Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang ada di Indonesia. Angka kematian ibu di Indonesia
merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya
mencapai 450/100.000 kelahiran hidup yang jauh diatas angka kematian ibu di
Filipina yang mencapai 170/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000kelahiran
hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2010) dan menurut data Surve Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi sebesar34/1000
kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development
Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu 102/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup (Kementerian Kesehatan RepublikIndonesai, 2011).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu
hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada
umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu pertama
setelah melahirkan. Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
berkualitas. Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting.
Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada aspek
pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah halpenting yang
dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitan serta
kematian Bayi. Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan
proses dari pelayanan itu sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputi
kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana, standar asuhan kebidanan
dan standar lain atau metode yang disepakati. Sedangkan factor proses adalah suatu
kinerja dalam mendayagunakan input yang ada dalam interaksi antara dokter
OBGYN/bidan dengan pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar
dan etika kedokteran/kebidanan.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda dan khususnya unit maternity dan
unit neonatologi berusaha untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dalam
Page 1 of 48
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Usaha ini tidak terlepas dari
peningkatan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia sehingga mampu
memberikan pelayanan yang diharapkan.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi
berbagai kendala yang timbul selama ini.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan,
merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan
(25%), infeksi (15%), pre-eklampsia /eklampsia (15%), persalinan macet dan
abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan Perawat/Bidanan bayi harus dilakukan
dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional.
Untuk mewujudkan pelayanan maternal dan perinatal yang bermutu di Rumah
sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, maka disusunlah pedoman pelayan maternal dan
perinatal ini dengan harapan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan
maternal dan perinatal.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pedoman pelayanan maternal dan perinataldi RSIA Mutiara Bunda adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan maternal dan perinatal di RSIA Mutiara Bunda
dalam menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan
global, nasional maupun regional.
2. Tujuan Khusus
2.1. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan maternal dan perinatal
secara professional.
2.2. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan maternal dan perinatal
dan organisasi profesi.
2.3. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan maternal dan perinatal.
Page 2 of 48
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Upaya pelayanan maternal dan perinatal secara khusus ditujukan kepada
penurunan AKI dan AKB sesuai dengan terget MDGs nomor 4 dan 5. Lebih luas lagi
upaya pelayanan maternal dan perinatal harus dapat mengupayakan keselamatan
reproduksi ibu yang baik dan pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal sesuai
dengan potensi genetiknya.
Ruang lingkup pelayanan maternal dan perinatal di RSIA Mutiara Bunda dimulai
dari unit gawat darurat, atau klinik spesialis dilanjutkan keruang tindakan ruang
bersalin atau kamar operasi sampai ke ruang Perawatan. Secara singkat dapat
didiskripsikan sebagai berikut :
1. Poliklinik kebidanan
a. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan kehamilan
resiko tinggi.
b. Melaksanakan kegiatan penyuluhan /edukasi, imunisasi dan senam hamil.
c. Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan.
d. Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka operasi.
2. Unit gawat darurat
Stabilisasi di unit gawat darurat dan persiapan untuk pengobatan definitif.
3. Ruang Tindakan (Kamar bersalin)
a. Melayani ibu bersalin normal maupun patologis.
b. Melayani ibu post partum sebelum dipindah ke rawat gabung atau rawat inap
khusus.
c. Melakukan Inisisasi Menyusui Dini (IMD).
d. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir.
4. Kamar operasi
Penanganan Operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan sectio caesaria.
