Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN ANALISIS SWOT

PRAKTIK MANAJEMEN S1 ILMU KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA

SIDOARJO

Disusun Oleh Kelompok :

1. Monica Agritasari (201601017)


2. Sintia Nova Leliana (201601057)
3. Ainun Nasikhatul H. (201601096)
4. Ratih Rachma W. (201601139)
5. Djuer Djies (201601178)
6. Silviana Manggasari (201601017)
7. Eka Inggri Uji U. (201601059)
8. Fegi Prasetyo N. (201601098)
9. Hanif Akbar R. (201601141)
10. M. Abdul Rochman (201601163)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2020

i
LAPORAN PENGESAHAN

Laporan praktik Manajemen Keperawatan Mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI


Kabupaten Mojokerto periode 06 Januari 2020 - 18 Januari 2020 ini telah diperiksa dan
disahkan pada :
Hari, Tanggal :
Pukul :
Tempat: Ruang Tulip RSU Anwar Medika

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ana Zakiyah M.Kep Nira Krisiyanti, S.Kep, NS

Mengetahui,

Kepala Ruang Anggrek

Rohella Mavasari, Amd. Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Laporan Analisis SWOT Praktik Management S1 Ilmu Keperawatan di Ruang
Tulip Rumah Sakit Anwar Medika”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Penulisan makalah ini telah mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melipahkan rahmat-Nya kepada kami
2. Kepala Ruangan Rawat Inap Tulip RSU Anwar Medika, Ibu Rohella Mavasari, Amd.
Kep
3. Pembimbing Ruangan Rawat Inap Tulip RSU Anwar Medika, Ibu Nira, S.Kep, Ns
4. Dosen Pembimbing Akademik dari STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, Ibu Ana
Zakiyah M. Kep.
5. Perawat Pelaksana beserta staff karyawan RSU Anwar Medika Sidoarjo.
6. Rekan-rekan Mahasiswa STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, yang telah ikut serta
dan berpartisipasi dalam penyelesaian Laporan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman yang penulis miliki, sehingga penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Sidoarjo, Januari 2020

Penulis
Kelompok

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang profesional merupakan
praktek keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional yaitu mempunyai
otonomi dalam pekerjaannya, bertanggungjawab dan bertanggunggugat, pengambilan
keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan
memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan keparawatan
mendorong perubahan dalam memberikan keperawatan yang efektif dan bermutu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah
pendekatan manajemen yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang
dapat mendukung penerapan perawatan yang profesional di rumah sakit.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC ( Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999).
Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang menfokuskan pada
produksi dan dalam banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan.
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan startegi
perusahaan atau organisasi. Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Keputusan strategis perusahaan atau organisasi perlu pertimbangan faktor internal
yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup
peluang dan ancaman. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan
penting untuk analisis SWOT (Basuki, 2018).

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 06 Januari 2020 s/d 19 Januari 2020 di
Ruang Tulip, di dapatkan data tingkat pendidikan pegawai adalah 58% S1
Keperawatan dan 42% D3 Keperawatan. Data pelatihan yang pernah diikuti pegawai
Di Ruang Tulip adalah CI sebanyak 8%, BTCLS sebanyak 54% dan BLS sebanyak
38%. Jadi prosentase masa kerja tenaga keperawatan ruang tulip terbanyak dengan

1
masa kerja selama 3 dan 5 tahun masing – masing 25%, sedangkan prosentase kerja
keperawatan terendah dengan masa kerja selama 1 tahun dan 4 tahun masing- masing
8%.

Dari data yang didapatkan peralatan dan fasilitas yang sesuai standard
PERMENKES dari 14 standard yang di tetapkan ruang Tulip memiliki 8 alat yang
sudah sesuai standard, dan tidak memiliki alat yang sesuai standard sebanyak 6.Di
ruang tulip menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
dengan kepala ruangan, timbang terima dilaksanakan tepat waktu.ketika pasien
sebelum pulang perawat memberikan Health Education dan memberikan kartu
Discharge Planning untuk dibawa pasien saat kontrol.

Di Ruang Tulip presentasi pengguna BPJS sebesar 98%, Asuransi 1%, dan Umum
1% , jika pasien ingin bertanya mengenai berapa banyak biaya yang dihabiskan
selama perawatan diruangan keluarga pasien dapat menanyakan langsung pada
perawat diruangan dan di sampaikan secara lisan dalam bentuk Billing dan di inputkan
pada kasir untuk pembayaran. RS.Anwar Medika sudah banyak bekerja sama dengan
beberapa perusahaan dan asuransi.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana Analisa SWOT diruang Tulip RSU Anwar Medika ?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa mampu melakukan analisa SWOT diruang Tulip RSU Anwar Medika.
.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran praktek klinik manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan manfaat dari pembuatan laporan ini
adalah agar mampu memahami masalah manajemen secara jelas dan spesifik
mempermudah penentuan prioritas, mempermudah penentuan alternatif pemecahan
masalah.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan startegi


perusahaan atau organisasi. Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis
perusahaan atau organisasi perlu pertimbangan faktor internal yang mencakup kekuatan
dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Oleh
karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis SWOT
(Basuki, 2018).

2.1.2 Faktor-faktor Analisis SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:


1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan
tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan,
memiliki ketrampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat
membuat lebih kuat dari para pesaing.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada perusahaan atau organisasi baik itu keterampilan atau
kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan
atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang
secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber
daya keungan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra
merk merupakan sumber kelemahan.
3. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu
perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah
satu sumber peluang. Seperti halnya kebijakan pemerintah tentang RS baik
negeri atau swasta wajib melayani klien BPJS.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi

3
perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan
datang. Kekuatan dari lingkungan luar ini menimbulkan suatu kerugian bagi
organisasi (Basuki, 2018).

4
2.1.3 Kegunaan Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.
2.1.4 Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam
Analisis SWOT
Sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan
ketika kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu
lembaga pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara maksimal,
mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan lembaga pendidikan
yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan manajemen lembaga
pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk memilih dan
menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil yang diinginkan.

Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik
SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat
dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO
(memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST
(menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan
dan menghindari ancaman).

Menurut (Basuki, 2018)dalam hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan


Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan melalui bagan berikut ini :

5
HUBUNGAN S (KEKUATAN) W (KELEMAHAN)
O Strategi SO Stratgei WO
(PELUANG)
Ciptakan strategi dengan Ciptakan strategi dengan
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
memnfaatkan peluang untuk memanfaatkan peluang

T Strategi ST Strategi WT
(ANCAMAN)
Ciptaan strategi dengan Ciptakan strategi dengan
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

2.1.5 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesinal (MAKP)

Menurut Grant &Massey (1997) dan Marquis&Huston (1998) ada 4 metode


pemberian Asuhan Keperawatan Professional yang sudah ada dan akan terus di
kembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
Tabel 2.1 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional
Model Deskripsi Penanggung jawab
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas Perawat yang
dari filosofi keperawatan bertugas pada
 Perawat melaksanakan tindakan
tugas (tindakan)tertentu tertentu
berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada
 Metode fungsional di
laksanakan leh perawat
dalam mengelola asuhan
keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat
perang dunia pertama. Pada
saat itu,karena masih
terbatasna jumlah dan
kemampuan perawat maka

6
setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya:
merawat luka)keperawatan
kepada semua jenis pasien
di bangsal
Kasus  Berdasarkan pendekatan Manajer
holistic dari filosofi keperawatan
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan
keperawatan dan observasi
pada pasien tertentu
 Rasio 1:1 pasien-perawat
Setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat ang
melayani seluruh
kebutuhannya pada saat
mereka dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat
berbeda untuk setiap
shift,dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan di rawat
oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa di
terapkan satu pasien satu
perawat,umumnya
dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk perawat
khusus seperti ( isolasi,
intensivecare)
Tim  Berdasarkan pada Ketua Tim
kelompok filosofi
keperawatan

7
 6-7 perawat professional
dan perawat asossiate
bekerja sebagai 1 tim, di
supervisi oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan
tim yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap
sekelompok pasien.
Perawat ruangan di bagi
menjadi 2-3 tim atau group
yang terdiri atas tenaga
professional,technical,dan
pembantu dalam 1 group
kecil yang saling
membantu.
Primer  Berdasarkan pada tindakan Perawat primer
angkomperhensif dan
filosofi keperawatan
 Perawat bertanggup jawab
terhadap semua aspek
asuhan keperawatan, dari
hasil pengkajian kondisi
pasien untuk
mengkoordinasi asuhan
keperawatan.
 Rasio 1:4 / 1:25
(perawat:pasien) dan
penugasan metode kasus.
Metode penjelasan dimana satu
orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan
keperawatan pasien, mulai

8
dari pasien masuk sampai
pasien keluar rumah sakit.
Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat
asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien
dirawat.

2.2 Konsep Analisa Manajemen Keperawatan (M1 – M5)


2.2.1 M1 (Man)
a. SDM
Sumber daya manusia atau biasa di singkat SDM potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adektif dan
transformatif yang mampu mengelolah dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya esejahteraan kehidupan dalam tatanan yang
seimbang dan berkelanjutan. Manajemen sumber daya manusia, di singkat MSDM,
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya
(tenaga kerja) yang dimiliki individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan
secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan, dan
masyarakat menjadi maksimal.

b. Struktur Organisasi
Adalah pola tentang hubungan antara bagai mana kompetensi dan bagaian
organisasi. Pada organisasi formal struktur direncanakan dan merupakan usaha
sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat
mencapai sasaran efektif.
Henry Mintzberg mengatakan bahwa ada 5 bagian dasar organisasi yaitu:

9
 The Operating Core. Yang termasuk disisni adalah para pegawai yang melaksanakan
pekerjaan dasar yang berhubungan dengan barang dan jasa.
 The Strategic Apex. Yang termasuk dalam bagian ini adalah manajer tingkat puncak
(top Menejemen)
 The Technostructure. Yang termasuk dalam bagian ini mereka yang diserahi tugas
untuk menganalisa dan bertanggung jawab terhadap bentuk standarisasi organisasi.
 The Middle Line. Yang termasuk didalam bagian ini adalah para manajer yang
menjembatani manajer tingkat atas dengan bagian operasional.
 The Support Staf. Yang termasuk disini adalah orang-orang yang member jasa
pendukung tidak langsung terhadap organisasi (orang-orang yang mengisi unit staf)
c. Visi (vision)
Adalah pernyataan yang mendefinisikan sesuatu yang ingin dicapai perusahan/
organisasi diwaktu yang akan datang. Visi lebehterkonsetrasi ke masa depan (jangka
panjang, future) dan cenderung merupakan pernyataan yang sifatnya strategis. Misi
(mission) adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinisian apa yang sedang/ akan
dilakukan atau ingin diacapai dalam waktu (sanagat) dekat atau saat ini. Misi lebihh
terkonsentrasi ke saat ini dan merupakan target-target yang sifatnya lebih opeasional
yang mungkin dikaitkan dengan customer, proses-proses dalam organisasi, serta tigkat
kinerja yang diinginkan. Ada beberapa strategi dalam menentukan visi, yaitu :
 Mengidentifikasikan aktifitasperusaahaanberdasrkan impian yang ingin dikejar
 Menetapkan arah yang jauh kedepan (pandangan masadepan)
 Menyediakan gambaran bersar yang menggambarkan siapa ‘kita’, apa yang ‘kita’
lakukan, dan kemana ‘kita’ mengarah.
Sedangkan strategi dalam membentuk misi adalah :
 Menetapkan perusahan menjadi bagian-bagian yang kecil
 Membangun rasa yang kuat tehadap identitas perusahan dan tujuan bisnis.
Seorang pemimpin yang strartegis akan selalu mulai dengan :
 Konsep yang harus dan tidak harus dilakukan oleh perusahaan.
 Visi kemanaperusaahan akan melangkah.
d. Komunikasi
Adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Hewitt (1981),
menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut :
 Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
 Mempengaruhi perilaku seseorang
 Mengungkapkan perasaan
 Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
 Berhubungan dengan orang lain
 Menyelesikan sebuah masalah
 Mencapai sebuah tujuan
 Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik

