Anda di halaman 1dari 7

1.Apa saja penyebab dari HPP?

Berikut berbagai hal yang bisa menyebabkan perdarahan post partum secara
berlebihan/postpartum hemorrhage (PPH):

 Adanya perdarahan post partum yang terjadi akibat robekan ataupun sayatan
episiotomi yang lebar pada perineum atau vagina.
 Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak dapat
berkontraksi, menekan pembuluh dan mengurangi aliran darah. Situasi ini
menjadi penyebab utama perdarahan post partum.
 Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta bayi menutup seluruh atau
sebagian leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian atas vagina.
 Kekurangan enzim thrombin dapat menyebabkan gangguan perdarahan akibat
kegagalan pembekuan darah.
 Rahim yang pecah (ruptur) juga dapat menyebabkan perdarahan post partum.
Namun, kasus ini merupakan kondisi yang jarang terjadi.
 Fisiologi Penghentian Perdarahan pada Persalinan
Pada saat persalinan terjadi, plasenta akan terpisah secara spontan dari tempat
implantasinya beberapa menit setelah bayi lahir. Dibalik tempat melekatnya plasenta
terdapat pembuluh-pembuluh darah uterus yang melintas di antara serat-serat otot
miometrium. Selama proses melahirkan, otot-otot ini akan mengalami kontraksi dan
retraksi. Proses kontraksi dan retraksi akan mengkompresi pembuluh-pembuluh darah
tersebut sehingga perdarahan dapat berhenti. Hal ini ini sering kali disebut sebagai
“jahitan fisiologis” atau mekanisme pertahanan tubuh pada wanita hamil tanpa penyulit
ataupun komplikasi.
 Kegagalan Mekanisme Fisiologi
 Pada keadaan-keadaan tertentu, mekanisme “jahitan fisiologis” bisa saja tidak terjadi, hal
ini dikarenakan terdapat gangguan pada tonus uteri atau disebut atonia uteri, dimana
proses kontraksi dan retraksi tidak berjalan dengan baik dan maksimal. Sehingga
pembuluh-pembuluh darah pada uterus tidak terkompresi dan perdarahan tidak dapat
dihentikan. Atonia uteri merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum.
 Selain itu, proses kontraksi dan retraksi yang tidak berjalan dengan baik juga dapat
mengganggu proses pelepasan plasenta secara utuh sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan keadaan yang kita kenal sebagai retensio plasenta.
 Pada kasus trauma jalan lahir, jumlah pembuluh darah di jalan lahir meningkat selama
kehamilan, sehingga adanya trauma akan menimbulkan perdarahan yang lebih signifikan
dibandingkan pada wanita tidak hamil.
 Perdarahan postpartum juga dapat terjadi pada kasus dimana implantasi plasenta tidak
normal, misalnya pada plasenta akreta atau plasenta previa. Pada plasenta previa, letak
plasenta yang rendah akan menyebabkan gangguan kontraksi uterus. Pada plasenta
akreta, implantasi plasenta terlalu dalam hingga ke miometrium, sehingga pada saat
plasenta lepas, perlukaan akan mencapai miometrium dan menyebabkan perdarahan yang
lebih banyak.

2.Apa faktor resiko dari HPP?

Ada banyak faktor risiko untuk perdarahan postpartum, yaitu:

 Pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya


 Memiliki IMT (indeks massa tubuh) lebih dari 35
 Pernah memiliki 4 bayi atau lebih
 Mengandung kembar dua atau kembar tiga
 Etnis Asia Tenggara (termasuk Indonesia)
 Memiliki plasenta yang terletak rendah (placenta previa)
 Plasenta keluar lebih awal (placental abruption)
 Pre-eklampsia dan/atau tekanan darah tinggiAnemia
 Persalinan dengan operasi caesar

 Induksi persalinan
 Plasenta yang tertahan
 Episiotomi (gunting vagina untuk membantu persalinan)
 Forcep atau persalinan ventouse
 Persalinan lebih dari 12 jam
 Memiliki bayi berukuran besar (lebih dari 4 kg)
 Memiliki bayi pertama saat Anda berusia di atas 40 tahun.

