Anda di halaman 1dari 61

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN III

Drs. Desi Fernanda, M.Soc.Sc

Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia


2006
Hak Cipta © Pada : Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2006
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 KATA PENGANTAR
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah
menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1)
terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman,
Etika Organisasi Pemerintah bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan
negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi
manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu
menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan
peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para
Jakarta – LAN – 2006 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS
119 hlm: 15 x 21 cm memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam
mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.
ISBN: 979 – 8619 – 85 – 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan
kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan
dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang
tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS
yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000
maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan
sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.

iii
iv

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut,


Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan DAFTAR ISI
desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu
dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini,
jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah
alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi KATA PENGANTAR .................................................................. iii
keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek
kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan DAFTAR ISI................................................................................. v
strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai BAB I ETIKA DAN MORALITAS...................................... 1
pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi
penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka A. Pengertian Etika dan Moralitas............................ 1
kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih B. Konsepsi Etika dan Moralitas.............................. 3
terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang C. Prinsip-prinsip Etika............................................ 7
mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk D. Rangkuman.......................................................... 11
para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan
modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari E. Latihan................................................................. 13
perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor.
Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat
dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali BAB II ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA ...................... 14
keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi A. Latar Belakang..................................................... 14
sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam
proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. B. Pokok-Pokok Etika Kehidupan Berbangsa.......... 17
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah C. Rangkuman.......................................................... 22
berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil
perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya. D. Latihan................................................................. 24

Jakarta, Desember 2006 BAB III ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH.................... 25


A. Dimensi Etika Dalam Organisasi ........................ 25
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA B. Etika Dalam Pemerintahan .................................. 29
REPUBLIK INDONESIA C. Etika Dalam Jabatan ............................................ 34

SUNARNO

v
vi vii

D. Good Governance Sebagai Trend BAB VI ANALISIS KASUS MASALAH


Global Etika Pemerintah...................................... 37 ETIKA DAN MORALITAS DALAM
E. Rangkuman .......................................................... 45 ORGANISASI PEMERINTAH................................. 102
F. Latihan ................................................................. 47 A. Contoh Kasus Pertama Guru dan
Tabungan Murid .................................................. 102
BAB IV ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL .......................... 49 B. Contoh Kasus Kedua :
A. Kewajiban dan Larangan Bagi Mark-up Pengadaan Barang ................................ 103
Pegawai Negeri Sipil ........................................... 50 C. Ulasan Ringkas Analisis Kasus ........................... 105
B. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil .......................... 55 D. Pertanyaan, Diskusi Analisis
C. Rangkuman .......................................................... 68 Kasus Etika Organisasi Pemerintah..................... 106
D. Latihan ................................................................. 70
BAB VII PENUTUP.................................................................. 108
BAB V MENINGKATKAN STANDAR
ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH .................... 71 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 110
A. Arti dan Pentingnya Standar DAFTAR PERUNDANGAN ....................................................... 112
Etika Organisasi Pemerintah................................ 71
B. Penyusunan Standar Etika
Organisasi Pemerintah ......................................... 75
C. Pengawasan dan Evaluasi
Penerapan Etika Organisasi Pemerintah .............. 77
D. Metode Meningkatkan
Standar Etika Organisasi Pemerintah .................. 81
E. Rangkuman .......................................................... 98
F. Latihan ................................................................. 100
BAB I
ETIKA DAN MORAL

Dalam bab ini, para peserta Diklat Prajabatan PNS Golongan III akan
mendapatkan uraian pengertian mengenai etika dan moralitas,
sekaligus contoh kasus bagaimana membedakan antara etika dan
moralitas. Selanjutnya modul ini akan menguraikan bagaimana
konsepsi atau konseptualisasi mengenai etika dan moralitas serta
prinsip-prinsipnya.

A. Pengertian Etika dan Moralitas


Dalam kehidupan masyarakat modern bahkan postmodern
dewasa ini, setiap individu anggota masyarakat dalam interaksi
pergaulannya dengan anggota masyarakat lainnya atau dengan
lingkungannya, tampaknya cenderung semakin bebas, leluasa,
dan terbuka. Akan tetapi tidak berarti tidak ada batasan sama
sekali, karena sekali saja seseorang melakukan kesalahan dengan
menyinggung atau melanggar batasan hak-hak asasi seorang
lainnya, maka seseorang tersebut akan berhadapan dengan
sanksi hukum berdasarkan tuntutan dari orang yang merasa
dirugikan hak asasinya. Hal ini tentu saja berbeda dengan
kondisi masyarakat di masa lalu, yang cenderung bersifat kaku
dan tertutup karena kehidupan sehari-harinya sangat dibatasi
oleh berbagai nilai normatif serta tabu-tabu atau berbagai
larangan yang secara adat wajib dipatuhinya.

1
2 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 3

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan moril sebenarnya telah jauh berbeda dari arti harfiahnya. Moral
sehari-hari setiap anggota masyarakat akan berhadapan dengan atau morale dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai
batasan-batasan nilai normatif, yang berlaku pada setiap situasi semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk
tertentu yang cenderung berubah dari waktu ke waktu, sejalan melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Moral atau moralitas
dengan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat itu sendiri. ini dilandasi oleh nilai-nilai tertentu yang diyakini oleh
Batasan-batasan nilai normatif dalam interaksi dengan seseorang atau organisasi tertentu sebagai sesuatu yang baik atau
masyarakat dan lingkungannya itulah yang kemudian dapat kita buruk, sehingga bisa membedakan mana yang patut dilakukan
katakan sebagai nilai-nilai etika. Sedangkan nilai-nilai dalam diri dan mana yang tidak sepatutnya dilakukan.
seseorang yang akan mengendalikan dimunculkan atau tidaknya
kepatuhan terhadap nilai-nilai etika dapat kita sebut dengan Dengan demikian dapat dijelaskan perbedaan antara etika dan
moral atau moralitas. moralitas sebagai suatu sistem nilai dalam diri seseorang atau
sesuatu organisasi. Moralitas tampaknya cenderung lebih
Istilah etika dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari merujuk kepada nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat
bahasa Yunani: ethos, yang berarti kebiasaan atau watak. Etika dalam diri seseorang atau sesuatu organisasi untuk melakukan
juga berasal dari bahasa Perancis : etiquette atau biasa diucapkan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan etika lebih merupakan
dalam bahasa Indonesia dengan kata etiket yang berarti juga nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau sesuatu
kebiasaan atau cara bergaul, berperilaku yang baik. Jadi dalam organisasi tertentu dalam interaksinya dengan lingkungan.
hal ini etika lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang Moralitas dengan demikian dapat melatar belakangi etika
baik dan dapat diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang seseorang atau sesuatu organisasi tertentu. Tetapi antara
atau sesuatu organisasi tertentu. Dengan demikian, tergantung moralitas dengan nilai-nilai etika dapat saja tidak sejalan atau
kepada situasi dan cara pandangnya, seseorang dapat menilai bertentangan.
apakah etika yang digunakan atau diterapkan itu bersifat baik
atau buruk.
B. Konsepsi Etika Dan Moralitas
Moralitas atau moral adalah istilah yang berasal dari bahasa Meskipun uraian dan contoh kasus tersebut diatas secara jelas
Latin: mos (jamak: mores) yang berarti cara hidup atau memberikan gambaran perbedaan pengertian antara etika dan
kebiasaan. Secara harfiah istilah moral sebenarnya berarti sama moralitas, namun bagi The Liang Gie (1986: 1.19) sebagaimana
dengan istilah etika, tetapi dalam prakteknya istilah moral atau dikutip oleh Gering Supriyadi (2001:4), perbedaan tersebut tidak
4 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 5

berarti harus mempertentangkan penggunaan kedua istilah sebagai bagian dari etika. Moralitas berfokus kepada hukum-
tersebut. Hal itu didasarkan kepada keyakinan bahwa keduanya hukum dan prinsip-prinsip yang abstrak dan bebas. Orang yang
merujuk kepada persoalan yang sama. Makna epistemologis dari mengingkari janji yang telah diucapkannya dapat dianggap
kedua istilah tersebut adalah sama, meskipun istilahnya berbeda. sebagai orang yang tidak bisa dipercaya atau tidak etis tetapi
bukan berarti tidak bermoral. Namun menyiksa anak atau
Gering Supriyadi dalam modul "Etika Birokrasi" yang ditulisnya meracuni mertua bisa disebut tindakan tidak bermoral. Jadi
sebagai bahan pembelajaran Peserta Diklat Pra Jabatan tekanannya disini pada unsur keseriusan pelanggaran. Di lain
Golongan III (2001: 5-7) memberikan uraian mengenai konsepsi pihak, moralitas lebih abstrak jika dibandingkan dengan moral.
Etika dan Moralitas dari Solomon (1987) dan Frankena (1982) Oleh sebab itu, semata-mata berbuat sesuai dengan moralitas
sehingga lebih jelas lagi perbedaaan diantara kedua konsep tidak sepenuhnya bermoral, dan melakukan hal yang benar
tersebut. Uraian dalam modul tersebut akan dikutip kembali dengan alasan-alasan yang salah bisa berarti tidak bermoral sama
dalam modul ini, sebagaimana berikut. Menurut Solomon, sekali.
terdapat dua perbedaan antara etika, moral dan moralitas. Etika
pada dasarnya merujuk kepada dua hal: Dalam persoalan yang sama Frankena (1984 : 4) mengemukakan
bahwa etika (ethics) adalah salah satu cabang filsafat, yang
Pertama, etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofi
tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta (phylosophical judgments). Sebagai suatu falsafah, etika
pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-persoalan dan
cabang filsafat. pembenaranpembenarannya. Dan moralitas merupakan salah
satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok sosial
Kedua, etika merupakan pokok permasalahan dalam disiplin menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk
ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang segala pola tingkah laku yang disebut bermoral. Maka moralitas
mengatur tingkah laku manusia. Moral, dalam pengertian umum akan serupa dengan hukum di satu pihak dan etiket (etiquette) di
menaruh penekanan kepada karakter atau sifat-sifat individu lain pihak. Tetapi berlainan dengan konvensi atau etiket,
yang khusus, diluar ketaatan kepada peraturan. Maka moral moralitas memiliki pertimbangan-pertimbangan jauh lebih tinggi
merujuk kepada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa tentang apa yang disebut "kebenaran" dan "keharusan".
kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, dan sebagainya. Moralitas juga dapat dibedakan dari hukum. sebab tidak tercipta
Sedangkan moralitas mempunyai makna yang lebih khusus atau tidak dapat diubah melalui tindakan legislatif, eksekutif,
6 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 7

maupun yudikatif. Sanksi yang dikenakan oleh moralitas tidak C. Prinsip-Prinsip Etika
seperti pada norma hukum yang melibatkan paksaan fisik
ataupun ancaman, melainkan lebih bersifat internal, misal Dalam modul "Etika Birokrasi" (Supriyadi, 2001: 19-20; lihat
isyarat-isyarat verbal, rasa bersalah, sentimen, atau rasa malu. juga The Liang Gie, 1987) dikemukakan bahwa dalam sejarah
peradaban manusia sejak abad ke-4 Sebelum Masehi para
Berdasarkan kedua pandangan tersebut makin jelas sebenarnya pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan
bagaimana konsepsi etika dan moralitas serta perbedaan diantara etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Dalam hubungan
kedua istitah tersebut. Secara konseptual, istilah etika memiliki itu, sedikitnya terdapat 12 macam "ide agung" (Great Ideas)
kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai apa yang yang merupakan landasan moralitas manusia, sebagaimana
baik dan buruk bagi manusia dan masyarakat. Dalam diungkapkan dalam buku yang berjudul "The Great Ideas: A
implementasinya, penggunaan istilah etika banyak Syntopicon of Great Books of Western World" yang diterbitkan
dikembangkan dalam suatu sistem organisasi sebagai norma- pada tahun 1952. Dalam buku Adler 12 seluruh gagasan atau
norma yang mengatur dan mengukur profesionalisme seseorang. "ide-ide agung" tersebut diringkaskan menjadi 6 (enam) prinsip
Kita mengenal misalnya tentang Etika Kedokteran, Etika dapat dikatakan merupakan landasan prinsipil dari etika. Prinsip-
Jurnalistik, Etika Hukum dan sebagainya. prinsip etika tersebut adalah sebagai berikut (Supriyadi, 2001:
20):
Konsepsi Moralitas di sisi yang lain, dimaksudkan untuk 1. Prinsip Keindahan (Beauty).
menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup
untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsipprinsip etika penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Banyak filsuf
moral. Tingkat moralitas seseorang akan dipengaruhi oleh latar mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia itu sendiri
belakang budaya, pendidikan, dan pengalam an, dan karakter sesungguhnya merupakan keindahan. Dengan demikian
individu adalah sebagian diantara faktor-faktor yang berdasarkan prinsip ini, etika manusia adalah berkaitan atau
mempengaruhi tingkat moralitas seseorang. Dorongan untuk memperhatikan nilai-nilai keindahan. Itulah sebabnya
mencari kebenaran dan kebaikan senantiasa ada pada diri seseorang memerlukan penampilan yang serasi dan indah
manusia, yang membedakan tingkat moralitas adalah kadar kuat atau enak dipandang dalam berpakaian, dan
tidaknya dorongan tersebut (Supriyadi, 2001: 6-7). menggunakannya pada waktu yang tepat. Tidaklah etis jika
seseorang me-makai pakaian olahraga dalam waktu jam
kerja. Atau tidak sepatutnya seseorang menghadapi tamunya
dengan berpakai an tidur. Etika dalam pengelolaan kantor
8 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 9

yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika antara lain diwujudkan rendahnya tingkat urgensinya, sehingga dapat diberikan
dengan perancangan tata ruang, furnitur dan hiasan-hiasan prioritas-prioritas tertentu.
dinding serta aksesoris lainnya yang bersifat ergonomis dan 3. Prinsip Kebaikan (Goodness).
menarik, sehingga membuat orang bersemangat tinggi dalam Secara umum kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari
bekerja. sesuatu yang menimbulkan pujian. Perkataan baik (good)
2. Prinsip Persamaan (Equality). mengandung sifat seperti persetujuan, pujian, keunggulan,
Hakekat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian prinsip
manusia yang satu dengan yang lain. Setiap manusia yang kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita
terlahir di bumi ini serta memiliki hak dan kewajiban masing- manusia. Apabila orang menginginkan kebaikan dari suatu
masing, pada dasarnya adalah sama atau sederajat. ilmu pengetahuan, misalnya, maka akan mengandalkan
Konsekuensi dari ajaran persamaan ras juga menuntut obyektivitas ilmiah, kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas,
persamaan diantara beraneka ragam etnis. Watak, karakter, dan sebagainya. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial,
atau pandangan hidup masing-masing etnis di dunia ini maka yang diperlukan adalah sikap-sikap sadar hukum,
memang berlainan, namun kedudukannya sebagai suatu saling menghormati, perilaku yang baik (good habits), dan
kelompok masyarakat adalah sama. Tuhan juga telah sebagainya. Jadi lingkup dari ide atau prinsip kebaikan
menciptakan manusia dengan jenis kelamin pria dan wanita, adalah bersifat universal. Kebaikan ritual dari agama yang
dengan bentuk fisik yang berlainan, tetapi secara hakiki satu mungkin berlainan dengan agama yang lain. Namun
diantara keduanya membutuhkan persamaan dalam kebaikan agama yang berkenaan dengan masalah
pengakuan atas hak-hak asasi mereka, dan kedudukannya kemanusiaan, hormat-menghormati diantara sesama, berbuat
dihadapan Tuhan adalah sama. Etika yang dilandasi oleh baik kepada orang lain, kasih sayang, dan sebagainya
prinsip persamaan (equality) ini dapat menghilangkan merupakan nilai-nilai kebaikan yang sudah pasti diterima.
perilaku diskriminatif, yang membeda-bedakan, dalam Dalam pemerintahan, tujuan penyelenggaraan pemerintahan,
berbagai aspek interaksi manusia. Pemerintah sesungguhnya pembangunan, dan pelayanan publik pada dasarnya adalah
tidak dapat membeda-bedakan tingkat pelayanan terhadap untuk menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi masyarakat
masyarakat, hanya karena kedudukan mereka sebagai warga warga negaranya.
negara adalah sama. Yang membedakan dalam pemberian 4. Prinsip Keadilan (Justice).
layanan pemerintah kepada masyarakat adalah tinggi Suatu definisi tertua yang hingga kini masih sangat relevan
untuk merumuskan keadilan (justice berasal dari zaman
10 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 11