10
 Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
e. Ketenagaan
Terdapat beberapa cara atau metode dalam menetapkan jumlah tenaga keperawatan
di suatu ruang atau rumah sakit. pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu
ruang rawat ditetapkan dari klarifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Menurut Douglas (1992), jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di rumah sakit pada
pagi, sore dan malam berdasarkan klarifikasi klien dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruangan
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
Pagi Siang Malam
Pasien Pasien
Total care 6 6x0,36= 2,16 6x0,30= 1,8 6x0,2 = 1,2
Partialcare 20 20x0,27= 5,4 20x0,15= 3 20x0,07 =1,4
Minimal care 10 10x0,17=1,7 10x0,14= 1,4 10x0,10 = 1
Total 36 9,26 6,2 3,6

Total tenaga perawat :


Pagi : 9
Siang : 6
Malem : 4 +
Total : 19 per hari
Berdasarkan perhitungan diatas maka untuk jumlah keseluruhan yang bertugas ada
19 orang.
Menghitung ketenagaan menurut Metode Depkes RI 2005

Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruangan
No. Jenis/ Kategori Rata2 Rata2 Jam Jumlah
pasien/ perawatan/ Perawatan/
pasien /hari Hari
hari
A B C D E
1 Pasien penyakit dalam 0 3,5 0
2 Pasien bedah 0 4 0
3 Pasien gawat 0 10 0
4 Pasien anak 2 4,5 9
5 Pasien kebidanan 0 2,5 0
Jumlah 2 9

 Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :


Jumlah jam perawat = 9 = 1,29
Jam kerja efektif per sif 7
 Loss Day

11
Jumlah hari minggu 1th + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 +12+ 14 = 78 x 1,29 = 0,35


286

 Faktor Koreksi
(Jumlah tenaga keperawatan + lossday) x 25%
(1,29 + 0,35) x 25% = 0,41
 Jumlah tenaga yang dibutuhkan
Tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 1,64 + 0,41 = 2,05
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 2 orang
f. Beban kerja
Adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu
satuan waktu tertentu. Menghitung beban kerja, biasanya diperlukan untuk
menentukan jumlah pegawai yang diperlukan dalam suatu unit kerja. Penghitungan
beban kerja adalah suatu teknik untuk menetapkan waktu bagi seorang pegawai yang
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan standar
persentasi yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan untuk mengukur
perhitungan beban kerja, menggunakan:
 Metode teknik analitis, metode ilmiah dengan mengunakan pengukuran atau yang
teliti melalui pengamatan langsung
 Metode praktis empiris, didasarkan pada pengalaman perorangan atau pemegang
jabatan
 Metode identifikasi beban kerja, dengan mengidentifikasikan beban kerja memalui
hasil kerja, obyek kerja, peralatan kerja, dan tugas per-tugas jabatan.

2.2.2 M2 (material)
Material, merupakan satu dari lima metode manajemen keperawatan yang memiliki
karakteristik antara lain:
1. (Umumnya) kebutuhannya tidak pasti
2. Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan
3. Keberadaan dan ketidakberadaan kekurangannya menimbulkan biaya
4. (Umumnya) memiliki persentase tertinggi dalam Neraca
Tujuan dari perencaan kebutuhan dari bahan baku adalah sebagai berikut (yamit, 1996) :
1. Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan untuk
memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi
konsumen,.
2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
3. Merencanakan aktifitas pengiriman, dan aktifitas pemberian

12
Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikebal dengan material
retuirement planning (MRP) adalah suatu system informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. System ini
berbertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktifitas.
Persyaratan Rumah sakit tipe C antara lain sebagaiberikut:
1. Luas unit rawatinap 25-35 m2 / tempattidur
2. Sirkulasi : 10-15 m2/ tempattidur
3. Daerah petgas 0,3 – 0,4 m2 / tempattidur
4. Adanya system proteksikebkaran
 Alat Pemadam api rinngan
 Tanda arah
 Titik kumpul
 System peringatan bahaya

2.2.3 M3 (Method)
1) Penerapan pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Definisi

MAKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart Word,
1996)

b. Tujuan

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan ashuan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan

13
2) Timbang Terima

a. Definisi
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranyahandover, handoffs, shiftreport, signout, signover dan crosscoverage.
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien

b. Tujuan
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c. Manfaat Timbang Terima


1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
2. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

14
PROSES TIMBANG TERIMA
PERSIAPAN
 Buku laporan timbang terima

 Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian


shift.

 PP / ketua tim / PJ shift melaporkan timbang


terima di NS yang dilaporkan.

- Jumlah px

- Identitas px + dx medis

- SOAP

PELAKSANAAN

 Shift jaga sudah lengkap sebelum dilakukan


timbang terima.

 Kepala ruangan membuka acara timbang


terima.

PENUTUP

 Menanyakan kembali hal-hal yang


perlu diluruskan kembali .

 Ditutup oleh karu /PJ shift /katim

15
Bagan 2.3 Proses Timbang Terima

ALUR TIMBANG TERIMA

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS
MASALAH KOLABORATIF DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAAN

MASALAH:

1. TERATASI

2. BELUM TERATASI

3. TERATASI SEBAGIAN

Bagan 2.4 Alur Timbang Trima

16
3). Ronde Keperawatan

a. Definisi
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor. Kepala ruangan, perawatan
pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.

b. Karakteristik Ronde
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan focus kegiatan
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.

c. Tujuan
1. Membutuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

d. Manfaat
1. Masalah pasien yang teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Tercapainya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar

e. Kriteria pasien
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah di lakukan
tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru dalan langka

17
PROSES RONDE KEPERAWATAN

PERSIAPAN
 Penentuan Kasus

 Penentuan Tim

 Inform Concent

 Bahan Ronde

PELAKSANAAN
 Penjelasan
Kondisi Px

 Diskusi

 Justifikasi

PENUTUP
 Kesimpulan hasil
ronde

 Rekomendasi
Bagan 2.7 Proses Ronde Keperawatan
solusi masalah

18
ALUR RONDE KEPERAWATAN

PP

Penetapan pasien

Persiapan pasien
Informed consent
Hasil pengkajian /
validasi data

Apa diagnose keperawatan ?


Apa data yang mendukung ?
Penyajian masalah Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ?
Apa hambatan yang ditemukan ?

Validasi data

Bagan 2.8 Alur Ronde Keperawatan

PP, konselor,
KARU

4). Supervisi Kesimpulan &


Lanjutan
rekomendasi
a. Definisi diskusi di nurse
solusi masalah
Supervisi adalah proses dimana pimpinan station
ingin mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dgn rencana, perintah,
tujuan/kebijakan yang telah ditentukan (Mc Farland, 1988 dalam Harahap, 2004).

b. Tujuan supervisi adalah:


1. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus tenaga baru
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan

19
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan mengerti
terhadap peran, fungsi dan tugas sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan
4. Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan apabila
menghadapi kendala dalam pelaksanaan
5. Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan

c. Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut :


1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola
2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinu/sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang.
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objektif/rational.
7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan

d. FungsiSupervisi
1. Untuk mengatur dan mengorganisasi proses pemberian pelayanan keperawatan
yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang staf dan SOP
2. Menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian
pelayanan asuhan keperawatan
3. Briggs, mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi dalam keperawatan ialah
mengkoordinasi, menstimuli dan mendorong kearah peningkatan kwalitas asuhan
keperawatan
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mengajak untuk diikutsertakan (sharing)

e. Model – modelsupervise
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan
dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008)
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas.
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak
hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilkikarasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara
berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, insrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan
bimbingan.
3. Model Klinis

20
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam
pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan
rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang
disupervisi.

21
PROSES SUPERVISI
PERSIAPAN
 Penetapan waktu dan tindakan yang
akan disupervisi.

 Format/ instrumen supervisi.

 Persiapan alat supervisi


PELAKSANAAN
Penilaian kerja oleh
supervisor.

EVALUASI
 Penyampaian hasil supervisi

 Umpan balik hasil supervisor


terhadap hasil

 Bagan 2.1 Proses Supervisi


RTL (perbaikan)

22
ALUR SUPERVISI

Kepala Bidang Perawatan

Kepala Seksi Perawatan

Menetapkan kegiatan dan Kepala Perawat IRNA


tujuan serta instrument / alat
ukur

Kepala Ruangan
Menilai kinerja perawat PP1 PP2

Pembimbing (3F) PA PA
 Penyampaian
penilaian (Fair)
 Feed back
 Follow up, Kinerja perawat dan kualitas
pemecahan masalah pelayanan meningkat
dan reward Bagan 2.2 Alur Supervisi

5). DischargePlanning

a. Definisi
DischargePlanning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. (RCP,2001).

23
b. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan,
kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan pada pasien di rumah.
2. Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman untuk pasien di rumah.
3. Menyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya dibuat
dengan tepat (Ester, 2005)

24
ALUR DISCHARE PLANNING

Dokter dan Tim Dokter dan Tim


Kesehatan Kesehatan

Keadaan pasien :
Klinis dan pemeriksaan penunjang lain

Tingkat ketergantungan klien

Perencanaan pulang

Penyelesaian
Program HE Lain-lain
adininistrasi
1. Kontrol dan obatl perawatan
2. Gizi
3. Aktivitas dan isnrahat

Monitor
(sebagai program service safety) oleh:
keluarga dan petugas

Bagan 2.10 Alur Discharge


Planning

25
6). Sentralisasi Obat

a. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002).
b. Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.

ALUR PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT

DOKTER
Pendekatan perawat

PASIEN / KELUARGA

FARMASI / APOTEK

Surat persetujuan
PASIEN / KELUARGA Sentralisasi obat
Dari perawat
Lembar serah
Terima obat
PP / PERAWAT YANG MENERIMA Buku serah terima /
masuk obat

PENGATURAN DAN PENGELOLA


OLEH PERAWAT

PASIEN / KELUARGA

Bagan 2.5 Alur Sentralisasi Obat

26
7). Dokumentasi Keperawatan

a. Definisi
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan buktidari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan
tercatat bukan hanya tentangtingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis / tipe,
kualitas dan kuantitas pelayanankesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
(Fisbach 1991).

b. Tujuan Dokumentasi Keperawatan(Potter 1989)


1. Alat komunikasi anggota tim
2. Biling keuangan
3. Bahan pendidikan
4. Sumber data dalam menyusun NCP
5. Audit keperawatan
6. Dokumen yang legal
7. Informasi statistik
8. Bahan penelitian
9. Informasi statistik
10. Bahan penelitian

c. Prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan (Carpenito 1991)


1. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,
demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
2. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi /
data yang penting tentang keadaannya.
3. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
4. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini
perawatmencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai
dari pengkajian sampai evaluasi
5. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya
perubahankondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan
perawat
6. Harus dihindari dokumentasi yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik
dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda
7. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang
dicatat, harusdisepakati atas kebijaksanaan institut setempat
8. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pensil agar tidak mudah dihapus

27
9. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan
digantidengan yang benar kemudian ditanda tangani
10. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama
jelas penulis
11. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum
menulis data terakhir
12. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

d. Proses Dokumentasi Keperawatan


1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Intervensi
4. Pelaksanaan / implementasi
5. Evaluasi

e. Teknik Dokumentasi
Nursalam (2001) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi
keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Enam model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut :
1) SOR (SourceOrientedRecord)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:
a) Lembar penerimaan berisi biodata
b) Lembar order dokter
c) Lembar riwayat medik
d) Catatan perawat
e) Laporan khusus
2) POR (Problem OrientedRecord)
Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini
mengintegrasikan data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan
tim kesehatan lainnya terdiri dari 4 komponen:
a) Data dasar
b) Daftar masalah
c) Perencanaan awal
d) Catatan perkembangan (progressnote)
3) ProgressOrientedRecord (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan).
Tiga jenis catatan perkembangan:
a) Catatan perawatan (nursingnote)
b) Lembar alur (floesheet)
c) Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan (dischargesummary)
4) CBE (ChartingbyException)
System dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang

28
menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik keperawatan).
5) PIE (Problem InterventionandEvaluation)
Pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan penekanan pada proses
keperawatan dan diagnose keperawatan.