3.Mengapa persalinan nyonya hapepe berlangsung lama dan diberikan infus untuk merangsang
kontraksi?apa infus yang diberikan dan bagaimana pemberiannya?

Oksitosin (oxytocin)
Oksitosin adalah nama generik salah satu obat yang sering digunakan dalam induksi
persalinan. Di Indonesia sendiri, oksitosin tersedia dalam berbagai merek dagang.
Namun, semuanya tersedia dalam bentuk cairan injeksi di kemasan ampul dengan
kekuatan 10 International Unit (IU) tiap mililiter.

Obat ini bekerja menstimulasi kontraksi otot polos yang ada di uterus atau rahim.
Sehingga diharapkan mulut rahim akan membuka untuk jalan lahir. Oksitosin
diberikan melalui injeksi atau infus, lewat pembuluh darah vena (intravena), dan
dapat juga diberikan lewat injeksi ke dalam otot (intramuskular). Jika oksitosin
diberikan melalui infus, maka harus digunakan suatu alat bernama infusion
pump untuk mengatur kecepatan infus sesuai yang diinginkan.
Setelah masuk ke peredaran darah lewat jalur intravena, efek rangsangan kontraksi
rahim akan terjadi dalam waktu yang sangat cepat
4. Mengapa Dokter umum yang bertugas di IGD segera melakukan resusitasi cairan dan
transfusi darah, pemberian uterotonika serta kompresi bimanual interna?

Pemberian obat uterotonika

Obat uterotonika adalah obat-obatan yang digunakan untuk membuat rahim


berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Pemberian obat uterotonika dilakukan
secara injeksi dalam waktu dua menit setelah proses kelahiran. Beberapa contoh obat
uterotonika yang telah terbukti efektif mencegah PPP adalah
oksitosin, ergometrine, syntometrine, prostaglandin, dan misoprostol. Sampai saat ini,
oksitosin masih menjadi pilihan utama dalam mengurangi PPP, karena sifatnya yang
lebih stabil serta efek sampingnya yang lebih ringan.

Penggantian cairan

Langkah penting yang harus segera diambil adalah koreksi hipovolemia (resusitasi cairan).
Kelambatan atau ketidak sesuaian dalam memberikan koreksi hipovolemia merupakan awal
kegagalan mengatasi kematian akibat perdarahan pascasalin. Meskipun pada perdarahan kedua
komponen darah yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk menjaga
homeostasis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah pemberian cairan.6 Begitu
perdarahan pascasalin terindikasi, intravenous line harus segera dipasang dengan venocatheter
berdiameter besar, misal no 18 atau 16. Cairan pertama yang harus diberikan adalah larutan
kristaloid. Kristaloid adalah cairan yang selalu tersedia, murah dan bebas efek samping.
Kelemahannya adalah cairan ini cepat dikeluarkan dari ruang intravaskuar, sehingga harus
diberikan dalam jumlah yang cukup banyak, dengan perbandingan 3:1 atau bahkan lebih
terhadap estimasi darah yang hilang.12 Ringer laktat lebih baik dibanding salin normal karena
karena pemberian larutan salin normal yang berlebihan akan berakibat asidosis hiperkloremik.12
Dextran tidak boleh diberikan karena mengganggu agregasi platelet, sementara dosis maksimal
untuk larutan koloid adalah 1500 ml per 24 jam.6 Oksigen harus diberikan dengan kecepatan
cukup, 10-15 l/menit, kalau perlu dengan positive ventilatory pressures bila fungsi paru
menurun.
Uterotonika

Selama kala tiga, miometrium berkontraksi menyebabkan konstriksi pembuluh darah yang
berjalan di dalam miometrium juga yang menuju ke perlekatan plasenta sehingga aliran darah
berhenti. Kerja ini juga menyebabkan plasenta terlepas dari perlekatannya di dinding uterus.
Dengan tidak adanya kontraksi miometrium, yang secara klinis dikenal sebagai atoni uterin,
dapat mengakibatkan perdarahan yang hebat. Uterotonika memacu kontraksi otot uterus untuk
mencegah atoni dan mempercepat lepasnya plasenta. Yang termasuk dalam uterotonika adalah
oksitosin, metilergonovin, misoprostol dan karbetosin, sebuah agonis oksitosin.

