Anda di halaman 1dari 8

KOPERASI PEMENUHAN GIZI SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN STATUS GIZI RUMAH TANGGA

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia


Oleh:
Rika Ledy Shutarta 195070300111011
Nur Annisa S.A 195070307111001
Febiana Rizka Pritasari 195070300111009
Nova Nuril Rosyida 195070301111005

Universitas Brawijaya
Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Gizi
2019

1
KOPERASI PEMENUHAN GIZI SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN STATUS GIZI RUMAH TANGGA
Rika Ledy Shutarta, Nur Annisa S.A, Febiana Rizka Pritasari, Nova Nuril Rosyida

1A1, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

Abstrak
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah penduduk hingga 264 juta jiwa
dengan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan sampah, kualitas sumber daya manusia,
pendistribusian bahan pangan hingga ketahanan pangan yang mempengaruhi status gizi
masyarakat. Permasalahan tersebut mendorong kami untuk menciptakan sebuah gagasan
konsep terkait dengan sampah organik serta masalah ketahanan pangan yang berpengaruh
terhadap status gizi yaitu “Koperasi Pemenuhan Gizi”. Penelitian ini menggunakan konsep
"penukaran" dan "jual beli" bahan pangan dengan menggunakan tabungan sampah yang
disetor pada koperasi pemenuhan gizi tersebut, sehingga jumlah nominal tabungan yang
terkumpul dapat ditukarkan dengan bahan pangan dalam koperasi pemenuhan gizi ini. Potensi
dampak yang dihasilkan dari berdirinya Koperasi Pemenuhan Gizi ini antara lain adalah
adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendistribusian bahan pangan yang merata,
peningkatan daya beli masyarakat, perbaikan gizi dan peningkatan status gizi.

Kata Kunci: Kebutuhan Pangan, Status Gizi, Sampah Organik, Koperasi Pemenuhan Gizi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku dan budaya.
Menurut bank dunia, pada tahun 2017 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 264 juta
jiwa dengan penyebaran penduduk terbanyak terletak di pulau jawa yang diperkirakan
mencapai 152 juta jiwa pada tahun 2020 (Bappenas, 2014). Pulau jawa memiliki banyak
sektor pertanian yang dikembangkan dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan bagi
penduduk di pulau jawa maupun luar pulau jawa. Namun dengan kondisi kebutuhan
pangan yang tinggi, sektor pertanian di Indonesia justru masih lemah. Dari Kementerian
Pertanian pada tahun 2017 mencatat nilai ekspor komoditas pertanian Indonesia
mencapai angka US$ 26,370 milyar, agak menurun bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai US$ 33,678 milyar dollar atau turun rata-rata sebesar 7,83 persen
per tahun. Negara juga harus melakukan impor beras demi mencukupi kebutuhan beras
sebagai salah satu makanan pokok di Indonesia.
Konsumsi beras masyarakat Indonesia dapat dikatakan tinggi karena setiap orang
di Indonesia mengkonsumsi beras setiap tahun sebesar 139,5 kg. Konsumsi beras
Indonesia lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per tahun.
Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia tersebut dapat diterima karena beras
merupakan makanan pokok warga negara Indonesia (Hermanto, 2012). Impor beras
mungkin saja menyelesaikan permasalahan terkait kebutuhan beras sebagai salah satu
sumber makanan pokok di Indonesia, namun masalah lain yang berkaitan dengan

2
ketahanan pangan belum teratasi seluruhnya. Proses pendistribusian bahan pangan
dengan biaya yang tidak sedikit serta adanya keterbatasan akses merupakan beberapa
kendala dalam pendistribusian bahan pangan yang menyebabkan harga bahan makanan
tidak dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi
rata-rata kebawah.
Daya beli kebutuhan pangan yang rendah mempengaruhi status gizi individu atau
kelompok tertentu. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendapatan semakin tinggi konsumsi energi dan protein, juga mutu makanan semakin
baik. Sebaliknya, ekonomi atau pendapatan rendah ini lah yang memicu terjadinya
status gizi buruk akibat ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Di sisi lain, Indonesia juga memiliki masalah dalam pengolahan sampah yang
dinilai masih kurang dalam pemanfaatannya menjadi barang ataupun produk yang lebih
bernilai. Dalam rumah tangga biasanya sampah tersebut, khususnya sampah organik,
hanya akan dibuang dan tertumpuk di TPS (Tempat Penampungan Sementara).Sampah
rumah tangga tak jarang pula dibersihkan atau dilenyapkan dengan cara dibakar ataupun
dikubur yang mungkin saja justru menimbulkan permasalahan baru yaitu berupa polusi
udara dan pencemaran tanah apabila sampah sampah plastik ikut terkubur didalam
tanah.
Oleh karena itu, berdasarkan paparan masalah di atas, kami memiliki sebuah
gagasan konsep pemecahan masalah lingkungan terkait sampah organik serta masalah
ketahanan pangan yang juga berkaitan erat dengan status gizi di Indonesia, dengan
mengusung ide "Koperasi Pemenuhan Gizi" yang akan menjadi tempat pemasokan
sembako dan bahan makanan bagi masyarakat di daerah daerah terpencil.