29
2.2.4 M4 (Money)
1. Definisi
Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusunsecara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode)tertentu yang akan datang.
Dari pengertian di atas nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai 4 unsur, yaitu:
 Rencana
 Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
 Dinyatakan dalam unit moneter
 Jangka waktu tertentu yang akan datang
2. Manfaat Budget
 Sebagai Pedoman Kerja
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta sekaligus
memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
diwaktu yang akan datang.
 Sebagai Alat Pengawasan Kerja
Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk
mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang
tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan,
dapatlah dinilai apakah perusahaan yelah sukses bekerja ataukah kurang sukses
bekerja.
 Sebagai Alat Pengkoordinasian Kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinaksikan kerja agar semua bagian-
bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekrja sama
dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian
kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

30
2.2.5 M5 (Marketting)
1. Definisi
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebar luaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu penting sebab bila
barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.
2. Faktor Kunci Keberhasilan Dari Pemasaran.
 Adanya subbag marketing dalam struktur organisani suatu rumah sakit
 Adanya visi dan misi
 Status rumah sakit yang profit
 Adanya upaya pemasaran yg telah dilaksanakan di rumah sakit
 Tersedianya fasilitas medis dan non medis yang memadai
3. BOR Pasien
4. Mutu Pelayanan Keperawatan
 Meningkatkan mutu pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
kejadian dekubitus, kematian pasien dan tingkat kepuasan pasien
 Upaya pengurangan infeksi nosokomial dapat dilihat dari kejadian flebitis, ILO
tidak terjadi, ISK tidak terjadi dan pneumonia tidak terjadi.
5. ALOS (Average Long of Stay)
Lama rawat inap pasien di sebuah ruangan rumah sakit dengan rata-rata rawat inap
beberapa hari. Pasien dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu pasien pulang
dengan kondisi baik dan pasien pulang dengan kondisi belumsembuh.

31
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Tulip


3.1.1 Visi RSU Anwar Medika
Terwujudnya pusat rujukan kesehatan bagi masyarakat sidoarjo dan sekitarnya.
3.1.2 Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap dan terjangkau
2. Memberikan pelayanan yang cepat, aman dan ramah
3. Meningkatkan kompetensi SDI (sumberdaya insani) secara optimal.
4. Meningkatkan kemitraan yang harmonis.
3.1.3 Motto
“ Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami“
3.1.4 Tujuan strategis RSU anwarmedika.
1. Terciptanya rumah sakit sebagai pilihan utama
2. Terciptanya kepuasan pelanggan
3. Tersedianya SDI (sumberdaya insani) yang kompeten
4. Terciptanya pelayanan paripurna.

3.2 Kajian Situasi Di Ruang Keperawatan Tulip


3.2.1 Karakteristik Unit
Pada ruangan Tulip masih belum ada visi dan misi untuk ruangan, visi dan misi masih
mengarah pada visi dan misi RSUAM

32
1. M1 – Man (Tenaga kesehatan dan pasien)
DIREKTUR
a. Struktur Organisasi Ruang Tulip
dr. Nungky Taniasari, M. ARS

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN


dr. Warih K.

KA BID KEPERAWATAN Perawat Pelaksana


Emil C., S. Kep., Ns. Desi Duriastutik, S. Kep.
Ns

Perawat Pelaksana
Miftakhul Huda, S. Kep. Ns

Kepala Ruangan
Rohella Mavasari, Amd. Kep

PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT

Nur Aini, S. Kep., Ns Febri Putri P,Amd., Kep. Nira Krisyanti, S.Kep., Ns. Nur K. E. F., S.Kep., Ns Reny Setiowati, S.Kep.,
Ns

PP SHIFT PP SHIFT33 PP SHIFT PP SHIFT


Dian Permatasari, Amd., Kep. Ajeng Kusuma, S.Kep., Ns Rofida Erlin D., Amd. Kep. Anggi Aristy, S.Kep., Ns.
BAB 3
Pengkajian M1-M5
1. M1- MAN
A. Tenaga dan pasien (M1/MAN)
Analisa ketenagaan jumlah tenaga keperawatan, latar belakang pendidikan,masa kerja
jenis pelatihan yang diikuti, struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien. Keunggulan dari Ruang Dahlia RSU
Anwar Medika adalah memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) dan SAK (Standar
Asuhan Keperawatan) yang menjadi acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
a. Diagram Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Ruang Tulip RSAM
No. Nama Tingkat Status Jabataan Pelatihan
Pendidikan Kepegawaian saat ini Sertifikasi
1. Rohella Amd. Pegawai Kepala PPGD
Mayasari
Kep. Tetap Ruangan
2. Nur Aini S. Kep., Pegawai PJ Shift BLS

Ns. Tetap
3. Febri Putri Amd. Pegawai PJ Shift BLS
Pertiwi
Kep. Tetap
4. Nira Krisiyanti S. Kep., Pegawai PJ Shift BLS dan
Pelatihan
Ns. Tetap CI
5. Nur Khomala S. Kep., Pegawai Perawat PPGD
Ekayanti F
Ns. Tetap Pelaksana
6. Reny Setiowati S. Kep., Pegawai Perawat PPGD

Ns. Tetap Pelaksana


7. Dian Permatasari Amd. Pegawai Perawat PPGD

Kep. Tetap Pelaksana


8. Ajeng Kusuma S. Kep., Pegawai Perawat PPGD

Ns. Tetap Pelaksana


9. One Yala Amd. Pegawai Perawat PPGD

Kep. Kontrak Pelaksana


10. Rofida Erlin Amd. Pegawai Perawat PPGD
Dinar
Kep. Kontrak Pelaksana
11. Anggi Aristy S. Kep., Pegawai Perawat BLS

34
Ns. Kontrak pelaksana
12. Ratna Yunita S. Kep., Pegawai Perawat BLS
pelaksana
Ns. Kontrak

GAMBAR DIAGRAM

Berdasarkan hasil observasi, di dapatkan data tingkat pendidikan pegawai adalah 58% S1
Keperawatan dan 42% D3 Keperawatan
b. Tenaga Medis di Ruang Tulip RSAM
No Klasifikasi Pasien Rata-rata jam Jumlah
perawatan
1. dr. Spesialis Anak 31 8 jam
2. dr. Spesialis Bedah 0 0
3. Farmasi 31 0
4. Radiologi 0 0
5. Ahli Gizi 31 0

c. Tenaga Non Keperawatan di Ruang Tulip RSU Anwar Medika


Data Tenaga Non Keperawatan Cleaning Service sebanyak 2 dan terbagi menjadi 3 sift
dan Libur bergantian dengan ruangan lain.
d. Program Pendididkan dan Pelatihan yang Dikuti oleh Perawat
DiagramPelatihan yang Diikuti Tenaga Keperawatan Ruang Tulip RSAM

35
Kesimpulan :
Data pelatihan yang pernah diikuti pegawai Di Ruang Tulip adalah CI sebanyak 8%,
BTCLS sebanyak 54% dan BLS sebanyak 38%.

36
e. Masa kerja tenaga keperawatan
Diagram Masa Kerja Tenaga Keperawatan Ruang Tulip RSAM

Jadi prosentase masa kerja tenaga keperawatan ruang tulip terbanyak dengan masa kerja
selama 3 dan 5 tahun masing – masing 25%, sedangkan prosentase kerja keperawatan
terendah dengan masa kerja selama 1 tahun dan 4 tahun masing- masing 8%.

f. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat 2018


Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan klasifikasi
dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu teori Self Care Deficit,
sedangkan untuk mengetahui kebutuhan tenaga perawat Ruang Tulip RSU Anwar Medika
tanggal 06-11 Januari 2020, kelompok menggunakan perhitungan tenaga menurut Metode
Douglas

No Klasifikasi dan Kriteria


1 Minimal Care (1-2 jam)
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaiandan
minum
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
3. Observasi tanda vital setiap shift
4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Partial Care (3-4 jam)
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi

37
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari 1 kali
4. Pakai foley kateter
5. Pasang infuse, intake out-put dicatat
6. Pengobatan perlu prosedur
3 Total Care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya
2. Posisi diatur
3. Pakai NG tube
4. Terapi intravena, pakai suction
5. Kondisi gelisah/ disorentasi/ tidak sadar

Data nilai standart jumlah perawat per shift berdasakan klasifikasi pasien.

BOR di Ruang Melati RSU Anwar Medika dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut :

BOR pasien di Ruang Tulip dari tanggal 06 Januari 2020 sampai dengan tanggal 17 Januari 2020
No. Pengkajian Pukul Bed BOR Capaian Target
Hari/tanggal Ruang Tulip
Terisi
1. 06Januari 2020 10.00 31 31/31 x 100% = 100% Capain Target
Ruang Tulip
2. 07Januari 2020 10.00 31 31/31 x 100 % = 100% yaitu 75%-
3. 08Januari 2020 10.00 19 19/31x 100 % = 61% 100%

4. 09Januari 2020 10.00 31 31/31x100% = 100%


5. 10Januari 2020 10.00 29 29/31x100% = 93%
6. 11Januari 2020 10.00 24 24/31x100% = 77%

Dari hasil perhitungan BOR yang dilakukan di Ruang Tulip dari tanggal 06 Januari 2020
sampai 11 Januari 2020 rata-rata BOR pasien adalah 88,5%.
Jadi dari hasil rata-rata BOR selama 6 hari sudah memenuhi capaian target ruang tulip
sebesar 88,5% (Capain Target Ruang Tulip yaitu 75%-100%)

Jumlah tenaga dan kebutuhan pasien

38
No. Tanggal Klasifikasi Jumlah Jam Jumlah jam Jumlah Los Day
pasien perawatan perawatan perawat
perhari

1 6 Jan 2020 Minimal 31 2 62 9 3,3


care

2 7 Jan 2020 Minimal 31 2 62 11 3,3


care
3 8 Jan 2020 Minimal 24 2 38 5 1,3
care
4 9 Jan 2020 Minimal 31 2 62 9 2,4
care
5 10 Jan 2020 Minimal 29 2 58 8 2,1
care
6 11 Jan 2020 Minimal 24 2 48 7 1,9
care

06 Januari 2020

No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam


kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 31 2 62
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 62

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job


9 perawat/24 jam 3,3 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
9 + 3,3 + 4 = 16,3 (dibulatkan menjadi 16 perawat )

07 Januari 2020

39
No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 31 2 62
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 62

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job


5 perawat/24 jam 3,3 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
5 + 3,3 + 4 = 12,3 (dibulatkan menjadi 12 perawat )

08 Januari 2020
No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 19 2 38
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 38

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job


5 perawat/24 jam 1,3 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
5+ 1,3 + 4 = 10,3 (dibulatkan menjadi 10 perawat )

09 Januari 2020
No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 31 2 62
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 62

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job

40
9 perawat/24 jam 2,4 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
9+ 2,4+ 4 = 11,4 (dibulatkan menjadi 11 perawat )
10 Januari 2020
No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 29 2 58
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 58