Oksitosin merupakan oksitosika utama yang dipakai dalam pencegahan dan penanganan
perdarahan pascasalin, diberikan pada saat penanganan aktif kala tiga sebagai sebuah tindakan
preventif. 11 Oksitosin mengungguli uterotoika lainnya karena efeknya yang sangat cepat yakni
2 sampai 3 menit setelah suntikan intramuskular, hanya mempunyai efek samping minimal dan
dapat dipakai oleh hampir setiap perempuan.11 Jika perdarahan tetap berlangsung dan uterus
menjadi atonik, pemberian cairan cepat harus segera diberikan. Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
larutan sodium klorida normal diinfuskan dengan kecepatan 500 ml/10 menit.12 Untuk
mempertahankan kontraksi uterus oksitosin 40 unit dalam 500 ml larutan kristaloid diberikan
dengan kecepatan 125ml/jam. 6 Keseimbangan cairan masuk dan keluar harus diperhatikan agar
tidak terjadi overload cairan yang bisa mengakibatkan edema paru dan otak yang bisa
mengakibat kejang dan bisa berakibat fatal. Hal ini disebabkan karena oksitosin bersifat
antidiuretik sehingga menyebabkan retensi cairan dalam tubuh. 6 Kateter urin harus dipasang
untuk memonitor fungsi ginjal. Volume urin sebesar 1 ml/kg berat badan per jam atau sekurang-
kurangnya 30 ml/jam bisa dipakai sebagai alat monitor bahwa resusitasi cairan berhasil

5.Bagaimana cara melakukan kompresi bimanual interna?


Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil
membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut
penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan
serta jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan antara lain,
yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap
tangan kiri. Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas member
hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson mudah diselenggarakan pada
seorang multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan kanan diletakkan
melintang pada bagian-bagian uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas simfisis
melingkari bagian tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri
memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke bawah ke arah tangan
kanan dan ke belakang ke arah promotorium.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan
karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir

6.Mengapa dokter memutuskan dilakukan tindakan b-lynch?


sebuah prosedur manajemen alternatif bedah konservatif yang dikenal dengan teknik jahitan
kompresi dan terbukti efektif untuk mengontrol perdarahan postpartum

7. apa saja penyakit yang harus ditindak dengan histerektomi?


Penyakit Jinak 1
• Leiomioma : untuk mioma yang memiliki gejala, histerektomi akan memberikan solusi tehadap
menorargia dan gejala penekanan yang diakibatkan oleh pembesaran rahim
• Perdarahan uterus abnormal : lesi endometrium harus disingkirkan dan pengobatan alternatif
harus dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama.
• Endometriosis : histerektomi sering diindikasikan karena adanya gejala yang berat dengan
kegagalan terapi dengan pengpbatan dan fertilitas tidak lagi diinginkan.
• Relaksasi Pelvic : pembedahan dengan histerektomi pervaginam menjadi indikasi yang bagus.
• Nyeri Panggul : pendekatan multidisiplin sangat direkomendasikan, sebab sangat sedikit
evindense dari histerektomi yang dianggap dapat mengobati dismenorea atau penyakit panggul
yang lainnya
Penyakit pre-invasive :
• Histerektomi diindikasikan terhadap hiperplasia endometrium dengan atipia .
• Intraepitelial neoplasia servikal tidak merupakan indikasi untuk histerektomi
• Simpel histerektomi sebagai pengobatan pilihan terhadap adenokarsinoma serviks insitu ketika
penyakit invasive telah disingkirkan.
Penyakit Invasive:
• Histerektomi telah diterima sebagai pengobatan ataupun prosedur staging untuk karsinoma
endometrium. dapat berperan sebagai staging ataupun pengobatan terhadap karsinoma serviks,
epitel ovarium dan tuba falopi.
Kondisi Akut :
• Histerektomi diindikasikan sebagai pengobatan terhadap perdarahan post partum yang tidak
tertangani setelah pemberian medikamentosa dilakukan.
• Abses Tubo Ovarium yang telah ruptur atau tidak respon dengan pemberian antibiotik dapat
diterapi dengan histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorektomi pada beberapa kasus •
Histerektomi diperlukan pada kasus menorargia yang akut sebagai pertimbangan lain dengan
terapi medikamentosa
Indikasi lain :
• Konsultasi dengan ahli onkologi atau genetik diperlukan dalam mempertimbangkan
histerektomi dan oophorektomi propilaktik pada riwayat keluarga dengan kanker ovarium (III-C)

8.Mengapa sindroma sheehan dapat terjadi?

