ISI
ISI
PENDAHULUAN
1
belum mendapat penatalaksanaan yang memadai. Diperlukan upaya-upaya
pencegahan terjadinya NPB dan kekambuhannya serta pengobatan yang rasional
berdasarkan bukti-bukti klinis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
3
Gambar 1. Anatomi vertebrae9
4
Setiap discus terdiri dari bagian pinggir, anulus fibrosus, dan bagian tengah
yaitu nucleus pulposus. Anulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilago, yang
melekat dengan erat pada corpus vertebrae dan ligamentum longitudinale anterius
dan posterius columna vertebralis. Nucleus pulposus pada anak-anak dan remaja
merupakan massa lonjong dari zat gelatin. Biasanya berada dalam tekanan dan
terletak sedikit ke pinggir posterior daripada pinggir anterior discus. Permukaan
atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel pada discus
diliputi oleh cartilago hialin yang tipis.9
5
vertebralis, di mana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis,
atau bahkan medulla spinalis. Dengan bertambahnya umur, kandungan air di dalam
nucleus pulposus berkurang dan digantikan oleh fibrocartilago. Serabut-serabut
collagen anulus berdegenerasi, dan sebagai akibatnya anulus tidak selalu dapat
menahan tekanan pada nucleus pulposus. Pada usia lanjut discus ini tipis dan
kurang lentur, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nucleus dan anulus.9
Mobilitas vertebrae diatur oleh sendi simfiseal antara korpus vertebra,
dengan diskus intervertebralis di antaranya. Sendi facet terletak di antara dan di
belakang vertebra yang berdekatan, berkontribusi untuk stabilitas tulang belakang.
Mereka ditemukan di setiap tulang belakang dan memberikan sekitar 20% dari
stabilitas torsional (memutar) di leher dan segmen punggung bawah.
Ligamen membantu stabilitas sendi selama istirahat dan bergerak,
mencegah cedera akibat hiperekstensi dan hiperfleksi. Tiga ligamen utama adalah
ligamentum longitudinal anterior (ALL), ligamentum longitudinal posterior (PLL),
dan ligamentum flavum (LF). Kanalis vertebrae dibatasi oleh korpus vertebrae dan
diskus anterior dan oleh lamina dan LF posterior. Baik ALL dan PLL berada di
sepanjang tulang belakang, masing-masing pada anterior dan posterior. Di lateral,
saraf tulang belakang dan pembuluh darah keluar dari foramen intervertebralis. Di
bawah setiap vertebrae lumbar, ada foramen yang sesuai, dari mana radiks saraf
tulang belakang keluar.
Diskus intervertebrae terletak di antara vertebra. Mereka adalah struktur
kompresibel yang mampu mendistribusikan beban tekan melalui tekanan osmotik.
Diskus intervertebralis tersusun oleh annulus fibrosus (AF), struktur cincin
konsentris dari kolagen lamelar terorganisir, mengelilingi nukleus pulposus (NP).
Diskus bersifat avaskular pada usia dewasa, kecuali pada pinggirannya. Saat lahir,
diskus manusia memiliki beberapa pasokan vaskular tetapi pembuluh-pembuluh
ini kemudian residif, mengakibatkan diskus memilki sedikit pasokan darah
langsung pada orang dewasa yang sehat
2.3 Epidemiologi
2.4 Etiopatogenesis
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. 15
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri. 15
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit
vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks
sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang
7
unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung. 15-17
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis,
yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. 15-17
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung
bawah, antara lain:16-18
1. Faktor risiko fisiologis: usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur tubuh
yang tidak anatomis, kegemukan, skoliosis berat (kurvatura berat >80), HNP,
spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok.
2. Faktor risiko lingkungan: duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,
terpelintir.
3. Faktor risiko psikososial: ketidaknyamanan bekerja, depresi, stres.
2.5 Klasifikasi
A. Berdasarkan perjalanan klinis16
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan
kurang dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low
Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan
mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
8
tersebut dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan
tendon.
9
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
yang paling meredakan rasa nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus dan duodenum
akan menimbulkan induksi nyeri didaerah epigastrium. Tetapi bila
dinding bagian belakang turut terlibat dan terutama apabila ada
perluasan retroperitoneal, maka nyeri mungkin juga akan terasa di
punggung. Nyeri tadi biasanya terasa digaris tengah setinggi lumbal
pertama dan dapat naik sampai torakal ke-6.