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job


8 perawat/24 jam 2,1 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
8+ 2,1+ 4 = 14,1 (dibulatkan menjadi 14 perawat )
11 Januari 2020
No Klasifikasi & Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
kriteria pasien perawat/pasi perawat
perhari en perhari perhari
1 Minimal care 24 2 48
2 Partial care - - -
3 Total care - - -
Jumlah 48

Jumlah Tenaga Perawat Loss day Nursing- Non job


7 perawat/24 jam 1,9 24 jam
Jadi tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia = Faktor Koreksi + Non
nursing job
7+ 1,9+ 4 = 12,9 (dibulatkan menjadi 13 perawat )

41
Ok

Emergency

IGD IRNA :
g. ALUR PASIEN
1. Tulip (Kelas 1,2,3)
2. Teratai (kelas 1,2,3)
3. Melati (kelas 2,3)
4. Dahlia (Kelas 1.2.3)
5. Sakura (kelas
vip,vvip)
PASIEN BARU/LAMA
Penunjang Medik
ASAL PASIEN :
1. lab PA/PA
1. Datang sendiri 2. Radiologi
2. Rujukan pukesmas 3. Foto
3. Rujukan Rs Pemerintah 4. Farmasi
4. Rujukan Dr.Praktek
5. Dll
Kasir Utama

KRS :

Keterangan

1. Sembuh
2. APS
3. Di rujuk
4. Meninggal

Loket Poli Poli yang di tuju Kasir Rawat Jalan Pulang

42
2. M2 (MATERIAL)
a. Lokasi dan denah ruangan

SELASAR
T8 GUDANG T6 T7 T4 T1 SPOEL T2
HOCK

Jarak
1,5 M
R.PERAW
KM/WCU R.BERM T5 T3 KM/WCU
T9 AT JAGA
T10 MUM AIN MUM
TANGGA RUANG
TULIP

GEDUNG UTARA LANTAI 2

TULIP 1 : 4 x 4 TULIP 10 : 4 x 4
TULIP 2 : 4 x 4 TULIP RUANG BERMAIN : 4 x 4
TULIP 3 : 4 x 4 NURSE STATION : 4 x 4
TULIP 4 : 4 x 4 WC : 2 x 1
TULIP 5 : 4 x 4
TULIP 6 : 4x 4
TULIP 7 : 8 x 6
TULIP 8 : 4 x 4
43
TULIP 9 : 4 x 4
b. Tabel Sarana yang terdapat di Ruang Tulip sesuai dengan Pedoman Teknis Sarana
dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2016

Kondisi di
No Sarana Standar Depkes Keterangan
Ruangan
1. Ruang Perawatan Kebutuhan ruang 1 Luas 1 ruangan Diruang Tulip
TT minimal 7,2 m2.
Kelas 1 : 4 x 4 Kelas 1 mendapat 2
m tempat tidur dan
Kelas I terdapat 1 mendapat ayunan
Kelas 2 : 4 x 4
TT dan kelas II
m Kelas 2 mendapat 2
terdapat 2 TT
tempat tidur
Kelas 3 :
Kelas 3 mendapat 3 dan
-4 x 4 m
8 tempat tidur
-8 x 8 m

2. Nurse Station 1 nurse station 1 nurse station Diruang Tulip ada


untuk melayani melayani 31 perputaran pasien, tetapi
maksimum 25 TT Tempat Tidur setiap hari terisi penuh
31 pasien
3. Ruang Konsultasi Ada Ada Jadi satu dengan nurse
station
4. Ruang Tindakan Ada Ada Di ruang Tulip ada ruang
tindakan untuk
pemasangan infus
5. Ruang Administrasi Ada Gabung dengan Gabung dengan nurse
nurse station station
6. Ruang kepala Ada Tidak ada Tidak ada ruang kepala,
ruangan rawat inap jadi gabung dengan
nurse station

44
7. Ruang linen bersih Ada Tidak ada Lemari linen bersih
gabung dengan ruang
perawat Tulip
8. Ruang linen kotor Ada Ada Linen kotor berada di
gudang ditampung
didalam bak tertutup dan
diserahkan ke laundry

9. Gudang kotor/ Ada Ada Gudang Berada di


spool hoek sebelah Tulip 8

Spool hoek berada di


sebelah Tulip 2
T KM/WC Luas setiap  luas setiap Menurut Depkes RI 1
KM/WC 2-3 m2 KM/WC 2x1 m KM/WC digunakan 1
kamar perawatan,
sedangkan diruang Tulip
untuk kelas I per ruangan
terdapat 1 KM/WC,
Kelas II per ruangan
terdapat 1 KM/WC
digunakan untuk 2
pasien,

Untuk kelas III


menggunakan kamar
mandi umum yg berada
diluar ruangan sebelah
Nurse Station

untuk KM/WC perawat


hanya ada 1 untuk 12
perawat dan khusus
untuk KM/WC Perawat

45
c. Peralatan dan fasilitas yang sesuai standar PERMENKES
NO NAMA ALAT YANG
SESUAI RUANG
PERATURAN MENTERI TULIP RSU
KESEHATAN REPUBLIK RATIO ANWAR KONDISI KETERANGAN
INDONESIA NOMOR 56 MEDIKA
TAHUN 2014 KELAS C
1 Bed Side Monitor/ Bed-Patient 1:1 31 bed Baik
Monitor/Patient Monitor
2 Defibrilator 1:1 - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
3 ECG/EKG/Electrocardiograph - - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
12 channels
4 ECG/EKG/Electrocardiograph 1:1 1 Baik
6 channels
5 Emergency 1:1 1 Baik
Trolley/Resucitation Crash
Cart
6 ENT Examinition set 1:1 - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
7 Film Viewer 1:1 - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
8 Infusion pump 1:1 1 Baik
9 Lampu periksa/Examinal 1:1 1 Baik
lamp/Hanging lamp
10 Matras Dekubitus 1:1 - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
11 Minor Surgery set 1:1 - - Disarankan untuk melengkapi sesuai standar
12 Nebulyzer 2/ruangan 3 Baik
13 Pen Light/Medical Flash Light 1/ruangan 1 Fungsi Pen Disarankan untuk melengkapi sesuai standar

46
Light di
gantikan
dengan
Senter
14 Pulse Oximeter/Pulse 1/ruangan 1 Baik
Oximeter/oksigen Saturasi

Kesimpulan :
Dari data yang didapatkan peralatan dan fasilitas yang sesuai standard PERMENKES dari 14 standard yang di tetapkan ruang Tulip memiliki 8
alat yang sudah sesuai standard, dan tidak memiliki alat yang sesuai standard sebanyak 6.

47
d. Fasilitas tiap kelas yang di miliki Ruang Tulip
No Nama barang Jumlah Kondisi KET
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1. Bed pasien 2 2 7 Baik
2. Almari 1 2 7 Baik
3. Standart infus 2 2 7 Baik
4. Kursi penunggu 2 2 7 Baik
5. Bantal 2 2 7 Baik
6. Pijakan kaki 2 2 7 Baik
7. Rak sandal 1 1 - Baik
8. Sketsel 2 3 6 Baik
9. Wastafel 1 1 - Baik
10. TV led 24' 1 - - Baik
11. 1 1 2 Kelas 3 hanya
AC ada 1 AC yang
menyala

12. Al Quran 1 - - Baik


13. Rak Al Quran 1 - - Baik
14. Jam dinding 1 1 1 Baik
15. Alat jemuran 1 1 - Baik
16. 2 1 7 Dari semua 31 Disarank
botol sota an untuk
terdapat 11 botol melengk
sota dalam api
kondisi kosong seluruh
Botol sota
botol
sota
dengan
isi
handrub
17. Tempat sota 2 1 7 Baik
18. Kipas exhouse - - - -
20. Bel 1 1 1 Baik
22. Urinal 1 1 - Baik
23. Pispot 1 1 - Baik

48
24. Timba 1 1 - Baik
25. Gayung 1 1 - Baik
26. Gantungan baju 1 1 - Baik
27. Cermin 1 - - Baik
28. Keset 1 1 - Baik
29. Pegangan kamar 1 1 - Baik
mandi
30. Regulator sentral 2 2 - Baik
31. Regulator tabung - - - -
32. Remote AC 1 1 - Baik
33 Remote TV 1 - - Baik
34. Kamar mandi 1 1 - Baik
35. Closet duduk 1 1 - Baik
36. Ayunan 1 - - Baik

e. Inventaris alat – alat medis


No Nama alat Jumlah Kondisi
1. Suction Pump 1 Baik
2. Nebulizer 3 Baik
3. Syringe Pump 1 Baik
4. Stetoscope 3 Baik
5. Sphygmomanometer 1 Baik
Aneroid Dewasa
6. Sphygmomanometer 2 Baik
Aneroid Anak
7. Termometer 7 2 kurang baik
5 baik
8. Lampu UV - -
9. ECG - -
10. Oximetri 1 Baik
11. Timbangan badan 2 Baik
12. Senter 1 Baik
13. Lemari es 1 Baik

49
14 Troly obat 4 Baik
15 Troly emergency 1 Baik
16 Termometer Lemari es 1 Baik
17 Tabung oksigen 2 Baik
18 Manometer 1 Baik
19 Bak instrumen 1 Baik
20 Kom 1 Baik
21 Gunting 2 Baik
22 Tensimeter 2 Baik
23 Lampu tindakan 1 Baik

f. Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan

No. Nama barang Jumlah Kondisi


1. Nurse Station 1 Baik
2. Lemari 2 1 rusak
3. Meja 2 Baik
4. Kursi 5 Baik
5. Kipas 3 Baik
6. Rak sepatu 1 Baik
7. Wastafel 1 Rusak
8. Jam dinding 1 Baik
9. Tempat sampah umum 1 Baik
10. Gordyn 3 Baik
11. Seperangkat Alat Sholat 3 Baik

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Nurse Station yang sudah ada telah
dimanfaatkan secara optimal oleh perawat.

g. Fasilitas Obat dan Alat Emergency

No Jenis Obat Jumlah Persediaan Keterangan


1. Dexamethasone Inj 4 amp
2. Diphenhidramin Inj 1 amp
3. Dopamin Inj -
4. Ephineprin Inj -

50
5. Furosemide Inj 1 amp
6. Lasik 1 amp
7. Aminophylin inj 1 amp
8. Phenytoin Inj 2 amp
9. Stesolid Inj/Valisanbe Inj 1 amp
10 Ventolin nebul 2 amp

Penyediaan obat dan alat emergency disesuaikan dengan standart penyediaan obat
yang telah ditentukan oleh rumah sakit

h. Standar Linen bidang Keperawatn Di Ruang Rawat Inap

NO NAMA BARANG RATIO


1. Sprei besar 1:5
2. Sarung Guling 1:6
3. Selimut Wool 1:5
4. Sprei 1:6-8
5. Sarung bantal 1:6
6. Sarung Kasur 1:1
7. Handuk Cuci Tangan 1:3

i. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan

NO NAMA BARANG RATIO


1. Kotak Obat Emergency 1/ruangan
2. Sapu Tindakan 1/ruangan
3. Meja Pasien 1:1
4. Tempat Tidur 1:1
5. Tempat Sampah Pasien 1:1
6. Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
7. Waskom mandi 2-8/ruangan
8. Dorongan O2 1/ruangan

j. Standar alat pencatatan dan pelaporan di ruangan rawat inap

NO NAMA BARANG RATIO


1. Formulir CCPT 1:2
2. Formulir SOAP 1:3
3. Formulir BHP 1:2
4. Formulir lembar observasi 1:2
5. Formulir lembar pengobatan 1:2
6. Formulir persetujuan operasi 1:1

