Anda di halaman 1dari 9

Biosaintifika 6 (1) (2014)

Biosaintifika
Journal of Biology & Biology Education

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika

Efek Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap


Bakteri Vibrio algynoliticus Secara In Vitro

Neem Leaf Extract Antibacterial Effect (Azadirachta indica A. Juss) against Vibrio
algynoliticus Bacteria In Vitro

Uli Ayini, Siti Harnina B., Titis Candra Dewi

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Budidaya udang windu di Indonesia telah berkembang pesat. Salah satu kendala budidaya
Diterima Desember 2013 udang adalah penyakit Vibriosis yang disebabkan oleh bakteri Vibrio algynoliticus. Tujuan pe-
Disetujui Januari 2014 nelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakeri ekstrak daun mimba terhadap bakteri Vi-
Dipublikasikan Maret 2014 brio algynoliticus. Penelitian ini menggunakan metode dilusi untuk mengetahui efek antibakteri
ekstrak daun mimba terhadap bakteri Vibrio algynoliticus secara in vitro. Konsentrasi ekstrak
yang digunakan (%) yaitu: 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 dan sebagai kontrol terdiri dari kontrol
Keywords: positif, dan kontrol negatif. Pengumpulan data untuk menentukan MIC (Minimum Inhibitory
antibacterial, neem leaf Concentration) dilakukan dengan membandingkan kejernihan kultur di medium TSB 2% pada
extract, Vibrio alginolyticus berbagai konsentrasi yang berbeda, dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Penentuan
MBC (Minimum Bacterisidal Concentration) dilakukan dengan melihat ada tidaknya dan jum-
lah koloni bakteri Vibrio alginolyticus yang muncul pada medium subkultur TSA 2% setelah
inkubasi 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan nilai MIC yaitu konsentrasi 5%, hal ini ditun-
jukkan dengan tabung yang mulai jernih. Nilai MBC ekstrak daun mimba terhadap bakteri
Vibrio alginolyticus adalah konsentrasi 12,5% ditandai dengan sudah tidak munculnya koloni
bakteri Vibrio alginolyticus. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
mimba dapat memberikan efek antibakteri terhadap bakteri Vibrio alginolyticus secara in vitro.

Abstract
Tiger shrimp cultivation in Indonesia has been growing rapidly. The main obstacle is the shrimp farming
vibriosis disease caused by the bacterium Vibrio algynoliticus. The aim of this research was to determine
the effects of neem leaf extract antibakeri against Vibrio algynoliticus. This study used a dilution method
to determine the antibacterial effect of neem leaf extract against Vibrio algynoliticus bacteria in vitro.
The concentration of the extract used (%): 0; 2.5; 5; 7.5; 10; 12.5 and as a control consisting of a positive
control, and negative control. Data collection to determine the MIC (Minimum Inhibitory Concentration)
was done by comparing the clarity of culture in TSB medium 2% on a variety of different concentrations,
the positive control and a negative control. Determination MBC (Minimum Bacterisidal Concentration)
was done by looking at the presence or absence and the number of colonies of bacteria Vibrio alginolyticus
that appears in the subculture medium TSA 2% after 24 h incubation. The results showed that the value
of MIC was 5%, as shown by the tube began to clear. Value of MBC of neem leaf extract against Vibrio
alginolyticus was characterized by a concentration of 12.5% has been no emergence of bacterial colonies
Vibrio alginolyticus. Based on the research, it concluded that neem leaf extract can provide antibacterial
effect against bacteria Vibrio alginolyticus in vitro.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2085-191X
FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50299 e-ISSN 2338-7610
Telp./Fax. (024) 8508033; E-mail: uli_lamb@yahoo.co.id
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