5. Ruang Perawatan
Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
Ruang lingkup pelayanan bagian keperwatan umum sebagai berikut :
a. Standar asuhan kebidanan
b. Pelayanan pasien rawat inap
c. Pelayanan kebidanan dan kandungan :
1) Pelayanan kesehatan maternal neonatal fisiologis
Page 3 of 48
2) Pelayanan Gynekologis
3) Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)
4) Pelayanan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5) Pelayanan Rawat Gabung (Rooming In)
6) Pelayanan Metode Kanguru (PMK)
D. BATASAN OPERSIONAL
Batasan opersional pelayanan maternal dan perinatal di RSIA Mutiara Bunda,
meliputi :
A. Standar Asuhan Kebidanan menggunakan 7 Langkah Varney :
a. Langkah 1: Pengkajian
b. Langkah 2: Interpretasi Data Diagnosa / Masalah / Kebutuhan
c. Langkah 3: Identifikasi Diagnosa / Masalah / kebutuhan Potensial
d. Langkah 4: Antisipasi Segera Diagnosa / Masalah / Kebutuhan Potensial
e. Langkah 5: Intervensi
f. Langkah 6: Implementasi
g. Langkah 7: Evaluasi
B. Pelayanan pasien rawat inap :
a. Penerimaan Pasien Baru dan Orientasi Pasien Baru
b. Transfer Pasien
c. Pemulangan Pasien
d. Administrasi Pasien Pulang
C. Pelayanan kebidanan dan kandungan :
a. Pelayanan kesehatan maternal neonatal fisiologis
b. Pelayanan gynekologis
c. Pelayanan RSSIB
d. Pelayanan IMD
e. Pelayanan Rawat Gabung
f. Pelayanan Metode Kanguru
4. Sumber Daya Manusia dan Program Pengembangan Staf :
a. Orientasi Karyawan Baru
b. Penilaaian Kinerja
c. Promosi Jabatan
Page 4 of 48
d. Mutasi dan Rotasi
e. Pelatihan sesuai kebutuhan
D. Fasilitas dan Sarana Prasarana :
a. Daftar fasilitas di tiap Ruang Rawat Inap
b. Daftar Standar Alat di runag rawat Inap
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
Page 5 of 48
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Berdasarkan Surat Keputusan RSIA Mutiara Bunda Nomor
..............................tentang Pelayanan Maternal dan Perinatal di RSIA Mutiara
Bunda, maka pendistribusian ketenagaan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan maternal : Dokter Umum, Dokter Spesialis, Bidan dan Perawat.
2. Pelayanan perinatal : Dokter Umum, Dokter Spesialis Anak, Bidan dan Perawat.
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan sistem jaga untuk pelayanan maternal dan perinatal di RSIA Mutiara
Bunda adalah:
1. Pengaturan jadwal dinas Perawat/Bidan dibuat dan dipertanggung jawabkan
oleh Kepala Ruang dan disetujui oleh Kepala Bidang Pelayanan dan penunjang
medis
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
Perawat/bidan pelaksana.
3. Untuk tenaga Perawat/Bidan yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka Perawat/Bidan tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada ( apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui ).
4. Setiap tugas jaga atau shift harus ada Perawat/Bidan penanggung jawab shift
(PJ shift) dengan syarat yang sudah senior.
5. Jadwal dinas terbagi atas dua shift : pagi-sore (pukul 08.00 wita-20.00 wita) dan
dinas malam (pukul 20.00 WITA-08.00 WITA), lepas malam, libur, dan cuti.
Page 6 of 48
6. Apabila ada tenaga Perawat/Bidan jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
Perawat/Bidan yang bersangkutan harus memberitahu penanggung jawab shift
2 jam sebelum jadwal dinas. Sebelum memberitahu ke penanggung jawab
/Kepala Ruang, diharapkan Perawat/Bidan yang bersangkutan sudah mencari
pengganti. Apabila Perawat/Bidan yang bersangkutan tidak mendapatkan
Perawat/Bidan pengganti, maka penanggung jawab/Kepala Ruang akan mencari
tenaga Perawat/Bidan pengganti yaitu Perawat/Bidan yang pada hari itu libur,
maka tenaga Perawat/Bidan yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
7. Apabila tenaga Perawat/Bidan tidak mencukupi jumlah untuk merawat pasien
yang ada maka penanggung jawab/ Kepala Ruang akan mencari tenaga
Perawat/Bidan/bidan yang libur atau tenaga Perawat/Bidan/bidan pada shift
sebelumnya atau shift sesudahnya dengan catatan overtime (lembur).
D. PELATIHAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan, dan pengetahuan
Perawat/Bidan/bidan yang bekerja di Kamar Bersalin dan ruang Perawat/Bidanan
ibu maka diperlukan pelatihan-pelatihan yang mendukung profesionalisme agar
senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan kePerawat/Bidanan/kebidanan.