51
7. Formulir laboratorium 1:2
8. Formulir rongent 1:1
9. Formulir permintaan darah 1:1
10. Formulir keterangan kematian 2 lembar/bulan
11. Resep 6 bendel/bulan
12. Formulir permintaan konsultasi 1:2
13. Formulis assesment nyeri 1:1
14. Formulir asessement jatuh 1:1
15. Komputer 1/ruangan
16. Penghapus pensil 1/ruangan
17. Buku folio 7/ruangan
18. White board 1/ruangan
19. Perforator 1/ruangan
20. Staples 1/ruangan
21. Pencil 1 /ruangan
22. Spidol white board 3/ruangan
23. Surat keterangan opname 2/ruangan
24. Surat keterangan istirahan dirumah 2/ruangan
25. Buku folio kecil 1/ruangan
26. Buku isi 38 lembar 10/ruangan

k. Administrasi Penunjang
1. Rekam medik atau status pasien (lembar penerimaan pasien baru, lembar identitas,
lembar pengkajian , laporan tindakan dan lembar observasi harian) :
Þ RM 1 : Ringkasan Pulang (Discharge Summary)
Þ RM 2 : Surat Pernyataan Umum Saat MRS
Þ RM 3 : Pelepasan Informasi Pasien
Þ RM 4 : Ringkasan Keluar Masuk
Þ RM 5 : Serah Terima Pasien
Þ RM 6 : Triase Pengkajian IGD
Þ RM 7 : Formulir Observasi IGD
Þ RM 8 : Asesmen awal pasien rawat inap
Þ RM 9 : Formulir Pemberian Edukasi Terintegrasi
Þ RM 10 : Catatan perkembang pasien terintegrasi
Þ RM 11 : Assesmen awal dokter
Þ RM 12 : Formulir Pemberian Edukasi
Þ RM 13 : Surat Permintaan Konsultasi
Þ RM 14 : Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Þ RM 15 : Catatan Perkembangan Keperawatan (SOAP)
Þ RM 16 : Formulir Rekonsiliasi obat
2. Buku register dan sensus pasien rawat inap
3. Dokumen inventarisasi sarana dan prasarana ruangan
4. Buku visite dokter spesialis
5. Buku baca EKG

52
6. Buku ECHO
7. Buku resep
8. Buku rapat
9. Buku bon umum dan logistik
10. Lembar diagnosa keperawatan
11. Berbagai macam lembar persetujuan medis dan penolakan medis
12. Buku laporan jaga shif
13. Buku observasi suhu kulkas
14. Buku dokumentasi obat emergency
15. Sistem informasi Manajemen (SIM)

l. Pengelolah Sampah

Tempat sampah telah dibedakan antara limbah sampah medis , sampah non medis,
sampah botol infus, sampah vial dan ampul, sampah jamur & spuit (safety box).

Alur Pengelolahan Sampah/Limbah

SAMPAH MEDIS RUANGAN DI BUANG


DIPLASTIK BERWARNA KUNING DAN
NON MEDIS DIPLASTIK BERWARNA
HITAM

PLASTIK KUNING DIAMBIL PETUGAS


SAMPAH DENGAN GEROBAK LKUNING

PENGAMBILAN 2X PAGI DAN SORE

DIKUMPULKAN DI TPS B3 DI SEBELAH


INSTALASI FORENSIK DEKAT MASJID

DIKUMPULKAN DAN DITIMBANG


OLEH PETUGAS SAMPAH

SAMPAH MEDIS DIKELOMPOKKAN


BERDASARKAN JENIS YAITU VIAL,
SPUIT, AMPUL

PENGAMBILAN OLEH PIHAK KETIGA


SETIAP 2 X 24 JAM

53
3. (M3) METODHE
1. Penerapan MAKP
Dari hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 6 januari 2020 kepada
perawat Ruang Tulip, Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) diruang Tulip
menggunakan MAKP tim dengan kepala ruangan. Di setiap shift terdapat terdapat 1
Perawat penanggung jawab membawahi 2 perawat pelaksana. Perawat berpendapat
bahwa MAKP merupakan metode yang sesuai dengan ruangan.
Dari hasil kuesioner yang di sebar tanggal 10-01-2020 kepada Ruang Tulip Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Tulip menggunakan MAKP Tim
dengan kepala ruangan. Semua perawat di Ruang Tulip mengatakan mengetahui
tentang MAKP.

2. Timbang Terima
Dari hasil pengamatan dan wawancara Perawat operan dilaksanakan tepat waktu,
operan dilakukan oleh katim dan perawat pelaksana. Karu ikut timbang terima ketika
usai mengerjakan jobdisk sebagai Karu. Timbang terima dipimpin oleh Katim.
Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas serta didampingi pada
tanggal 6 januari 2020 kepada perawat ruang Tulip bahwa timbang terima dilakukan
setiap oper siftkatim.Timbang terima di Ruang Tulip menggunaka metode Tradisional
Hand Over dilakukan setiap pergantian shift di nurse station. Namun, timbang terima
tidak dilakukan di ruangan pasien. Pengoperan timbang terima berupa identitas pasien,
nomer bed pasien, diagnosa medis, keadaan umum atau keluhan utama, data obyektif,
data subyektif, masalah keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi dan
catatan serta terapi. Pelaksanaan timbang terima ini dilakukan oleh seluruh perawat
kepada perawat yang bertugas berikutnya. Pelaksanaan timbang terima
terdokumentasikan dibuku timbang terima yang sudah disediakan oleh ruangan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat timbang terima, didapatkan
bahwa timbang terima diruang Tulip lebih fokus pada masalah medis dan kegiatan
timbang terima dilakukan pada tiap pergantian shift.
Dari hasil Kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat Ruang Tulip di
dapatkan hasil dari 9 (80%) perawat menjawab timbang terima/operan dilaksanakan
tepat waktu dan 3(20%) perawat menjawab timbang terima/operan dilaksanakan tidak
tepat waktu. Dari 12(100%) perawat mengatakan ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima. Timbang dilakukan oleh Katim, PA, Karu ikut timbang terima ketika
usai mengerjakan jobdisk sebagai Karu.

54
3. Ronde Keperawatan
Dari hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 6 januari 2020 kepada 12
perawat mengatakan bahwa ruang Tulip belum melaksanakan ronde keperawatan.
.semisal di Ruang Tulip ada masalah atau ada kendala maka Ruang Tulip akan
memakai kolaborasi dengan Direktur,Dokter,Gizi,Farmasi,Laborat,Karu jika ruang
Tulip belum jadwalnya Ronde keperawatan.
Dari hasil kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat di Ruang Tulip di
dapatkan 12(100%) perawat mengetahui tentang ronde keprawatan. Dari 3 (20%)
pearawat mengatakan pelaksanaan Ronde Keparawatan sudah optimal dan 9 (80%)
perawat mengatakan pelaksanaan Ronde Keperawatan tidak optimal. Dari 9(80%)
mengatakan Tim dalam pelaksanaan kegiatan Ronde Keperawatan sudah dibentuk dan
dari 3 (20%) perawat mengatakan Tim dalam pelaksanaan kegiatan Ronde
Keperawatn belum dibentuk. Ronde Keperawatan Di Ruang Tulip belum berjalan
secara maksimal.

4. Supervisi Keperawatan
Dari hasil wawancara pada tanggal 6 januari 2020 kepada perawat ruang Tulip
pernah menerapkan supervisi dan Ruang Tulip memakai Program Supervisi Ilmiah,hal
yang dilakukan oleh Supervisi biasanya : Nebulezer, Infus set sewaktu pergantian
tanggal infus set yang sudah sesuai tanggal yang di tentukan.
Dari hasil Kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat di Ruang Tulip di
dapatkan 12(100%) perawat mengetahui tentang Supervisi,dari 12(100%) perawat
mengatakan terdapat format yang baku,terstruktur dan dokumnetasi supervisi, hasil
supervisi dan selalu ada umpan balik dari supervisor untuk setiap tindakan. Dari
12(100%) perawat mengatakan alat (instrumen) untuk supervisi tersedia secara
lengkap.

5. Discharge Planning (DP)


Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 6 januari 2020
Discharge planning di ruang tulip sudah dilaksanakan sesuai SOP yang ditetapkan
oleh RS (RM : 01) dengan metode tertul is dan memberikan HE sebelum pulang,
Dischard planning dilakukan pada saat pasien MRS dan sampai KRS. Ruangan
telah mempunyai kartu discharge planning untuk di bawa pasien saat kontrol.
Adapun format discharge planning antara lain ;
1) Identitas Pasien(nama, No. RM, tgl lahir, alamat)
2) Tanggal MRS dan KRS, diagnose Medis
3) Tanggal dan tempat kontrol (disertakanttd dr. yang bertanggung jawab)

55
4) Daftarobat (no, namaobat, dosis, jumlah, ket)
5) Perawatan di rumah (diet, aktivitas, perawatan luka, yang perlu di bawa saat
control misalnya hasil lab,CT Scan, fotorontgen, ekg/usg)
6) Inform consent bahwapasientelahmendapatpenyuluhan di atasolehperawat di
sertakantandatanganpasien/keluargadanperawat
Dari hasil kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat di Ruang
Tulip di dapatkan hasil 12(100%) perawat mengatakan DP telah dilakukan setiap
melakukan perencanaan pulang dan 12(100%) perawat mengatakan dp sudah
sesuai melakukan perencanaan pulang dan dilakukan pendokumentasian.

6. Sentralisasi obat
Dari hasil obsevasi dan wawancara dengn perawat tanggal 06-01-2020 sentralisasi
obat dilakukan secara optimal. Alur sentralisasi obat adalah obat diresepkan oleh
dokter kemudian perawat yang bertugas memberikan resep kepada depo farmasi rawat
inap.Lalu depo farmasi rawat inap memberikan obat kepada ruanganan sesuai yang
ada diresep. Saat memberikan dilakukan double check. Perawat memberikan obat
kepada pasien dan menjelaskan manfaat obat yang diberikan. Di ruang tulip, obat
dipisah sesuai dengan ruangan dan kepemilikan pasien.
Dari hasil Kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat di Ruang Tulip di
dapatkan hasil 12(100%) perawat mengetahui tentang sentralisasi obat,sudah
dilaksanakan secara optimal dan ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien. \

7. Dokumentasi keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat pada tanggal 06-01-
2022 mengatakan alur pendokumentasiaan keperawatan dilaksanakan ketika pasien
mulai masuk di Ruang rawat inap Ruang Tulip sampai pasien pulang.
Sistem pendokumentasian yang dilakukan diruang tulip sesuai dengan sistem SOR
(Source Oriented Record), POR (Problem Oriented Record) dan Progress Notes. Yaitu
sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi, dll.
Sistem pendokumentasian di Ruang Tulip berdasarkan SOAP yang di
dokumtasikan dalam CPTT (catatan perkembangan pasien terintegrasi).teknik
komunikasi yang efektif menggunakan SBAR dan di dokumentasikan di CPTT.
Pendokumntasiaan dilakukan satu kali pada setiap shift dan pendokumtasian
mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan utama, data objektif, data subjektif
dan tindakan keperawatan. di ruang tulip ada SOP untuk pedokumtasiaan asuhan
keperawatan.
No URAIAN BAGIAN SUMBER

56
1 Surat pernyataan pasien BPJS naik kelas Perawat
2 Form penempelan rujukan Perawat
3 Formulir persetujuan masuk rumah sakit Perawat
4 Assesment pasien Dokter/perawat
5 Pemantauan resiko jatuh pasien dewasa Perawat
6 Skala resiko jatuh Perawat
7 Lembar komunikasi SBAR. Perawat
8 Catatan perkembangan pasien terintegrasi Perawat/Dokter
9 Penempelan hasil lab Dokter/Perawat
10 Lembar hasil pemeriksaan USG Dokter/Perawat
11 Lembar hasil EKG Dokter/perawat
12 Grafik suhu nadi Perawat
13 Catatan pengobatan pasien Dokter/perawat
14 Lembar observasi Perawat
15 Lembar discharge planning Perawat
16 Lembar ASKEP Perawat

Dari hasil Kuesioner pada tanggal 10-01-2020 dari 12 perawat di Ruang Tulip
didapatkan hasil 12(100%) mengatakan sudah ada format pendokumentasian dan 100%
melakukan pendokumentasian dengan tepat waktu.