1.2 RumusanMasalah

1. Bagaimana konsep koperasi pemenuhan sebagai strategi pemenuhan gizi rumah


tangga?
2. Bagaimana potensi dampak koperasi pemenuhan gizi dalam menangani masalah
status gizi pada rumah tangga?

1.3 Tujuan

1. Memfasilitasi penukaran dan jual beli bahan pangan menggunakan tabungan


sampah organik untuk membantu pemenuhan gizi masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya beli terhadap kebutuhan
pangan sehingga dapat meningkatkan status gizi masyarakat.

1.4 Manfaat

1. Memberikan kesejahteraan pangan pada tingkat keluarga.


2. Mengolah sampah rumah tangga menjadi produk yang lebih bermanfaat.
3. Meningkatkan status gizi di tingkat rumah tangga.

3
1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pengelolaan koperasi pemenuhan gizi yang kami usung ini
mirip dengan program yang di prakarsai oleh dr. Gamal yakni “Garbage Clinical
Insurance”(GCI), dimana “Klinik Asuransi Sampah” ini didirikan oleh dr. Gamal
dengan mengajak kader posyandu, PKK, pemulung, dan masyarakat untuk
mengembangkan Klinik Asuransi Sampah (KAS) dalam menghancurkan barrier
(penghalang) antara akses kesehatan dengan masyarakat.Klinik Asuransi Sampah
merupakan sistem asuransi kesehatan mikro berbasis kerakyatan dengan semangat
gotong royong melalui pembayaran premi dengan sampah sebagai sumber pendanaan
utama pelayanan kesehatan masyarakat.
Asuransi sampah ini merupakan program asuransi kesehatan dengan premi
sampah sebagai pembiayaan kesehatan, dimana melalui program ini warga cukup
menyerahkan sampahnya kepada klinik bumi ayu. Sampah yang dikumpulkan warga
diolah menjadi uang sebagai dana sehat. Dana yang terkumpul digunakan untuk
pelayanan kesehatan secara holistik yaiu pengobatan jika pasien sakit (kuratif),
melakukan program kualitas kesehatan (promotif seperti : penyuluhan, konsultasi gizi,
pembagian buku, dan lain lain), mencegah terjadinya sakit (preventif), dan home visit,
kontrol diabetes, dan lain lain (rehabilitative). Perbedaan konsep Klinik Asuransi
Kesehatandengan penelitian kami yaitu kami lebih berfokus pada pemenuhan gizi
seimbang dengan cara mengumpulkan sampah organik pada koperasi untuk
menghasilkan tabungan yang dapatdigunakan untuk membeli bahan makanan pokok
pada Koperasi Pemenuhan Gizi tersebut

1.5.1 Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia
dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Deddy
Muchtadi, 2002:95). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3). Sedangkan menurut Suhardjo,
dkk (2003:256) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan. Deswarni Idrus dan Gatot Kusnanto (1990:19-
24).
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga,
yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Karenanya, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memproleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya,
dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. Konsep terjadinya
keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Daly Davis dan Robertson

4
(1979) dalam buku Supriasa (2002:14) membuat model faktor-faktor yang
mempengaruhi keadaan gizi yaitu, konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi
makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan.
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke
dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix,
2005). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang
(Apriadji, 1986). Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition
merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).

1.5.2 Koperasi

Koperasi merupakan suatu badan yang memberikan fasilitas pelayanan


masyarakat di bidang keuangan yang memiliki kepengurusan untuk memperoleh
kemudahan dalam mencari jalan keluar permasalahan keuangan dan memberikan
pelayanan keuangan masyarakat. Tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan
anggota dan masyarakat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pancasila dan UUD
1945.
Koperasi konsumsi adalah jenis koperasi konsumen. Anggota koperasi konsumsi
memperoleh barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih mudah, lebih baik dan
dengan pelayanan yang menyenangkan. Koperasi konsumsi memiliki anggota anggota
yang terdiri dari tiap tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan
konsumsi.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep Koperasi Pemenuhan Gizi