Pelatihan yang diperlukan yaitu :
1. Pelatihan kegawat daruratan
a. Maternal/Bidan
1) APN (Asuhan Persalinan Normal)
2) PPGDON (Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Neonatal)
3) PONEK
b. Perinatal/Perawat/Bidan
1) BTNLS (Basic Trauma Neontus Life Support)
2) Pelatihan PICU, NICU
E. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Page 7 of 48
Kepala ruang D III Pelatihan bangsal 1
Kebidananan Keperawatan/
Bidan
APN
PPGD ON
K3
PPI
BLS
Bidan Senior D IV APN 1
Kebidanan PPGD ON
D III K3
Kebidanan PPI 6
DI BLS
Kebidanan
Bidan Junior D III Kebidanan APN 6
K3
PPI
BLS
Clining Service SMU/Sederajat PP1 0
BLS
Distribusi Ketenagaan
Jumlah
Jadwal Dinas Jenis Tenaga R.Nifas R.VK R.Bayi
sehat
Dinas Pagi- Kepala Ruang/ 1 Orang
Sore) Bidan senior 1 Orang
(Pukul 08.00- Bidan Yunior 2 Orang
20.00) Clining Service 1 Orang
Jumlah 5 Orang
Dinas Malam Bidan Senior 1 Orang
(Pukul 20.00- Bidan Yunior 2 Orang
Page 8 of 48
.08.00) Clining Service 1 Orang
Jumlah 4 orang
Page 9 of 48
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Kamar bersalin dan ruang Perawat/Bidanan nifas berada di lantai 1 gedung RSIA
Mutiara Bunda.
Denahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Ruang tindakan gawat darurat (kamar bersalin atau kamar operasi) dengan
instrumen dan bahan yang lengkap.
a. Struktur Fisik
1) Ruang Bersalin/Maternal
b) Ruang Observasi pasca tindakan satu pasien satu kamar ukuran ...m2
b. Kebersihan
1) Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan
mudah.
Page 10 of 48
2) Ruang bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah RSIA
Mutiara Bunda.
c. Pencahayaan
3) Listrik berfungsi dengan baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik dan kokoh.
d. Ventilasi
f. Pencucian tangan
a. Ruangan Maternal
1) Kamar bersalin
Page 11 of 48
d) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
b) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur
minimum 1 m s.d 2 m dan antara dinding 1 m.
3) Kamar Periksa
Page 12 of 48
a) Kamar ini berada satu lantai dengan ruang bersalin.
5) Ruang Operasi
c) Ruang tunggu keluarga : tersedia kursi kursi, meja dan tersedia toilet
Page 13 of 48
C. SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG
Bagi RSIA Mutiara Bunda yang tidak memiliki fasilitas Unit Tranfusi Darah
membuat kerjasama/MOU dengan penyedia fasilitas tersebut.
1) Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan tes labotratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal perinatal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk
preeklamspsia/eklamsia dan neonatal.
2) Radiologi dan USG
Unit ini berfungsi untuk pemeriksaan diagnosis penunjang pada pelayanan
maternal dan perinatal RSIA Mutiara Bunda bekerja sama dengan RS Ratu
Zalecha dan RS Pelita Insani.
6 CTG 1
9 Fetal Doppler 1
12 Curetage set 1
14 Nebulazer 1
15 1
Page 14 of 48
16
18 8
19 Lampu tindakan 4
20 2
21 Sterilisator CSSD
22 Timbangan Bayi 1
23 Suction Portable 2
24 Tensimeter manual
25
26 Pen Light 1
27 Thermometer Digital 2
Page 16 of 48
48 Selang Oksigen dewasa 5
49 Selang Oksigen dewasa masker 2
50 Selang Oksigen dewasa NRM 2
51 Spuit 3 cc 100
52 Spuit 5 cc 100
53 Spuit 10 cc 100
54 Spuit 1 cc 5
55 1
56 Transfusi Set 10
Page 17 of 48
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Page 18 of 48
Adalah menanyakan atau tanya jawab berkaitan dengan masalah kebidanan
pasien, biasa disebut anamnesa.
b. Pengamatan
Adalah mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan kebidanan pasien.
c. Pemeriksaan Fisik
Adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan diagnose /
masalah / kebutuhan pasien, dapat dilakukan dengan :
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
4) Perkusi
5) Vaginal Toucher
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Diagnosa / Masalah / Kebutuhan
Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur kebidanan
(Varney’s 1997). Nomenklatur Diagnosa Kebidanan adalah suatu sistem nama
yang telah terklasifikasikan dan diakui serta disyahkan oleh profesi, digunakan
untuk menegakkan diagnosa sehingga memudahkan pengambilan
keputusannya. Dalam nomenklatur kebidanan mempunyai standar yang harus
dipenuhi.
Standar Nomenklatur Kebidanan :
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki cirri khusus kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh
Page 19 of 48
bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa
menyertai doagnosa.