2. NPB Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan
nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal
dapat menimbulkan NPB dibagian dalam dan tidak ada hubungannya
dengan aktivitas tubuh. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat
menimbulkan nyeri dibagian pantat, yang makin memperberat pada
saat berjalan akan mereda pada saat diam berdiri. Nyeri ini dapat
menjalar kebawah, sehingga mirip dengan iskialgia, tetapi nyeri ini
tidak berpengaruh terhadap presipitasi tertentu, misalnya membungkuk
dan mengangkat benda berat.
Klaudikasio interminten, nyeri interminten di betis sehubungan
dengan penyakit vaskular perifer, suatu saat akan sangat menyerupai
iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks. Namun demikian, dengan
adanya riwayat yang khas ialah nyeri yang makin berat pada saat
berjalan, dan kemudian mereda pada saat diam berdiri, tetap
memberikan gambaran ke aarah insufiensi vaskular perifer.
3. NPB Neurogenik
a. Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah
neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan meningioma. Nyeri
yang diakibatkan neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri
akibat HNP. Pada umumnya gejala pertama adalah nyeri kemudian
timbul gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas, dan
vegetatif. Rasa nyeri sering timbul waktu sedang tidur sehingga
10
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang kalau untuk
berjalan. Dengan demikian penderita cenderung bangkit dari tempat
tidur untuk berjalan – jalan.
b. Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses
degenerasi diskus intervetebralis dan biasanya disertai oleh
ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adalah
klaudikasio interminten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat
penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada. Bedanya
dengan klaudikasio interminten pada penyumbatan arteri ialah disini
denyut nadi hilang dan tidak rasa kesemutan.
4. NPB Spondilogenik
a. NPB Osteogenik
- Radang atau infeksi, misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberkulosa.
- Trauma, yang menyebabkan fraktur maupun spondilositesis.
- Keganasan, dapat bersifat primer (terutama multipel myeloma)
maupun sekunder yang berasal dari proses keganasan di kelenjar
tiroid, paru, payudara, hati, prostat, dan ovarium.
- Kongenital, misalnya skoliosis, yang mana nyeri timbulakibat
iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
- Metabolik, misalnya osteoporosis dan osteofibrosis.
b. NPB Diskogenik
- Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada diskus intervertebralis, mengakibatkan menyempitnya jarak
antar vertebra sehingga terjadi osteofit, penyempitan kanalis
spinalis, serta iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada
spondilosis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan
tertekannya radiks oleh kantung duramater yang mengakibatkan
11
iskemia dan radang. Gejala neurologiknya timbul karena gangguan
pada radiks, yaitu gangguan sensabilitas dan motorik (paresis,
fasikulasi, atrofi). Nyeri akan bertambah apabila tekanan cairan
serebrospinal dinaikkan dengan tes Valsava atau dengan tes
Naffziger.
- Herniated Nucleus Pulposus (HNP), ialah keadaan dimana
nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat
terjadi di bagian lateral dan ini yang banyak terjadi (HNP lateral),
atau dapat pula di bagian tengah (HNP sentral). Dasar terjadinya
adalah proses degenerasi diskus intervertebralis, yang banyak
terjadi pada usia pertengahan. Umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat
(terutama secara mendadak). Gejala yang timbul pertama kali
adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan di tempat tadi. Hal ini disebabkan oleh
spasme otot yang menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal.
HNP sentral menimbulkan paraparese flaksid, parestesi, dan
retensi urin. HNP lateral sering terjadi pada L5-S1 dan L4-L5.
- Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi
sakroiliaka yang kemudian menjalar ke atas. Gejala permulaan
berupa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas - ruas bambu sehingga membentuk
gambaran bamboo spine.
c. NPB Miogenik
- Ketegangan otot, sikap tegang yang konstan atau berulang pada
posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya
menimbulkan nyeri. Keadaan ini tidak terlepas dari kebiasaan
buruk atau sikap tubuh yang kurang fisiologik. Bila kontraksi otot-
otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan
menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena
12
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada
perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
- Spasme otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana
jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku
atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala khas,
yaitu setiap kontraksi otot disertai nyeri hebat.
- Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama,
maupun karena mobilisasi.
- Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang
apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke
daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai
noktah picu, yang apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri
bercampur rasa sedikit nyaman.
5. NPB Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan
depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi. Pada anamnesis
akan terungkap bahwa penderita mudah tersinggung, sulit tertidur atau
mudah terbangun di malam hari tetapi akan sulit untuk tidur kembali,
kurang tenang atau mudah terburu – buru tanpa alasan yang jelas.