9. Kesimpulan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) diruang Tulip menggunakan


MAKP tim dengan kepala ruangan. Timbang Terima dilaksanakan berdasarkan
pergantian shif yaitu 3 kali pukul 07.00, 14.00,21.00, dan untuk penyampaiannya yaitu
tertulis, lisan dan dilanjutkan ke ruang pasien, namun sebagian kecil belum sesuai SOP
hanya timbang terima di ruangan antar perawat jaga . Untuk Ronde Keperawatan
Ruang Tulip belum melaksanakan Ronde Keperawatan . Untuk supervisi sudah
dilaksanakan, dan yang bertugas melakukan supervise hanya supervise rumah sakit.
Untuk dischar planing sudah dilaksanakan pendokumentasian dengan metode tertulis .
Dan untuk Sentralisasi obat pada Ruang Tulip ini sudah terlaksana dengan cukup baik

57
dan sesuai SOP.Untuk dokumentasi keperawatan di Ruang Tulip sudah di laksanakan
dengan tepat waktu dan ada format pendokumentasiannya.

58
4. M4 (MONEY)
Sebagaian besar pembiayaan ruangan berasal dari RS yang diperoleh dari PT. RSU
ANWAR MEDIKA. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar diperoleh dari
BPJS, JKN, Mandiri, dan Swasta. Biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai
dengan kelas perawatan.
NO KELAS
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Biaya Kamar Rp. 275.000 Rp. 225.000 Rp. 200.000
Biaya Konsul Visite Dokter Rp. 85.00 Rp. 80.000 Rp. 75.000
Jasa Perawatan Rp.70.000 Rp. 65.000 Rp. 55.000
Biaya Makan Rp. 18.000 Rp.15.000 Rp.10.000
BHP Dasar Rp.10.000 Rp.10.000 Rp10.000.

Jumlah Pasien dan Pembiayaan Di Ruang Melati RSAM pada Bulan Januari
2020

NO Pembiayaan/sumber dana Jumlah Pasien


1. BPJS 230
2. Umum 2
3. Asuransi 2
Total 234

59
Diagram Grafik

Kesimpulan
Bahwa yang menggunaan BPJS sebesar 98%, Asuransi 1% dan Umum 1% jadi
pasien yang menggunakan biaya rawat inap rata-rata menggunakan BPJS. Menurut
Depkes 2016 pada pasal 18 bagian kedua perhitungan tarif adalah bahwa perhitungan
tarif rawat inap dibedakan berdasarkan kelas perawatan dengan ketentuan sebagi
berikut:

a. Kelas III (tiga) ditetapkan lebih kecil dar kelas II (dua)

b. Kelas II (dua) ditetapkan sesuai titik impas (breakeven point), dan

c. Kelas selain a dan huruf b, ditetapkan lebih besar dari kelas II (dua) dengan besaran
yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.

Dan pada pasal 15 bagian kesatu komponen tarif, bahwa tarif Rumah Sakit untuk
kegiatan pelayanan diperhitungkan berdasarkan komponen jasa sarana dan jasa
pelayanan pada rawat jalan, rawat inap, dan rawat darurat.

Sistem pembayaran
Jika pasien ingin bertanya mengenai berapa bany ak biaya yang dihabiskan
selama perawatan diruangan, keluarga pasien dapat menanyakan langsung pada

60
perawat di ruangan dan disampaikan secara lisan dalam bentuk billing dan diinputkan
pada kasir untuk pembayaran.

Berdasarkan dengan pengkajian yang dilakukan didapatkan data bahwa RSU


Anwar Medika bekerja sama dengan banyak pihak baik itu perusahaan, pendidikan,
maupun asuransi.
No Nama asuransi
1. BPJS Ketenagakerjaan

2. BPJS kesehatan

3. Asuransi Aviva ( Astra Aviva Life )

4. Asuransi ABDA

5. Asuransi inhealth indemnity mandiri

6. Asuransi Jasaraharja

7. Asuransi CAR

8. Asuransi Bni Life

9. Asuransi umum Mega / Mega health

10. Asuransi Adira

11. Asuransi Equity

12. Asuransi Tugu Mandiri

13. Asuransi Allianz

14. Asuransi ACA

15. Asuransi Lippo General

16. Asuransi Manulife

17. Asuransi Reliance

18. Asuransi AIA

19. Asuransi ASTRA

20. Asuransi MNC Life (Pon Pacific)

21. Asuransi AXA

22. Asuransi Murana Bintang

23. Asuransi Wana Artha Life

61
24. Asuransi Sinarmas MSIG

25. Asuransi Great Eastern

26. Asuransi Generasi Indonesia

27. Asuransi Sinar Mas

28. Asuransi HaKM

29. Asuransi Prudential

30. Asuransi ACE Jaya Proteksi

62
5. M5 (MARKETING)

1. Kerjasama dan Pemasaran


Rumah Sakit Anwar Medika bekerja sama dengan beberapa perusahan dan
Asuransi yang sudah lama bekerja sama dengan RSU Anwar medika
nonadmedika maupun admedika.
2. Pemasaran Dalam Bentuk Melalui :
a. Getok tular
b. Terdapat brosur dan sapanduk diseluruh area Rumah Sakit
c. Promosi kesehatan berupa penyuluhan ke sekolah dan masyarakat
d. Bekerjasama dengan koran dan radar Sidoarjo maupun perguruan tinggi
e. RSU Anwar Medika merupakan RS Tipe Terakreditasi JCI
g. Web RS : www.rsanwarmedika.com
3. Program rutin RSU Anwar Medika
a. Mengadakan sunatan masal CSR 1 tahun
b. Penangulangan bencana alam (disater)
c. Penyuluhan kesehatan/PKRS dilaksanakan 2 minggu sekali
d. General check up dengan perusahan
e. Program IHT(inhouse training) disetiap karyawan RS
f. Forensik
g. General X-Ray dengan daya tembus 500MA
h. Screening rutin kesehatan gigi dan mulut
i. Fun bike
j. Operasi katarak dan kelainan mata
h. Satu-satunya fisoterapi di Krian dan sekitarnya.

Kesimpulan :

. RS.Anwar Medika sudah banyak bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan
asuransi.Pemasaran yang dilakukan melalui media elektronik, online dan cetak tidak

63
hanya itu, pihak Rumah Sakit Anwar Medika juga melakukan kegiatan rutin dalam rangka
menyebarkan informasi RS lebih dekat kepada masyarakat.

Mutu Pelayanan Keperawatan

a. Keselamatan Pasien
Berdasarkan sasaran Keselaatan Pasien (SKP) yang dikeluarlkan oleh standart
Akreditasi Rumah sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation, maka sasaran
tersebut meliputi 6 elemen berikut :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
 Pasien diidentifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
 Pasien didientifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedure
 Kebijakan dan prosedure mendukung praktik identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.

Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)

 Perintah lisan dan yang memilalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima parintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu dalam melakukan
verifikasi terhadap akurasi dari komunikaso lisan melalui telepon.

Sasaran III : Peningkatan kemanan obat yang perlu diwaspadai (high-alertmedication)

 Kebijakan dan atau prosedur dikembankan untuk menatur identifikasi, lokasi,


pemebrian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
 Kebijkan dan prosedure diimplementasikan.
 Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja
di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses.

Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedure, tepat pasien operasi.

Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

64
 Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
baru-baru ini diterbutkan dan sudah diterima secraa umum (antara lain dari WHO
Patient Safety).
 Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
 kebijakan dan atau prosedure dikembangkan untuk mendukung pengurangan
secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Sasaran VI : Penguranagn resiko pasien jatuh.

 Rumah sakit menerapkan proses assesment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asaament dianggap beresiko.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
 Kebijakan dan atau prosedure mendukung pengurangan berkelanjutan dari resiko
cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Indikator keselamatan pasien, sebagimana dilaksanakan di SHG (Singapore General


Hospital, 2006) meliputi :

1) Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja
perawat, model tempat tidur.
2) Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respon perawat terhadap pasien, dan peraturan rumah sakit.
3) Clinical incident diantarnya jumlah pasien flebitis, jumlah pasien ulkus dekubitus,
jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru
karena pemberian cairan yang berlebih.
4) Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya ketrampilan
perawat, dan komplain pasien.
5) Medication indicator, meliputi tepat jenis obat, dosis, pasien, cara pemberian, dan
waktu pemberian.

Indikator Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Anwar Medika

1. Indikator Rawat Inap


a. Kelengkapan assasment awal keperawatan dalam 24 jam
b. Ketepatan waktu pemberian obat
c. Ketepatan pemberian cairan infus
d. Kejadian infus blong

65
e. Angka reaksi tranfusi darah
f. Ketepatan pemberian tranfusi
g. Kelengkapan dan ketepatan pengisian petunjuk pasien pulang
h. Kehilangan alkes dan non alkes masing-masing unit
i. 10 diagnosa terbesar rawat inap
j. Tidak adanya kejadian linen yang hilang
k. Pelaksaan SBAR waktu konsul DPJP perteepon
2. Indikator International
a. Penggunaan aspilet pada kasus infark miokard akut (IMA)
b. Penggunaan furosemide pada kasus gagal ginjal
c. Rawat bersama pasien stroke dengan rehab medik
3. Indikator Keselamatan Pasien
Ketepatan identitas pasien : Terpasang gelang identitas pasien rawat inap yang terdiri
dari nama, tanggal lahir, dan nomor register rekam medis.
4. Indikator Peningkatan Mutu Pelayanan Di Ruang Rawat Inap Tulip
a. Angka Kejadian ILO
b. Angka Kejadian ISK
c. Angka kejadian Phlebitis
d. Angka Kejadian Ulcus Decubitus
e. Angka Reaksi Transfusi Darah
f. Kelengkapan pengisian format timbang terima IGD ke ruangan
g. Kepatuhan jam visite dokter
h. Kepatuhan terhadap Cllinical Pathway
i. Ketepatan pemberian gelang identitas pasien
j. Tidak adanya pasien jatuh
k. Angka Kejadian Petugas Tertusuk Jarum

Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 06 – 11 januari 2020 di Ruang Tulip RSU
Anwar Medika didapatkan data sebagai berikut :

a. Angka Kejadian ILO : sudah sesuai standart


b. Angka Kejadian ISK : sudah sesuai standart
c. Angka kejadian Phlebitis : sudah sesuai standart
d. Angka Kejadian Ulcus Decubitus : sudah sesuai standart
e. Angka Reaksi Transfusi Darah : sudah sesuai standart
f. Kelengkapan pengisian format timbang terima IGD ke ruangan : sudah sesuai
standart
g. Kepatuhan jam visite dokter : sudah sesuai standart
h. Kepatuhan terhadap Cllinical Pathway : sudah sesuai standart
i. Ketepatan pemberian gelang identitas pasien : sudah sesuai standart
j. Tidak adanya pasien jatuh : sudah sesuai standart
k. Angka Kejadian Petugas Tertusuk Jarum : sudah sesuai standart

1. Bor (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


Januari 2020
Tanggal Jumlah Pasien

66
06 januari 2020 31 Pasien
07 Januari 2020 31 Pasien
08 Januari 2020 19 Pasien
09 Janauri 2020 31 Pasien
10 Januari 2020 29 Pasien
11 Januari 2020 24 pasien
Jumlah 165 Pasien
Sumber : Data Primer, 2020
Diketahui :
Jumlah tempat tidur : 31 tempat tidur

Keterangan : TT (Tempat Tidur)