Romawi kuno; 'justitia est contants et perpetua voluntas jus keyakinan, bukan dengan fakta yang ditelaah oleh teologi
suum cuique tribuendi' (Keadilan adalah kemauan yang tetap dan ilmu agama. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan
dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat merasa
semestinya). yakin akan kebenaran itu. Untuk itu, kita perlu menjembatani
5. Prinsip Kebebasan (Liberty). antara kebenaran dalam pemikiran (truth in the mid) dengan
Secara sederhana kebebasan dapat dirumuskan sebagai kebenaran dalam kenyataan (truth in reality) atau kebenaran
keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan yang terbuktikan. Betapapun doktrin etika tidak selalu dapat
pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan muncul dari diterima oleh orang awam apabila kebenaran yang terdapat
doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri serta didalamnya belum dapat dibuktikan.
memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri
kecuali jika pilihan tindakan tersebut melanggar kebebasan Keenam ide-ide agung atau dapat juga kita sebut dalam
yang sama dari orang lain. Maka kebebasan manusia modul ini sebagai prinsip-prinsip etika, yang menjadi
mengandung pengertian: prasyarat dasar bagi pengembangan nilai-nilai etika atau
 Kemampuan untuk menentukan sendiri; kode etik dalam hubungan antar manusia, manusia dengan
 Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan; masyarakat, dengan pemerintah dan sebagainya.
 Syarat-syarat yang memungkinkan manusia untuk
melaksanakan pilihannya beserta konsekuensi dari pilihan Dengan perkataan lain, serangkaian etika yang disusun
itu. sebagai aturan hukum yang mengatur jalan hidup dan
Oleh karena itu, tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi
dan begitu pula tidak ada tanggungjawab tanpa kebebasan. pemerintah dan pegawai negeri, dan sebagainya harus benar-
Semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh seseorang, benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan,
semakin besar pula tanggung jawab yang dipikulnya. kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap
6. Prinsip Kebenaran (Truth). orang.
Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan
mengenai logika ilmiah, sehingga kita mengenal kriteria D. Rangkuman
kebenaran dalam berbagai cabang ilmu, misal: matematika,
Berdasarkan uraian pada pokok dan sub pokok bahasan tersebut
ilmu fisika, biologi, sejarah, dan juga filsafat. Namun ada
di atas dapat dirangkum secara ringkas beberapa pengertian
pula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan
12 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 13

mengenai etika dan moralitas, serta prinsip-prinsip etika dalam eksternal. Konsep moralitas lebih abstrak daripada nilai-nilai
kehidupan manusia, sebagai berikut: atau hukum yang mengatur manusia. Moralitas dimaksudkan
1. Etika secara umum dapat diartikan sebagai nilai-nilai untuk menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki
normatif atau pola perilaku seseorang atau sesuatu dorongan untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsip-
badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman yang prinsip etika. Tingkat moralitas seseorang akan dipengaruhi
dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. oleh latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, dan
2. Pengertian moralitas lebih mengacu kepada nilai-nilai norma karakter individu adalah sebagian diantara faktor-faktor yang
tif yang menjadi keyakinan dalam diri seseorang atau sesuatu mempengaruhi tingkat moralitas seseorang.
badan/lembaga/organisasi yang menjadi faktor pendorong 5. Terbentuknya etika sebagai nilai-nilai filosofis yang berlaku
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Moralitas dan diyakini dalam pergaulan hidup manusia dalam
seseorang dapat menjadi faktor pendorong terbentuknya lingkungannya, secara umum dilandasi oleh prinsip-prinsip
perilaku yang sesuai dengan etika, tetapi nilai-nilai moralitas yang diarahkan untuk menjamin terciptanya keindahan,
seseorang mungkin saja bertentangan dengan nilai etika yang persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran
berlaku dalam lingkungannya. bagi setiap orang.
3. Secara konseptual, etika merupakan bagian dari disiplin ilmu
filsafat yang berfokus pada nilai-nilai yang diyakini dan E. Latihan
dianut oleh manusia beserta pembenarannya, termasuk nilai-
nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku 1. Jelaskan pengertian umum mengenai etika dan moralitas!
manusia. Secara konseptual, istilah etika memiliki 2. Jelaskan perbedaan antara etika dan moralitas !
kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai apa 3. Secara konseptual, bagaimana Saudara dapat membedakan
yang baik dan buruk bagi manusia dan masyarakat. Dalam antara etika dan moralitas seseorang ?
implementasinya, penggunaan istilah etika banyak 4. Berikan contoh bagaimana seseorang berusaha mematuhi
dikembangkan dalam suatu sistem organisasi sebagai norma- etika umum yang berlaku di lingkungannya, tetapi
norma yang mengatur dan mengukur profesionalisme sebenarnya bertentangan dengan moralitas dirinya sendiri ?
seseorang. 5. Sebutkan prinsip-prinsip yang melandasi etika pergaulan
4. Sedangkan moral dan moralitas secara konseptual menaruh manusia !
penekanan kepada karakter atau sifat-sifat individu yang 6. Bagaimana bentuk perwujudan prinsip-prinsip kebaikan dan
khusus, diluar ketaatan kepada peraturan yang bersifat kebebasan dalam etika pergaulan manusia ?
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 15

BAB II Selanjutnya dinyatakan dalam Menimbang huruf b) Tap MPR


tersebut; "bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA
Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut,
Sebelum lebih jauh membahas mengenai etika dalam organisasi diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan etika
pemerintahan, sejalan dengan perkembangan yang berlaku dalam kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia." Pernyataan
penyelenggaraan pemerintahan negara, modul ini akan ini didasarkan kepada sinyalemen para wakil rakyat di MPR
mengungkapkan mengenai pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagaimana dinyatakan dalam huruf c) konsiderans tersebut:
yang telah menjadi komitmen nasional berdasarkan Ketetapan (TAP) "bahwa etika kehidupan berbangsa dewasa ini mengalami
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor VI/MPR/2001 kemunduran yang turut menyebabkan terjadinya krisis
Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. multidimensi." Sehingga sebagaimana dinyatakan dalam huruf
d): "bahwa untuk itu diperlukan adanya rumusan tentang pokok-
pokok etika kehidupan berbangsa sebagai acuan bagi pemerintah
A. Latar Belakang
dan seluruh bangsa Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan
Dalam konsiderans TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tersebut meningkatkan mutu kehidupan berbangsa itu."
dalam Menimbang huruf a) dinyatakan: "bahwa sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Latar belakang munculnya kekhawatiran para wakil rakyat di
Republik Indonesia Tahun 1945, terbentuknya Negara Kesatuan MPR tersebut terungkap dalam Latar Belakang TAP MPR
Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Nomor VI/MPR/2001, bahwa sejak terjadinya krisis multi
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk dimensional, muncul ancaman yang serius terhadap persatuan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang kehidupan berbangsa. Hal itu tampak dari konflik sosial yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi luhur
sosial." Hal ini pula yang selama ini kita kenal sebagai Tujuan dalam pergaulan sosial, melemahnya kejujuran dan sikap
Nasional atau cita-cita luhur bangsa, yang harus selalu menjadi amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap
acuan seluruh masyarakat bangsa maupun pemerintah Negara ketentuan hukum dan peraturan, dan sebagainya yang
Republik Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupan disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. maupun dari luar negeri.

14
16 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 17

Faktor-faktor yang berasal dari dalam negeri, yang menjadi pemakaian, peredaran, dan penyelundupan obat-obatan
penyebab memudarnya pelaksanaan etika kehidupan berbangsa terlarang.
itu, sebagaimana terungkap dalam Latar Belakang TAP MPR
Nomor VIIMPR/2001 tersebut antara lain sebagai berikut : Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar negeri meliputi,
1. Masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama dan antara lain, (1) pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin
munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru meluas dengan persaingan antar bangsa yang semakin tajam; (2)
dan sempit, serta tidak harmonisnya pola interaksi antara makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam
umat beragama; perumusan kebijakan nasional.
2. Sistem sentralisasi pemerintahan di masa lampau yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan kekuasaan di Pusat Faktor-faktor yang menjadi penghambat dan sekaligus menjadi
dan pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya ancaman tersebut dinyatakan akan dapat mengakibatkan bangsa
fanatisme kedaerahan; Indonesia mengalami kemunduran dan ketidakmampuan dalam
3. Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya untuk
kebinekaan dan kemajemukan dalam kehidupan berbangsa; mencapai persatuan, mengembangkan kemandirian,
4. Terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam lingkup luas dan keharmonisan dan kemajuan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya
dalam kurun waktu yang panjang, melewati ambang batas sungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali warga bangsa
kesabaran masyarakat secara sosial yang berasal dari kebijak dan mendorong revitalisasi khazanah etika dan moral yang telah
an publik dan munculnya perilaku ekonomi yang ada dan bersemi dalam masyarakat sehingga menjadi salah satu
bertentangan dengan moralitas dan etika; acuan dasar dalam kehidupan berbangsa. Tentu saja dalam hal
5. Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian ini tidak terkecuali bagi Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur
pemimpin dan tokoh bangsa; aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat.
6. Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, dan
lemahnya kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku yang
B. Pokok-Pokok Etika Kehidupan Berbangsa
menyimpang dari etika yang secara alamiah masih hidup di
Etika Kehidupan Berbangsa sebagai konsep nilai moral diartikan
tengah-tengah masyarakat;
oleh MPR berdasar TAP MPR Nomor VI/MPR /2001 sebagai:
7. Adanya keterbatasan kemampuan budaya lokal, daerah, dan
"...rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang
nasional dalam merespons pengaruh negatif dari budaya luar;
bersifat universal, den nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
8. Meningkatnya prostitusi, media pornografi, perjudian, serta
tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir,
18 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 19

bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa." dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif sejalan dengan
Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa sebagaimana tuntutan globalisasi.
tertuang dalam TAP MPR tersebut mengedepankan kejujuran,
amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pengamalan agama
kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggungjawab, yang benar, kemampuan adaptasi, ketahanan dan kreativitas
menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa. budaya dari masyarakat.

Uraian Etika Kehidupan Berbangsa berdasarkan TAP MPR 2. Etika Politik dan Pemerintahan
Nomor VI/MPR/2001 adalah sebagai berikut: Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk
1. Etika Sosial dan Budaya mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif
Etika sosial dan budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan
peduli, saling memahami, saling menghargai, saling aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam
mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih
dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
menumbuhkembangkan kembali budaya malu, yakni malu keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan berbangsa. Etika pemerintahan mengamanatkan agar
moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, penyelenggara negara memiliki rasa kepedulian tinggi dalam
juga perlu ditumbuh kembangkan kembali budaya memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila
keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai
pemimpin baik formal maupun informal pada setiap lapisan ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah
masyarakat. masyarakat, bangsa dan negara.
Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan
Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan pertentangan diselesaikan secara musyawarah dengan penuh
mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang kearifan dan kebijaksanaan sesuai dengan nilai-nilai agama
berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai dan dan nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap menjunjung tinggi
mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.
budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu
20 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 21

menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar mencegah terjadinya praktek-praktek monopoli, oligopoly,
kekuatan sosial politik serta antar kelompok kepentingan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada perbuatan
lainnya untuk mencapai sebesar-besarnya kemajuan bangsa korupsi, kolusi dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak
dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama negatif terhadap persaingan sehat, dan keadilan serta
daripada kepentingan pribadi dan golongan. menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.
Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepada
setiap pejabat dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, 4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan
rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial,
apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh
masyarakat. Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang peraturan yang berpihak kepada keadilan. Keseluruhan aturan
bertatakrama dalam perilaku politik yang toleran, tidak hukum yang menjamin tegaknya supremasi dan kepastian
berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta hukum sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang
tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Etika ini
berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya. meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan yang
sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warganegara di
3. Etika Ekonomi dan Bisnis hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan secara salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk
perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseorangan, instansi manipulasi hukum lainnya.
maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat
melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan 5. Etika Keilmuan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-
berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar
kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya,
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan
melalui kebijakan secara berkesinambungan. Etika ini dan kemajuan sesuai dengan nilai nilai agama dan budaya.
22 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 23

Etika ini diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan etika
karsa, cipta dan karya yang tercermin dalam perilaku kreatif, kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia."
inovatif, inventif dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, 2. Konflik sosial yang berkepanjangan, berkurangnya sopan
belajar, meneliti, menulis, berkarya serta menciptakan iklim santun dan budi luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya
kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa,
teknologi. pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan, dan
sebagainya merupakan gejala krisis multidimensional yang
Etika keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras menjadi ancaman yang serius terhadap persatuan bangsa dan
dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika kehidupan
berpikir dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri berbangsa yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal
untuk mencapai hasil yang terbaik. Di samping itu, etika ini baik dari dalam maupun dari luar negeri.
mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, 3. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa merupakan acuan
rintangan dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah bagi pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia dalam rangka
tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan menyelamatkan dan meningkatkan mutu kehidupan
kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji berbangsa.
serta pantang menyerah. 4. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa sebagaimana
tertuang dalam TAP MPR tersebut mengedepankan
6. Etika Lingkungan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos
Etika Lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung
menghargai dan melestarikan lingkungan hidup serta jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai
penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung warga bangsa.
jawab. 5. Etika Kehidupan Berbangsa berdasarkan TAP MPR Nomor
VI/MPR/2001 adalah mencakup Etika Sosial Budaya, Etika
C. Rangkuman Politik dan Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika
Penegakan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, dan
1. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 mengamanatkan dalam;
Etika Lingkungan.
"bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut,
24 Etika Organisasi Pemerintah

D. Latihan BAB III


1. Gejala apakah yang menunjukkan terjadinya krisis ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
multidimensional yang mengancam persatuan bangsa dan
kemunduran dalam pelaksanaan etika kehidupan berbangsa?
2. Sebutkan faktor-faktor dari dalam negeri apa saja Dalam bab sebelumnya telah diuraikan dan dibahas pengertian dan
menyebabkan terjadinya krisis multidimensional yang konsepsi etika dan moralitas manusia, prinsipprinsip etika dalam
dihadapi bangsa Indonesia? kehidupan manusia, serta pokok-pokok etika kehidupan berbangsa.
3. Sikap apa saja yang dikedepankan dalam pokok-pokok etika Berlandaskan latar belakang tersebut, dalam bab ini akan diuraikan
kehidupan berbangsa? dan dibahas mengenai dimensi etika organisasi Pemerintah, yang
4. Uraikan secara ringkas pokok-pokok etika kehidupan antara lain mencakup etika dalam organisasi, etika dalam
berbangsa sebagaimana dirumuskan dalam TAP MPR Nomor pemerintahan, etika dalam jabatan, serta nilai-nilai kepemerintahan
VI/MPR/2001? yang baik (good governance) sebagai trend global etika
pemerintahan.

A. Dimensi Etika Dalam Organisasi


Telah dikemukakan bahwa etika pengertiannya adalah cara
bergaul atau berperilaku yang baik. Nilai-nilai etika terungkap
dalam aturan-aturan maupun hukum, baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur bagaimana seseorang harus bersikap dan
berperilaku dalam interaksinya dengan orang lain dan
lingkungan masyarakatnya, termasuk juga dengan pemerintah.
Dalam konteks organisasi, maka etika organisasi dapat berarti
pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan
kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan akan
membentuk budaya organisasi (organizational culture) yang
sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang
bersangkutan.

25
26 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 27

Organisasi sebagai sebuah struktur hubungan antar manusia dan para anggota organisasi tersebut. Beberapa karakteristik
antar kelompok tentu saja memiliki nilai-nilai tertentu yang organisasi yang ideal atau birokrasi menurut Weber
menjadi kode etik atau pola perilaku anggota organisasi yang (Indrawijaya, 1986: 17) yang penting diantaranya adalah
bersangkutan, betapapun kecilnya organisasi yang bersangkutan. adanya:
Salah satu nilai etika yang secara umum ber laku bagi setiap 1. Spesialisasi atau pembagian pekerjaan;
anggota organisasi jenis apapun adalah apa yang dirumuskan 2. Tingkatan berjenjang (hirarki);
sebagai: "Menjaga nama baik Organisasi". 3. Berdasarkan aturan dan prosedur kerja;
4. Hubungan yang bersifat impersonal;
Berdasarkan nilai tersebut setiap anggota organisasi apapun 5. Pengangkatan dan promosi anggota/pegawai berdasarkan
harus mampu bersikap dan berperilaku yang mendukung kompetensi (Sistem Merit).
terjaganya nama baik organisasinya. Bahkan jika
memungkinkan sebenarnya bukan hanya menjaga nama baik Sedangkan setiap anggota birokrasi tersebut diharapkan
tetapi juga meningkatkan nama baik organisasi. Internalisasi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Wallis, 1989:
nilai etika tersebut dalam diri setiap anggota organisasi secara 3-4):
efektif akan membangun moral ataupun moralitas pribadi 1. Bebas dari segala urusan pribadi (Personally Free) selain
anggota organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pola perilaku yang berkaitan dengan tugas-tugas yang telah ditetapkan;
yang ditekankan dalam upaya terjaganya nama baik organisasi, 2. Setiap anggota harus mengerti tugas dan ruang lingkup
biasanya dituangkan dalam sejumlah aturan mengenai apa yang jabatan atau kedudukannya dalam hirarkhi organisasi;
harus dan terlarang untuk dilakukan oleh setiap anggota 3. Setiap anggota harus mengerti dan dapat menerapkan
organisasi, misalnya setiap anggota diwajibkan selalu kedudukan hukumnya dalam organisasi, dalam arti
menggunakan simbol-simbol organisasi, baik itu berupa memahami aturan yang menetapkan kewajiban dan
pakaian, peralatan, hingga kartu nama; sedangkan larangan yang kewenangannya dalam organisasi;
diberlakukan antara lain adalah berjudi, mabuk-mabukan, 4. Setiap anggota bekerja berdasarkan perjanjian atau kontrak
meminta tips kepada pelanggan atau klien, dan sebagainya. kerja dengan kompensasi tertentu sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab yang dibebankan organisasi kepadanya;
Secara konseptual, model organisasi yang ideal sebagaimana 5. Setiap anggota diangkat dan dipromosikan berdasarkan merit
dirumuskan oleh Max Weber - yaitu birokrasi memiliki atau prestasi dan kompetensi;
karakteristik yang sekaligus menjadi nilai-nilai perilaku bagi 6. Setiap anggota organisasi diberikan kompensasi berdasarkan
28 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 29

tarif standar yang sesuai dengan kedudukannya, maupun itu tidak menjamin terciptanya interaksi yang dinamis dalam
tugas pokok dan fungsinya; hubungan kerja antara anggota dengan kelompok, antar
kelompok, maupun dengan organisasi, dan dengan klien atau
7. Setiap anggota organisasi wajib mendahulukan tugas pokok masyarakat yang dilayani. Bagaimanapun, karakteristik birokrasi
dan fungsinya daripada tugas-tugas lain selain apa yang telah atau model organisasi yang ideal menurut Weber tersebut,
dibebankan kepadanya oleh organisasi; tampaknya sangat mewakili kondisi-kondisi berbagai organisasi
8. Setiap anggota organisasi ditempatkan dengan struktur karir dalam pemerintahan.
yang jelas;
9. Setiap anggota organisasi harus berdisiplin dalam perilaku Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan
kerjanya dan untuk itu dilakukan pengawasan. bahwa dimensi perilaku manusia dalam organisasi dengan nilai-
nilai etikanya, mencakup beberapa dimensi, yaitu:
Pandangan Max Weber mengenai model organisasi ideal
tersebut secara ringkasnya mendudukan setiap anggota 1. Dimensi hubungan antara anggota dengan organisasi yang
organisasi dalam hirarkhi struktural, setiap pekerjaan tertuang dalam perjanjian atau aturan-aturan legal;
diselesaikan berdasarkan prosedur dan aturan kerja yang 2. Hubungan antara anggota organisasi dengan sesama anggota
berlaku, setiap orang terikat dengan ketat terhadap aturan-aturan lainnya, antara anggota dengan Pejabat dalam struktur
dalam organisasi tersebut, dan hubungan diantara setiap anggota hirarkhi;
maupun kelompok dan dengan pihak luar terbatas hanya kepada 3. Hubungan antara anggota organisasi yang bersangkutan
urusan-urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung dengan anggota dan organisasi lainnya; dan
jawab masing-masing anggota. Jadi dalam model organisasi 4. Hubungan antara anggota dengan masyarakat yang dilayani-
yang ideal ini sifatnya mekanistis, kaku, dan impersonal (tidak nya.
pribadi).