Sebagai contoh diperoleh diagnose “Kemungkinan wanita hamil”, dan
masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
Contoh: Wanita yang telah memasuki trimester ketiga merasa takut
dengan proses persalinan yang sudah dekat waktunya, perasaan takut tersebut
tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa”, tetapi tentu
akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
3. Langkah 3 : Identifikasi Diagnosa / Masalah / kebutuhan Potensial
Langkah ini mengidentifikasi diagnose / masalah potensial berdasarkan
diagnose / masalah / kebutuhan yang sudah diidentifikasi. Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah Potensial dan antisipasi penanganannya Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
Contoh: Seorang wanita yang hamil pertama kali (primi gravida) tetapi
letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang) . Kemudian yang
harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut kalau
ingin dilahirkan pervaginam benar-benar harus dipertimbangkan besarnya janin
dan ukuran panggul ibu, dan bidan juga harus bisa mengantisipasi ditakutkan
pada waktu melahirkan kepalanya macet.
4) Langkah 4 : Antisipasi Segera Diagnosa / Masalah / Kebutuhan Potensial
Menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi segera dengan tenaga
kesehatan lain. Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter untuk
melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinabungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
Page 20 of 48
bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi, atau seorang ahli Perawat/Bidanan klinis bayi baru lahir. Dalam
hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan
kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
5) Langkah 5 : Intervensi
Menyusun rencana asuhan menyeluruh pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau maslah yang telah
diidentifikasi atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatandan sudah
disetujui oleh kedua belah pihak,yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan
secara efektif. Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh .asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan
pada pengetahuan,teori terkini (up to date),dan sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan dilakukan klien.
6) Langkah 6 : Implementasi
Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman pada langkah ke
enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 6 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Page 21 of 48
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Penatalaksanaan efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta
biaya.
7) Langkah 7 : Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak dianggap efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberasilan asuhan yang diberikan. Pada
langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan.
Demikianlah langkah-langkah alur berfikir dalam penatalaksanan klien
kebidanan. Alur ini merupakan suatu proses yang bersinambungan dan tidak
terpisah satu sama lain, namun berfungsi memudahkan proses pembelajaran.
Proses tersebut di uraikan dan dipilih seolah-olah terpisah antara satu tahap /
langkah berikutnya.
Page 22 of 48
4) Jika pasien belum mendapat instruksi terapi, Perawat/Bidan melaporkan
pasien kepada dokter yang dituju/ DPJP untuk mendapatkan terapi .
c. Monitoring dan observasi pasien rawat inap
Monitoring / observasi pasien rawat inap dilakukan pada saat :
1) Pergantian shift / aplusan antar shift.
2) Pada waktu jadwal pengukuran tanda tanda vital.
3) Pada waktu jadwal pemberian terapi / obat .
4) Sewaktu-waktu sesuai kondisi pasien.
5) Tiap 2 jam untuk pasein bayi
2. Pengiriman Pasien/ Transfer Pasien
a. Pengiriman / transfer pasien ke ruang lain/ antar ruang.
Ada informasi dari ruang lain jika ruangan yang dikehendaki pasien
sudah tersedia.
Perawat/Bidan memberitahu ruangan yang dituju tentang keadaan
pasien dan dokter yang merawat serta peralatan medis yang harus
disiapkan.
Pasien dan keluarga diberitahu jika ruangan yang dikehendaki sudah
ada.
Perawat/Bidan menyiapkan pasien, berkas rekam medis dan obat-obat
pasien.
Pasien diantar ke ruang yang dikehendaki, Perawat/Bidan serah terima
pasien, obat dan berkas RM kepada Perawat/Bidan ruang terkait.
Perawat/Bidan yang mengirim / tranfer pasien menulis pada form /
lembar transfer pasien
b. Pengiriman / transfer pasien untuk pemeriksaan penunjang medis
Perawat/Bidan mendaftar ke bagian penunjang medis (Laboratorium).
Petugas bagian penunjang medis (laboratorium) langsung datang ke
ruang pasien.
Pasien diberitahu jika akan dilakukan pemeriksaan penunjang.
Untuk pemeriksaan Radiologi RSIA Mutiara Bunda bekerjasama dengan
RSU Ratu Zalecha dan Rsu Pelita Insani.