Pendahuluan 2003).
Selama ini pencegahan terhadap serangan
Budidaya udang di Indonesia, khususnya bakteri dilakukan dengan pemberian antibiotik
udang windu telah berkembang pesat. Udang dan bahan kimia. Usaha- usaha penanggulangan
windu merupakan komoditas ekspor yang mem- tersebut tingkat keberhasilannya sangat bervariasi
punyai nilai ekonomi tinggi. Permintaan pasar menurut lokasi dan waktu, bahkan penggunaan
terhadap udang windu sangat tinggi, baik di antibiotik secara berkelanjutan dan tidak terkon-
dalam negeri maupun dari luar negeri. Udang trol dapat menimbulkan resistensi bakteri terha-
windu memiliki kandungan gizi yang tinggi, di- dap obat-obatan tersebut (Roza, 1993). Selain itu,
perkirakan mengandung 90 % protein (Amri, residu dari antibiotik dapat mencemari perairan
2003). Udang windu juga memiliki keunggulan yang mengakibatkan kualitas air menjadi menu-
dibandingkan dengan udang biasa lainnya, mis- run. Dampak lain dari antibiotik sintetis juga bisa
alnya ukurannya yang lebih besar dan cita rasa menimbulkan toksik dan bersifat residu bagi tu-
yang enak (Agung, 2007). Pada saat ini perminta- buh konsumen. Hal ini berimbas pada penolakan
an udang dunia meningkat dan untuk memenuhi hasil perikanan yang diduga masih menggunakan
pasar udang yang begitu besar maka pemerintah pestisida. Dalam rangka menghasilkan produk
melakukan upaya kegiatan guna meningkatkan perikanan non toksik, perlu dilakukan penggu-
kualitas dan kuantitas udang (Dirjen Perikanan naan bahan-bahan alami (Munti et al., 2010).
Budidaya, 2007). Udang windu (Penaeus mon- Salah satu bahan alami yang dapat digu-
odon) merupakan salah satu jenis udang yang nakan untuk mengatasi serangan bakteri vibrio-
potensial untuk dibudidayakan. Udang windu sis adalah tanaman Mimba (Azadirachta indica).
menjadi komoditas perikanan yang memiliki pel- Tanaman mimba banyak tumbuh didataran
uang usaha prospektif. Namun sejak tahun 1990- rendah yang beriklim tropis maupun sub tropis
an produksi udang terus mengalami penurunan (Sugiharjo, 2007). Mimba merupakan tanaman
akibat berbagai masalah penyakit dan penurunan multifungsi, karenanya tanaman ini juga dike-
kualitas lingkungan (Agung, 2007). nal sebagai Wonderful tree. Menurut Sukrasno
Salah satu kendala yang sering dihadapi (2003), Daun dan biji mimba mempunyai banyak
dalam budidaya udang windu maupun ikan lain- manfaat. Biji mimba dapat dimanfaatkan untuk
nya adalah serangan penyakit bakterial. Salah insektisida alami, fungisida, antibakteri, spermis-
satu jenis bakteri yang menimbulkan penyakit ida, sabun minyak mimba dan pelumas minyak
pada budidaya udang dan ikan adalah bakteri mimba. Pada saat ini pemanfaatan mimba lebih
Vibrio sp, penyakitnya disebut dengan vibriosis. berorientasi sebagai insektisida, padahal selain
Vibriosis merupakan suatu kendala yang umum insektisida, mimba juga berpotensi sebagai bak-
dihadapi dalam pemeliharaan udang. Bakteri terisida. Menurut penelitian Ambarwati (2007),
Vibrio sp. merupakan bakteri patogen oportunis- tanaman mimba dapat menghambat pertumbu-
tik yaitu organisme yang dalam keadaan normal han bakteri Salmonella thiposa dan Staphylococcus
ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian aureus. Mekanisme tanaman mimba yang ber-
berkembang dari sifat saprofit menjadi patogenik potensi sebagai antibakteri yaitu menghambat
apabila kondisi lingkungan memungkinkan. Bak- sintesis membran sel bakteri sehingga pertum-
teri Vibrio tumbuh optimal pada lingkungan air buhannya bisa dihambat (Ambarwati, 2007).
laut bersalinitas 20-40%, pada pH 4 - 9 (Rukyani Ekstrak daun mimba juga menghambat per-
et al., 1992). tumbuhan bakteri Streptococcus mutans (Sri et al.,
Menurut penelitian Johnny et al. (2002) di 2005), Tanaman mimba juga bisa memberikan
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gon- efek antibakteri terhadap bakteri gram positif dan
dol Bali, kasus penyakit borok pada ikan kerapu gram negatif (Saradhajyothi et al., 2011). Pene-
dapat menyebabkan kematian masal ikan dan litian yang dilakukan El Mahmood et al (2010),
bakteri penyebab infeksi ini adalah Vibrio algino- menunjukkan tanaman mimba mampu meng-
lyticus. Menurut Murtidjo (2003), Bakteri Vibrio hambat bakteri E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus
alginolyticus merupakan penyebab penyakit bak- sp.
terial yang sering menimbulkan masalah pada Aktifitas antibakteri tersebut karena kan-
larva udang windu yang disebut penyakit bakteri dungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam
menyala. Larva yang terinfeksi terlihat bercahaya tanaman mimba. Menurut Nurtiati et al (2001),
pada kondisi gelap. Penyakit bakteri menyala Zat aktif yang terkandung dalam tanaman mim-
banyak ditemukan pada musim hujan, yaitu keti- ba diantaranya adalah azadirachtin, salanin,
ka salinitas menurun dan terjadi perbedaan suhu meliantriol, nimbin, dan nimbidin. Senyawa
yang besar antara siang dan malam hari (Amri, azadirachtin merupakan kandungan utama daun