B. Etika Dalam Pemerintahan


Karena itu, pandangan Weber tersebut banyak mendapatkan
kritik, karena model organisasi yang ideal tersebut tidak Dalam organisasi administrasi publik atau pemerintah, pola
mengakomodasi hubungan-hubungan yang bersifat personal dan sikap dan perilaku serta hubungan antar manusia dalam
sangat membatasi perilaku para anggota organisasi tersebut organisasi tersebut, dan hubungannya dengan pihak luar
dengan berbagai aturan yang ketat. Model birokrasi ideal seperti organisasi pada umumnya diatur dengan peraturan perundangan
30 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 31

yang berlaku dalam sistem hukum negara yang bersangkutan. pemerintah dengan rakyatnya.

Bagi aparatur pemerintah, budaya dan etika kerja merupakan hal Sebaliknya, dalam negara yang pemerintahannya bersifat
yang penting untuk dikembangkan baik pada tingkat otoriter, maka kepentingan kekuasaannyalah yang menjadi
pemerintahan Pusat maupun Daerah, pada tingkat Departemen prioritas. Sehingga etika kerja aparatur sangat diarahkan pada
atau organisasi maupun unit-unit kerja dibawahnya. terwujudnya keamanan dan kelangsungan kekuasaan
pemerintahan. Dalam hal ini, kerahasiaan dan represi menjadi
Adanya etika ini diharapkan mampu membangkitkan kepekaan pola kebijakan dan perilaku aparatur pemerintah.
birokrasi (pemerintah) dalam melayani kepentingan masyarakat
(Nicholas Henry, 1988). Dalam modul "Etika Birokrasi", Gering Supriyadi (2001: 54)
mengemukakan beberapa asas umum pemerintahan yang
Tujuan yang hakiki dari setiap pemerintah di negara manapun diberlakukan di negara Belanda, sebagai berikut:
adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat warga 1. Asas kepastian hukum (Principle of Legal Security);
negara yang bersangkutan. Namun demikian pola atau cara-cara 2. Asas keseimbangan (Principle of Proportionality);
yang ditempuh dan perilaku pemerintah dalam hal itu berbeda 3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (Principle of
dari satu negara ke negara lainnya, tergantung kondisi dan Equality);
situasi yang berlaku di negara masing-masing. 4. Asas bertindak cermat (Principle of Carefulness);
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan (Principle of
Dalam negara yang demokratis, mendahulukan kepentingan Motivation);
rakyat menjadi tujuan dan sekaligus etika bagi setiap 6. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan (Principle of
penyelenggara negara dan pemerintahan. Dalam sistem non misuse of competence) yang bisa juga berarti Asas tidak
pemerintahan yang demokratis berlaku norma: "dari, oleh dan menyalahgunakan kekuasaan;
untuk rakyat. Sehingga etika kerja aparatur dalam sistem 7. Asas permainan yang layak (Principle of Fairplay);
pemerintahan ini adalah selalu mengikutsertakan rakyat dan 8. Asas Keadilan dan kewajaran (Principle of Reasonable or
berorientasi kepada aspirasi dan kepentingan rakyat dalam setiap Prohibition of Arbitrariness);
langkah kebijakan dan tindakan pemerintah. Transparansi, 9. Asas menanggapi penghargaan yang wajar (Principle of
keterbukaan, dan akuntabilitas menjadi nilai-nilai yang Meeting Raised Expectation) atau bisa juga berarti Asas
dijunjung tinggi dan diwujudkan dalam etika pergaulan antara pemenuhan aspirasi dan harapan yang diajukan;
32 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 33

10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (Princip amandemennya, menjadi kerangka pedoman kebijakan dan
le of Undoing the Consequencies of Annuled Decision); tindakan pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan
11. Asas perlindungan atas pandangan/cara hidup pribadi negara.
(Principle of Protecting the Personal Way of Life);
12. Asas kebijaksanaan (Sapientia); Penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (Principle of Ketetapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 Tentang
Public Service). Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, asas-asas dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 dan Penjelasannya ditetapkan
pemerintahan yang menjadi nilai-nilai etika pemerintahan, mengenai asas-asas umum pemerintahan yang mencakup:
tampaknya cukup terwakili dengan pernyataan dalam 1. Asas Kepastian Hukum; yaitu asas dalam negara hukum
Mukaddimah UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan: yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
"...untuk membentuk pemerintahan negara yang melindungi penyelenggara negara;
segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan
serta dalam memelihara ketertiban dunia dan perdamaian yang dalam pengendalian penyelenggaraan negara;
abadi..." 3. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
Sedangkan nilai-nilai filosofis yang melandasinya adalah dan selektif;
ideologi negara yang kita kenal sebagai Pancasila, yaitu: (1) 4. Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap
Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggara an
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;
5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
Berdasarkan tugas pemerintahan negara dan filosofi negara keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
itulah pemerintah negara Indonesia menjalankan fungsinya. Negara;
Ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945 beserta ketentuan dalam 6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
34 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 35

keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan Tertinggi dan Tinggi Negara lainnya juga diwajibkan untuk
peraturan perundang-undangan yang berlaku; mengangkat sumpah/janji sebelum menjalankan jabatannya itu.
7. Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Para Menteri, Kepala LPND, Gubernur, Bupati, Walikota beser
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada ta para wakil mereka, serta para Pejabat Eselon dan Pejabat
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan Fungsional dan jabatan-jabatan lainnya juga diwajibkan untuk
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan mengangkat sumpah/janji.
perundang-undangan yang berlaku.
Asas-asas umum pemerintahan sebagaimana diterapkan di Sumpah/janji inilah yang menjadi kesepakatan dan komitmen
Indonesia berdasarkan Undang-Undang tersebut dewasa ini, terhadap nilai-nilai, standar-standar sebagai kode etik jabatan.
tidak terlepas dari kecenderungan global berlakunya paradigma
baru dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dikenal dengan Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tabun 1999 tentang
paradigma kepemerintahan yang baik (Good Governance). Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi, Dan Nepotisme, Pasal 5 ditetapkan mengenai kewajiban
C. Etika Dalam Jabatan Setiap Penyelenggara Negara sebagai berikut:
1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya
Para penyelenggara Negara berdasarkan Undang-Undang
sebelum memangku jabatannya;
Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang
2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, adalah
setelah menjabat;
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif,
3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan
atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
setelah menjabat;
berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
4. Tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme;
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama,
ras, dan golongan;
Para penyelenggara negara, termasuk PNS, sebelum memangku
6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan
jabatannya diwajibkan untuk mengangkat sumpah/ janji sesuai
tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk
peraturan peundang-undangan yang berlaku.
kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan
tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang
Presiden dan Wakil Presiden, Anggota dan Pimpinan Lembaga
36 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 37

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undang D. Good Governance Sebagai Trend Global Etika
an yang berlaku; Pemerintahan
7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, etika sangat erat
nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan kaitannya dengan nilai-nilai dan pola perilaku dari setiap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. individu. Perhatian dan rasa terhadap nilai-nilai dalam diri setiap
Sedangkan hak sebagai penyelenggara negara diatur dalam Pasal aparatur sangat erat kaitannya dengan latar belakang sejarah,
4 UU No. 28 Tahun 1999, yang meliputi hak-hak: budaya, dan perkembangan kondisi sosial dan lingkungan
1. Menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan kehidupan dewasa ini. Dalam konteks negara, perbedaan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; tersebut jelas ada sesuai dengan perbedaan sejarah, budaya, dan
2. Menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan lingkungannya, sehingga kita dapat mengatakan bahwa setiap
dari atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat; individu masyarakatnya juga akan memiliki pandangan yang
3. Menyampaikan pendapat di muka umum secara berbeda tentang nilai-nilai dan setiap negara akan memiliki
bertanggungjawab sesuai dengan wewenangnya; dan standar dan ketentuan etika yang berbeda satu sama lainnya.
4. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada kenyataannya, kecenderungan yang terjadi dewasa ini
cukup mengherankan, karena tenyata perbedaan pandangan
Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang tersebut ditegaskan mengenai etika tersebut tampaknya sangat tipis, bahkan terdapat
ketentuan bahwa: Hubungan antar Penyelenggara Negara kecenderungan adanya upaya menerapkan sistem etika
dilaksanakan dengan mentaati norma-norma kelembagaan, pemerintahan secara global. Dalam hal ini, kita bisa melihat
kesopanan, kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila kenyataan bahwa perubahan paradigma pemerintahan yang
dan Undang-undang Dasar 1945. Bagi PNS yang duduk dalam terjadi dewasa ini ternyata sangat bersifat global.
Jabatan Struktural Eselon V sampai dengan Eselon I pada
dasarnya masih berlaku ketentuan Displin sebagai etika perilaku Promosi mengenai nilai-nilai Good Governance, ternyata bukan
dalam jabatan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan hanya di negara-negara berkembang yang pemerin tahannya
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, seperti telah diuraikan dinilai korup, tetapi ternyata juga dikembangkan di negara-
sebelumnya, selain ketentuan dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 negara maju sekalipun, baik di daratan Eropa maupun Amerika.
tersebut di atas.
38 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 39

Kesamaan trend dalam pengembangan etika pemerintahan para investor untuk mengukur tingkat keberhasilan investasinya
tampaknya dipicu oleh permasalahan yang relatif sama yaitu di berbagai negara. Dalam hal ini kita dapat menilai bahwa
korupsi. Dalam hal ini di negara manapun tidak ada yang meskipun ada kesamaan dalam meletakkan dasar-dasar nilai
menghalalkan korupsi, antara lain seperti menerima suap. etika pemerintahan, tetapi pada kenyataan prakteknya di
berbagai negara sungguh-sungguh berbeda. Tingkat kepatuhan
Banyak kasus di berbagai negara maju di Asia, Amerika, dan terhadap kode etik atau nilai-nilai etika pemerintahan di
Eropa dimana salah seorang Pejabat Tinggi Negara harus berbagai negara sangat bervariasi, sebagai variasi yang kita
mengundurkan diri dari jabatannya, karena telah terbukti dapat lihat dalam berbagai informasi hasil survey internasional.
menerima suap. Selain itu, kode etik lain yang juga sama antara Dari variasi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa semakin
lain: larangan untuk membocorkan atau menyebarluaskan tinggi perbedaan antara kode etik yang diatur dalam berbagai
informasi rahasia negara, mendahulukan kepentingan pribadi peraturan perundang-undangan dengan kenyataan praktek
daripada kepentingan negara dan masyarakat, dan kewajiban administrasi pemerintahan, semakin rendah kualitas
untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan hukum dan penyelenggaraan administrasi pemerintahan di negara yang
peraturan perundang-undangan, serta ketentuan lainnya yang bersangkutan.
berlaku.
Negara yang mengalami kondisi demikian, tentu saja harus
Mengapa kecenderungan adanya kesamaan dalam pengaturan segera melakukan berbagai upaya perbaikan atau reformasi, agar
mengenai etika pemerintahan tersebut muncul di berbagai pemerintah tidak kehilangan kepercayaan masyarakat dan
negara, tampaknya berkaitan erat dengan dengan fungsi atau sekaligus mempertahankan kredibilitasnya dalam pergaulan
keberadaan aparatur pemerintah dalam melayani masyarakat, antar negara.
dimana kejujuran (fairness) dan netralitas menjadi persyaratan
yang memerlukan tingkat disiplin tertentu yang kurang lebih Nilai-nilai kepemerintahan yang baik atau Good Governance
sama diberbagai negara dengan latar belakang yang berbeda yang dewasa ini telah menjadi trend atau kecenderungan global
sekalipun. sebagai etika dalam pemerintahan secara umum menekankan
bahwa penyelenggaraan kepemerintahan negara harus
Itulah sebabnya, dewasa ini kita dapat membandingkan dalam merupakan keseimbangan interaksi dan keterlibatan antara
kriteria yang kurang lebih sama perbedaan kualitas pemerintah, swasta, dan masyarakat (civil society).
pemerintahan antar negara, yang dapat dijadikan ukuran bagi
40 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 41

Nilai-nilai atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan 5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation):
dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik Pemerintahan yang baik (good governance) akan bertindak
(Good Governance) menurut Badan PBB untuk Pembangunan sebagai penengah (mediator) bagi berbagai kepentingan yang
atau UNDP (1997) sebagaimana dikutip Suhady dan Fernanda berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang
dalam modul Diklatpim Tingkat IV: "Dasar-Dasar terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika
Kepemerintahan Yang Baik", adalah mencakup: dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai
1. Partisipasi: Setiap orang atau setiap warga masyarakat, baik kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah;
laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang 6. Berkeadilan (Equity): Pemerintahan yang baik akan
sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki
langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai maupun perempuan dalam upaya mereka untuk
dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya;
Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan 7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency):
kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk
berpartisipasi secara konstruktif; menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan
2. Aturan Hukum (Rule of Law): Kerangka aturan hukum dan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya
perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan dan berbagai sumber-sumber yang tersedia;
dipatuhi secara utuh tanpa memihak kepada siapapun 8. Akuntabilitas (Accountability): Para pengambil keputusan
(impartially), terutama aturan hukum tentang hak-hak asasi (decision makers) dalam organisasi sektor publik
manusia; (pemerintah), swasta, dan masyarakat madani memiliki
3. Transparansi: Transparansi harus dibangun dalam kerangka pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik
kebebasan aliran informasi. Berbagai proses, kelembagaan, (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para
dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut
yang membutuhkannya, dan informasinya harus dapat berbeda-beda, bergantung apakah jenis keputusan organisasi
disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga itu bersifat internal atau bersifat eksternal;
dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi; 9. Bervisi Strategis (Strategic Vision): Para pimpinan dan
4. Daya Tanggap (Responsiveness): Setiap institusi dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka
prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik
berbagai pihak yang berkepentingan (Stakeholders). (good governance) dan pembangunan manusia (human
42 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 43

development), bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan contoh pengembangan etika dalam organisasi pemerintahan
untuk pembangunan tersebut. Mereka juga memahami aspek- dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut.
aspek historis, kultural, dan kompleksitas sosial yang
mendasari perspektif mereka; Di lingkungan negara-negara OECD pada bulan November
10. Saling Keterkaitan (Interrelated): bahwa keseluruhan ciri 1997 telah meratifikasi dan menerapkan "Konvensi tentang
good governance tersebut di atas adalah saling memperkuat Penanggulangan Kasus Suap Pejabat Negara Asing dalam
dan saling terkait (mutually reinforcing) dan tidak bisa Transaksi Bisnis Internasional" (Convention on Combating
berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah diakses Bribery of Foreign Public Officials). Konvensi tersebut pada
berarti transparansi semakin baik, tingkat partisipasi akan intinya adalah bahwa setiap negara anggota OECD harus
semakin luas, dan proses pengambilan keputusan akan menyatakan bahwa penyuapan pejabat negara asing adalah
semakin efektif. Partisipasi yang semakin luas akan merupakan tindakan kriminal dan harus ditetapkan sebagai
berkontribusi kepada dua hal, yaitu terhadap pertukaran ketentuan hukum dalam negara masing-masing. Alasan
informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan, dan mengapa konvensi dan keharusan tersebut dilakukan adalah
untuk memperkuat keabsahan atau legitimasi atas berbagai karena Amerika Serikat pada waktu itu adalah satu-satunya
keputusan yang ditetapkan. Tingkat legitimasi keputusan negara di dunia yang memiliki ketentuan hukum melarang
yang kuat pada gilirannya akan mendorong efektivitas pelak penyuapan pejabat negara asing.
sanaannya, dan sekaligus mendorong peningkatan partisipasi
dalam pelaksanaannya. Dan kelembagaan yang responsif Pada bulan April tahun 1998, Dewan negara-negara OECD
haruslah transparan dan berfungsi sesuai dengan aturan merekomendasikan the Improvement of Ethical Conduct in the
hukum dan perundang-undangan yang berlaku agar Public Service". Rekomendasi itu menghimbau agar pemerintah
keberfungsiannya itu dapat dinilai berkeadilan. negara-negara untuk mengambil tindakan untuk menjamin agar
setiap unsur dan sistem kelembagaan di negara masing-masing
Sebagai komitmen terhadap pelaksanaan Good Governance, di mampu menerapkan fungsi pematuhan Kode Etik secara tepat.
berbagai negara, terutama di negara-negara maju telah Dalam rekomendasi tersebut terdapat 12 butir prinsip etika di
dikembangkan berbagai inisiatif yang diarahkan pada lingkungan pemerintahan, yang antara lain salah satunya,
peningkatan etos kerja birokrasi pemerintahan melalui adalah: "Bahwa Standar etika Pemerintahan harus dijabarkan
pengembangan norma-norma etika pemerintahan. Beberapa secara jelas", dan bahwa " Pegawai Negeri harus mengetahui
hak dan kewajiban mereka jika kesalahan tindak muncul"
44 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 45