Perawat/Bidan mendaftar ke bagian penunjang medis (Radiologi) melalui
telpon atau langsung datang ke Rs tersebut.
c. Pasien diantar Perawat/Bidan untuk dilakukan pemeriksaan, Pengiriman /
transfer pasien ke kamar bedah (OK)
Page 23 of 48
Perawat/Bidan mengirim program OP ke bagian OK
Dokter anestesi melakukan visite kepada pasien pre OP.
Pasien dipersiapkan Perawat/Bidan untuk tindakan OP sesuai prosedur.
Petugas OK memberitahu ruangan jika dokter dan ruangan yang akan
dipakai untuk OP telah siap.
Perawat/Bidan memberitahu pasien dan keluarga jika pasien akan segera
diantar ke OK dengan cara melakukan identifikasi ulang.
Pasien diantar Perawat/Bidan ke bgian OK dan diserah terimakan kepada
petugas OK.
Jika selesai tindakan dan pemulihan, ruangan dihubungi oleh bagian OK,
untuk mengambil pasien.
d. Pengiriman / transfer pasien ke rumah sakit lain
Perawat/Bidan ruangan menghubungi rumah sakit yang dituju, untuk
memesankan ruangan sesuai dengan rujukan dokter atau permintaan
keluarga.
Perawat/Bidan memesan ambulance ke bagian receptionis, dan mencari
Perawat/Bidan pendamping.
Jika rumah sakit yang dituju dan mobil ambulance sudah ada,
Perawat/Bidan ruangan segera menyerahkan administrasi pasien ke
bagian administrasi rawat inap , menyiapkan surat rujukan dan semua
hasil pemeriksaan serta keperluan pasien selama dalam perjalanan.
Jika administrasi sudah selesai, pasien sudah disiapkan, tenaga sudah di
ruangan pasien segera di berangkatkan.
Selama dalam perjalanan, hasil monitoring tentang kondisi pasien dan
pemberian terapi dicatat di lembar Observasi Pasien keluar RSCAS
(Form....)
Setelah pulang dari mengirim pasien form RM .... dijadikan satu dengan
berkas RM pasien.
e. Pengiriman jenazah ke kamar jenazah
Setelah keluarga tenang dan bisa menerima kematian pasien,
Perawat/Bidan memberitahu keluarga agar mengurus administrasi ke
bagian administrasi rawat inap.
Perawat/Bidan lapor kepada petugas sekuriti jika ada pasien meninggal
dan minta brankat jenazah.
Page 24 of 48
Sebelum jenazah dibawa ke kamar jenazah, Petugas support service
yang membawa harus melakukan identifikasi terlebih dahulu sesuai
dengan prosedur.
Setelah keluarga menyerahkan bukti administrasi pasien, jenazah diantar
oleh petugas ke kamar jenazah.
3. Pemulangan Pasien
Dokter menyatakan pasien boleh pulang dan ditulis di Rekam Medis pasien
Perawat/Bidan menyelesaikan berkas RM, pembebanan pasien, reture obat
dan sarana yg sudah tidak dipakai pasien, setelah selesai diserahkan ke
administrasi rawat inap.
Petugas administrasi Perawat/Bidan menyelesaikan administrasi pasien, jika
sudah selesai menginformasikan ke ruangan agar keluarga mengurus
administrasi di bagian administrasi rawat inap.
Jika administrasi sudah selesai keluarga menyelesaikan administrasi dan
membayar di bagian kasir rawat inap.
Bagian Kasir memberitahu ke ruangan bahwa pembayaran telah selesai.
Jika pasien pulang Perawat/Bidan menyerahkan semua berkas milik pasien,
obat sisa milik pasien.
Dengan menggunakan buku serah terima pasien pulang, ditandatangani oleh
Perawat/Bidan dan pasien atau keluarga dan mengantar pasien sampai
kendaraan serta menulis pada buku register pasien.
4. Pencatatan Dan Pelaporan
Semua data pasien dan perkembangannya di tulis RM pasien, serta buku
register.
Semua pasien masuk, keluar, meninggal dicatat di sensus harian dan
dilaporkan di rekam medik pasien.