68
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

mimba yang berfungsi sebagai repellent (sebagai gunakan adalah 1,5 x 108 sel/ml.
penghalau), antifeedant (penurun nafsu makan), Pembuatan ekstrak daun mimba dilaku-
dan penghambat pertumbuhan mikroba. Mimba kan dengan cara mengambil daun mimba seban-
juga mengandung senyawa nimbin dan nimbi- yak 1000 gr diambil dari kebun biologi FMIPA
din yang merupakan senyawa alkaloid. Senyawa UNNES. Daun segar dicuci lalu dikering an-
alkaloid ini memiliki kemampuan sebagai anti- ginkan, kemudian diblender hingga halus lalu
bakteri. Mekanisme penghambatan dengan cara dimaserasi dengan menggunakan 1 L etanol 96%
mengganggu komponen penyusun petidoglikan selama 24 jam. Setelah proses maserasi larutan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel ti- disaring dengan menggunakan kertas saring
dak terbentuk secara utuh dan menyebabkan ke- Whatmann no 1 kemudian dipanaskan untuk
matian sel (Robinson, 1995). memisahkan etanol dengan zat terlarut hingga
Penggunaan mimba sebagai antibakteri didapatkan filtrat/ larutan stok yang kemudian
merupakan suatu cara alternatif yang perlu di- ditempatkan kedalam botol steril dan ditutup
kaji dan diuji lebih lanjut untuk mengetahui se- rapat. Ekstrak daun mimba yang diperoleh selan-
berapa besar pengaruh ekstrak daun mimba ter- jutnya diencerkan dengan menggunakan akuades
hadap bakteri Vibrio alginolyticus. Dari pernyataan untuk membuat konsentrasi yang diinginkan
tersebut perlu dilakukan penelitian daun mimba sesuai dengan kelompok perlakuan (Kardinan,
terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. Tujuan dari 2000).
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Langkah selanjutnya yang dilakukan
daun Vibro alginolyticus secara in vitro dan men- adalah menentukan nilai MIC (Minimum In-
getahui konsentrasi yang tepat dari ekstrak daun hibitory Concentration) dan MBC (Minimum Bac-
mimba yang dapat menghambar bakteri Vibio al- terisid Concentration). Untuk menentukan nilai
ginolyticus secara in vito. MIC (Minimum Inhibitory Concentration), masing-
masing 0,5 ml ekstrak daun mimba dari tabung
METODE pengenceran ekstrak daun mimba dimasukkan
kedalam 4,5 ml TSB 2%, kontrol positif hanya
Rancangan penelitian yang digunakan berisi medium TSB 2% dan suspensi bakteri tan-
adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaku- pa penambahan ekstrak daun mimba, dan kontrol
kan di laboratorium bakteri Balai Karantina Ikan negatif yang hanya berisi medium TSB 2% tanpa
Semarang, untuk mengetahui efek antibakteri suspensi bakteri. Selanjutnya dilakukan penam-
ekstrak daun mimba terhadap bakteri Vibrio al- bahan suspensi bakteri 1,5 x 108 sebanyak 0,25ml
ginolyticus secara in vitro dengan menggunakan kedalam masing-masing tabung kemudian semua
metode dilusi. Perlakuan dalam penelitian ini tabung diinkubasi selama 24 jam pada suhu
adalah: bahan dasar ekstrak daun mimba dibagi 37˚C. Langkah selanjutnya setelah masa inkubasi
dalam beberapa konsentrasi yang diperoleh dari 24 jam, melakukan pengamatan pada semua
pengenceran yaitu: 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, tabung dengan membandingkan kejernihan pada
12,5% dan sebagai kontrol terdiri dari kontrol tabung konsentrasi dengan kontrol. kultur diang-
sterilitas yang berisi aquades, kontrol positif, dan gap jernih apabila sama dengan kontrol negatif
kontrol negatif. Setiap perlakuan dilakukan lima dan dianggap keruh apabila sama dengan kontrol
kali ulangan. positif. Sedangkan untuk menentukan nilai MBC
Langkah awal penelitian ini adalah men- (Minimum Bacterisid Concentration) dengan cara
sterilkan semua alat yang dipakai menggunakan menambahkan sub kultur ke dalam medium TSA
autoclaf dengan suhu 121 OC (tekanan 2 atm) se- 2 % secara spread plate dengan mengambil 0,1ml
lama 2 menit. Lalu membuat bahan TCBS (Thio- dari tabung pengamatan MIC dan diinkubasi se-
sulfate Citrate BileSalt Sucrose), TSA 2% (Tryptic Soy lama 24 jam pada tabung yang mulai jernih dari
Agar), dan TSB 2% (Tryptic Soy Broth). Kemudian penentuan MIC (Minimum Inhibitory Concentra-
mempersiapkan sampel bakteri Vibrio alginolyticus tion). Lalu mengamati pertumbuhan koloni dan
dan membuat ekstrak daun mimba. menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada
Pembuatan sampel bakteri dilakukan den- TSA 2% dengan colony counter.
gan cara mengambil koloni Vibrio alginolyticus Metode pengumpulan data yang digunak-
dari medium TSA 2% dengan menggunakan an dalam penelitian ini adalah metode eksperi-
ose bulat. Inokulum dimasukkan ke dalam pen- men karena data diperoleh setelah melakukan
gencer NaCl fisiologis 0,9%, kemudian dikocok percobaan di laboratorium. Pengumpulan data
hingga kekeruhannya sama dengan Mac Farlan untuk menentukan MIC (Minimum Inhibitory
0,5 yang diasumsikan mengandung 1,5 x 108 sel/ Concentration) dilakukan dengan membanding-
ml. Dalam penelitian ini jumlah bakteri yang di- kan kejernihan kultur di medium TSB 2% pada