("Public Servants should know their rights and obligations when


wrongdoing exposed." Demikianlah berbagai kecenderungan bagaimana isu mengenai
etika pemerintahan telah menjadi isu global, dan cenderung
Sidang Umum PBB pada bulan Desember 1996 telah mengarah kepada penerapan Kode Etik Global dalam Bidang
mengeluarkan resolusi "Action Against Corruption". Resolusi Pemerintahan, khususnya dalam rangka menghapuskan praktek-
tersebut menuntut agar setiap negara anggota PBB untuk praktek korupsi dan suap.
melakukan tindakan yang diperlukan dalam mengatasi praktek-
praktek korupsi. Resolusi tersebut juga menghasilkan "Kode
E. Rangkuman
Etik Internasional Dalam Memerangi Korupsi". Dalam Kode
1. Etika dalam lingkup organisasi merupakan pola sikap dan
Etik yang diusulkan oleh resolusi tersebut terdapat 11 (sebelas)
perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok
butir prinsip yang mencakup salah satunya adalah: "Para Pejabat
anggota organisasi, yang secara keseluruhan akan
publik tidak boleh menggunakan kewenangannya untuk
membentuk budaya organisasi (organizational culture) yang
memperbaiki kepentingan keuangan/kekayaan pribadi dan
sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang
keluarganya." ("Public officials shall not use their official
bersangkutan;
authority for the improper advancement of their own or their
2. Dalam model organisasi ideal yang disebut birokrasi menurut
family's personal or financial interest. ") Indonesia sebagai
Max Weber setiap anggota organisasi dibatasi oleh norma-
salah satu anggota PBB, dewasa ini telah merespon resolusi
norma yang mengatur hubungan baik antar anggota
tersebut dengan mengusulkan Rancangan Undang-Undang Anti
organisasi maupun dengan pihak luar organisasi yang
Korupsi, dan telah menetapkan UU Nomor 28 Tahun 1999
bersangkutan. Norma umum yang menjadi etika dalam
tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi,
birokrasi model Weber adalah: bekerja dengan keahlian dan
Kolusi, dan Nepotisme.
spesialisasi dan karenanya pola promosi didasarkan kepada
kompetensi dan merit, patuh dan taat terhadap perintah atasan
Sementara itu di Eropa, negara-negara Uni Eropa telah
dalam jalur hierarkhi, bekerja sesuai dengan aturan dan
menerapkan traktat atau kesepakatan untuk memerangi korupsi
prosedur kerja yang baku, mendahulukan kepentingan
di lingkungan aparatur pemerintahan di masing-masing negara
organisasi daripada kepentingan pribadi, dengan pola
anggota. Sedangkan organisasi perdagangan dunia, WTO,
interaksi antar anggota maupun dengan pihak luar bersifat
sedang dalam proses mendiskusikan isu suap sebagai
impersonal.
penghambat perdagangan bebas.
46 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 47

3. Dalam lingkup pemerintahan, etika dengan nilai-nilai yang setelah menjabat; tidak melakukan korupsi, kolusi dan
terkandung di dalamnya sangat bermanfaat untuk nepotisme; melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan
membangkitkan kepekaan para birokrat dalam melayani suku, agama, ras, dan golongan; bekerja penuh tanggung
kepentingan masyarakat. Dalam negara yang demokratis, jawab dan tanpa pamrih; bersedia menjadi saksi dalam
aparatur pemerintah secara etika diharapkan selalu perkara KKN maupun perkara lainnya sesuai peraturan
mengikutsertakan rakyat dan berorientasi kepada aspirasi dan perundang-undangan yang berlaku.
kepentingan rakyat dalam setiap langkah kebijakan dan 6. Dalam kerangka global ternyata etika pemerintahan telah
tindakan pemerintah. Sebaliknya dalam sistem pemerintahan menjadi kecenderungan berbagai negara. Globalisasi etika
yang otoriter, etika kerja aparatur sangat diarahkan pada pemerintahan terutama diarahkan kepada upaya-upaya untuk
terwujudnya keamanan dan kelangsungan kekuasaan memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme. Resolusi PBB
pemerintah, sehingga kerahasiaan dan represi menjadi norma mengenai "Kode Etik Internasional Dalam Memerangi
yang berlaku di lingkungan aparatur. Korupsi" antara lain memuat ketentuan bahwa: "Para pejabat
4. Sejalan dengan perkembangan kedewasaan sosio-politik publik tidak boleh menggunakan kewenangannya untuk
masyarakat post-modern, etika dalam pemerintahan juga memperbaiki kepentingan keuangan/kekayaan pribadi dan
berkembang, mengarah kepada perwujudan kepemerintahan keluarganya."
yang baik. Berdasarkan komitmen untuk mewujudkan
penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
F. Latihan
kolusi dan nepotisme (KKN), di Indonesia berlaku norma
1. Mengapa etika dalam organisasi dapat berkembang menjadi
umum penyelenggara negara berdasarkan asas-asas kepastian
budaya organisasi?
hukum, tertib penyelenggara negara, kepentingan umum,
2. Bagaimana karakteristik birokrasi ideal menurut Max Weber
keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, dan
dan mengapa karakteristik yang ideal tersebut justru
akuntabilitas.
mendapatkan banyak kritik?
5. Sebagai Pejabat dalam hirarkhi organisasi pemerintahan,
3. Mengapa etika pemerintahan diperlukan dalam negara yang
seorang penyelenggara negara/pemerintahan baik di Pusat
demokratis, apa bedanya dengan etika dalam pemerintahan
maupun di Daerah memiliki beberapa kewajiban, yang
demokratis dengan pemerintahan yang otoriter?
mencakup kewajiban: mengucapkan sumpah atau janji sesuai
4. Sebutkan etika Pegawai Negeri Sipil yang berlaku di
agamanya sebelum menduduki jabatan tertentu; melaporkan
Indonesia dan sebutkan peraturan perundang-undangan mana
dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan
saja yang mengatur norma-norma etika umum Pemerintahan,
48 Etika Organisasi Pemerintah

Pegawai Negeri Sipil, dan Jabatan! BAB IV


5. Jelaskan bagaimana persoalan etika dalam organisasi ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL
pemerintahan ternyata telah menjadi perhatian berbagai
negara dalam skala global?
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara adalah
abdi negara dan abdi masyarakat. Dengan demikian jelaslah
kedudukan PNS tersebut dalam konteks penyelenggaraan
pemerintahan negara. Sebagai abdi negara seorang PNS terikat
dengan segala aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku,
yang mengatur jalannya pemerintahan dan hubungan antara
Pemerintah dengan PNS yang bersangkutan. Selain itu pada tingkat
organisasi, hubungan antara organisasi dengan PNS sebagai pegawai
dilingkungan organisasi yang bersangkutan juga diatur berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemegang otoritas
kelembagaan tersebut. Sedangkan dalam hubungannya dengan
masyarakat, kewajiban dan hak PNS juga ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai konvensi lainnya
yang disepakati baik oleh masyarakat maupun pemerintah, dalam hal
ini PNS.

Nilai-nilai etika yang harus ditaati oleh Pegawai Negeri Sipil,


tercermin dalam kewajiban PNS berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, antara lain Undang Undang Nomor 43
Tabun 2000. Kewajiban PNS sebagai mana dikemukakan dalam
modul Diklat Prajabatan Golongan III tentang Kepegawaian
(Sudiman, 2001: 7) adalah sebagai berikut:

49
50 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 51

1. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, 4. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil
Negara dan Pemerintah; dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan peundang-
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan undangan yang berlaku;
Republik Indonesia; 5. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya sebaik-baiknya;
dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab; 6. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan
4. Menyimpan rahasia jabatan. Pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas
kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
A. Kewajiban dan Larangan Bagi Pegawai Negeri 7. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan
Sipil dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
Bagi PNS berlaku ketentuan seperti yang tercantum dalam 8. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah kepentingan Negara;
dan Janji Pegawai Negeri Sipil, juga Peraturan Pemerintah 9. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan,
Nomor 30 Tahun 1980. Berdasarkan PP Nomor 30 tahun 1980 persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;
itu terdapat 26 butir kewajiban dan 18 butir larangan bagi PNS 10. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui
sebagai berkut: ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/
Kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil meliputi hal-hal sebagai Pemerintah, terutama dibidang keamanan, keuangan, dan
berikut : materiil;
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- 11. Mentaati ketentuan jam kerja;
Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah; 12. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
2. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan 13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara
golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala dengan sebaik-baiknya;
sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh 14. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada
kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain; masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;
3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, 15. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana
pemerintah, dan Pegawai Negeri Sipil; terhadap bawahannya;
16. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;
52 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 53

17. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik 3. Tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk
terhadap bawahannya; negara asing;
18. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi 4. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat
kerjanya; berharga milik Negara;
19. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk 5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
mengembangkan karier; atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat
20. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang berharga milik Negara secara tidak sah;
perpajakan; 6. Melakukan kegiatan bersama-sama dengan atasan, teman
21. Berpakaian rapi, sopan serta bersikap dan bertingkah laku sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar
sopan santun kepada masyarakat, sesama PNS, dan terhadap lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
atasannya; pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
22. Hormat menghormati antara sesama warganegara yang tidak langsung merugikan Negara;
memeluk agama/ kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha 7. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
Esa, yang berlainan; membalas dendam, terhadap bawahannya atau orang lain di
23. Menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;
masyarakat; 8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja
24. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga
peraturan kedinasan yang berlaku; bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin
25. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri
26. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya yang bersangkutan;
setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. 9. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan
kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali
Sedangkan larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar oleh untuk kepentingan jabatan;
setiap PNS adalah sebagai berikut: 10. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
1. Melaksanakan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan 11. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan
atau martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mem
Sipil; persulit salah satu pihak yang dilayaninya, sehingga
2. Menyalahgunakan wewenangnya; mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
54 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 55

12. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan; pelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan atau
13. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 30 tahun
pribadi, golongan, atau pihak lain; 1980 Pasal 2 dan 3, kecuali untuk kepentingan dinas.
14. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau
golongan untuk mendapat pekerjaan atau pesanan dari B. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
kantor/instansi pemerintah;
Pada tahun 2003, Pemerintah melalui Kantor Menteri
15. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan
Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengambil inisiatif
usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;
untuk menjabarkan pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa
16. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya
ke dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, yang akan
tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah
dirumuskan ke dalam sebuah Peraturan Pemerintah (PP).
dan sifat pemilikannya itu sedemikian rupa sehingga melalui
Namun demikian, sampai dengan modul ini ditulis dan
pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung
diterbitkan, Rancangan PP mengenai Kode Etik PNS tersebut
menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
masih belum dapat diselesaikan dan disahkan menjadi PP.
17. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi maupun
Meskipun begitu, tidak ada salahnya dalam modul ini
sambilan, menjadi direksi, pimpinan, atau komisaris
disampaikan apa yang sebenarnya dirumuskan dalam
perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan
Rancangan PP (RPP) tersebut.
ruang IV/a keatas, atau yang memangku jabatan Eselon I.;
18. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga
1. Pengertian, Maksud danTujuan Kode Etik PNS
dalam melaksankan tugasnya untuk kepentingan pribadi,
Dalam Rancangan PP mengenai Kode Etik PNS dalam Bab I
golongan, atau pihak lain.
Pasal 1 ayat (1) dijelaskan pengertian Kode Etik PNS
sebagai: "Norma-norma sebagai pedoman sikap, tingkah
Selanjutnya ditegaskan dalam ketentuan tersebut bahwa setiap
laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang diharapkan
ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang
dan dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan tugas
melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan larangan
pengabdiannya kepada bangsa, negara, masyarakat dan
tersebut, dianggap sebagai pelanggaran disiplin. Termasuk
tugas-tugas kedinasan organisasinya serta pergaulan hidup
dalam pelanggaran disiplin tersebut adalah setiap perbuatan
sehari-hari sesama PNS dan individu-individu di dalam
memperbanyak, mengedarkan, mempertontonkan, menem-
masyarakat."
56 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 57

jawabnya sesuai nilai-nilai moral yang disepakati bersama


Adapun maksud dan tujuan Kode Etik PNS dirumuskan selaku unsur aparatur negara.
dalam RPP tersebut dirumuskan dalam Bab II, Pasal 2 ayat
(1) sampai dengan ayat (4) sebagai berikut: 2. Pokok-Pokok Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
a. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan untuk Pokok-pokok Kode Etik PNS sebagaimana dirumus kan
memberikan arah dan pedoman bagi PNS dalam bersikap, dalam RPP mengenai Kode Etik PNS tersebut adalah
bertingkah laku dan berbuat baik didalam melaksanakan mencakup hubungan-hubungan PNS, baik PNS Pusat
tugas maupun pergaulan hidup sehari-hari; maupun daerah, dengan Tuhan Yang Maha Esa, Negara,
b. Kode etik Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk menjaga Pemerintah, Organisasi, Masyarakat, dan dengan dirinya
integritas, martabat, kehormatan, citra dan kepercayaan sendiri.
Pegawai Negeri Sipil melaksanakan setiap tugas, Secara rinci pokok-pokok Kode Etik PNS yang diusulkan
wewenang, kewajiban dan tanggungjawab kepada negara, untuk ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah
pemerintah dan sesama Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:
masyarakat, organisasi; a. Hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa
c. Pembinaan jiwa korps dimaksudkan untuk membina  Setiap PNS bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
karakter/watak, rasa persatuan dan kesatuan, solidaritas, dengan memilih agama sesuai keyakinannya masing-
kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, masing;
kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS  Setiap Pegawai Negeri Sipil harus bersikap hormat
dalam melaksannakan tugas pengabdiannya kepada menghormati antar sesama warga negara pemeluk
bangsa dan negara pemerintah, organisasi dan masyarakat agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang diharapkan dapat menjadi keteladanan dan dapat dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama
dipertanggung jawabkan; dalam semangat persatuan dan kesatuan;
d. Pembinaan jiwa korps bertujuan untuk mewujudkan  Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati dan
budaya kerja yang dijiwai oleh rasa persatuan dan mentaati serta mengamalkan sikap kepatutan,
kesatuan, solidaritas, kebersamaan, kerjasama, tanggung kelayakan dan tata nilai yang berlaku dan berkembang
jawab, dedikasi, kreativitas, kebanggaan dan rasa di dalam masyarakat sesuai nilai-nilai agama yang ada
memiliki organisasi PNS sehingga terwujud PNS yang sebagai bagian dari jati diri dan integritas Pegawai
bermutu tinggi dan sadar akan kedudukan dan tanggung Negeri Sipil.
58 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 59

negara;
b. Hubungan PNS dengan Negara  Setiap Pegawai Negeri wajib memegang rahasia
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib serta taat kepada negara;
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dengan  Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghindarkan diri
selalu mencoba memahami nilai-nilai moral yang dari perbuatan tercela yang berdampak pada kehormat
terkandung di dalamnya, melaksanakan dan an bangsa.
mengamalkannya;
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati, c. Hubungan PNS dengan Pemerintah
mentaati, melaksanakan dan mengamalkan  Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat pada
sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil yang pernah di Pemerintah Republik Indonesia dengan wujud
ucapkan, dalam wujud sikap, perilakunya dan melaksanakan tugas dan kewajiban Pemerintah sesuai
perbuatan sehari-hari baik dalam melaksanakan tugas dengan bidang tugasnya;
maupun dalam pergaulannya sehari-hari;  Setiap Pegawai Negeri Sipil membela, menjunjung
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjunjung tinggi tinggi kehormaatan Negara dan Pemerintah Republik
martabat dan kehormatan bangsa dan negara dengan Indonesia dengan wujud melaksanakan bela Negara
menjaga, memelihara, mempertahankan unsur-unsur dan Pemerintahan dalam bentuk pemikiran dan lainnya
dan simbol-simbol negara sesuai kemampuan dan sesuai kebutuhan yang ada;
bidang tugasnya;  Setiap Pegawai Negeri Sipil senantiasa meningkatkan
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengutamakan dan mengembangkan profesionalitas dirinya baik
kepentingan Negara, Bangsa, Pemerintah dan melalui pendidikan formal maupun informal yang
Masyarakat diatas kepentingan pribadi atau golongan diwujudkan dengan ketekunannya memperluas dan
yang diwujudkan dengan tekad dan kerja keras tanpa men dalami lingkup bidang tugasnya, sehingga terlihat
pemikiran dengan tujuan hasilnya akan kecakapan dan keterampilannya dalam menjalankan
menguntungkan dirinya; tugas dan kewajibannya.
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memiliki dedikasi
dan loyalitas yang tinggi kepada negara yang diwujud d. Hubungan PNS dengan Organisasi
kan dengan sikap, perilaku dan perbuatan yang  Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memelihara keutuh
mencerminkan jawaban akan kebutuhan kegiatan an, kekompakan, persatuan Korps Pegawai Negeri
60 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 61