Penukaran dan Jual beli

Sampah di setor oleh kepala


keluarga

Diolah menjadi produk pupuk


organik sebagai tabungan

Mendapat bahan pangan dari


koperasi

5
Konsep koperasi ini adalah tempat "penukaran" dan "jual beli" bahan pangan
menggunakan tabungan sampah yang disetor pada koperasi pemenuhan gizi tersebut.
Koperasi akan memberikan sebuah tong sebagai tempat mengumpulkan sampah.
Sampah yang dikumpulkan dapat berupa sampah organikdan akan disetorkan oleh tiap
kepala keluarga kepada koperasi dengan setiap 5 kg sampah akan dihargai 5 ribu
rupiah. Selanjutnya koperasi akan mengolah sampah organik tersebut menjadi produk
pupuk organik dan produk lainnya yang bernilai jual tinggi, sehingga hasil penjualan
pupuk organik dapat dijadikan sumber modal dalam pemenuhan stok bahan pangan
yang ada di koperasi.
Setiap kepala keluarga akan dapat mengakses dan mendapat bahan pangan dari
koperasi sesuai dengan jumlah nominal yang terdapat pada tabunganya dari hasil
penyetoran sampah organik pada koperasi tersebut, misalnya menukarkan tabungan
tersebut dengankebutuhan pangan seperti beras, minyak, telur, daging dan lain-lain.
Semakin banyak suatu keluarga menyetor sampah organikkepada koperasi ini, maka
akan semakinbanyak uang dalam tabungan yang dapat ditukarkan dengan bahan
pangan sehingga semakin banyak bahan pangan yang didapatkandalam koperasi
pemenuhan gizi ini,

2.2 Potensi Dampak Pendirian Koperasi Pemenuhan Gizi


Potensi dampak dari adanya Koperasi Pemenuhan Gizi ini antara lain adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain dapat mengajak masyarakat untuk
lebih peduli lingkungan dengankeberadaan sampah yang seringkali disepelekan, dengan
adanya Koperasi PemenuhanGizi ini masyarakat setempat juga dapat meningkatkan
kualitas diri, khususnya para anggota koperasi, dengan melakukan pemanfaatan dan
pengolahan sampah sehingga dapat menjadi produk yang bernilai jual tinggi seperti
pupuk organik dan produk lainnya. Dilakukannya pemanfaatan sampah organik dalam
pengolahan pupuk di koperasi ini juga berdampak pada lingkungan, yang tentunya akan
terlihat lenih bersih dan rapi.
Pendirian Koperasi Pemenuhan Gizi ini utamanya ditujukan untuk mencukupi
kebutuhan pangan masyarakat secara merata baik dalam jumlah maupun mutu gizinya,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.Dalam hal ini, pendirian Koperasi Pemenuhan Gizi tentu berpotensi besar
menjadisalah satu solusi perbaikan gizi di tingkat rumah tangga sehingganantinya akan
berdampak pada peningkatan status gizi masyarakat Indonesia.Pengaruh yang
diberikan dari peningkatan status gizi masyarakat juga akan kembali pada kualitas
sumber daya manusia di Indonesia, dimana apabila status gizi masyarakat di Indonesia
dapat tercukupi dengan baik, maka produktivitas dan kualitas sumber daya
manusianya juga akan semakin meningkat, sehingga dapat menjadi kesempatan
dalam memaksimalkan pembangunan nasional.

6
3. SIMPULAN

Konsep koperasi ini adalah tempat "penukaran" dan "jual beli" bahan pangan
menggunakan tabungan hasil penyetoransampah organik pada KoperasiPemenuhanGizi,
yang selanjutnya akan diolah menjadi produk pupuk organik dan produk lainnya yang
bernilai jual tinggi sehingga dapat menjadi sumber modal dalam pemenuhan stok bahan
pangan yang ada di koperasi. Dari tabungan tersebut masyarakat dapat menukarkan
tabungannya dengan bahan pangan yang disediakan dalam koperasi tersebut sesuai
dengan nominal tabungan mereka. Dengan adanya Koperasi Pemenuhan Gizi ini,
diharapkan dapat menjadi solusi nyata dalam upaya peningkatan ketahanan pangan,
status gizi dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

4. DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini S.,Widarno, B, Suharno. 2016, ‘Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi pada


Koperasi Karyawan Djitoe Surakarta’Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi, vol. 12 no. 2, hh 278 – 290

Bachtiar,H, Hanafi,I , Rozikin,M 2015, ‘Pengembangan Bank Sampah Sebagai Bentuk


Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah (Studi pada Koperasi Bank
Sampah Malang)’Jurnal Administrasi Publik (JAP), vol. 3, no. 1, hh 128-133 | 128

Wahyuni, ET, Sunarto, Setyono, P 2014, ‘Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui


Partisipasi Masyarakat dan Kajian Extended Producer Responsibility (EPR) di
Kabupaten Magetan’, Jurnal EKOSAINS, vol. VI. No. 1, hh 232-237

Riyadi, H., Khomsan, A., Dadang, S., Faisal, A., & Mudjajanto, E. S. 2006. ‘Studi
Tentang Status Gizi Pada Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin.’ Gizi
Indonesia, 29 (1).

Christianto, E. 2013. ‘Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di Indonesia.’


Jurnal Jibeka, 7 (2), 38-43.

Parmadi, P., Emilia, E., & Zulgani, Z. 2018. ‘Daya Saing Produk Unggulan Sektor
Pertanian Indonesia dalam Hubungannya dengan Pertumbuhan Ekonomi.’ Jurnal
Paradigma Ekonomika, 13(2), 77-86.

7
8

Anda mungkin juga menyukai