Sindrom Sheehan adalah kondisi ketika kelenjar pituitari atau hipofisis mengalami
kerusakan saat melahirkan. Hal tersebut dipicu oleh perdarahan hebat atau tekanan
darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan.

Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah otak. Kelenjar ini
berfungsi menghasilkan hormon yang berfungsi mengendalikan hormon pertumbuhan,
produksi ASI, siklus menstruasi, dan reproduksi. Kekurangan hormon tersebut bisa
menyebabkan sekumpulan gejala yang disebut hipopituarisme.

Penyebab Sindrom Sheehan


Sindrom Sheehan disebabkan oleh perdarahan hebat atau tekanan darah yang sangat
rendah selama atau setelah melahirkan. Kondisi tersebut bisa merusak kelenjar
hipofisis yang membesar selama masa kehamilan, sehingga kelenjar tidak berfungsi
normal dan tidak menghasilkan hormon yang seharusnya diproduksi.

PENYEBAB
Meskipun banyak masalah yang dapat menyebabkan fungsi hipofisis rendah, sindrom Sheehan
disebabkan oleh kehilangan darah yang berat atau tekanan darah sangat rendah selama atau setelah
melahirkan. Faktor-faktor ini dapat sangat merusak kelenjar pituitari, menghancurkan jaringan yang
memproduksi hormon sehingga kelenjar tidak berfungsi secara normal.

Hormon hipofisis mengatur seluruh sistem endokrin Anda, menandakan kelenjar lain untuk
menambah atau mengurangi produksi hormon yang mengontrol metabolisme, kesuburan, tekanan
darah, produksi air susu ibu, dan banyak proses penting lainnya. Kurangnya salah satu hormon ini
dapat menyebabkan masalah seluruh tubuh Anda, meskipun tanda dan gejala dapat berkembang
secara bertahap hilang tanpa diketahui.

Hormon yang mengeluarkan hipofisis Anda meliputi:

 Hormon pertumbuhan (GH). Hormon ini mengontrol pertumbuhan tulang dan jaringan
dan memelihara keseimbangan yang tepat dari otot dan jaringan lemak.
 Hormone Anti diuretik (ADH). Dengan mengatur produksi urin, hormon ini mengelola
keseimbangan air dalam tubuh Anda. Kekurangan ADH mengakibatkan kelebihan
kencing dan haus, suatu kondisi yang disebut diabetes insipidus.
 Hormon perangsang tiroid (TSH). Hormon ini merangsang kelenjar tiroid Anda untuk
menghasilkan hormon penting yang mengatur metabolisme Anda. Kekurangan TSH
merupak hasil dalam kelenjar tiroid yang kurang aktif (hypothyroidism,).
 Hormon Luteinizing (LH). Bagi Laki-laki, LH mengatur produksi testosteron. Pada
wanita, itu memupuk produksi estrogen.
 Hormon perangsang folikel (FSH). Bekerja bersama-sama dengan LH, FSH membantu
merangsang produksi sperma pada pria dan pengembangan telur dan ovulasi pada wanita.
 Hormon adrenokortikotropik (ACTH). Hormon ini merangsang kelenjar adrenal Anda
untuk menghasilkan kortisol dan hormon lainnya. Kortisol membantu tubuh mengatasi
stres dan mempengaruhi banyak fungsi tubuh, termasuk tekanan darah, fungsi jantung dan
sistem kekebalan tubuh Anda. Rendahnya tingkat hormon adrenalin yang disebabkan oleh
kerusakan hipofisis disebut insufisiensi adrenal sekunder.
 Hormon ini mengatur perkembangan payudara wanita, serta produksi air susu ibu.

Anda mungkin juga menyukai