Sipil dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa; loyal yang timbal balik dari atasan terhadap bawahan
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memegang teguh dan dari bawahan terhadap atasan dan kesamping
norma kedinasan, patuh dan taat kepada pimpinan dengan cara bertenggang rasa terhadap kebutuhan
serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan kebersamaan dalam mewujudkan tujuan kedinasan;
Pegawai Negeri Sipil yang diwujudkan dengan  Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai
menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan kesadaran dan kemampuan untuk membatasi
sesuai dengan hierarkhi yang ada; penggunaan dan segala kekayaan kedinasan sesuai
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memelihara dan perencanaan, pelaksanaan dan tujuan kedinasan;
menjaga keutuhan asset organisasi yang ada  Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai
sebagaimana miliknya sendiri; kemauan, kerelaan dan keberanian untuk
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengutamakan mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya
kepentingan organisasi didalam melaksanakan tugas dengan kesiapan mem berikan penjelasan dan
serta senantiasa siap sedia berbakti dalam tugas dan pertanggung jawaban secara transparan atas perbuatan
fungsi organisasi yang diwujudkan dengan ketekunan yang dilakukan;
nya dalam melaksanakan tugas sebagai pencerminan  Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai
dan kepentingan organisasi; kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memberi suri menye rahkan tanggungjawab dan kedudukannya
tauladan yang baik sesuai norma kepemimpinan kepada generasi berikutnya dengan tanpa harus
terhadap bawahan, menggugah semangat ditengah- mempertahan kannya dengan segala cara.
tengah bawahan serta mempengaruhi dan memberi
dorongan dari belakang terhadap bawahan dalam e. Hubungan PNS dengan Masyarakat
lingkungan organisasi profesinya;  Pegawai Negeri Sipil sebagai anggota masyarakat
 Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap wajib mengutamakan kepentingan masyarakat diatas
berani mengawasi, memberi koreksi kepada bawahan kepentingan diri sendiri, seseorang atau golongan yang
dan sebaliknya secara santun dan transparan terhadap diwujudkan dengan memberikan pelayanan secara
sikap, perilaku, perbuatan yang dianggap tercela dalam cepat, murah dan benar;
satu ikatan organisasi;  Pegawai Negeri Sipil harus menjaga integritas,
 Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap martabat dan wibawa sebagai aparatur negara dengan
62 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 63

berperilaku yang baik ditengah masyarakat dengan pelayanan sebagai abdi negara, abdi pemerintah, dan abdi
memperhatikan budaya, tradisi, kebiasaan, adat masyarakat, agar tidak terjebak untuk bertindak kolusif atau
istiadat yang di junjung tinggi oleh masyarakat berdasarkan nepotisme; menguntungkan individu atau
setempat. golongan masyarakat yang satu dengan cara yang merugikan
pihak individu atau golongan masyarakat yang lainnya.
f. Hubungan PNS dengan Diri Sendiri Sehingga jika hal itu terjadi maka setiap PNS yang
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjaga melakukan pelanggaran tersebut harus dapat
kesehatannya dengan sempurna untuk menunjang mempertanggungjawabkan tindakannya.
pekerjaan sehari-hari baik sebagai Pegawai Negeri
Sipil maupun kehidupan pribadi dan rumah tangganya; Mengenai pertanggungjawaban atau akuntabilitas PNS
 Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib membina dalam pelaksanaan tugasnya, dirumuskan pula dalam RPP
kehidupan dirinya dan keluarganya dengan sebaik- mengenai Kode Etik PNS dengan rumusan sebagai berikut:
baiknya sehingga dapat menunjang kelancaran "Setiap Pegawai Negeri Sipil harus menunjukkan
pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil. akuntabilitasnya dengan mempertanggung jawabkan seluruh
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya baik kepada
3. Pelaksanaan Tugas dan Pertanggungjawaban Etik bangsa dan negara maupun masyarakat melalui pimpinan
PNS atau atasan langsungnya."
Dalam RPP mengenai Kode Etik PNS, dirumuskan bahwa
dalam pelaksanaan tugasnya: "Setiap Pegawai Negeri Sipil Sedangkan ketentuan mengenai pelanggaran kode etik dan
harus memahami dan melaksanakan tugas dengan sebaik- sanksi-sanksinya, dalam RPP mengenai Kode Etik PNS
baiknya, menjunjung tinggi ketidak berpihakan terhadap dirumuskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
semua golongan, masyarakat, individu, serta tidak a. Pelanggaran Kode Etik PNS adalah perbuatan tercela;
diskriminatif dalam meberikan pelayanan." b. Pelanggaran terhadap Kode Etik PNS dikenakan sanksi
moral berupa sanksi organisatoris atau rekomendasi;
Rumusan tersebut jelas sesuai dengan salah satu prinsip atau c. Sanksi organisatoris berupa teguran tertulis dan atau pem
karakteristik birokrasi ideal sebagaimana dikemukakan oleh berhentian sementara atau pemberhentian tetap dari
Max Weber. Dengan rumusan tersebut dimaksudkan agar keanggotaan profesi Pegawai Negeri Sipil;
setiap PNS dalam melaksanakan tugasnya memberikan d. Sanksi rekomendasi berupa masukan kepada instansi
64 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 65

terkait tentang tindakan yang dapat dilakukan kepada PNS dirumuskan ketentuan-ketentuan yang mengatur sikap
PNS; PNS di luar kedinasan dengan rumusan ketentuan sebagai
berikut: "Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memiliki sikap,
Ketentuan mengenai pertanggungjawaban dan sanksi-sanksi tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan moral
tersebut tampaknya tidak akan memiliki arti apa-apa dalam aparatur negara di luar kedinasan, yaitu:
rangka pelaksanaan Kode Etik PNS, jika tidak ada upaya a. Berkelakuan baik dan tidak melakukan perbuatan yang
pengawasan terhadap pelaksanaannya oleh setiap PNS. Oleh dapat merendahkan martabat Pegawai Negeri Sipil;
karena itu dalam RPP mengenai Kode Etik PNS, diusulkan b. Tidak menyalahgunakan wewenang yang dimiliki;
ketentuan sebagai berikut: c. Tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan
a. Pelaksanaan Kode Etik PNS diawasi oleh Komisi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kehormatan Kode Etik Pusat dan Daerah; d. Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan
b. Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kehormatan Kode Etik untuk kepentingan pribadi;
PNS ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Komisi e. Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan
Kehormatan Kode Etik PNS Pusat; sesuai maksud dan tujuan sarana dan prasarana itu
c. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kode Etik dan jiwa diadakan.
Korps dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara; 5. Pembinaan Jiwa Korsa Pegawai Negeri Sipil
d. Tata cara pemeriksaan dan persidangan pelanggaran kode Sebagaimana kita ketahui setiap PNS tergabung atau
Etik PNS ditetapkan oleh Komisi Kode Etik PNS Pusat. terdaftar dengan sendirinya sebagai anggota Korps Pegawai
Negeri Sipil. Dengan menyadari kedudukan tersebut, dalam
4. Kode Etik PNS Di Luar Kedinasan hubungan kedinasan setiap PNS harus selalu memelihara
Di luar kedinasan, setiap PNS harus tetap menjaga kesetiakawanan, kekompakan dan kesatuan Korps Pegawai
martabatnya dengan tetap menunjukkan pola sikap dan Negeri Sipil. Dalam hubungan itu, RPP mengenai Kode Etik
tingkah laku yang sesuai dengan Kode Etik PNS. Hal ini PNS merumuskan ketentuan sebagai berikut:
sangat penting, karena di luar kedinasan itu setiap PNS akan
berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya dan dirinya "Setiap Pegawai Negeri Sipil harus senantiasa membina jiwa
sendiri sebagai warga masyarakat yang memiliki jati diri korps dengan menciptakan dan memelihara kesetiakawanan,
sebagai PNS. Untuk itu dalam RPP mengenai Kode Etik
66 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 67

kekompakan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil d. Peningkatan budaya kerja dalam rangka meningkatkan
dalam hubungan kedinasan yang meliputi: produktivitas kerja secara profesionalitas;
a. Hubungan Pegawai Negeri Sipil selaku bawahan terhadap e. Usaha-usaha bagi terwujudnya kesejahteraan Pegawai
atasan; Negeri Sipil dengan memberikan sumbang saran
b. Hubungan Pegawai Negeri Sipil terhadap sesama pemikiran dan pelaksanaan tugas sesuai bidangnya;
Pegawai Negeri Sipil;
c. Hubungan Pegawai Negeri Sipil selaku atasan terhadap Pembinaan jiwa korps sebagaimana dimaksud dalam
bawahan; ketentuan-ketentuan tersebut dilakukan lebih lanjut oleh
d. Sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil masing-masing instansi berdasarkan penjabaran dari
terhadap organisasi dan masyarakat. ketentuan mengenai Kode Etik PNS tersebut.

Sedangkan dalam rangka pembinaan jiwa korsa PNS, dalam Selain itu, Pegawai Negeri Sipil yang secara non kedinasan
RPP mengenai Kode Etik PNS dirumuskan ketentuan tergabung dalam organisasi Korps Pegawai Republik
sebagai berikut: Indonesia (KORPRI) juga memiliki kode etik tersendiri yang
"Ruang lingkup pembinaan Korps Pegawai Negeri Sipil disebut Panca Prasetya KORPRI, berisi lima butir janji atau
mencakup : komitmen PNS terhadap Negara, Pemerintah, dan
a. Pemupukan dan peningkatan kesadaran cinta terhadap masyarakat. Bunyi sumpah atau janji KORPRI tersebut
bangsa, negara dan tanah air melalui berbagai kegiatan adalah sebagai berikut:
penyadaran yang diperlukan untuk itu; "Kami anggota KORPRI yang beriman dan bertaqwa kepada
b. Peningkatan kerjasama antar Pegawai Negeri Sipil untuk Tuhan Yang Maha Esa, adalah insan yang:
memelihara dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka 1. Setia dan taat kepada kepada Negara Kesatuan dan
meningkatkan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil baik Pemerintah Republik Indonesia, yang berdasarkan
dalam tugas kedinasan maupun pergaulan sehari-hari; Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang 2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta
terkait dengan Pegawai Negeri Sipil melalui pemberian memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara;
sumbangan pemikiran baik secara individu atau 3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di
kelompok; atas kepentingan pribadi dan golongan;
4. Bertekad memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta
68 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 69

kesetiakawanan KORPRI; Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, mengartikan Kode


Etik PNS sebagai berikut: "Norma-norma sebagai pedoman
5. Berjuang menegakkan kejujuran dan keadilan, serta sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang
meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme." diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa, negara,
Dengan segala ketentuan mengenai Kode Etik Pegawai masyarakat dan tugas-tugas kedinasan organisasi nya serta
Negeri Sipil sebagaimana tersebut di atas, apabila RPP pergaulan hidup sehari-hari sesama PNS dan individu-
mengenai Kode Etik PNS tersebut dapat disahkan, individu di dalam masyarakat."
sesungguhnya terdapat jaminan yang cukup memadai bagi 4. Kode Etik PNS sebagaimana dirumuskan dalam RPP
terwujudnya sosok PNS yang profesional, berwibawa, bersih mengenai Kode Etik PNS tahun 2003 tersebut mencakup
dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). norma-norma yang mengatur tentang pola sikap dan tingkah
Sehingga PNS akan mampu mengembangkan citra dan jati laku PNS dalam: (1) Hubungan PNS dengan Tuhan Yang
dirinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Maha Esa; (2) Hubungan PNS dengan Negara; (3) Hubungan
PNS dengan Pemerintah; (4) Hubungan PNS dengan
C. Rangkuman Organisasi; (5) Hubungan PNS dengan Masyarakat; dan (6)
1. Kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi negara Hubungan PNS dengan Diri Sendiri.

dan abdi masyarakat terikat oleh aturan hukum dan 5. Dalam pelaksanaan tugasnya setiap PNS harus memahami
perundang-undangan serta ketentuan lainnya mengenai dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, menjunjung
norma dan etika yang disebut dengan Kode Etik Pegawai tinggi ketidakberpihakan terhadap semua golongan,
Negeri Sipil. Selain itu, setiap PNS terikat dengan Sumpah masyarakat, individu, serta tidak diskriminatif dalam
dan Janji PNS sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 21 memberikan pelayanan. Di samping itu, setiap Pegawai
tahun 1975. Negeri Sipil harus menunjukkan akuntabilitasnya dengan
2. Berdasarkan ketentuan yang mengatur PNS sebagaimana mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas yang
dibebankan kepadanya baik kepada bangsa dan negara
tertuang dalam PP Nomor 30 Tahun 1980, terdapat 26 butir
maupun masyarakat melalui pimpinan atau atasan
kewajiban dan 18 butir larangan.
langsungnya.
3. Kode Etik PNS sebagaimana dirumuskan dalam Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai Kode Etik Pegawai
6. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memiliki sikap, tingkah
laku dan perbuatan yang mencerminkan moral aparatur
Negeri Sipil tahun 2003 yang disusun oleh Kantor Menteri
70 Etika Organisasi Pemerintah

negara di luar kedinasan, yaitu: (1) Berkelakuan baik dan BAB V


tidak melakukan perbuatan yang dapat merendahkan
MENINGKATKAN STANDAR ETIKA
martabat Pegawai Negeri Sipil; (2) Tidak menyalahgunakan
wewenang yang dimiliki; (3) Tidak melakukan perbuatan
ORGANISASI PEMERINTAH
yang melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undang
Dalam bab ini akan diuraikan dan dibahas mengenai upayaupaya
an yang berlaku; (4) Tidak menggunakan sarana dan
untuk meningkatkan kualitas etika pemerintahan berdasarkan
prasarana kedinasan untuk kepentingan pribadi; dan (5)
standar-standar etika yang berlaku, khususnya di Indonesia. Untuk
Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan sesuai
itu, bab ini akan menguraikan pengertian standar etika, mengapa
maksud dan tujuan sarana dan prasarana itu diadakan.
standar etika itu penting, dan bagaimana proses penyusunan standar
7. Pembinaan jiwa korsa PNS secara non-kedinasan dilakukan etika organisasi pemerintahan dapat dilakukan. Selanjutnya bab ini
melalui Korps Pegawai Negeri (KORPRI) yang memiliki akan membahas bagaimana upaya pengawasan dan evaluasi
landasan kode etik atau janji anggota KORPRI yang disebut penerapan etika organisasi pemerintahan, serta menguraikan metode
Panca Prasetya KORPRI. apa yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan moral dan
etika aparatur pemerintahan.
D. Latihan
1. Sebagai PNS terdapat kewajiban dan larangan yang harus A. Arti dan Pentingnya Standar Etika Organisasi
dipatuhi, sebutkan apa dasar hukumnya, berapa butir jumlah Pemerintah
kewajiban dan larangan tersebut ? Pemerintah dan seluruh jajarannya di negara manapun sering
2. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik PNS ? menjadi obyek kritikan masyarakat karena berbagai kelemahan
3. Sebutkan ruang lingkup norma yang menjadi pedoman yang ditunjukkannya. Ini adalah resiko dari sektor publik,
tingkah laku PNS berdasarkan rancangan PP mengenai Kode khususnya dalam lingkungan demokrasi, menghadapi kondisi
Etik PNS ? masyarakat yang sangat bervariasi, kompleks, dan dinamis.
4. Sebutkan norma-norma etika PNS dalam hubungannya Organisasi pemerintahan pada umumnya dirancang sebagai
dengan negara dan masyarakat, sebagai abdi negara dan abdi sistem birokrasi yang besar dan berorientasi kepada aturan-
masyarakat ? aturan hukum dan perundang-undangan, serta prosedur yang
5. Bagaimana seharusnya sikap dan tingkah laku PNS di Luar baku, sehingga dalam interaksinya dengan masyarakat
kedinasan ? cenderung kaku, rumit, lamban, bahkan korup.
6. Sebutkan secara berurutan isi dari Sapta Prasetya KORPRI !
71
72 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 73

Dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini, pemerintah di


negara manapun telah cenderung menentukan arah dan Dalam kondisi yang demikian arah kritik masyarakat, tentu saja
komitmen melakukan reformasi dalam berbagai aspek kepada pemerintah dengan seluruh sistem dan sumber daya
penyelenggaraan pemerintahannya. Salah satu sumber inspirasi manusianya. Tuntutan masyarakat kepada pemerintah adalah
perubahan tersebut antara lain adalah tulisan David Osborne dan melakukan reformasi total di segala bidang, menjadikan
Ted Gaebler (1992) yang berjudul "Reinventing Government: pemerintah sebagai Penyelenggara yang bersih dan bebas dari
How Entepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector" praktek-praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Alasan mengapa pemerintah perlu melakukan perubahan, salah Disamping itu masyarakat menuntut berkembangnya kehidupan
satunya adalah bahwa sistem-sistem dalam pemerintahan tidak demokrasi, tegaknya supremasi hukum, perlindungan dan
cukup efektif membentuk kompetensi dan kualitas sumber daya penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan sebagainya.
manusia yang handal. Sebaliknya sistem dalam pemerintahan Ini semua memerlukan tindakan pemerintah untuk melakukan
telah cenderung membentuk para birokrat menjadi kurang berbagai perubahan yang mendasar pada sistem dan aparatur
responsif, lamban, berorientasi pada status-quo, korup dan pemerintahannya. Disinilah kemudian terletak arti pentingnya
sebagainya. Sehingga sistem-sistem yang ada dalam meningkatkan standar etika organisasi pemerintah.
pemerintahan harus dirubah, bukan manusianya.
Mustopadidjaja (1997) dalam tulisannya yang berjudul "Format
Bagaimana jika ternyata kerusakan yang dihadapi dalam praktek Pemerintahan Menghadapi Abad 21" dalam Jurnal Administrasi
pemerintahan itu bersifat sistemik, dimana baik sistem maupun dan Pembangunan, edisi khusus, Volume 1, No. 2 Tahun 1997,
manusianya sama-sama mengalami defisiensi? Hal ini hal 17 menyatakan bahwa salah satu prinsip dalam pemerintahan
barangkali pernah ditujukan kepada kondisi pemerintah di Indo adalah pelayanan, yaitu semangat untuk melayani masyarakat (a
nesia yang pada beberapa waktu yang lalu sempat kehilangan spirit of public service), dan menjadi mitra masyarakat (partner
kepercayaan masyarakat dalam skala yang begitu luas dan of society). Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan suatu
ekstrim. Periode tahun 1997/98 yang lalu adalah masa-masa proses perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan
yang sangat sulit dan dilematis yang pernah dihadapi melalui "pembudayaan kode etik (code of ethical conducts) yang
pemerintahan Orde Baru, dimana krisis moneter dan ekonomi didasarkan pada dukungan lingkungan (enabling strategy) yang
secara sistemik menjalar menjadi krisis multidimensional yang diterjemahkan ke dalam standar tingkah laku yang dapat
berakhir pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap diterima umum, dan dijadikan acuan perilaku aparatur
pemerintah.
74 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 75

pemerintah baik di pusat maupun didaerah-daerah." membangun kepercayaan masyarakat. Karena tanpa
(Mustopadidjaja, 1997: 17). kepercayaan masyarakat, pemerintah di manapun tidak akan
mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif dan efisien.
Selanjutnya dijelaskan oleh Mustopadidjaja (1997: 17–18)
bahwa dalam pelaksanaan kode etik tersebut, aparatur dan B. Penyusunan Standar Etika Organi Sasi
manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan, dan akun Pemerintah
tabel, untuk mendorong pengamalan dan pelembagaan kode etik Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, etika organisasi
tersebut. Dalam hubungannya dengan pelayanan kepada pemerintah adalah batasan pola sikap dan perilaku aparatur
masyarakat menurut Mustopadidjaja hal itu mengandung arti pemerintah dan setiap kebijakan dan tindakannya yang dapat
sebagai semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi, dan diterima secara umum oleh lingkungan masyarakat di dalam
keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan negara yang bersangkutan. Bahkan sebenarnya, dengan arus
antara lain dalam perilaku: "melayani, bukan dilayani"; globalisasi dewasa ini maka standar etika tersebut harus pula
"mendorong, bukan menghambat"; "mempermudah, bukan dapat diterima oleh lingkungan masyarakat global. Jika tidak,
mempersulit"; "sederhana, bukan berbelit belit". maka negara yang bersangkutan akan dikucilkan dari pergaulan
dunia.
Standar etika organisasi pemerintah yang dimaksud dalam hal
ini adalah kualitas pemenuhan atau perwujudan nilai-nilai atau Untuk itu, maka dalam upaya menyusun standar-standar etika
norma-norma sikap dan perilaku pemerintah dalam setiap organisasi dan aparatur pemerintah, peranan masyarakat melalui
kebijakan dan tindakannya, yang dapat diterima oleh masyarakat lembaga-lembaga perwakilannya menjadi narasumber yang
luas. Ini tidak berarti bahwa pemerintah sama sekali tidak penting dan strategis. Melalui serangkaian proses komunikasi
memiliki standar etika pemerintahan, akan tetapi dimensi interaktif dengan berbagai lapisan masyarakat beserta lembaga-
pelaksanaan etika tersebut mungkin yang perlu ditingkatkan. lembaga yang merepresentasikan mereka, pemerintah dapat
mengidentifikasi apa saja harapan-harapan dan tuntutan
Dengan demikian yang dimaksud dengan meningkatkan standar masyarakat terhadap institusi pemerintah dan aparatur
etika organisasi pemerintah itu, sebenarnya adalah penyelenggara pemerintahannya.
meningkatkan kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-
batasan nilai atau norma sikap dan perilaku dalam kebijakan dan Hal tersebut harus dilakukan mulai dari bawah, dari unsur-unsur
tindakan aparatur pemerintah, yang dapat memuaskan dan kelompok masyarakat paling bawah lalu beranjak meningkat
76 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 77

kepada kelompok masyarakat menengah dan atas. Bagaimana C. Pengawasan dan Evaluasi Penerapan Etika
sebenarnya harapan masyarakat mengenai pola sikap dan Organisasi Pemerintah
perilaku Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Pemerintah, dan Penerapan standar-standar etika oleh organisasi pemerintah
organisasi Pemerintahan pada umumnya? Bagaimana pola beserta aparatur pemerintahannya, jelas harus dapat dimonitor
pelayanan publik yang diharapkan masyarakat? Bagaimana pola perkembangannya. Harus ada sistem pengawasan dan evaluasi
pengaturan dan intervensi pemerintahan dalam permasalahan atas penerapan etika organisasi pemerintah. Dalam kerangka
yang dihadapi rakyat? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang secara kepemerintahan yang baik (Good Governance), maka pelaku
mendasar perlu mendapatkan jawaban, sehingga pemerin tah pengawasan dan evaluasi penerapan etika oleh aparatur
dapat merumuskan standar etika organisasi pemerintah yang pemerintah sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh lembaga
sesuai dengan harapan masyarakat. pemerintahan saja secara eksklusif, tetapi juga memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat dan sektor
Selain itu, melalui studi atau kajian perbandingan terhadap swasta untuk menilai bagaimana sebenarnya etika pemerintah
berbagai negara baik dalam lingkungan yang berbatasan maupun diwujudkan.
dalam skala yang lebih luas, dapat memberikan gambar an bagi
pemerintah apa dan bagaimana praktek penerapan etika
organisasi pemerintah yang menjadi kecenderungan umum.
1. Peranan Lembaga Pemerintahan Dalam
Pengawasan dan Evaluasi Etika
Dengan cara ini, pemerintah dengan berbagai informasi yang
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, berdasarkan UUD
dimiliki secara nasional dan internasional, akan mampu
1945 terdapat pembagian kekuasaan antara Eksekutif,
menetapkan standar etika yang bukan hanya dapat diterima di
Legislatif, maupun Yudikatif, selain kekuasaan Verifikatif
dalam negeri, tetapi juga setara atau bahkan lebih baik
dan Konsultatif. Dalam hal ini Dewan Perwakil an Rakyat
dibandingkan dengan apa yang diterapkan di negara-negara lain.
salah satu fungsi politiknya adalah mengawasi jalannya
pemerintahan oleh Presiden dan seluruh jajarannya
Kondisi yang demikian pada akhirnya akan mendorong
(Eksekutif). Dalam hal ini DPR memiliki hak dan
peningkatan kemampuan daya saing pemerintahan nasional
kewenangan untuk menegur atau memperingatkan pihak
dalam ruang lingkup global.
eksekutif jika terbukti melanggar nilai-nilai standar etika
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Mekanisme pemanggilan untuk mengajukan
78 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 79

pertanyaan-pertanyaan kepada eksekutif dalam era reformasi Khusus dalam bidang kepegawaian dan pembinaan karier
dewasa ini telah secara efektif dilaksanakan oleh DPR. Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan peraturan perundang-
Demikian juga mekanisme penyampaian Memorandum undangan yang berlaku dalam sistem manajemen
Pertama dan Kedua, telah pula dipraktekkan khususnya kepegawaian Republik Indonesia, dalam setiap organisasi
dalam kasus Presiden Abdurrahman Wachid beberapa waktu pemerintah telah dibentuk pula lembaga Baperjakat.
lalu yang berakhir dengan Sidang Istimewa MPR yang Lembaga ini berfungsi antara lain melakukan pengawasan
memutuskan memberhentikan Presiden Wachid dan dan penilaian terhadap "Code of Conduct", atau pelaksanaan
menggantikannya dengan memilih Presiden baru, yaitu nilai-nilai etika dan disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang
Megawati Sukarnoputri. dikaitkan dengan sistem pengembangan dan pembinaan
karier PNS yang bersangkutan, baik mengenai pengangkatan,
Dalam ruang lingkup internal kelembagaan pemerintah, promosi, penerapan sanksi hukuman disiplin, dan
terdapat lembaga-lembaga pengawasan fungsional seperti sebagainya. Selain itu, juga masih diberlakukan sistem
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) penilaian kinerja PNS berdasarkan Daftar Penilaian
dan Inspektorat Jenderal, yang berfungsi mengawasi jalannya Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan Peraturan
fungsi-fungsi pemerintahan secara komprehensif baik Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979. Penilaian tersebut
menyangkut aspek-aspek keuangan maupun aspek-aspek mencakup aspek-aspek kesetiaan, prestasi kerja, tanggung
pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintahan lainnya. Selain jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan
itu, sistem pengawasan melekat oleh atasan langsung kepemimpinan. Terlepas dari kontroversi mengenai
terhadap penataan etika organisasi pemerintah oleh Pegawai obyektifitas ataupun subyektivitas penilaiannya, mekanisme
Negeri Sipil juga diterapkan. Dewasa ini bahkan DP3 sampai saat ini merupakan prosedur yang digunakan
dikembangkan mekanisme Sistem Akuntabilitas Instansi untuk mengevaluasi aspek-aspek sikap, perilaku, dan prestasi
Pemerintah berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun kinerja PNS. DP3 saat ini masih menjadi salah satu
1999, yang menuntut akuntabilitas publik organisasi instrumen yang menjadi dasar penilaian Baperjakat dalam
pemerintah yang berorientasi kepada hasil dan kemanfaatan mempertimbangkan pembinaan dan pengembangan karier
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, PNS.
maupun pelayanan kepada masyarakat.
80 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 81

2. Peranan Masyarakat Dalam Penilaian Etika secara resmi dibentuk pemerintah untuk mewadahi
Organisasi Pemerintah kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam
Sejak berlangsungnya gerakan reformasi total yang menangani berbagai permasalahan yang menjadi tugas
dipelopori oleh pemuda, pelajar dan mahasiswa pada periode pokoknya, serta mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tahun 1997/98 yang akhirnya berhasil memaksa "lengser" pemerintahan berdasarkan kepentingan lembaga yang
Presiden Suharto dari jabatannya pada bulan Mei 1998, bersangkutan dan kepentingan masyarakat dalam bidang
peranan masyarakat dalam menjalankan pengawasan dan tersebut.
evaluasi terhadap organisasi pemerintah dan aparatur
pemerintah telah semakin berkembang, sejalan dengan makin Berdasarkan hal-hal tersebut, sebenarnya dalam era reformasi
berkembangnya kehidupan demokrasi pasca Orde Baru. ini peningkatan standar etika organisasi pemerintah dan
aparatur pemerintah harus dapat diwujudkan.
Dewasa ini telah banyak lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang dibentuk untuk tujuan-tujuan pengawasan Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga
jalannya pemerintahan, termasuk penilaian etika aparatur pemerintahan maupun lembaga swadaya masyarakat yang
pemerintah. Beberapa nama lembaga dalam skala nasional mengawasi gerak langkah dan kebijakan pemerintah maupun
yang cukup berkompeten antara lain adalah Yayasan Pegawai Negeri pada umumnya, masyarakat seharusnya
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Indonesian dapat terjamin bahwa etika organisasi pemerintah akan
Corruption Watch (ICW), Wahana Lingkungan Hidup memenuhi harapan mereka.
(Walhi), Indonesian Parliamentary Watch, KONTRAS, dan
masih banyak lagi lembaga-lembaga sejenis yang D. Metode Meningkatkan Standar Etika
bertumbuhan bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga di Organisasi Pemerintah
daerah-daerah. Bahkan lembaga-lembaga Partai Politik juga Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah secara
dewasa ini telah semakin berdaya untuk menyuarakan sikap integral merupakan bagian dari proses pembangunan
dan memantau pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. administrasi negara di Indonesia, yang diarahkan pada
peningkatan kemampuan sistem administrasi negara maupun
Selain itu berbagai lembaga semi pemerintahan atau "Quasi aparatur negara dalam menjawab tuntutan perkembangan
Government Organizations" (Quangos) seperti Lembaga lingkungan strategis, nasional dan global. Orientasi
Ombudsman Nasional, Komnas HAM, dan sebagainya pembangunan administrasi negara dewasa ini perlu lebih
82 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 83

ditekankan kepada peningkatan kompetensi profesional dan (Consequency Strategy) diarahkan pada kemampuan
daya saing melalui berbagai pengembangan kebijaksanaan dan pengelolaan kom petisi kualitas antar institusi, manajemen
sistem pelayanan yang prima, dan lebih mengutamakan operasional, dan manajemen kinerja. Sedangkan Customer
penggunaan perangkat jaringan kerja yang efisien dan efektif, Strategy atau strategi pengguna adalah strategi untuk
dengan menggunakan teknologi telematika dan informatika. meningkatkan akuntabilitas publik, yang diarahkan kepada
Selain itu, pembangunan administrasi perlu lebih difokuskan upaya-upaya peningkatan kemampuan aparatur pemerintah
kepada kepentingan pelayanan dan kebutuhan masyarakat, dan untuk memenuhi tuntutan pilihan-pilihan publik (Public
penghayatan serta pengamalan etika pelayanan publik. Choices), manajemen persaingan kelembagaan, dan manajemen
Seluruhnya merupakan totalitas dari sistem pengembangan etika kualitas pelayanan publik.
dan moralitas organisasi dan sumber daya aparatur pemerintah
dalam era reformasi dan demokratisasi dewasa ini di Indonesia. Ketiga strategi tersebut perlu didukung dengan Strategi Kontrol
(Control Strategy) untuk meningkatkan kekuatan organisasi
Strategi pembangunan administrasi negara dalam berbagai pemerintah, melalui penataan kelembagaan, pemberdayaan
aspeknya meliputi antara lain: (1) penyesuaian visi, misi dan aparatur pemerintah, serta pemberdayaan masyarakat dalam
strategi, (2) penataan organisasi dan tata kerja, (3) pemantapan peran serta mereka sebagai mitra pemerintah. Akhirnya untuk
sistem manajemen, dan (4) peningkatan kualitas sumber daya melengkapi dan sekaligus menjamin keberhasilan seluruh
manusia. Hal ini sejalan dengan konsepsi strategi transformasi strategi tersebut, Strategi Budaya (Culture Strategy) perlu
administrasi publik yang berbasis prinsip-prinsip "Reinventing dikembangkan untuk merubah kebiasaan-kebiasaan buruk
Government", yang dikenal dengan istilah "The Five C's (unethical) dari aparatur pemerintah, menyadarkan dan
Strategy" sebagaimana direkomendasikan David Osborne dan menyentuh "citra" nurani aparatur pemerintah, serta
Peter Plastrik (1996) dalam buku mereka "Banishing mempengaruhi pola pikir aparatur pemerintah untuk mampu
Bureaucracy'. Kelima strategi tersebut adalah Core Strategy, merubah citra dan etika pemerintah yang selama ini berlaku dan
Consequency Strategy, Customer Strategy, Control Strategy, dianggap tidak memuaskan masyarakat.
dan Culture Strategy.
1. Strategi Visi, Misi dan Strategi
Strategi Inti (Core Strategy) diarahkan untuk mewujudkan Aparatur pemerintah (Pusat dan daerah) perlu memiliki VISI,
kejelasan Tujuan, Peran dan Arah keberadaan organisasi MISI, serta STRATEGI pembangunan dan pelayanan yang
pemerintah serta aparaturnya. Strategi Konsekuensi jelas. Dengan visi, misi, dan strategi yang tepat. Pemerintah
84 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 85

akan dapat menyelaraskan semua peluang, tantangan, anggota organisasi maka visi pemimpin tersebut otomatis
kekuatan, dan kelemahan yang dimiliki. menjadi visi organisasi.