69
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

berbagai konsentrasi yang berbeda, dengan kon- larutan setelah inkubasi 24 jam, hal tersebut
trol positif dan kontrol negatif. Kultur dianggap menunjukkan bahwa bakteri Vibrio alginolyti-
jernih apabila sama dengan kontrol negatif dan cus mulai dihambat pada konsentrasi 5%. Hasil
sebaliknya dianggap keruh apabila kekeruhannya penelitian El mahmood et al. (2010), tabung yang
sama dengan kontrol positif, sedangkan untuk sudah mulai menunjukkan kejernihan berarti ti-
menentukan MBC (Minimum Bacterisida Concen- dak ada pertumbuhan bakteri dan dikatakan se-
tration), dilakukan dengan melihat ada tidaknya bagai nilai MIC. Hal ini diperkuat oleh Pratiwi
dan jumlah koloni bakteri Vibrio alginolyticus yang (2008) menyatakan bahwa apabila media jernih
muncul pada medium subkultur TSA 2% setelah berarti antibiotik efektif menghambat pertumbu-
inkubasi 24 jam. han bakteri (bersifat bakteriostatik), sedangkan
Data yang diperoleh dari penelitian adalah apabila media keruh maka bakteri masih tumbuh
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuali- yang berarti antibiotik tidak efektif menghambat
tatif berupa kejernihan kultur suspensi ekstrak pertumbuhan bakteri. Dari pengamatan hasil uji
daun mimba dengan bakteri Vibrio alginolyticus MIC, kemudian dilakukan penanaman ekstrak
pada medium TSB 2%, dan ada tidaknya koloni daun mimba dengan inokulum bakteri Vibrio algi-
yang muncul pada medium subkultur TSA 2% nolyticus ke dalam medium agar supaya dapat dik-
sebagai indikator efek antibakteri yang diberikan etahui nilai MBC atau konsentrasi daya bunuh
ekstrak daun mimba terhadap Vibrio alginolyti- minimal terhadap bakteri Vibrio alginolyticus.
cus apakah bersifat bakterisid atau bakteriosta- Ekstrak daun mimba dengan berbagai
tik, oleh karena itu analisa data yang digunakan konsentrasi di dalam tabung I sampai tabung VII
adalah analisa deskriptif. Analisa ini dimaksud setelah diinokulasi bakteri Vibrio alginolyticus dan
untuk mendeskripsikan ada tidaknya pertumbu- diinkubasi terlihat ada tabung yang mulai jernih.
han bakteri Vibrio alginolyticus setelah mendapat- Tabung yang mulai jernih dijadikan penentuan
kan perlakuan dengan pemberian ekstrak daun nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration)
mimba. yaitu tabung III atau konsentrasi ekstrak 5%.
Data kuantitatif berupa jumlah koloni Tabung kontrol positif berisi bakteri Vibrio algi-
yang muncul pada medium subkultur Tryptic nolyticus tanpa ekstrak daun mimba sedangkan
Soy Agar 2% setelah inkubasi selama 24 jam. Di- tabung kontrol negatif hanya berisi medium
lakukan penghitungan jumlah koloni dimaksud- TSB 2% tanpa inokulum bakteri Vibrio alginolyti-
kan untuk mengetahui penurunan jumlah koloni cus. Data mengenai hasil pengamatan kekeru-
bakteri Vibrio alginolyticus akibat ekstrak daun han tabung kultur suspensi ekstrak daun mimba
mimba. setelah inkubasi 24 jam untuk menentukan nilai
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat pada Tabel 1.
Pada tabung kontrol negatif hasilnya tetap
Ekstrak daun mimba dengan inokulum jernih, hal ini menunjukkan bahwa pada tabung
Vibrio alginolyticus menunjukkan bahwa nampak yang tetap jernih tidak terdapat kontaminasi bak-
adanya efek antibakteri oleh ekstrak daun mim- teri Vibrio alginolyticus, sedangkan tabung I meru-
ba terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. Hasil uji pakan kontrol positif hasilnya tetap keruh artinya
MIC menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0% tetap ada pertumbuhan bakteri Vibrio alginolyti-
dan 2,5% terlihat adanya kekeruhan larutan yang cus. Tabung kontrol positif dan tabung kontrol
menunjukkan masih ada pertumbuhan bakteri negatif merupakan kontrol dalam menentukan
Vibrio alginolyticus sedangkan pada konsentrasi kejernihan dan kekeruhan pada tabung-tabung
5% sampai 12,5% terlihat adanya kejernihan perlakuan. Berdasarkan data kualitatif pada

Tabel 1. Hasil Pengamatan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) Ekstrak Daun Mimba Terhadap
Bakteri Vibrio alginolyticus
Tabung (Konsentrasi Ekstrak dalam %)
Ulangan I II III IV V VI VII Kontrol
K+(0) 2,5 5 7,5 10 12,5 K- steril
1 + + - - - - - -
2 + + - - - - - -
3 + + - - - - - -
4 + + - - - - - -
5 + + - - - - - -

70
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara in vitro alginolyticus, tetapi pada konsentrasi 12,5% tidak
ekstrak daun mimba mulai menujukkan adanya tumbuh koloni bakteri Vibrio alginolyticus. Hal
penghambatan bakteri Vibrio alginolyticus pada ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 12,5%
konsentrasi ekstrak 5%. Dari hasil uji MIC ekstrak daun mimba mempunyai daya bunuh
(Minimum Inhibitory Concentration) kemudian di- terhadap bakteri dan bisa dikatakan sebagai nilai
lakukan penanaman pada media TSA 2% untuk MBC (Minimum Bacterisid Concentration). Tabung
mengetahui nilai MBC (Minimum Bacterisid Con- kontrol negatif tidak tumbuh bakteri Vibrio algino-
centration) ekstrak daun mimba terhadap bakteri lyticus, sedangkan tabung kontrol positif tumbuh
Vibrio alginolyticus. Hasil pengamatan MIC den- bakteri Vibrio alginolyticus. Data pengamatan sub-
gan Metode Dilusi dapat dilihat pada Gambar 1. kultur pemberian ekstrak daun mimba dengan
Penanaman dari tabung pengamatan MIC inokulum Vibrio alginolyticus dalam medium TSA
pada cawan petri yang berisi medium TSA 2% 2% setelah inkubasi 24 jam untuk menentukan
bertujuan untuk mengetahui nilai MBC (Mini- nilai MBC (Minimum Bacterisidal Concentration)
mum Bcaterisid Concentration) dari eksrtrak daun dapat dilihat pada Tabel 2.
mimba terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. Pada Berdasarkan Tabel 2 pada pengamatan
pengamatan hasil uji MBC (Minimum Bacterisidal hasil MBC (Minimum Bacterisidal Concentration)
Concentration) dilakukan dengan melihat tumbuh menunjukkan bahwa pada konsentrasi 2,5% sam-
atau tidaknya koloni bakteri Vibrio alginolyticus pai 10% setelah diinkubasi 24 jam masih tumbuh
pada media TSA 2%. Hasil uji MBC menunjuk- koloni bakteri Vibrio alginolyticus, sedangkan pada
kan bahwa pada konsentrasi 2,5% sampai kon- konsentrasi 12,5% sudah tidak tumbuh koloni
sentrasi 10% masih tumbuh koloni bakteri Vibrio bakteri Vibrio alginolyticus sehingga dikatakan