Page 25 of 48
b. Masa Intranatal
Meliputi : persalinan dengan parut uterus, persalinan dengan distensi
uterus, gawat janin dalam persalinan, pelayanan terhadap syok, ketuban
pecah dini, persalinan macet, induksi dan akselerasi persalinan, aspirasi
vakum manual, ekstraksi cunam, seksio sesarea, episiotomi, kraniotomi dan
kraniosentesis, malpresentasi dan malposisi, distosia bahu, prolapsus tali
pusat, plasenta manual, perbaikan robekan serviks, perbaikan robekan
vagina dan perineum, perbaikan robekan dinding uterus, reposisi inersio
uteri, histerektomi, sukar bernapas, kompresi bimanual dan aorta, dilatasi
dan kuretase, ligase arteri uterina, anestesia umum dan lokal untuk seksio
sesaria, anestesia spinal, ketamin, blok pudendal masa post natal, masa
nifas, demam pasca persalinan, perdarahan pasca persalinan, nyeri perut
pasca persalinan, keluarga berencana.
c. Masa Post Natal
Meliputi : masa nifas, demam pasca persalinan, perdarahan pasca
persalinan, nyeri perut pasca persalinan, keluarga berencana.
2. Pelayanan gynekologis
Meliputi: kehamilan ektopik, perdarahan uterus disfungsi, perdarahan
menoragia, kista ovarium akut, radang pelvik akut, abses pelvik, infeksi saluran
genitalia, hiv- aids.
3. Pelayanan RSSIB
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) merupakan rumah sakit pemerintah
maupun swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah
menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna, meliputi;
a. Ada kebijakan tertulis manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan
ibu dan bayi termasuk Inisiasi Menyusu Dini, pemberian ASI Eksklusif dan
indikasi yang tepat untuk pemberian susu formula serta Perawat/Bidan
metode kanguru untuk Bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Menyelenggarakan pelayanan ante natal termasuk edukasi dan konseling
kesehatan maternal dan neonatal serta konseling pemberian ASI.
c. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit dengan kulit.
d. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung,
membantu ibu menyusui yang benar dengan cara mengajarkan cara, posisi
dan perlekatan yang benar. Mengajarkan cara memerah ASI bagi bayi yang
Page 26 of 48
tidak bisa menyusu langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah
melalui botol serta pelayanan neonatus sakit
e. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan yang lain.
f. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi dan tumbuh kembang
g. Menyelenggarakan pelayanan KB termasuk pencegahan dan penanganan
kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
h. Menyelenggarakan audit medik dan audit maternal dan perinatal kabupaten/
kota.
i. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindak lanjuti
pemberian ASI Eksklusif dan PMK
4. Pelayanan IMD
Kriteria pelayanan Ininsiasi Menyusu Dini (IMD), meliputi;
Ibu dalam keadaan sehat dan setuju melakukan IMD dengan
menandatangani formulir IMD
Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong
Bila yang lahir dengan tindakan, bayi dalam keadaan sehat, refleks
menghisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya.
Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama ( nilai Apgar minimal 7)
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
Berat badan lahir 2000-2500 gram atau lebih
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi inpartum
Tidak ada kelainan kongenital pada bayi
Page 28 of 48
e. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam
keberhasilan.
Page 29 of 48
2) Nama-nama yang sudah masuk diseleksi dengan cara tes tertulis oleh
Bidang Perawat/Bidan tes wawancara.
3) Tenaga yang lolos seleksi oleh Bibang Perawat/Bidan diajukan ke bagian
SDM dengan mengetahui Direktur.
b. Mutasi dan Rotasi
Mutasi dan rotasi tenaga dilakukan secara berkala setelah 5 tahun
bekerja disatu unit kerja atau dilkaukan secara insidentil karena adanya
perubahan ruang/kelas rawat inap, adanya tenaga yang
Page 30 of 48
BAB V
LOGISTIK
Page 31 of 48
Alat – alat kesehatan disimpan di lemari dengan suhu 22-240C.
b. Obat emergency dan stock
Penyimpanan obat emergency disimpan dalam lemari dengan pengecekan
setiap shift melalui checklist oleh farmasi.
c. Instrument
Pengelolaan sterilisasi dilakukan oleh masing-masing setelah melakukan
tindakan medis/keperawatan, disteril menggunakan mesin autoclaf.
c. Linen
Penyimpanan linen ada di lemari.
B. Perencanaan peralatan / peremajaan
1. Pengertian
Perencanaan peralatan / peremajaan adalah suatu proses perencanaan /
pengadaan peralatan baik medis atau non medis yang belum / sudah dimiliki
oleh unit kerja.
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan peralatan medis atau non medis di unit kerja.
b. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
c. Memenuhi standar pelayanan agar tetap dapat terjaga.