Visi ialah suatu kondisi ideal tentang masa depan yang GBHN 1999-2004 misalnya telah menetapkan rumusan Visi
realistik dapat dipercaya mengandung daya tarik organisasi bangsa Indonesia masa depan sebagai kerangka acuan
(Michael Marquart and Angus Reynolds). Visi yang jelas manajemen pembangunan nasional sebagai berikut:
akan merupakan petunjuk bagi segenap jajaran dalam
lingkungan organisasi menyongsong masa depannya. Lebih- "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
lebih bila visi organisasi itu dapat dikomunikasikan secara demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera,
efektif, ia akan menyebabkan tumbuhnya komitmen, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
antusiasme, rasa percaya diri, dan loyalitas pada organisasi. didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,
beriman, bertaqwa, berahlak mulia, cinta tanah air,
Dasar-dasar perumusan visi, hendaknya: (a) mencerminkan berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
apa yang ingin dicapai sebuah organisasi; (b) mempunyai pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi
arah dan fokus strategi yang jelas; (c) Mampu untuk serta berdisiplin".
mengeksploitasi kesempatan, dan tantangan organisasi; (d)
Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan Visi bangsa Indonesia masa depan sebagaimana tercantum
strategi yang terdapat dalam sebuah organisasi; (e) Memiliki dalam GBHN tersebut, tentu saja harus menjadi acuan dalam
orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap jajaran rangka pelaksanaan reformasi administrasi/manajemen
harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa pembangunan. Dalam rangka pembangunan administrasi,
depan organisasinya; (f) Mampu menumbuhkan komitmen GBHN 1999-2004 telah merumuskan salah satu misi yang
seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi; dan (g) Mampu ditetapkan untuk dapat mendukung tercapainya visi tersebut
menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi. di atas, yaitu: "Pewujudan aparatur negara yang berfungsi
melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif,
Apabila terjadi perubahan, pemimpin tersebut akan segera transparan, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme."
menyesuaikan atau menyempurnakan visinya sehingga akan
tetap mampu mengikuti perkembangan yang terjadi. Setelah Secara logis, misi pembangunan administrasi/manajemen
dikomunikasikan dan mendapat dukungan dari seluruh dalam GBHN tersebut sangat sejalan dengan kerangka teori
86 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 87

dan paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang Selanjutnya Visi tersebut mengalami penyempurnaan dan
berkembang dewasa ini, yaitu paradigma Good Governance konstekstualisasi mengikuti kebijakan pemimpin (Presiden)
yang secara integral berkaitan erat dengan paradigma atas perkembangan lingkungan strategis. Dalam rencana
Reinventing Government dan Banishing Bureaucracy. pembangunan Menengah Nasional Tahun 2004 – 2005
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 7
Memasuki abad 21, reorientasi pembangunan administrasi Tahun 2005, misalnya, Visi Pembangunan Nasional 2004 –
perlu lebih diarahkan untuk membangun tatanan administrasi 2009 yaitu:
negara yang diharapkan mampu mengantisipasi tuntutan dan a. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara
perkembangan lingkungan global. Orientasi pembangunan yang aman, bersatu, rukun dan damai.
nasional sekarang ini akan lebih menekankan kepada b. Terwujudnya masyarakat bangsa dan Negara yang
penggunaan perangkat dari jaringan kerja yang efisien dan menjunjung tinggi hokum, kesejahteraan dan hak asasi
efektif, serta penggunaan teknologi sebagai basisnya. manusia.
c. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan
Dengan demikian reorientasi pembangunan administrsi akan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
lebih mengutamakan kepada kepentingan pelayanan dan memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
kebutuhan pelanggan. Reorientasi pembangunan administrasi berkelanjutan.
pada prinsipnya juga harus mengacu kepada prinsip-prinsip
dasar, yakni: (1) Rasional, efektif dan efisien, dan dengan 2. Strategi Penataan Organisasi Dan Tata Kerja
piranti manajemen yang terbuka; (2) Ilmiah, yakni Di masa mendatang penataan organisasi pemerintah baik
berdasarkan kajian dan penelitian serta dukungan dari ilmu pusat maupun daerah, perlu diarahkan pada terwujudnya
pengetahuan lainnya; (3) Inovatif, yaitu pembangunan yang organisasi yang efisien, efektif dan bertanggungjawab.
diiakukan terus menerus untuk menghadapi lingkungan yang
terus berubah; (4) Produktif, yakni berorientasi kepada hasil Dengan demikian, pendekatan struktur secara bertahap
kerja yang optimal; (5) Profesionalisme, berarti penggunaan dialihkan kepada penataan organisasi yang berdasarkan
tenaga profesional, terampil; dan (6) Penggunaan teknologi panduan visi, misi, sasaran, strategi, dan program. Prinsip
modern. yang perlu diperhatikan, antara lain mencakup;
a. Peningkatan kompetensi sumber daya manusianya secara
optimal, dengan antara lain mendayagunakan jabatan
88 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 89

fungsional sehingga akan mengurangi tingkatan hirarki, mempermudah unsur administrasi negara di daerah untuk
bentuk organisasi berubah ke arah matriks dan flat; menentukan kebijaksanaan atau pemberian perizinan tanpa
b. Tugas-tugas Departemen/LPND sebagai berikut: (1) harus menunggu lebih lama.
Instansi pusat perlu difokuskan pada (i) Penentuan
kebijakan (policy), (ii) Perencanaan berskala Desentralisasi merupakan inti otonomi daerah yang pada
nasional/regional, (iii) Pembinaan dan pengarahan melalui dasarnya dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada
pengembangan norma, prinsip, standar, sesuai sektornya, masyarakat dan meningkatkan pembangunan daerah.
(iv) Desentralisasi perijinan, (v) Operasionalisasi tugas Sehubungan dengan itu program pengembangan otonomi di
kedinasan; dan (vi) Pembinaan Daerah; (2) Tugas-tugas daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) harus lebih ditekankan
operasional pada Skala regional dan lokal dapat pada pelayanan dan kebijaksanaan yang dihasilkan. Di
didekonsentrasikan dan didesentralisasikan pada provinsi samping itu, otonomi harus lebih memungkinkan semakin
atau kabupaten; (3) Sejauh mungkin memanfaatkan tumbuhnya pemerintahan dan masyarakat daerah dalam
potensi masyarakat melalui pola kerjasama dengan fihak mendorong bertumbuhkembangnya potensi sosial dan
swasta, privatisasi, maupun sistem kontrak; dan ekonomi daerah.
c. Tugas-tugas Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota; (1) Tugas Pemda Propinsi, Kabupaten 3. Strategi Pemantapan Sistem Manajemen
dan Kota yang berkaitan dengan instansi pusat, harus Dengan makin besarnya peran masyarakat dalam
mengacu pada pembinaan teknis dari instansi sektoral pembangunan, maka peran aparatur negara perlu lebih
yang berwenang, (2) Kebijaksanaan teknis mengacu pada difokuskan sebagai agen pembaharuan, melalui
pedoman yang ditetapkan instansi aparat pusat yang pengembangan sistem manajemen kebijaksanaan publik
berwenang dan memiliki kompetensi, dan (3) (public policy management development), sehingga peran
Mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan prima. aparatur akan berfungsi sebagai motivator dan fasilitator
guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat dan
Dalam rangka peningkatan kehidupan demokrasi, perluasan dunia usaha.
partisipasi, peningkatan pembangunan daerah dan pemberian
pelayan kepada masyarakat diperlukan desentralisasi Dalam pelayanan masyarakat harus terus menerus
pemerintahan yang merupakan salah satu aspek penting diusahakan dengan menerapkan standar pelayanan prima
dalam pembangunan administrasi negara. Desentralisasi akan dengan prinsip cepat, tepat, mudah, memuaskan, transparan
90 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 91

dan non diskriminatif dengan berlandaskan prinsip-prinsip


akuntabilitas dan pertimbangan efisiensi. Kepuasan masyara 4. Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya
kat hendaknya menjadi obsesi bagi setiap aparat, seirama Manusia
dengan peningkatan efisiensi, dan kesejahteraan masyarakat. Mengantisipasi tantangan global, pembinaan sumber daya
manusia aparatur negara harus diarahkan untuk memenuhi
Kualitas aparatur antara lain dapat dilihat dari kriteria, standar kompetensi internasional (world class). Dalam hal ini
seperti: kesederhanaan prosedur, kemudahan pencapaian harus dibangun standar kompetensi setiap jabatan dan
(aksesibilitas), keamanan, kenyamanan, kecepatan dan pekerjaan yang dapat mengikuti standar kinerja dan
ketepatan pelayanan. kualifikasi internasional (ISO 9000). Wujud aparatur masa
depan penampilannya harus profesional sekaligus taat
Sistem informasi yang dikembangkan adalah untuk hukum, rasional, inovatif, serta memiliki integritas yang
menjamin manajemen pembangunan terlaksana dengan tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi publik
efisien, efektif dan akuntabel. Selain itu, juga harus dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
menjamin tersedianya informasi yang diperlukan dunia usaha
dan masyarakat. Dengan menjamin tersedianya informasi Tuntutan kompetensi aparatur semakin menjadi kebutuhan.
yang diperlukan dunia usaha dan masyarakat. Dengan Peningkatan profesionalisme aparatur harus ditunjang
demikian, dunia usaha dan masyarakat dapat menjadi bagian dengan integritas yang tinggi (Stilman H., 1992), dengan
dari masyarakat yang terus belajar (learning community), mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai
mengacu kepada masyarakat madani yang berdaya saing berkut:
tinggi. a. Melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif dan inovatif,
b. Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan
Dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui jaringan program,
komputerisasi, maka sistem informasi manajemen c. Komitmen terhadap pelayanan publik,
pemerintahan akan lebih mudah diakses untuk mendukung d. Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional,
manajemen kebijaksanaan pembangunan. Pemanfaatan e. Memiliki daya tanggap (responsiveness) dan akuntabilitas
sistem informasi tersebut akan terwujud apabila sistem (accountability),
manajemen dilaksanakan secara lebih transparan yang f. Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung
memungkinkan saling memberi dan menerima informasi. jawab dalam membuat keputusan, dan
92 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 93

g. Memaksimalkan efisiensi dan kreativitas. Ketiga, Behavioural Agenda, fokus agenda ini adalah pada
nilai dan etika, mengembangkan gaya kepemimpinan, sistem
Dalam mengimplementasikan keseluruhan langkah strategis belajar, peningkatan kompetensi dan keterampilan,
di atas, perlu kita catat konsep "Strategy of Crea ting memperkuat dan memberi penghargaan terhadap perilaku
Change" dari Prahalad (1994), yang merupakan strategi yang sesuai dengan visi bersama.
menyehatkan organisasi sesuai dengan tantangan dan
peluang Abad ke-21 untuk menyehatkan dan pembaharuan, Sejalan dengan langkah-langkah Reinventing Government
organisasi perlu memiliki dan melaksanakan tiga agenda dan Creating Change Agenda tersebut di atas adalah
perubahan (change agenda), sebagai berikut: pengembangan Learning Organization (Peter Sange) sebagai
cara untuk meningkatkan daya saing organisasi.
Pertama, The Intelectual Agenda, meliputi (1) Penggabung
an dan perumusan kembali visi organisasi dan "strategy Learning Organization adalah organisasi yang selalu
intent", memposisikan kembali strategi organisasi publik memfasilitasi semua anggotanya untuk terus belajar dan yang
yang mampu membangkitkan, memadukan kekuatan dan terus mentransformasikan dirinya.
arah serta idaman bersama. Sehingga organisasi senantiasa
bergerak pada posisi yang strategis, (2) Keluar dari batas Sebagai bahan pembanding, Japan Association for Civil
pemikiran yang telah menjadi kebiasaan untuk menghasilkan Service Training and Development dalam modul "How To
nilai tambah yang terbesar guna memenuhi kepentingan para Win Public Confidence As Government Officials", Sheet No.
penentu organisasi (stakeholder), para pelanggan, warga 80 mengemukakan ada empat pendekatan yang dapat
negara dan masyarakat secara keseluruhan. dilakukan dalam upaya meningkatkan standar moralitas dan
Kedua, The Managerial Agenda, yang ditujukan untuk mem etika pegawai negeri. Pilihan pendekatan mana yang paling
bangun struktur-struktur kerjasama dan jaringan kerja yang tepat harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang
tepat, memulai penggunaan-penggunaan: teknologi dan dirasakan dan situasi yang dihadapi. Strategi-strategi atau
sistem yang baru dan memiliki keberanian menanggung pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
resiko untuk mengalokasikan sumber-sumber daya untuk a. Pendekatan Larangan ("Don't"Approach).
mencapai hasil yang terbaik. Dalam pendekatan ini, ditetapkan aturan hukum dan
perundang-undangan yang melarang Pegawai Negeri
untuk melakukan berbagai tindakan tertentu dan
94 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 95

menerapkan sanksi hukum yang tegas atas pelanggaran diungkapkan dan pelakunya mendapatkan ganjaran
yang dilakukan terhadap ketentuan tersebut. Salah satu hukum yang setimpal. Pendekatan ini dilandasi oleh
dari pendekatan ini adalah peraturan tentang disiplin. Agar prinsip atau pandangan bahwa setiap orang dengan
pendekatan ini dapat berjalan dengan baik, maka berbagai alasan akan cenderung mempertimbangkan
ketentuan tersebut harus memuat dengan jelas dan tegas berbagai kemungkinan untung-rugi dalam setiap
segala bentuk perilaku yang dilarang. Beberpa pihak tindakannya. Agar pendekatan ini dapat dilaksanakan
tertentu mungkin akan membaca ketentuan tersebut secara secara efektif, para pejabat dan pegawai negeri pada
apa adanya, tanpa memahami semangat atau makna yang umumnya harus dibuat sadar bagaimana rugi dan
terkandung dari pelarangan tersebut. Hal ini tentu akan menderitanya seseorang yang terbukti menerima suap atau
menimbulkan konflik-konflik yang tidak perlu. Untuk korupsi dikenai sanksi hukum, termasuk konsekuensi
menghindarkan hal tersebut, maka diperlukan penjelasan moral dan sosial lainnya. Selain itu juga perlu
lebih lanjut mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan dikemukakan bagaimana pola-pola perilaku koruptif yang
ketentuan tersebut, sehingga dapat memperkecil umum, sehingga para pegawai dapat menghindarkan diri
kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi dan sekaligus dari jebakan korupsi dan kasus suap.
memberikan semangat bagi para pegawai negeri untuk
mematuhi berbagai ketentuan yang diberlakukan. c. Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan membangun suatu
b. Pendekatan "Untung-Rugi" (Cost Benefit Approach) sistem operasi atau lingkungan kerja yang tidak
Pendekatan "untung-rugi" dirancang untuk membuat para memungkinkan munculnya praktik korupsi. Misalnya,
pegawai negeri memahami bahwa menerima suap atau melakukan rotasi pejabat pemimpin proyek (Pimpro)
korupsi tidaklah menguntungkan. Melalui pendekatan ini secara reguler, termasuk para pejabat atau petugas yang
diberikan penjelasan bahwa keuntungan sesaat dari mengurus kontrak-kontrak kerja pemerintah dengan pihak
menerima suap atau korupsi tidak akan sebanding dengan ketiga, memastikan bahwa pemberian dokumen perijinan
kerugian finansial, sosial, dan psikologis yang akan terjadi dilakukan oleh Lebih dari satu orang, dan lakukan
manakala perbuatan diketahui dan dikenakan hukuman. pemeriksaan secara reguler untuk memastikan bahwa
sistem tersebut dilaksanakan secara memadai.
Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan ceramah
dan contoh-contoh kasus suap dan korupsi yang berhasil
96 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 97

Tingkat korupsi dapat dipastikan akan semakin berkurang Sejalan dengan berbagai pemikiran tersebut diatas, dalam
jika dilakukan perubahan yang menyeluruh dalam sistem, rangka pembangunan aparatur negara, dalam GBHN
mekanisme dan prosedur kerja yang berlaku. 1999-2004 telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan
penyelenggara negara sebagai berikut:
Sangatlah penting untuk membangun sebuah sistem yang 1) Membersihkan penyelenggara negara dari praktik
menurunkan atau membatasi kemungkinan seseorang korupsi, kolusi, nepotisme dengan memberikan sanksi
terjebak ke dalam praktik korupsi, tanpa harus seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan hukum yang
menggantungkan harapan terhadap nilai-nilai etika standar berlaku, meningkatkan efektivitas pengawasan internal
individu setiap pegawai. dan fungsional serta pengawasan masyarakat, dan
mengembangkan etika dan moral.
d. Pendekatan "Kerjakan" ("Do"Approach) 2) Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan
Berbeda dengan ketiga pendekatan sebelumnya, memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta
pendekatan ini lebih bersifat tidak langsung. Prinsip dalam memberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi
pendekatan ini adalah mendorong para pegawai untuk dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi.
memberi pelayanan secara cerdas, dengan memberikan 3) Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat
kepada masyarakat pelayanan terbaik yang dapat negara dan pejabat pemerintah sebelum dan sesudah
diberikan oleh setiap pegawai negeri. Dengan cara inilah memangku jabatan dengan tetap menjunjung tinggi
para pegawai dapat meningkatkan kebanggaan dan hak hukum dan hak asasi manusia.
kepercayaan diri (moril) dan sekaligus meningkatkan 4) Meningkatkan fungsi dan keprofesionalan birokrasi
iklim kerja yang kondusif, jauh dari kemungkinan praktik dalam melayani masyarakat dan akuntabilitasnya
korupsi dalam berbagai bentuk dan dimensinya. dalam mengelola kekayaan negara secara transparan,
Dalam pendekatan ini, setiap individu pegawai harus bersih, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
mampu menilai dirinya sendiri dengan cara bagaimana 5) Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri dan
yang bersangkutan akan melayani masyarakat secara lebih Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara
baik. Dengan demikian, pendekatan ini secara positif akan Republik Indonesia untuk menciptakan aparatur yang
memberikan insentif kepada para pegawai untuk bekerja bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, bertanggung
lebih kreatif, penuh prakarsa dan kepercayaan diri yang jawab, profesional, produktif dan efisien.
kuat.
98 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 99