Gambar 1. Hasil uji MIC (Minimum Inhibtory Concentration)


Keterangan: a. Kontrol positif, b. Konsentrasi 2,5%, c. Konsentrasi5%, d. Konsentrasi 7,5%, e.
Konsentrasi 10%, f. Konsentrasi 12,5%, g. Kontrol negatif

Tabel 2. Hasil Pengamatan MBC (Minimum Bacterisid Concentration) Ekstrak Daun Mimba Terhadap
Bakteri Vibrio alginolyticus
Konsentrasi Ekstrak
Ulangan
K+ 2,5% 5% 7,5% 10% 12,5% K-
1 + + + + + - -
2 + + + + + - -
3 + + + + + - -
4 + + + + + - -
5 + + + + + - -
Keterangan:
+ : Tumbuh koloni bakteri Vibrio alginolyticus
- : Tidak tumbuh koloni bakteri Vibrio alginolyticus

71
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

sebagai nilai MBCnya. Nilai MBC atau kon- mum atau MBC ditentukan jika pada plate tidak
sentrasi terendah yang mempunyai daya bunuh menunjukkan pertumbuhan koloni dari inoku-
terhadap bakteri Vibrio alginolyticus ditentukan lum asal pada sub-biakan. Penghitungan koloni
dengan cara pengamatan ada tidaknya koloni pada subkultur pemberian ekstrak daun mimba
bakteri Vibrio alginolyticus yang tumbuh pada me- dengan inokulum bakteri Vibrio alginolyticus pada
dium agar setelah inkubasi 24 jam. Menurut El medium TSA 2% bertujuan untuk mengetahui
mahmood et al. (2010), bahwa konsentrasi bunuh penurunan jumlah koloni akibat antibakteri yang
minimum atau MBC ditentukan jika pada plate terdapat pada ekstrak daun mimba.
tidak menunjukkan pertumbuhan koloni dari Tabel 3 menunjukkan hasil penghitungan
inokulum asal pada sub-biakan. Hal ini menun- jumlah koloni yang tumbuh pada subkultur pem-
jukkan bahwa ekstrak daun mimba mempunyai berian ekstrak daun mimba dengan inokulum
daya bunuh terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. bakteri Vibrio alginolyticus setelah diinkubasi 24
Apabila pada media agar terdapat pertumbuhan jam, dan dihitung dengan menggunakan colony
bakteri berarti antibiotik hanya efektif mengham- counter menunjukkan terjadinya penurunan
bat pertumbuhan bakteri (sifat bakteriostatik), jumlah koloni bakteri Vibrio alginolyticus. Ber-
sedangkan apabila tidak terdapat pertumbuhan dasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa semakin
bakteri maka antibiotik efektif membunuh bak- tinggi konsentrasi ekstrak daun mimba semakin
teri (sifat bakterisidal). sedikit koloni yang tumbuh pada medium TSA
Hasil data Jumlah sel pada Pengamatan 2%. Menurut Sri K et al. (2005) bahwa semakin
Subkultur Pemberian Ekstrak Daun Mimba den- tinggi konsentrasi zat anti mikroba maka sema-
gan Inokulum Bakteri Vibrio alginolyticus menun- kin besar kemampuannya untuk mengendalikan
jukkan bahwa rata-rata jumlah sel bakteri Vibrio dan membunuh mikroorganisme tersebut. Ber-
alginolyticus yang dihasilkan pada media TSA 2% dasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ekstrak
berbeda pada tiap perlakuan konsentrasi. Pada daun mimba mempunyai daya bunuh atau ni-
konsentrasi 5% rata-rata jumlah sel bakteri Vibrio lai MBC pada konsentrasi ekstrak daun mimba
alginolyticus adalah sebesar 8,3.102 sel. Pada kon- 12,5% terhadap bakteri Vibrio alginolyticus.
sentrasi 7,5% rata-rata jumlah sel bakteri yaitu Aktivitas antibakteri dari daun mimba di-
5,0.102 sel, sedangkan jumlah rata-rata sel pada duga karena adanya senyawa metabolit sekunder
konsentrasi 10% yaitu 3,6.102 sel. Dari Tabel 3 seperti alkaloid, polfenol, saponin dan flavonoid.
diketahui bahwa terdapat penurunan jumlah Menurut Faiza et al. (2009), tanaman mimba
sel bakteri Vibrio alginolyticus akibat pemberian mengandung berbagai komponen metabolit
ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) sekunder diantaranya alkaloid dan fenol. Namun
secara in vitro. Berdasarkan Tabel 3 tersebut dike- terdapat perbedaan jumlah kandungan senyawa
tahui jumlah rata-rata sel bakteri Vibrio alginolyti- antibakteri dalam tiap bagian tanaman. Menurut
cus terus mengalami penurunan dari konsentrasi Siswomiharjo (2007), batang mimba mempunyai
2,5% sampai konsentrasi ekstrak daun mimba kandungan antibakteri yang lebih tinggi diband-
12,5%. Pada konsentrasi 12,5% tidak didapat- ing dengan daun mimba, sedangkan menurut
kan koloni yang tumbuh pada media TSA 2%. Ambarwati (2007), kandungan senyawa antibak-
Pada penelitian ini MBC (Mnimum Bacterisid Con- teri pada tanaman mimba paling banyak terdapat
centration) ekstrak daun mimba terhadap bakteri pada bijinya. Didalam bagian akar, batang, biji,
Vibrio alginolyticus ditentukan pada konsentrasi bunga dan buah sebagian tanaman mengand-
12,5%. Menurut Shulman dan Sommer 1994, ung senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid,
menyatakan bahwa konsentrasi bunuh mini- tannin, dan fenol (Levin et al., 1999; Benli et al.,