No Pengkajian Hari/ Pukul Bed BOR
tanggal
1. 06 Januari 2020 10.00 31 31/31 x 100% = 100%
2. 07 Januari 2020 10.00 31 31/31 x 100% = 100%
3. 08 Januari 2020 10.00 19 19/31 x 100% = 61%
4. 09 Januari 2020 10.00 31 31/31 x 100% = 100%
5. 10 Januari 2020 10.00 29 29/31 x 100% = 93%
6. 11 Januari 2020 10.00 24 24/31 x 100% = 77%
Rata-Rata 88,5

Kesimpulan :
a. presentase 06 Januari 2020 : 100%
b. Presentase 07 Januari 2020 : 100%
c. Presentase 08 Januari 2020 : 61%
d. Presentase 09 Januari 2020 : 100%
e. Presentase 10 Januari 2020 : 93%
f. Presentase 11 Januari 2020 : 77%
Rata-rata prosentasi BOR di ruang Tulip RSU Anwar Medika adalah 88,5%
Ruangan Jumlah Bed Kondisi Baik Kondisi Rusak
Kelas I 8 8 0
Kelas II 6 6 0
Kelas III 17 17 0

Berdasarkan data diatas didaptkan bahwa jumlah total tempat tidur di Ruangan Tulip
adalah 31 buah. Rata-rata BOR dalam 6 hari sejak 06 Janauri sampai 11 Januari 2020
adalah 88,5% dengan demikian jumlah BOR di ruang Tulip sudah memenuhi standar yang
ada di RSU Anwar Medika.
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

67
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih lanjut data ALOS tanggal 06 Januari 2020 sampai 11
Januari 2020

ALOS = Jumlah Lama Rawat / Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati )

NO DIAGNOSA JUMLAH PASIEN PULANG LAMA RAWAT TOTAL


1 Febris 14 64 64/14 = 5,7
2 Vomiting 4 22 22/4 = 5,5
3 GEA 3 11 11/3 = 3,6
4 DF 3 13 13/3 = 4,3
5 Bronchitis 3 16 16/3 = 5,3
TOTAL 4,88

Keamanan Pasien
Angka kejadian pasien safety di Ruangan Tulip sudah terdokumentasikan diantaranya:
- KTD ( Kejadian tidak diinginkan)

Data yang didapatkan dari ruang belum ada kejadian tidak diinginkan

- PPI ( program pencegahan infeksi)

Tidak ada kejadian infeksi yang terjadi pada pasien di ruang tulip

68
Hasil dari Angket Kepuasan Pasien Terhadap Ruang Tulip

Kesimpulan Angket Kepuasan Pasien terhadap Ruang Tulip


Hasil dari angket kepuasaan pasien terhadap Ruang Tulip 77% pasien merasa puas dan
23% pasien tidak puas terhadap Ruang Tulip.

69
BAB 4
ANALISA SWOT

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M1 (MAN)
1. Internal Faktor

STRENGHT
1. Pegawai Ruang Tulip menerapkan 5S 0,25 4 1,2 S-W=
dan juga sangat disiplin dengan waktu.
2. Adanya pembagian kerja dan juga 3,9 – 0 = 3,9
penanggung jawab shift. 0,15 3 0,6
3. Perawat Ruang Tulip mayoritas sudah
mengikuti pelatihan dan diklat. 0,15 3 0,6
4. Adanya CI di Ruang Tulip 0,5 3 0,3
5. Jenis ketenagaan terdiri dari S1
Keperawatan (7 orang), DIII
Keperawatan (5 orang)
0,20 3 0,6
6. BOR di ruang Tulip sudah memenuhi
capaian target sebesar 88,5% (Capain
Target Ruang Tulip yaitu 75%-100%)
0,20 3 0,6
TOTAL 1 19 3,9
WEAKNESS
1. - 0 0 0
TOTAL 0 0 0
2. Faktor Eksternal

OPORTUNITY
1. Adanya program pendidikan dan 0,60 4 2,4 O–T=
pelatihan bagi perawat.
2. Semua pasien yang berada di ruang 4–3 =1
tulip mempunyai ketergantungan 0,40 4 1,6
minimal

TOTAL 1 8 4
THREATS
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari
masyarakat tentang pelayanan

70
kesehatan 1 3 3
TOTAL 1 3 3

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M2 (MATERIAL)
1. Internal Faktor

STRENGHT
1. Banyak dari barang yang ada diruang 0,20 3 0,6 = S-W
Tulip yang melebihi dari ratio yang
ditentukan. 4
1,2 = 3,6 - 3
2. Ruangan Tulip dikhususkan untuk 0,30
penanganan pada anak-anak 0,3 = 0,6
3. Diruangan terdapat administrasi 3
penunjang, buku injeksi, protap SOP 0,10
dan SAK. 0,10
4. Kapasitas tempat tidur sesuai dengan 4 0,4
standar akreditasi.
5. 99% peralatan dan fasilitas yang tidak 0,3
0,10
sesuai standart rawat inap menurut 3
kemenkes 2016.
4 0,4
6. Terdapat Nurse Station
7. Memiliki banyak barang yang tidak 0,10
4 0,4
tercantum di standart rawat inap 0,10
kemenkes 2016
Total 1 3,6
WEAKNESS
1. 1% peralatan dan fasilitas yang tidak 1 3 3
sesuai standart rawat inap menurut
kemenkes 2016.
Total 1 3
2. Faktor Eksternal

OPORTUNITY
1. Adanya dukungan kepala ruangan untuk 1 3 3 =O–T
memenuhi sarana dan prasarana sesuai
standar yang telah ditentukan. =3-3

=0

71
Total 1 3
THREATS
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,50 3 1,5
masyarakat untuk ruang rawat inap yang
memadai.
2. Persaingan tinggi antar rumah sakit
dengan mengedepankan sarana dan 0,50 3 1,5

prasarana yang lebih bermutu dan


berkualitas.
Total 1 3

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
MAKP
STRENGHT
1. RS sudah memiliki, visi, misi dan motto 0,70 4 2,8 S-W =
sebagai acuan melaksanakan kegiatan
=4 – 2
pelayanan.
2. Sudah ada model MAKP yang digunakan =2

dan berjalan optimal sesuai modelnya yaitu 0,30 4 1,2


tim.

TOTAL 1 4
WEAKNESS
1. Di ruangan tidak memiliki SOP untuk 1 2 2
model MAKP tim.
Total 1 2
3. Faktor Eksternal

OPORTUNITY

72
1. Model keperawatan fungsional di lakukan 1 4 4 =O–T
dalam semua kasus asuhan keperawatan dan
=3-3
tidak berfokus atau dibebankan pada satu
kasus saja, sehingga perawat mampu =0

menguasai banyak kasus.


Total 1 3
THREATS
1. Adanya tuntutan mutu pelayanan dari 1 3 3
rumah sakit sehingga diharapkan perawat
ruangan melaksanakan MAKP sesuai
prosedur yang ditentukan.

Total 1 3

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
TIMBANG TERIMA
STRENGHT
1. proses timbang terima selalu dilakukan oleh 0,25 3 0,75 S-W =
perawat jaga pada tiap pergantian shift
2. Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat =3 – 2
0,25
penanggung jawab ruangan, dan perawat 3 0,75 =1
pelaksana (kecuali untuk shiftsore ke malam
tanpa penanggung jawab ruangan).
3. Pengoperan timbang terima berupa identitas
pasien, data subjektif (keluhan utama
3 0,75
pasien), data objektif (hasil lab, hasil foto, 0,25
ECG, dll), intervensi baik mandiri maupun
kolaborasi yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan, planning pengobatan pasien.
4. Ruangan rawat inap lantai 2 memiliki SOP
untuk timbang terima.

73
0,25 3 0,75

TOTAL 1 3

WEAKNESS
1. Untuk timbang terima validasi ke pasien 1 2 2
belum di jalankan pada shift pagi,siang dan
malam.
Total 1 2

4. Faktor Eksternal

OPORTUNITY
1. Pelaksaan timbang terima yang benar 1 3 3 =O–T
terutama saat validasi ke pasien akan
=3-3
membuat pasien menilai bahwa perawat
memiliki sikap care terhadap pasien =0

dibuktikan dengan komunikasi terpeutik yang


baik
Total 1 3

THREATS
1. Penyampaian hasil timbang terima yang 1 3 3
tidak lengkap dapat berdapak pada
penurunan kepercayaan pasien terhadap
rumah sakit.

Total 1 3

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)

74
1. Internal Faktor
RONDE KEPERAWATAN
STRENGHT
1. - 0 0 0 S-W =

=0 – 2

=-2

TOTAL 0 0

WEAKNESS
1. Ronde keperawatan tidak pernah dilakukan. 0,25 2 0,5
2. bila ada kasus-kasus kompleks akan segera
berkolaborasi dengan 0,25 0,5

dokter,laborat,gizi,karu,apoteker. 0,5
3. Di ruangan tidak memiliki SOP untuk
melakukan ronde keperawatan. 0,25 0,5
4. Adanya sosialisasi mengenai ronde
keperawatan dan belum bisa di jalankan
0,25

Total 1 2

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. Adanya kesempatan dari Karu untuk 1 3 3 =O–T
mengadakan ronde keperawatan pada
perawat dan mahasiswa praktek. =3-4

= -1
Total 1 3

THREATS

75
1. Dengan ketidak adanya ronde keparawatan 1 3 4
dirumah sakit akan berbahaya jika terdapat
pasien dengan penyakit baru dan langka
sehingga memperburuk keadaan pasien jika
tidak dilakukan tindakan ronde keperawatan
secara cepat.
Total 1 4

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
SENTRALISASI OBAT
STRENGHT
1. Pengelolaan dan pengawasan obat dilakukan 0,25 3 0,75 S-W =
oleh perawat dan disimpan di loker obat yang
=3,5 – 2
ada di ruang perawat
2. Obat injeksi maupun oral yang akan 3 =-1,5
0,25
diberikan kepada pasien oleh perawat
0,75
ditempatkan di bak instrument dan diberi
nama pasien serta ditempeli etiket obat.
3. Informasi tentang pemberian obat diberikan
4 2
kepada keluarga setelah pemberian obat oleh 0,50
perawat.
TOTAL 1 3,5

WEAKNESS
1. Resep dari dokter diserahkan perawat ke 0,75 2 1,5
apotek dan diambil oleh perawat sendiri
sehingga dapat menambah beban kerja
perawat. 0,25 2 0,5
2. Tidak adanya SOP untuk sentralisasi
obat.
Total 1 2

76
2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. Adanya kemauan pasien yang menyetujui 1 3 3 =O–T
dilakukannya sentralisasi obat
= 3 – 2,25

= 0,75
Total 1 3

THREATS
1. Adanya tuntunan pasien untuk mendapatkan 0,75 2 1,5
pelayanan yang profesional
2. Pasien kadang tidak percaya tentang 3
pengelolaan obat yang dilakukan 0,25 0,75

Total 1 2,25

77
No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
SUPERVISI
STRENGHT
1. perawat mengerti tentang supervisi 0,25 3 0,75 S-W =
2. adanya hubungan kerja sama yang baik
0,25
antara kepala ruangan dengan staf 3 0,75 =3,25 – 3
3. adanya umpan balik dari supervision
3 0,75 =-0,25
untuk setiap tindakan 0,25
4. kepala ruangan mendukung kegiatan
supervisi 0,25 4 1

TOTAL 1 3,25

WEAKNESS
1. Tidak adanya SOP untuk Supervisi. 0,25 3 0,75
2. Supervisi di ruang rawat inap lantai 2 hanya
0,25 0,75
dilakukan oleh penanggung jawab ruangan
tidak ada petugas lain atau visitor yang 3

melakukan supervisi ke ruang rawat inap 3


lantai 2
0,25 0,75
3. Tidak ada penyampaian hasil supervisi ke
perawat, hanya penyampaian oleh pihak 0,25 3 0,75
internal saja.
4. Tidak pernah mendapatkan pelatihan
supervisi.
Total 1 3

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY

78
1. Adanya kerja sama yang baik antara institusi 1 3 3 =O–T
kesehatan dengan bidang keperawatan
=3–2

=1
Total 1 3

THREATS
1. Persaingan antar RS akan kualitas 1 2 2
pelayanan keperawatan.