3. Prosedur
a. Kepala ruang membuat usulan untuk perencanaan peralatan yang baru /
peremajaan yang ditujukan kepada kepala bidang sarana dan prasarana.
b. Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus disertai dengan spesifikasi
yang lengkap.
c. Kepala Bidang Sarana & Prsasarana RS akan menyusun budget tahunan
untuk membeli peralatan setiap tahunnya.
d. Budget yang telah disetujui akan di buat permintaan sesuai spesifikasi dan
bagia pembelian akan menindaklanjutinya.
C. Monitoring
1. Pengertian
Monitoring adalah suatu cara untuk memonitor sejauh mana barang –barang
yang sudah dilakukan perbaikan dan peremajaan.
2. Tujuan
a. Agar pemenuhan kebutuhan alat dan sarana yang telah dilakukan perbaikan
atau peremajaan alat tercukupi.
Page 32 of 48
b. Agar mengetahui sampai sejauh mana alat atau barang yang sudah
dilakukan perbaikan dapat diselesaikan.
c. Agar dilakukan pengecekkan alat dalam kondisi siap pakai.
3. Prosedur
a. Petugas biomedical melakukan pengecekan alat untuk memastikan alat
dalam kondisi siap pakai.
b. Apabila ditemukan alat kondisi rusak, Perawat/Bidan/Bidan diruang
melaporkan ke petugas biomedical ( IPSRS) dan petugas biomedical (IPSRS)
akan melakukan pengecekan dan perbaikan.
c. Bila alat tidak bisa diperbaiki maka petugas biomedical akan membuat
dokumentasi secara tertulis dan kepala ruang akan membuat permintaan
untuk menganti alat tersebut.
Page 33 of 48
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Page 34 of 48
R : Meminta rekomendasi / instruksi dari dokter atau penerima laporan
untuk mengurangi masalah pasien.
b. TBAK
Adalah cara saat Perawat/Bidan menerima instruksi melalui telepon yaitu dengan
cara menulis, kemudian membaca ulang dan konfirmasi kepada petugas yang
memberikan instruksi dan Perawat/Bidan/Bidan tanda tangan.
Jika DPJP yang memberikan verifikasi maka dilakukan pada saat visite melalui
tanda tangan di rekam medis pasien/verifikasi di form catatan terintegrasi
Verifikasi harus dilakukan supaya tidak ada instruksi yang keliru.
3. Kewaspadaan Obat High Alert
Obat – obat high alert sudah diberi label high alert dari bagian farmasi. Beberapa
obat high alert yang biasa dipakai di ruang rawat inap adalah MgSO4, Gluconas, KCl,
NaCl 3%.
Di ruang rawat inap umum tidak diperkenankan untuk menyimpan obat high alert.
Sedangkan pasien yang mendapat obat konsentrasi tinggi masuk dalam sistem
OUDD masih dalam dan jika petugas akan memberikan kepada pasien maka harus
dilakukan double cek yaitu antara Perawat/Bidan senior dan Perawat/Bidan yang
memberikan obat. Dalam pemberian obat setiap Perawat/Bidan harus
memperhatikan prinsip 7 benar.
4. Kepastian Tepat Lokasi,Tepat Prosedur,Tepat Pasien Operasi
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi akan dilakukan penandaan pada
lokasi atau sisi tubuh yang akan dilakukan operasi. Penandaan lokasi operasi
dilakukan oleh dokter operator saat pasien masih di ruang perwatan, disaksikan oleh
Perawat/Bidan yang mendampingi dokter dan pasien / keluarga. Setiap pasien yang
akan dilakukan operasi harus dilakukan identifikasi oleh Perawat/Bidan yang akan
mengantar ke ruang operasi.
5. Pengurangan Risiko Infeksi
Setiap pasien baru dan pendamping pasien / penunggu pasien harus diberikan
edukasi oleh Perawat/Bidan tentang hand hygiene dengan cara 6 langkah dan di
dokumentasikan di rekam medis pasien. Di setiap kamar pasien tersedia fasilitas
lengkap untuk hand rub dan petunjuk hand hygiene.
Untuk mengurangi resiko infeksi di ruang rawat inap maka setiap petugas
kesehatan, keluarga maupun pengunjung pasien harus melakukan hand hygiene
dengan 6 langkah pada 5 moment , yaitu :
a. Sebelum kontak dengan pasien.