Tabel 3. Data Jumlah sel pada Pengamatan Subkultur Pemberian Ekstrak Daun Mimba dengan
Inokulum Bakteri Vibrio alginolyticus
Jumlah bakteri dalam satuan cfu pada TSA 2% (Konsentrasi)
Ulangan
K+ 2,5% 5% 7,5% 10% 12,5% K-
1 1,5. 10 3
1,29.103
9 1.02
4,8.10 2
3,3.10 2
0 0
2 1,55.103 1,27.103 7,6.102 5,4.102 3,9.102 0 0
3 1,57.10 3
1,26.103
8,3.10 2
4,7.10 2
3,8.10 2
0 0
4 1,48.103 1,28.103 8,5.102 6,1.102 4 .102 0 0
5 1,5 .10 3
1,28.103
8,1.10 2
5,2.10 2
3,1.10 2
0 0
Rata-rata 1,52.103 1,27.103 8,3.102 5,0.102 3,6.102 0 0

72
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

20008, El mahmood et al., 2008). Kandungan se- kroba yang menyebabkan keluarnya metabolik
nyawa-senyaw antibakteri pada daun mimba juga penting dan menginaktifkan enzim-enzim pada
bergantung pada metode ekstraksi yang digunak- bakteri. Menurut (Singh, 2005), senyawa fenol
an untuk mengikat senyawa-senyawa tersebut. memiliki mekanisme kerja dalam menghambat
Metode ekstraksi yang digunakan dalam pertumbuhan bakteri dengan cara inaktivasi pro-
penelitian ini yaitu menggunakan metode maser- tein pada membran sel. Fenol berikatan dengan
asi dengan pelarut etanol. Etanol merupakan protein melalui ikatan hidrogen sehingga meng-
senyawa yang bersifat polar sehingga senyawa- hambat sintesa protein bakteri. Bakteri Vibrio
senyawa yang bersifat polar banyak yang ikut alginolyticus merupakan bakteri Gram negatif
tertarik kedalam ekstrak (Kusmayati & Agustini, yang struktur dinding selnya terdiri dari protein
2007). Penggunaan etanol sebagai pelarut dalam lipopolisakarida dan lipid, dengan terhanbatnya
pembuatan ekstrak daun bisa melarutkan kand- sintesa protein menyebabkan rusaknya dinding
ungan senyawa-senyawa alkaloid, polifenol yang sel. Rusaknya dinding sel menyebabkan proses
berfungsi sebagai antibakteri pada daun mimba. masuknya bahan-bahan dari luar terhambat se-
Hal ini sesuai pernyataan Cowan (1999), pelarut hingga menyebabkan kematian bakteri (Faiza et
etanol dapat digunakan untuk mengikat berbagai al., 2009).
senyawa aktif seperti tannin, polifenol, flavo- Berdasarkan hasil penelitian dengan
noid, terpenoid, dan alkaloid. Berdasarkan hasil menggunakan Metode Dilusi dapat diketahui
penelitian ini, diduga senyawa-senyawa seperti bahwa terdapat petunjuk adanya efek antibak-
alkaloid, polifenol, saponin larut dalam pelarut teri oleh ekstrak daun mimba terhadap bakteri
etanol. Vibrio alginolyticus. Hal ini sesuai dengan pene-
Menurut Baswa (2001) diketahui bahwa litian Saradhajyothi et al. (2011), bahwa ekstrak
aktivitas mimba yang utama dalam mengham- daun mimba mampu menghambat pertumbuhan
bat pertumbuhan bakteri adalah dengan meng- bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan
hambat sintesis membran sel bakteri. Kerusakan menggunakan Metode Difusi, yang ditandai den-
pada membran sel memungkinkan nukleotida gan terbentuknya zona bening atau tidak adanya
dan asam amino keluar sel. Selain itu kerusakan pertumbuhan bakteri disekitar ekstrak mimba
ini dapat mencegah masuknya bahan-bahan setelah inkubasi 24 jam. Penelitian yang dilaku-
penting ke dalam sel, karena membran sel juga kan oleh El mahmood et al. (2010) menunjukkan
mengendalikan pengangkutan aktif kedalam sel. bahwa ekstrak mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Hal ini menyebabkan kematian sel bakteri atau mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri
menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa al- E. coli, Staphylococcus sp.
kaloid yang terkandung didalam daun mimba Bakteri Vibrio alginolyticus merupakan pe-
diduga memiliki aktivitas antibakteri. Menurut nyebab penyakit udang menyala, dan biasanya
Juliantina (2008), senyawa alkaloid memiliki menyerang budidaya udang pada stadium larva
mekanisme penghambatan dengan cara meng- dan pasca larva. Menurut Amri (2003), gejala-
ganggu komponen penyusun peptidoglikan gejala udang yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel alginolyticus adalah tubuhnya tampak menyala
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan pada malam hari, tubuh menjadi lemah, tidak
kematian sel tersebut. Selain itu, menurut Gu- aktif berenang, nafsu makan berkurang, dan
nawan (2009), bahwa di dalam senyawa alkaloid terdapat bercak merah disetiap bagian tubuh-
terdapat gugus basa yang menggandung nitrogen nya. Bakteri Vibrio menyerang dengan merusak
akan bereaksi dengan senyawa asam amino lapisan kutikula udang yang mengandung kitin
yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA dikarenakan Vibrio memiliki enzzim kitinase,
bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya lipase, dan protease. kitinase merupakan enzim
perubahan struktur dan susunan asam amino. yang dapat menghidrolisa polimer kitin menjadi
Sehingga akan menimbulkan perubahan keseim- kitin oligosakarida atau monomer N-asetilgku-
bangan genetik pada rantai DNA sehingga akan kosamin. Enzim ini dihasilkan oleh bakteri. Bak-
mengalami kerusakan dan mendorong terjadinya teri Vibrio diketahui dapat menghasilkan enzim
lisis sel bakteri yang akan menyebabkan kema- kitinase dan kitin deasetilase. Kerusakan struktur
tian sel bakteri. eksoskleton udang diakibatkan terdegradasi oleh
Senyawa Flavonoid yang terkandung di- aktivitas kitinase yang dihasilkan oleh bakteri
dalam ekstrak mimba merupakan golongan ter- kitinolitik. Degradasi kitin ini terutama dilaku-
besar dari senyawa fenol. Senyawa fenol dapat kan oleh mikroorganisme, dimana kitin dapat
mengubah tegangan permukaan, sehingga meru- merupakan sumber karbon dan nitrogen untuk
sak permeabilitas selektif dari membran sel mi- pertumbuhannya (Kirchman, 1997). Bakteri

