Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


berkat dan rahmat-Nya penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk Brosur
”Kerupuk Patin” dapat diselesaikan. Brosur ini disusun dengan tujuan untuk
dijadikan sebagai bahan kajian/masukan/informasi dalam kegiatan usaha
perikanan para pembudidaya ikan dan sebagai referensi bagi Penyuluh
Perikanan dalam pelaksanaan tugasnya di lapangan.

Sangat disadari, substansi penulisan masih sangat jauh dari yang


diharapkan; kemampuan pengemasan dan akurasi data, masih belum
sempurna; data-data yang disajikan dalam tulisan ini terdiri dari data
sekunder diperoleh dari buku-buku, laporan dan internet yang berhubungan
dengan topik yang diangkat; penulisan kembali beberapa brosur perikanan
dan merubahnya dalam bentuk Brosur; guna dapat dibaca kembali dan
disebarkan informasinya lebih luas. Dari semua keterbatasan tersebut serta
dukungan penuh semua pihak Brosur ini dapat hadir. Karenanya, umpan
balik dan masukan guna memperkaya buku kecil ini, sangat diharapkan.
Semoga Brosur ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Pulang Pisau, Agustus 2017


Penyusun,

Yulianus, S.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 1


DAFTAR ISI

HAL
KATA PENGANTAR ............................................................ 1
DAFTAR ISI ..................................................................... 2
BAB I. Pendahuluan ......................................................... 3
BAB II. Pembuatan Kerupuk Ikan patin ................................... 5
1. Kebutuhan Alat ....................................................... 5
2. Kebutuhan bahan .................................................... 6
3. Proses produksi ....................................................... 7
4. Pengemasan .......................................................... 11

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 2


I. PENDAHULUAN

Ikan Gurami merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang
banyak diminati oleh masyarakat, baik konsumen maupun para
pembudidaya. Ikan Gurami banyak disukai konsumen karena rasanya yang
lezat dan gurih, sedangkan oleh para pembudidaya ikan gurami disukai
karena memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditi
perikanan air tawar lainnya.
Gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih
lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna
kekuning- kuningan/ keperak-perakan. Ikan gurami merupakan
keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan
gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia) dan
menyebar ke Malaysia, Thailand, Ceylon dan Australia. Jenis ikan gurami
yang sudah dikenal masyarakat yaitu gurami angsa, gurami jepun,
bluesafir, paris, bestar dan porselin. Dibandingkan dengan gurami jenis
lain, ikan gurami jenis porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika
induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-
3000 butir telur, induk porselen mampu 10.000 butir. Ikan gurami
merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai
kematangan telur sekitar umur 2 tahun.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 3


II. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

Klasifikasi ikan gurami sesuai dengan Standar Nasional Indonesia


(SNI) Nomor 01 – 6485.1 – 2000 yang dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut:
Fillum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

Secara morfologi ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap


dan tidak terputus, bersisik stenoid, memiliki gigi pada rahang bawah.
Jumlah sirip punggung duri keras D.XII-XIII. Duri lunak 11-13, sirip dada
P.2.13-14, sirip perut V.1,5 dan sirip anal duri keras A.IX-XI. Duri lunak 16-22.
Jari-jari lemah pertama pada sirip perut merupakan benang panjang yang
berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan ikan dewasa 2,0 – 2,1 cm
lebih tinggi dari panjang standar. Pada fase muda, di sisi lateral terdapat
garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 – 10 buah. Pada daerah pangkal ekor
terdapat titik hitam bulat (Badan Standarisasi Nasional , 2000).
Badan gurami pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian
perut berwarna putih. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa,
yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut
berwarna keperakan atau kekuningan. Jari-jari pertama sirip perut
merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip
punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor. Sirip
ekorberbentuk busur. Pada dasar sirip dada ikan gurami betina terdapat
tanda berupa sebuah lingkaran hitam. (Jangkaru, 1998). Induk jantan
ditandai dengan benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan
tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 4


ditandai dengan bentuk kepala atas datar, rahang bawah tipis dan adanya
bintik hitam pada kelopak sirip dada.

2. Syarat Hidup Ikan Gurami


Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor hingga dapat
diubah pematang/ dinding kolam.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-
5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan gurami dapat
tumbuh normal jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m
dpl.
Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang
mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurami.
Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang
diperkenankan adalah 3 liter/ detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara
polikultur debit air yang ideal antara 6-12 liter/ detik. Keasaman air (pH)
yang baik adalah antara 6,5-8.
Habitat asli ikan gurami adalah rawa di dataran rendah yang berair
dalam. Salah satu faktor yang membedakan antara dataran rendah dan tinggi
adalah suhu airnya. Berkaitan dengan suhu, ikan gurami akan tumbuh dengan
baik pada suhu 25 – 28 º C. Ikan gurami sangat peka terhadap suhu
rendah sehingga jika dipelihara dalam air dengan suhu kurang dari 15 º C,
ikan ini tidak berkembang dengan baik ( Jangkaru, 1998).

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 5


III. HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME

1. Hama

a) Bebeasan (Notonecta) Berbahaya bagi benih karena sengatannya.


Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100
meter persegi.
b) Uncrit (Larva cybister) Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga
robek. Pengendalian: sulit diberantas;hindari bahan organik menumpuk
di sekitar kolam.
c) Katak (Rana spec) Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering
membuang telur yang mengapun menagkap dan membuang hidup-
hidup.
d) Ular Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan
penangkapan; pemagaran kolam.
e) Linsang/ biawak Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
f) Burung Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit
menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
g) Ikan Gabus Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu guramiukan air
diberi saringan atau dibuat bak filter.
h) Belut dan Kepiting Pengendalian: lakukan penangkapan.

Beberapa jeis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat
menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu, sebaiknya benih
gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk
menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukkan air
dipasang serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk ke dalam
kolam.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 6


2. Penyakit

a) Binti Merah (White Spot) Gejala: pada bagian tubuh (kepala,


insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat
terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada
benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah
serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian:
direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc
air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam
dan Direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3
gram/100 cc air.
b) Bengkak Insang dan Badan ( Myxosporesis) Gejala: tutup insang
selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi
pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total,
ditabur kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
c) Cacing Insang, Sirip dan Kulit (Dactypogyrus dan girodactyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-
kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda
keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada
insang. Pengendalian: (1) direndan dalam larutan formalin 250
gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene
blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang
berlebihan.
d) Kutu Ikan (Argulosis) Gejala: benih dan induk menjadi kurus,
karena dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat
jelas adanya bercak merah (hemorrtage). Pengendalian: (1) ikan
yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air
selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10

ml/m3) selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam


hingga retak-retak.
e) Jamur Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian
yang lainnya. Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas.
Telur yang terserang jamur, terlihat benang halus seperti

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 7


kapas. Pengendalian: direndam dalam larutan Malactile green
oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur yang
terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
f) Gatal (Trichodiniasis) Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan
lamban; suka menggosok- gosokan badan pada sisi
kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selama 15 menit dalam
larutan formalin 150-200 ppm. g.
g) Bakteri psedomonas flurescens Penyakit yang sangat ganas.
Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis.
Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur oxytetracycline
25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7
hari berturut-turut.
h) Bakteri aeromonas punctata Penyakit yang sangat ganas. Gejala:
warna badan suram, tidak cerah; kulit kesat dan melepuh; cara
bernafas mengap-mengap; kantong empedu gembung;
pendarahan.

3) Pengendalian Penyakit
Salah satu cara pengendalian penyakit ikan yang dilakukan selama ini
meliputi pemberian obat-obatan berupa bahan kimia dan antibiotika. Namun
demikian, pemakaian bahan-bahan tersebut secara terus menerus akan
menimbulkan masalah baru, yaitu meningkatkan resistensi mikroorganisme
penyebab penyakit. Selain itu, dapat membahayakan lingkungan perairan
disekitarnya dan ikan-ikan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan obat
herbalis sebagai pengganti obat-obatan kimia.

a) Sirih (Piper betle L) Khasiat sirih digunakan sebagai penahan


darah (styptic) dan obat luka pada kulit (vulnerary) juga berdaya
guna sebagai antioksida, antiseptic, fungisida dan bakterisida. Hal
ini jelas bahwa daun sirih yang mengandung minyak atsiri bersifat
menghambat pertumbuhan parasit. Atsiri pada sirih mempunyai bau
yang aromatik dan berasa pedas. Atsiri mengandung chavicol
(C4H3OH) yang merupakan antiseptic yang kuat untuk

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 8


menanggulangi parasit terutama Ichthyophthirius multifilis.
Caranya dengan merendam pada konsentrasi 8,3 ppt, daun sirih
tingkat mortalitas parasit Ich mencapai 99,4 % sedangkan
konsentrasi terbaik perendaman dengan daun sirih yang aman untuk
ikan dan efektif adalah 6,7 ppt dengan tingkat mortalitas Ich
sebesar 86,28 % selama 12 jam. Selain itu, terbukti efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dan
penyakit ikan yang disebabkan Aeromonas hydrophilia. Hasil
penelitian menemukan bahwa konsentrasi ekstrak sirih 3,125
mg/ml sudah dapat membunuh bakter Aeromonas hydrophilia i
secara sempurna.
b) Ekstrak Daun Kipahit (Picrasma javanica)
Ekstrak daun kipahit diuji untuk pengobatan ikan gurami
Mycobacterium fortuitum pada level 108 cfu/ml. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kipahit pada level
konsentrasi 10.000 mg/l dapat menghambat pertumbuhan bakteri
uji, sedangkan perendaman ikan uji yang sama dengan lama
perendaman 3 jam dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
mycobacteriosis. Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup
memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia diantaranya: Pengobatan dengan Kalium Permanganat
(PK), Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih
dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan
diobati. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l
air. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut
selama 30-60 menit dengan diawasi terus menerus. Bila belum
sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari
kemudian.
c) Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan
neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pemberantasan
parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 9


konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah
dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
d) Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang
sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya: (1) siapkan
wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih
dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata; (2) ikan yang
sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini
berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja. (3) Setelah
itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk
selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam; (4) pengobatan
ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang
sama.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN GURAME Page 10

Anda mungkin juga menyukai