Page 35 of 48
b. Sesudah kontak dengan pasien.
c. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan kepada pasien.
d. Sesudah masuk lingkungan pasien.
e. Sesudah terkena darah atau cairan tubuh pasien.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Setiap pasien yang rawat jalan dilakukan assement resiko jatuh menggunakan
Get Uo and Go Test.
b. Setiap pasien yang di rawat dilakukan asesmen awal resiko jatuh mulai dari
UGD.
c. Asesmen ulang resiko jatuh dilakukan di ruang rawat inap atau jika terjadi
perubahan kondisi klinis pasien.
Setiap pasien dengan resiko jatuh dipasang gelang/kancing berwarna kuning
menurut keadaan pasien.
Page 36 of 48
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Page 37 of 48
Persalinan
Tindakan Operasi kecil &
besar.
Rumah Membersihkan alat-alat
Tangga spoelhok
2 Masker Dysposible Menolong BAB
Suction
Perawatan luka mayor
Perawatan luka infeksius
Pemasangan CVC line
Intubasi
Perawatan pasien TBC
N 95 Perawatan pasien SARS
Perawat pasien flu
burung
3 Kaca Mata Pemasangan CVC line
gogle Membantu/Menolong
Persalinan
Tindakan operasi kecil &
besar
4 Topi Pemasangan CVC line
Membantu/Menolong
Persalinan
Tindakan operasi kecil &
besar
5 Apron Membantu/Menolong
Persalinan
Tindakan operasi kecil &
besar
Page 38 of 48
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan
bergabung dengan RSIA Mutiara Bunda dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya serta untuk
menilai pengaruh dari pekerjaan terhadap status kesehatan karyawan.
Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi : Laboratorium darah, HBSAg, Urin
rutin, foto thorax rutin dilakukan setiap tahun sekali.
Page 39 of 48
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Page 40 of 48
e. Pelatihan PPGDON
f. Manajemen Laktasi
E. Indikator mutu pelayanan
Definisi operasional : Kematian maternal yaitu jumlah kematian ibu akibat dari proses
kehamilan, persalinan dan paska persalinan per 100.000 kelahiran hidup
pada masa angka tertentu.
Kebijakan mutu :
Rasionalisasi : Angka kematian maternal di Indonesia ini masih tinggi. Hal ini
mencerminkan lemahnya ANC pada ibu hamil, diharapkan adanya
pencatatan AKI secara rutin, dapat meningkatkan kegiatan ANC dan
membantu Indonesia dalam menerapkan MDGS
Formula Kalkulasi : Jumlah kematian pasien maternal yang dirawat dalam 1 bulan x 100.000
1. Hamil ektopik
2. Abortus ( abortus mola )
3. Persalinan
4. Nifas ( eklamsi, sepsis, dan perdarahan )
kriteria eksklusi : Seluruh pasien wanita hamil, bersalin dan nifas dengan penyakit penyerta
seperti :
1. Jantung
2. Hipertensi menahun
Page 41 of 48
3. Gagal ginjal
4. KLL
5. Kasus pembunuhan
Metodologi : Retrospektif
pengumpulan data
Target Kinerja : 0%
Definisi operasional : Banyaknya kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama dinyatakan
dengan perseribu kelahiran hidup.
Rasionalisasi : Angka kematian bayi di Indonesia ini masih tinggi. Hal ini mencerminkan
penanganan kasus pada bayi baru lahir yang mengalami masalah,
diharapkan adanya pencatatan AKB secara rutin, dapat menurunkan AKB
Page 42 of 48
dalam rangka membantu Indonesia dalam menerapkan MDGS
Metodologi : Retrospektif
pengumpulan data
Target Kinerja :
Page 43 of 48
ABTRAKSI INDIKATOR INISIASI MENYUSU DINI
Definisi operasional : Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir minimal 30 menit pertama dengan cara:
Rasionalisasi : Dengan IMD melatih bayi untuk menyusu sendiri, bayi segera
mendapat ASI dan merangsang ASI segera keluar.
-----------------------------------------------------------------x 100%
Denominator : Jumlah seluruh bayi yang lahir melalui pervaginam dalam 1 bulan
Page 44 of 48
Metodologi : Retrospektif
pengumpulan data
Definisi operasional : ASI Eklusif adalah pemberian asi saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairanataupun makanan lain.
Rasionalisasi : ...................................................
-----------------------------------------------------------------x 100%
Page 45 of 48
Jumlah seluruh bayi yang lahir
Kriteria eksklusi :
Metodologi : Retrospektif
pengumpulan data
Page 46 of 48
BAB IX
PENUTUP
Direktur
Page 47 of 48
Page 48 of 48