73
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

Vibrio alginolyticus dapat berperan sebagai pato- tan Universitas Padjajaran,Bandung


gen primer ataupun patogen sekunder. Sebagai Ambarwati. (2007). Efektivitas zat antibakteri biji
patogen primer, Vibrio alginolyticus masuk melalui mimba (Azadirachta indica) untuk Menghambat
kontak langsung dengan organisme, sedangkan Pertumbuhan Salmonella thyposa dan Staphylo-
coccus aureus. Journal Biodiversitas, 8(3), 320-325
sebagai pathogen sekunder, Vibrio alginolyticus
Amri, K. (2003). Budidaya udang windu secara intensif.
menginfeksi organisme yang telah terlebih dahu- Jakarta: AgroMedia Pustaka.
lu terinfeksi penyakit lain.Penyakit udang yang Baswa, M., Rath, C., Dash, S. K. & Mishra, R. K.
disebabkan oleh bakteri Vibrio alginolyticus masih (2001). Antibacterial Activity of Karanj (Pon-
menjadi fokus perhatian utama dalam produksi gamia pinata) and Neem (Azadirachta indica)
budidaya udang. Penggunaan antibiotik dalam Seed Oil : A Preliminary Report. Journal Micro-
budidaya udang dapat memunculkan srtain bak- bios, 105(412), 183-9.
teri yang tahan terhadap antibiotik serta dapat Benli, M., Bingel, U., Gaven, F., Guney, K. & Yugit,
memunculkan residu antibiotik. Oleh sebab itu N. (2008). An investigation into antimicrobial
activity on some endemic plant species from
diperlukan alternatif lain dalam mengatasi ma-
Turkey. Afr. Journal Biotechnol, 7(1), 001-005.
salah tersebut. Dalam penelitian ini secara in Cowan, M. M. (1999). Plant Products as Antimicro-
vitro dengan menggunakan metode dilusi daun bial Agents. Journal American Society for Microbi-
mimba mempunyai efek antibakteri terhadap ology, 12(4), 564-582.
bakteri Vibrio alginolyticus dan diharapkan bisa Dirjen Perikanan Budidaya. (2006). Penanggulangan
menghambat pertumbuhan bakteri yang menye- penyakit kunang-kunang. Jakarta: Dirjen Peri-
babkan penyakit udang menyala dalam budidaya kanan Budidaya.
udang. Kelebihan menggunakan Metode Dilusi El Mahmood, Ogbonna & Raji, M. (2010). The anti-
dalam menentukan efek antibakteri adalah dapat bacterial activity of Azadarichta indica (neem)
seeds extracts against bacterial pathogens as-
diketahui pula efek antibakterinya apakah bersi-
sociated with eye and ear infections. Journal of
fat bakteriostatik atau bakterisid, tetapi selain itu Medicinal Plants Research, 4(14), 1414-1421.
juga terdapat beberapa kelemahan Metode Dilusi Faiza, A., Khlil, R., Muhammad, Asghar & Sarwar,
antara lain: sulitnya mendeteksi adanya kontami- M. (2009). Antibacterial Activity Of Various
nasi oleh bakteri lain, tetapi kendala ini dapat di- Phytoconstituents Of Neem. Pak. J. Agriculture
atasi dengan cara menanamkan kultur ke dalam Scientific, 46(3), 209-213.
medium subkultur berupa medium agar sehingga Johnny, F., Prisdiminggo & Roza, D. (2002). Kasus
dapat diketahui bakteri kontaminan atau bukan. Penyakit Infeksi Bakteri Pada Ikan Kerapu Di 12
Hal ini yang menyebabkan Metode Dilusi kurang Karamba Jaring Apung Teluk Ekas, Desa Batunam-
par, Lombok Timur, NTB. Laporan Hasil Peneli-
efektif bila dibandingkan dengan Metode Difusi
tian Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut
agar. Gondol, Bali.
Kirchman, D. L., Svitil, A. L., Chadain, S. M. N., &