13
C. Red Flag16,17
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian atau kecelakaan
kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau torakal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik jika terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker atau HIV
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dengan atau tanpa inkontinensia urin
2.7 Diagnosis
A. Anamnesis15,17
- Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
- Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan
sehari-hari? Adakah suatu trauma?
- Dimana letak nyeri? Apa ada penjalaran?
- Apakah bertambah pada kegiatan/postur tertentu?
- Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
- Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
- Adakah gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?
B. Pemeriksaan Fisik15-18
1. Inspeksi dan Palpasi
- Kurvatura yang berlebihan atau asimetris, pendataran arkus lumbal,
angulasi, muskular paravertebral atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada
hambatan dan gerakan yang tidak wajar atau terbatas
- Observasi pasien saat berdiri, duduk, bersandar, maupun berbaring
- Atrofi otot, fasikulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit
- Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang paling ringan
nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang paling nyeri
14
2. Pemeriksaan Neurologik
- Pemeriksaan Sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah
satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan
sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian
segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini
meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam,
dan rasa getar (vibrasi).
- Pemeriksaan Motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun
kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu kekuatan (fleksi dan
ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya),
atrofi, dan fasikulasi.
- Pemeriksaan Refleks
Refleks tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau
menghilang pada HNP. Pada HNP lateral di L4-L5, refleks lutut
negatif. Sedangkan pada HNP lateral L5-S1, refleks achiles negatif.
15
e. Tanda Neri, penderita diminta berdiri tegak, kemudian bila
membungkuk akan terjadi fleksi pada lutut sisi yang sakit.
3. Pemeriksaan Non Neurologik
2.8 Penatalaksanaan
Secara umum, tatalaksana low back pain terdiri dari tatalaksana simptomatik,
kausatif, dan rehabilitatif. Tatalaksana kausatif NPB difokuskan terutama pada
kasus NPB dengan tanda bahaya (red flags). Tatalaksana simptomatik NPB dipilih
berdasarkan jenis dan intensitas:1
16
A. Nyeri inflamasi:
1. Anti inflamasi (steroid, NSAID sesuai fornas)
2. Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
3. Analgetik opioid lemah (Codein)
4. Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
B. Nyeri neuropatik:
1. Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (Carbamazepine, Gabapentin,
carbazepine, Fenitoin, Asam Valproat, Pregabalin)
2. Anti depresant (Amitryptiline)
3. Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
4. Analgetik opioid lemah (Codein)
5. Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
C. Nyeri campuran: kombinasi nyeri inflamasi dan neuropatik.
1. Injeksi epidural (steroid, lidokain,opioid) pada sindroma radikuler (atas
indikasi).
Selain terapi tersebut, terdapat pilihan terapi invasif minimal yang dilakukan
hanya atas indikasi tertentu, seperti radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+) dan injeksi kortikosteroid intra-articular pada pasien dengan kasus
lumbar facet joint pain, radiofrekuensi ablasi pada kasus sacroiliac joint pain,
ganglion impar block dan terapi elektrothermal intra-discal (IDET) pada kasus
coccygodynia. Tatalaksana operatif lainnya hanya dilakukan berdasarkan ndikasi
khusus. Terapi rehabilitatif pada kasus NPB dipilih sesuai diagnosis etiologik,
berupa fisioterapi, terapi okupasi, social worker, orthose/prothesa. Selain itu juga
dapat dilakukan CBT (Cognitive Behavioural Therapy).1
17
saran untuk mencegah rekurensi seperti menghindari mengangkat beban yang
berat.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 62 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Payakumbuh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Autoanamnesis :
Pada tanggal 31 Desember 2019 seorang pasien perempuan berusia 62
tahun datang ke poli syaraf RSUD Dr. Adnaan WD:
Keluhan Utama :
Nyeri punggung bawah kanan sejak 1 hari yang lalu.
