya seperti bukan mimpi. Siapa
yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga sebagaimana kita alami
adalah kewajiban-kewajiban yang sebenarnya, jadi bukan mimpi? Tidak ada
perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga; demikian yang dimaksud Descartes.
SPINOZA
Tokoh rasionalisme yang kedua adalah Spinoza, yang kemudian menamakan dirinya
Benedictus de Spinoza. Lahir di Amsterdam pada tahun 1632 dari keluarga Yahudi
yang mengungsi dari Spanyol karena Spanyol diduduki oleh bangsa Arab. Ia di
persiapkan oleh ayahnya menjadi pendeta, pada tahun 1673 ia ditawari menjadi dosen
di Universitas Heidelberg akan tetapi ia menolak tawaran tersebut. Pada tahun 1677
tepatnya Februari pada usia 44 tahun ia meninggal dunia karena sakit TBC.
Bagi Spinoza, semua bisa di jelaskan dengan rasio, termasuk adanya Tuhan. Di
sini terlihat pengaruh Descartes, bagi spinoza hanya ada satu substansi. Substansi itu
adalah yang esa, kekal, tak terbatas, berdiri sendiri, tidak tergantung pada apapun di
luar darinya. Tuhan merupakan satu kesatuan umum yang mengungkapkan diri di
dunia. Pengertian substansi sama dengan pengertian Tuhan, dan karena sama dengan
pengertian Alam. Jadi substansi = Tuhan = alam. Karena konsep tersebut ajaran
Spinoza dapat dikatakan Pantheitis.
LEIBNIZ
Tokoh rasionalisme ketiga adalah Leibniz. Nama lengkapnya Gottfried Wilhelm von
Leibniz lahir di Leipniz, Jerman pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia
filosof jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarahwan. Lama menjadi pegawai
pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi negara. Ia menguasai banyak
bahasa dan banyak pengetahuan. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di
Universitas Leipzig, mempelajari hukum, matematika, dan filsafat. Pada tahun 1666,
tatkala ia belum berumur 21 ia menerima ijazah dari Universitas Altdorf, dekat
Nuremberg.
Bagi Liebniz, substansi adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu
tujuan. Penuntun prinsip filsafat Liebniz ialah ‘prinsip akal yang mencukupi’, yang
secara sederhana dapat dirumuskan ‘sesuatu harus mempunyai alasan’. Bahkan
Tuhan juga harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakaNya. Leibniz
berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad.
Setiap monad berbeda satu dengan yang lainnya, dan Tuhan (sesuatu yang
supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-
monad itu. Karya Leibnez tentang ini berjudul Monadologi (studi tentang monad)
yang di tulisnya pada tahun 1714.
penutup