SIMPULAN Moore, J. A. (1997). Chitin degradation pro-
teins produced by the marine bacterium vibrio
Dari hasil penelitian dan pembahasan growing in different form of chitin. Journal ap-
dapat disimpulan bahwa Ekstrak daun mimba plication environment microbial, 63(2), 408-413.
(Azzadirachta indica A. Juss) secara in vitro dapat Kusmayati & Agustini, N. W. R. (2007). Uji Aktivitas
Senyawa Antibakteri dari Mikroalga (Porphy-
memberikan efek antibakteri terhadap bakteri
ridium cruentum). Biodiversitas, 8(1), 48-53.
Vibrio alginolyticus, dan efek antibakteri yang di- Levin, M. D., Vandon-Berghe, D. A., Marten, T., Vil-
berikan bersifat bakteriostatik dan bakterisida lentmick, A. & Lomwease, I. C. (1979). Screen-
pada bakteri Vibrio alginolyticus. Nilai MIC (Mini- ing of higher plants for biological activities/
mum Inhibitory Concentration) ekstrak daun mim- antimicrobial activity. Journal Plant Medica, 36,
ba terhadap bakteri Vibrio alginolyticus yaitu pada 311-312.
konsentrasi 5%, sedangkan nilai MBC (Minimum Munti, S., Tarsim & Faisal, I. (2010). Pengaruh
Bacterisida Concentration) ekstrak daun mimba Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
terhadap bakteri Vibrio alginolyticus adalah pada L.) dalam Menghambat Pertumbuhan bakteri
Vibrio harveyi Secara In Vitro. Jurnal Penelitian
konsentrasi 12,5%.
Sains, 13(3), 133-135.
Murtidjo, B. (2003). Benih udang windu sekala kecil. Yo-
DAFTAR PUSTAKA gyakarta: Kanisus.
Nurtiati, Hamidah & Tresnadi, W. (2001). Peman-
Agung, M. U. K. (2007). Penelusuran efektifitas beberapa faatan Bioinsektisida Ekstrak Daun Azadirach-
bahan alam sebagai kandidat antibakteri dalam ta indica A. Juss Sebagai Pengendali Hayati
mengatasi penyakit vibriosis pada udang windu. Ulat Daun Kubis Plutella xyclotella. Jurnal
makalah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelau- MIPA, 6(i), 55-62.

74
Uli Ayini et al. / Biosaintifika 6 (1) (2014)

Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Er- Singh, I. P. & Bharate, S. B. (2005). Anti-HIV Natural
langga Products. Journal Current Science, 89(2), 269-
Roza, D. (1993). Pengendalian populasi bakteri harveyi 290.
di hatchery udang windu. Prosiding Simposium Siswomiharjo, W., Sunarintyas, S., Masahiro & Taizo,
Perikanan Indonesia I. Jakarta H. (2007). The difference of antibacterial effect
Rukyani, A., Taufik, P. & Taukhid. (1992). Penyakit of neem leaves and stick extracts. International
kunang-kunang (luminescence vibriosis) di Chin Journal dental, 7, 27-29.
hatchery udang windu dan cara penanggulan- Sri, K., Widowati, S. & Sunarintyas, S. (2005). The ef-
gan penyakit benur di hatchery udang. Jurnal fect of different concentrations of Neem (Aza-
litbang Pertanian, (2), 1-17. diractha indica) leaves extract on the inhibition
Saradhajyothi, K. & Subbarao, B. (2011). Antibacte- of Streptococcus mutans (In vitro). Dental jour-
rial Potential of the Extracts of the Leaves of nal, 38(4), 176-179.
Azadirachta indica Linn. Not Sci Biol, 3(1), 65-69. Sukrasno & Lentera, T. (2003). Mengenal Lebih dekat
Shulman, P. & Sommers. (1994). Dasar Biologi & Klinis Mimba Tanaman Obat Multifungsi. Jakarta: Ag-
Penyakit Infeksi. Gadjah Mada University Press. romedia Pustaka.
Yogyakarta

75

Anda mungkin juga menyukai