6) Memantapkan netralitas politik pegawai negeri dengan Negeri, Pejabat Pemerintah dan Organisasi pemerintahan
menghargai hak-hak politiknya. secara umum dalam melayani masyarakat. Selain itu etika
organisasi pemerintahan harus pula sejalan dengan etika
E. Rangkuman pemerintahan dalam ruang lingkup global.
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan etika pemerintahan dapat
1. Menghadapi masyarakat yang sangat beragam, dinamis,
dilakukan bukan hanya oleh lembaga-lembaga
dengan berbagai permasalahan yang kompleks, sistem
pemerintahan secara fungsional berwenang dalam urusan
birokrasi pemerintahan tidak lagi dapat mempertahankan
tersebut, tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga
karakteristiknya yang birokratis, kaku, lamban, kurang
semi pemerintah atau lembaga-lembaga non-pemerintah,
responsif, berorientasi pada statusquo, serta korup. Aparatur
bahkan individu masyarakat. Selain itu lembaga-lembaga
pemerintah harus lebih mampu mengakomodasi
peradilan terhadap pelanggaran etika publik seperti
perkembangan tuntutan aspirasi dan partisipasi masyarakat
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) maupun Badan
modern yang dinamis, kompleks, dan beragam itu. Oleh
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) perlu
karena itu upaya meningkatkan standar etika pemerintahan
dikembangkan keberfungsiannya. Sementara itu, lembaga-
menjadi sangat penting dan strategis.
lembaga tertinggi dan tinggi negara juga perlu ditingkatkan
2. Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah
keefektivannya dalam mengawasi jalannya pemerintahan
sebenarnya adalah meningkatkan kualitas perwujudan atau
oleh eksekutif, termasuk lembaga-lembaga legislatif daerah
pemenuhan batasan-batasan nilai atau norma sikap dan
dalam mengawasi jalannya lembaga eksekutif di daerah-
perilaku dalam kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah,
daerah.
yang dapat memuaskan dan membangun kepercayaan
5. Dalam upaya meningkatkan pencapaian standar etika
masyarakat. Karena tanpa kepercayaan masyarakat,
organisasi pemerintahan dapat ditempuh beberapa strategi:
pemerintah di mana pun tidak akan mampu menjalankan
Strategi pemantapan kejelasan tujuan, peranan, dan arah
pemerintahannya secara efektif dan efisien.
keberadaan organisasi dan aparatur pemerintah; Strategi
3. Penyusunan standar etika organisasi pemerintahan perlu
pemantapan manajemen kinerja dan konsekuensinya;
dilakukan dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat
Strategi peningkatan akuntabilitas publik yang berorientasi
melalui serangkaian proses komunikasi interaktif; bukan
kepada masyarakat; Strategi penataan organisasi
hanya mencakup nilai-nilai yang diinginkan oleh
pemerintahan dan pemberdayaan peran serta masyarakat;
pemerintah, tetapi juga mencakup harapan-harapan
dan Strategi pengembangan budaya serta perubahan citra
masyarakat mengenai pola sikap dan perilaku Pegawai
100 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 101

dan etika aparatur pemerintah. 4. Jelaskan bagaimana pelaksanaan etika organisasi pemerintah
6. Secara metodologi, pendekatan untuk meningkatkan dapat diawasi dan dievaluasi ? Dan jelaskan bagaimana
standar etika organisasi pemerintah dapat pula dilakukan Pegawai Negeri Sipil dievaluasi kinerjanya berdasarkan
dengan beberapa pendekatan seperti: Pendekatan Larangan, peraturan perundang-undangan yang berlaku?
Pendekatan Untung-Rugi, Pendekatan Sistem, dan 5. Jelaskan bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan
Pendekatan Kerjakan. sehingga aparatur pemerintah dapat meningkatkan
7. Komitmen nasional untuk meningkatkan standar etika pencapaian standar etika organisasi pemerintah?
organisasi pemerintahan tercermin sejak GBHN 1999-2004
yang mencakup komitmen untuk membersihkan aparatur
negara dari praktik-praktik KKN, meningkatkan kualitas
dan kesejahteraan serta keprofesionalan aparatur
penyelenggara negara dengan sistem karier berdasarkan
prestasi, meningkat kan pemeriksaan kekayaan pejabat
negara sebelum dan sesudah memangku jabatan,
meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas publik
aparatur pemerintahan, meningkatkan kesejahteraan
Pegawai Negeri dan Tentara Nasional Indonesia maupun
Kepolisian Negara RI, dan memantapkan netralitas politik
pegawai negeri dengan tetap menghargai hak-hak
politiknya.

F. Latihan
1. Mengapa standar etika organisasi pemerintah memiliki
kedudukan yang penting dan strategis?
2. Bagaimana hakekat meningkatkan standar etika organisasi
pemerintahan dan apa tujuannya?
3. Bagaimana menyusun standar etika organisasi pemerintahan
sehingga mampu memenuhi harapan masyarakat?
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 103

BAB VI mencerminkan cara hidup berhemat, seperti pepatah lama:


"hemat pangkal kaya". Sesuai anjuran Guru mereka, maka para
ANALISA KASUS MASALAH ETIKA
murid kelas IV tersebut kemudian beramai-ramai menabung,
DAN MORALITAS DALAM ORGANISASI setiap anak rata-rata setiap bulannya menabung sekitar
PEMERINTAH Rp.2500,- bukan di Bank atau menggunakan celengan, tetapi
dengan cara membukukan dan menitipkan tabungannya kepada
Guru/Wali Kelas mereka itu.
Dalam bab ini akan disajikan contoh kasus penerapan dan masalah
etika organisasi pemerintah untuk dianalisis oleh para peserta Diklat
Namun demikian, ternyata Guru tersebut di kemudian hari
Prajabatan Golongan III. Dalam modul ini disajikan dua buah kasus
sering menggunakan uang tabungan murid-muridnya untuk
yang dapat dikatakan merupakan kejadian yang sehari-hari dikenal
keperluan pribadinya, dengan alasan toh nanti akan diganti dari
oleh para peserta, meskipun tidak berkaitan langsung dengan
gajinya sendiri. Sampai kemudian pada saatnya tabungan
pekerjaan atau tugasnya sehari-hari. Kasus ini hanya bersifat imajiner
tersebut harus dibagikan karena kenaikan kelas murid-muridnya,
dan tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan organisasi
Guru yang bersangkutan kelabakan karena jumlah uang titipan
pemerintahan tertentu ataupun kelompok aparatur tertentu. Tetapi
murid-muridnya hanya tinggal seperempatnya saja, padahal
contoh kasus ini diambil dari fenomena yang secara nyata pernah
waktu menerima gaji sudah lewat. Akhirnya dengan cara
terjadi dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik dan
meminjam kesana-sini Guru tersebut dapat memenuhi tuntutan
pelaksanaan tugas administratif pemerintahan dalam dimensi waktu,
murid-muridnya; tetapi tinggallah kini dia sendiri menanggung
tempat, serta intensitas tertentu.
hutang kepada teman-teman sejawatnya dan juga ke Koperasi
Guru karena kelalaiannya dalam menggunakan dana titipan
A. Contoh Kasus Pertama: Guru Dan Tabungan tabungan murid-muridnya.
Murid
Sebuah contoh bagaimana etika dan moralitas diterapkan dalam
B. Contoh Kasus Kedua : Mark-Up Pengadaan
sebuah situasi dan bagaimana kita dapat menilainya sebagai
Barang
sesuatu yang baik atau buruk adalah sebagai berikut: Seorang
Contoh lain bagaimana konsep etika dan moralitas dalam
Guru SD di Kabupaten X, suatu ketika mengajarkan kepada
organisasi berlaku dan dapat dinilai baik atau buruknya, adalah
murid-murid kelas IV yang dibinanya sebagai Wali Kelas,
berkaitan dengan pengadaan barang di sebuah instansi. Seorang
bahwa menabung itu merupakan kebiasaan baik yang
pegawai yang baru bekerja sekitar satu tahun dan ditempatkan di
102
104 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 105

sub bagian pengadaan barang, bersama seorang temannya yang yang menanyakan tentang hal itu, bisa dibayangkan berapa besar
lebih senior, mendapatkan tugas untuk membeli perlengkapan kerugian negara dan kebocoran uang rakyat setiap tahunnya, dari
kantor atau ATK di sebuah toko yang ditunjuk oleh atasannya. sebuah kebiasaan mencantumkan harga sekian persen lebih
tinggi dari harga barang yang sebenarnya bisa diperoleh.
Ketika transaksi pembelian barang tersebut telah dilakukan
sesuai dengan harga barang-barang yang dibelinya, tiba-tiba Si C. Ulasan Ringkas Analisis Kasus
Penjual menanyakan berapa nilai belanja yang akan dimasukkan Dari kedua contoh kasus tersebut, dan tentu saja masih banyak
ke dalam kuitansi atau faktur pembelian. Pegawai baru tersebut contoh yang lain, dapat kita menilai bahwa etika dan moralitas
bingung, dan dijawabnya sesuai dengan harga barang yang dalam organisasi bisa berarti baik berdasarkan penilai an
dibelinya itu. Tetapi rekannya yang lebih senior mengatakan organisasi tersebut, tetapi bisa juga buruk berdasarkan penilaian
bukan begitu, biasanya dalam faktur pembelian tersebut pihak luar organisasi. Dalam contoh yang pertama, mendidik
dicantumkan total nilai pembeliannya dilebihkan sekian persen anak-anak atau murid sekolah untuk menabung merupakan
dari harga yang sebenarnya. Pegawai baru tersebut makin kewajiban moral atau moralitas yang baik bagi setiap pendidik
bingung, kenapa demikian pikirnya. Lalu dijelaskan oleh atau guru. Tetapi jika kemudian guru tersebut menggunakan
rekannya tadi bahwa prosentase lebih dari harga yang dana tabungan murid-muridnya untuk keperluan pribadinya
dibayarkan itu, sudah biasa dilakukan dalam rangka tanpa seijin atau sepengetahuan murid-muridnya itu, praktek ini
menghimpun dana yang akan dibagikan kepada setiap pegawai jelas melanggar etika profesional seorang Guru. Akan tetapi jika
pada setiap akhir tahun anggaran sebagai dana kesejahteraan. ternyata kejadian tersebut sudah merupakan kebiasaan yang
umum di kalangan para Guru, dan tidak ada satupun yang
Begitulah akhirnya, dalam setiap penugasan berikutnya pegawai mengingatkan atau menegur perilaku tersebut, karena semua
baru tersebut bertindak sesuai kebiasaan tersebut, dan tidak merasakan kebutuhan yang sama, maka hal itu menjadi
bertanya-tanya lagi dan pada akhir tahun anggaran ternyata kebiasaan umum organisasi, atau etika kerja yang umum di
dirinya memperoleh apa yang dijanjikan tersebut, yaitu uang lingkungan yang bersangkutan.
sejumlah Rp. 750.000,- Namun demikian, Pegawai baru tersebut
sempat juga berfikir, seandainya setiap orang di lingkungannya Dalam kasus yang kedua sebenarnya permasalahan etika yang
mendapatkan hadiah sebesar itu setiap tahunnya, berapa dihadapi hampir sama, dimana terdapat konflik antara moralitas
besarnya dana yang dikeluarkan jika hal itu juga berlaku di dan etika yang berlaku (meski salah) dalam kehidupan sesuatu
seluruh instansi pemerintah yang ada. Dan jika tidak ada orang organisasi. Dalam kasus tersebut, tentu saja etika tersebut tidak
106 Etika Organisasi Pemerintah Modul Diklat Prajabatan Golongan III 107

dapat diterima oleh pihak ekstern organisasi yang bersangkutan, untuk mengatasi permasalahan dalam kedua kasus tersebut
atau mungkin juga dari pihak internal organisasi yang ?
bersangkutan, sesuai dengan moralitas setiap individu yang 4. Bagaimana sikap dan pendapat para peserta Diklat
melakukannya; karena sebenarnya melalukan mark-up harga Prajabatan Golongan III jika dalam pelaksanaan tugas
dalam pengadaan barang seperti itu bukan hanya tidak etis, sebagai Pegawai Negeri Sipil nanti dihadapkan kepada
tetapi juga melanggar hukum. persoalan-persoalan etika dan moralitas sebagaimana
halnya kedua kasus tersebut atau dalam bentuk lainnya ?
Pegawai baru dalam contoh tersebut sebenarnya morali tasnya Jelaskan bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan
tidak membenarkan praktek mark-up harga-harga dilakukan jika para peserta Diklat Prajabatan Golongan III diharapkan
oleh rekan-rekannya atau organisasinya, tetapi karena sudah dapat mengatasi situasi tersebut ?
menjadi kebiasaan dan setiap orang juga mendapatkan
"manfaatnya", maka selanjutnya Pegawai baru tersebut memilih
berdiam diri, bahkan akhirnya ikut terlibat dalam praktek yang
melawan moralitas dan etika umum.

D. Pertanyaan Diskusi Analisis Kasus Etika


Organisasi Pemerintah
Pertanyaan yang perlu didiskusikan diantara para peserta Diklat
Prajabatan untuk membahas kedua contoh kasus tersebut, adalah
sebagai berikut:
1. Diskusikan apakah tindakan guru dalam kasus pertama dan
tindakan pegawai baru dalam kasus yang kedua dapat
dimaafkan ? Jelaskan alasannya !
2. Nilai-nilai etika manakah yang kemungkinan dilanggar
dalam kedua kasus tersebut ? Diskusikan landasan hukum
dan perundang-undangan yang dilanggar dalam kedua
kasus tersebut masing-masing !
3. Bagaimana rekomendasi tindakan yang dapat diterapkan
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 109
BAB VII
etika dan moralitas dalam organisasi pemerintah dimana yang
PENUTUP
bersangkutan akan ditempatkan. Dengan demikian diharapkan dapat
turut memberikan andil yang cukup berarti dalam upaya mewujudkan
Sesuai dengan tujuan instruksional umum modul "Etika Organisasi kepemerintahan yang baik di negara Republik Indonesia yang kita
Pemerintah" untuk peserta Program Diklat Prajabatan Golongan III, cintai ini.
telah membahas dan menguraikan mengenai konsep dasar dan
pengertian etika dan moralitas, konsep dasar etika organisasi,
dimensi-dimensi etika dalam pemerintahan, etika pegawai negeri,
maupun etika dalam jabatan. Modul ini juga telah menguraikan
tentang pentingnya standar etika dalam orga nisasi pemerintahan,
bagaimana menyusun standar etika tersebut, strategi dan metode
pengawasan dan evaluasi penerapan etika pemerintahan, serta
metode-metode untuk meningkatkan kualitas pemenuhan standar
etika organisasi pemerintah.

Sebagai upaya untuk mendorong terwujudnya kemampuan


menganalisis permasalahan dalam penerapan etika organisasi
pemerintah, modul ini telah pula dilengkapi dengan dua contoh kasus
yang sederhana, yang dapat dikembangkan kajian dan analisisnya
melalui diskusi di antara para peserta Diklat Prajabatan Golongan III.

Keseluruhan materi modul yang sederhana ini diharapkan dapat


menjadi bahan pembelajaran yang cukup memadai dan efektif dalam
meningkatkan kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik
para peserta Diklat Prajabatan Golongan III, sehingga mampu
memiliki kemampuan menganalisis dan menerapkan norma-norma

108
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 111
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Gering, Drs., MM. (2001), Modul Diklat Pajabatan
Golongan Ill : "Etika Birokrasi", Jakarta, LAN-RI.
Indrawijaya, Adam I (1986), Perilaku Organisasi, Bandung, Penerbit
Syafiie, Inu Kencana, Djamaludin Tandjung, dan Supardan
Sinar Baru.
Mordeong, (1999), llmu Administrasi Publik, Jakarta,
Japan Association For Civil Service Training and Education, "How
Penerbit Rineka Cipta.
To Win Public Confidence As Government Officials": 100
UNDP, 1997, Governance for Sustainable Development - A Policy
Sheets For Effective And Efficient Public Administration.
Document, New York : UNDP, 1999, UNDP and
Mustopadidjaja, AR. (1997), "Transformasi Manajemen Menghadapi
Governance: Experiences and Lesson Learned, Lesson
Globalisasi Ekonomi", dalam Jurnal Administrasi dan
Learned Series No. 1, New York: UNDP Management
Pembangunan, Vol. 1. No. 1, 1997, ISSN 1410-5101, PP
Development and Governance Division, Downloaded
PERSADI, Jakarta.
Internet document file.
Mustopadidjaja, AR, dan Desi Fernanda, (2000), Manajemen
Wallis, Malcolm, (1989), Bureaucracy: Its Roles In The Third Worid
Pembangunan Nasional: Kebijakan, Perencanaan,
Development, Basingstoke: London, McMillan Publisher
Pelaksanaan dan Pengawasan, makalah disampaikan pada
Ltd.
Suskomsos TNI - TA 1999/2000, SESKO TNI, LAN-RI,
Bandung, 28 Februari 2000.
Nainggolan, H, (1983), Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta,
PT. Inaltu.
Osborne, David, and Ted Gaebler, (1992), Reinventing Government:
How Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public
Sector, Reading, Massachusetts: Addison-Wesley
Publishing Co.Inc.
Sudiman, Drs., (2001), Modul Diklat Prajabatan Golongan Ill:
Kepegawaian, Jakarta, LAN-RI.
Suhady, Idup dan Desi Fernanda, Modul Diklatpim Tingkat IV: Dasar
DasarKepemerintahan Yang Balk, Jakarta, LAN RI.

110
DAFTAR PERUNDANGAN

Undang-Undang Dasar Tahun 1945


Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyeleng gara
Negara Yang Bersih dan Bebas Daeri Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara Tahun 1999-2004.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah dirubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999.
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan.
Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2003 mengenai Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil, dikeluarkan oleh Kantor Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, tahun 2003.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004 – 2009.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Laporan
Akuntabilitas Instansi Pemerintahan

112

Anda mungkin juga menyukai