19
Riwayat DM dan hipertensi tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : E4M6V5
Kooperatif : Kooperatif
Nadi/ irama : 81x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Suhu : 36,7 oC
Keadaan gizi : Baik
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 55 kg
Turgor kulit : Baik
Kulit dan kuku : Pucat tidak ada, sianosis tidak ada
Kelenjar getah bening
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : Tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : Tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
20
Auskultasi : SN bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama ireguler, bising tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : Deformitas tidak ada
Palpasi : Gibus tidak ada
Nyeri tekan m. Piriformis (-)
Status neurologikus
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk : Tidak ada
Brudzinsky I : Tidak ada
Brudzinsky II : Tidak ada
Tanda Kernig : Tidak ada
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm , reflek cahaya +/+
Muntah proyektil tidak ada
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Dalam batas Dalam batas
normal normal
Objektif (dengan bahan) Tidak diperiksa Tidak diperiksa
21
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Dalam batas Dalam batas
normal normal
Lapangan pandang Dalam batas Dalam batas
normal normal
Melihat warna Dalam batas Dalam batas
normal normal
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Baik Baik
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endotalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakkan rahang (+) (+)
22
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibular
- Sensibilitas (+) (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fissura palpebral (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi lidah 2/3 depan (+) (+)
Hiperakusis (-) (-)
Plica nasolabialis Simetris
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik Baik Baik
Detik arloji Baik Baik
Rinne tes Tidak diperiksa
Weber tes Tidak diperiksa
Schwabach tes Tidak diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala Tidak diperiksa Tidak diperiksa
23
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang (+)
Refleks muntah (Gag Rx) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Simetris
Menelan Dalam batas normal
Suara Dalam batas normal
Nadi Teratur, 81x/menit
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)
Menoleh ke kiri (+) (+)
Mengangkat bahu kanan (+) (+)
Mengangkat bahu kiri (+) (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atropi (-)
4. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak diperiksa Tes jari hidung (+)
Romberg tes Tidak diperiksa Tes hidung jari (+)
Rebound phenomen Tidak diperiksa Supinasi-pronasi (+)
Test tumit lutut Tidak diperiksa
24
Khorea (-)
(-)
6. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil Dalam batas normal
Sensibilitas nyeri Dalam batas normal
Sensiblitas termis Dalam batas normal
Sensibilitas kortikal Dalam batas normal
Stereognosis Dalam batas normal
Pengenalan 2 titik Dalam batas normal
Pengenalan rabaan Dalam batas normal
7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis (+) (+) Triseps (++) (++)
Laring (+) (+) KPR (+) (++)
Masetter (+) (+) APR (+) (++)
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak diperiksa
Atas (+) (+) Cremaster Tidak diperiksa
Tengah (+) (+) Sfingter Tidak diperiksa
Bawah (+) (+)
25
8. Fungsi otonom
- Miksi : Baik
- Defekasi : Baik
- Sekresi keringat: Baik
Pemeriksaan penunjang
Rontgen vertebrae lumbosacral AP
Diagnosis :
Diagnosis Klinis : Ischialgia dextra
Diagnosis Topik : Low back pain ec susp. HNP
Diagnosis Etiologi : Spondilolithesis lumbal grade 1
Diagnosis Sekunder : -
26
Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Terapi :
- Umum : Istirahat
Fisioterapi
- Khusus : Inj. Ketorolac 2x30 mg
Metilprednisolon 2x8 mg
Lasoperazole 2x30 mg
Meloxicam 1x15 mg
Alpentin 3x100 mg
Eperison 2x50 mg
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Edukasi tentang perubahan pola hidup, faktor risiko dan biomekanikal tubuh
juga sangat diperlukan. Tatalaksana konservatif lebih diutamakan dan tatalaksana
operatif tidak direncanakan pada pasien ini karena tidak ditemukannya salah satu
dari tanda red flag.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
12. Balague´ F, Mannion AF, Pellise´ F, Cedraschi C. Non-specific low back pain.
Lancet 2012;379(9814):482Y491.
13. Deyo RA, Weinstein JN. Low back pain. N Engl J Med 2001;344(5):363Y370.
14. Global Burden of Disease Study 2013 Collaborators. Global, regional, and
national incidence, prevalence, and years lived with disability for 301 acute
and chronic diseases and injuries in 188 countries, 1990Y2013: a systematic
analysis for the Global Burden of Disease Study 2013. Lancet
2015;386(9995):743Y800.
15. Jackson MA, Simpson KH. Chronic Back Pain. Continuing Education in
Anaesthesia, Critical Care & Pain. 2006;6(4):152-5.
16. Dundas T. Clinical practice guideline for low back pain. BCMJ.
2011;53(7):36-42.
17. Deyo RA, Weinstein JN. Low Back Pain. N Engl J Med. 2001;344:363-70.
18. Goodman DM, Burke AE, Livingston EH. Low Back Pain. JAMA.
2013;309(16):17-38.
19. Delitto A, dkk. Low Back Pain: Clinical Practice Guidelines Linked to the
International Classification of Functioning, Disability, and Health. Journal of
Orthopaedic & Sports Physical Therapy. 2012;42(4):1-57.
20. Bodguk N. Management of chronic low back pain. Med J Aust.
2004;180(2):79-83.
31