Total 1 2

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
DISCHARGE PLANNING
STRENGHT
1. Perawat di ruang rawat inap selalu 0,75 3 2,25 S-W =
melakukan discharge planning setiap pasien
=3 – 3
masuk dan akan pulang.
2. Pada saat pasien pulang diberikan HE 3 =-0
0,25
(Health Education) oleh perawat agar
0,75
keluarga pasien bisa melakukan perawatan
sendiri, seperti jadwal kontrol dan rutin
minum obat.
TOTAL 1 3

WEAKNESS

79
1. Tidak adanya SOP untuk discharge planning. 1 3

Total 1 3

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. - 0 0 0 =O–T

=0–2

= -2
Total 0 0

THREATS
2. Adanya tuntunan mayarakat yang 1 2 2
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional.

Total 1 2

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
DISCHARGE PLANNING
STRENGHT

80
1. Sistem pendokumentasian di ruang rawat 0,50 3 1,5 S-W =
inap berdasarkan SOAP yang di
=3 – 2,25
dokumnetasikan dalam CPPT.
2. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada =0,75
setiap shift dan pendokumentasian mencakup
0,50 3 1,5
asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data objektif, data subjektif dan
tindakan keperawatan

Total 1 3

WEAKNESS
1. Tidak dialkukan pendokumentasian 0,50 2 1
dilembar asuhan keperawatan melainkan
hanya dilembar CPPT.
2. Tidak adanya SOP untuk d1okumentasi 0,25 2 0,5
keperawatan.
3. Banyak dokumentasi yang belum
dilengkapi seperti lembar resiko jatuh. 0,25 3 0,75

Total 1 2,25

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. - 0 0 0 =O–T

=0–2

= -2
Total 0 0

THREATS

81
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,50 2 1
mendapatkan pelayanan keperawatan
yang professional.
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,50 2 1
pentingnya kesehatan

1 2

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M3 (METHODE)
1. Internal Faktor
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
STRENGHT
1. Sistem pendokumentasian di ruang rawat 0,50 3 1,5 S-W =
inap berdasarkan SOAP yang di
=3 – 2,15
dokumnetasikan dalam CPPT.
2. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada =0,85
setiap shift dan pendokumentasian mencakup
0,50 3 1,5
asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data objektif, data subjektif dan
tindakan keperawatan

Total 1 3

WEAKNESS

82
1. Tidak dialkukan pendokumentasian 0,50 2 1
dilembar asuhan keperawatan melainkan
hanya dilembar CPPT.
2. Tidak adanya SOP untuk d1okumentasi 0,25 2 0,7
keperawatan.
3. Banyak dokumentasi yang belum
dilengkapi seperti lembar resiko jatuh. 0,25 3 0,45

Total 1 2,15

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. Kerjasama dengan pihak IT dalam 1 3 3 =O–T
pembuatan program/aplikasi pengisian rekam
=0–3
medik berbasis online.
= -3
TOTAL 1 3

THREATS
1. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi 1 3 3
dari pasien tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat.

1 3

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M4 (MONEY)
1. Internal Faktor
STRENGHT

83
1. Sumber pendapatan rumah sakit berasal dari 0,25 4 1 S-W =
pasien umum, BPJS dan asuransi lain.
2. Pembayaran pasien rawat inap dapat =4 – 3

dilakukan dengan mudah, pembayaran dapat 0,25 4 1 =1


dilakukan dengan tunai untuk pasien umum,
transfer untuk pasien BPJS yang akan cair
selama 3 bulan sekali setelah diklaimkan.
3. Pendapatan gaji pegawai sesuai dengan
0,25 3 0,75
standart UMR Kota Sidoarjo
4. Terdapat reward bagi pegawai bila keuntungan
atau laba mencapai target
0,25 4 1
Total 1 4

WEAKNESS
1. Untuk pasien BPJS biaya akan diklaimkan 3 1 3 3
bulan sekali, dimana harus dengan ketentuan
dan syarat yang ada

Total 1 3

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. Tidak menutup kemungkinan untuk 0,50 3 1,5 =O–T
memperluas kerja sama dengan perusahaan
= 3 – 3,5
lain untuk menambah pemasukan dana bagi
Rumah Sakit. = -0,35
2. Adanya pelatihan dan workshop bagi
0,50 3 1,5
pegawai
TOTAL 1 3

THREATS
1. Berdasarkan hasil survey dengan rumah 0,25 3 0,75
sakit swasta di Sidoarjo, kerja sama
dengan perusahaan atau asuransi lebih

84
sedikit ( 1,36 % )
2. Dengan tarif pelayanan yang lebih tinggi
pasien akan menuntut fasilitas kesehatan 3
0,25 0,75
yang lebih memadai
3. Banyaknya pelayanan di rumah sakit lain
yang menawarkan fasilitas dan pelayanan 4

yang lebih nyaman dan biaya yang 0,25 1


terjangkau.
4. Sebanyak 83,74% adalah pasien dengan
BPJS dan 14,9% adalah pasien umum
0,25 4 1
dan asuransi lain
Total 1 3,5

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

M5 (MARKET)
1. Internal Faktor
STRENGHT
1. Pemasaran melalui media cetak, online, dan 0,25 4 1 S-W =
media elektronik
2. Adanya variasi karakteristik dari pasien =4 – 0

(BPJS, Umum dan Asuransi Swasta) 0,25 4 1 =4


3. Sebagai tempat praktik mahasiswa
keperawatan D3 Kep maupun S1
Keperawatan.
4. Sampai saat ini belum ada kejadian tidak
diinginkan (KTD) 0,25 3 0,75
Sampai saat ini belum ada kejadian infeksi yang
terjadi pada pasien
0,25 4 1
Total 1 4

WEAKNESS

85
1. -

0 0 0

TOTAL 0 0

2. Faktor Eksternal
OPORTUNITY
1. Mahasiwa S1 Keperawatan praktik 0,3 4 1,2 O–T=
manajemen
2. Adanya kerjasama dengan perguruan tingi 0,3 4 1,2 4-3 = 1
3. Adanya kerjasama dengan asuransi dan
0.4 4 1,6
perusahaan

TOTAL 1 4

THREATS
1. Adanya peningkatan standar masyarakat
yang harus dipenuhi.
2. Persaingan antar RS setempat dalam 0.6 3 1.8

memberikan pelayanan keperawatan.

0.4 3 1,2
TOTAL 1 3

86
Keterangan :

1. M1 : Man (3,9 ; 1)
2. M2 : Matherial (0,6 ; 0)
3. M3 : MAKP (2 ; 0)
M3 : TT/ Timbang Terima (3,7 ; 0,6)
M3 : RK / Ronde Keperawatan (-2 ; -1)
M3 : SO / Sentralisasi Obat (1,5 ; 0,75)
M3 : SPVS / Supervisior (-0,25 ; 1)
M3 : DP / Discharge Planning (0 ; -2)
M3 : DK / Dokumentasi Keperawatan (0,85 ; -3)
4. M4 : Money (1 ; -0,35)
5. M5 : Market (4 ; 1)

Kesimpulan Diagram Layang :

87
 Kuadran I : Berdasarkan analisa swot untuk M1, M2, M3 (MAKP, TT, SO) dan
M5 di Ruang Tulip RSU ANWAR MEDIKA dalam posisi AGRESIF yang artinya
dalam keadaan yang harus dipertahankan atau dapat juga ditingkatkan lebih tinggi
agar tercipta kesempurnaan karena didukung oleh kekuatan (strength) dan
kesempatan (opportynity) yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan.

 Kuadran II : Berdasarkan analisa swot untuk M3 (Dokumentasi Keperawatan) dan


M4, posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
 Kuadran III : Berdasarkan analisa swot untuk M3 (SV dan DP), posisi ini
menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
 Kuadran IV : Berdasarkan analisa swot untuk M3 (RK), posisi ini membuktikan
sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Anjuran taktik
yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada
pada alternatif dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk memakai
strategi bertahan, mengontrol performa internal supaya tak semakin terjerembab.
Taktik ini dipertahankan sambil terus berusaha memperbaiki diri.

88
PRIORITAS MASALAH

c Masalah IFAS EFAS TOTAL


1. M1 3,9 1 4,9
2. M2 0,6 0 0,6
3. M3

MPKP 2 0 2
TT
RK 1 0 1
SO
SV -2 -1 -3

DP 1,5 0,75 2,25

DK -0,25 1 0,75

0 -2 -2

0,8 -3 -2,2
4. M4 1 -0,35 0,65
5. M5 4 1 5

Berdasarkan rumusan masalah diatas di dapatkan 3 masalah teratas yaitu :

1. M3 (DOKUMEN KEPERAWATAN)

2. M3 (DISCHARGE PLANNING)

3. M3 (SENTRALISASI OBAT)

89
BAB 5
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisa SWOT yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada M1,
M2, M3 (MAKP, timbang terima, sentralisasi obat, supervisi, discharge planning,
dokumentasi keperawatan), M5 berada pada kwadran 1 (Agresif). M4 Berada
pada kwadran II (Competitive) Bahwasannya ruang tulip RSU ANWAR
MEDIKA memiliki struktur dan strategi yang baik dan jelas karena
memanfaatkan peluang yang ada seperti perawat ruang tulip mengikuti program
pelatihan dan seminar yang diadakan organisasi lain dan M3 (ronde keperawatan)
berada pada kwadran 2 (Deversification), kwadran 3 (Coservative), kwadran IV
(devensive) yaitu ruang tulip RSU ANWAR MEDIKA harus lebih meningkatkan
inovasi agar pelanannya lebih memuaskan.

Saran

Kita sebagai perawat hendaknya menerapkan atau mengaplikasikan


management keparawatan dengan efektif dan melakukan proses keperawatan
sehingga dalam memberi pelayanan bisa dilakukan secara optimal. Mangemen
keperawatan dilakukan baik apabila dalam 1 team bisa berpartisipasi secara aktif
dan terus dilakukan perbaikan terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit,
diharapkan memberi pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya kepada pasien
maupun keluarga pasien. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memperoleh
kesehatan yang cepat dan tepat.

90
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, D. (2018). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Sidoarjo: Indo Medika Pustaka .
Batlajery, S. (2016). PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PADA
APARATUR PEMERINTAHAN KAMPUNG TAMBAT KABUPATEN
MERAUKE . JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VII, NO. 2.
Kemenkes. (2010). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 .
Kemenkes. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2014 .
Kurniasari, C. (2019). PERENCANAAN STRATEGI BERDASARKAN ANALISIS
MISI, VISI DAN SWOT RS DI BANTUL YOGYAKARTA . JURNAL ILMIAH
ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT .
Susanto, Z. (2017). ANALISIS SWOT SEBAGAI DASAR PERUMUSAN STRATEGI
PEMASARAN DI KLINIK PRATAMA PKU MUHAMMADIYAH
CANGKRINGAN . Proceeding Health Architecture.
Syamsuddin. (2017). PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN. JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 1, .

https://ngada.org/bn9-2016.htm

91
LAMPIRAN
INSTRUMEN STUDI DOKUMENTASI
PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PETUNJUK: BERI TANDA “V” BILA KEGIATAN DILAKUKAN

BERI TANDA “O” BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN

PERIODE: 06 Januari 2020 s/d 19 Januari 2020

Kode Rekam Medik Pasien


No. Askep Yang Dinilai Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Pengkajian Pengkajian
menggunkan
1. Mencatat data yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ sisem
di kaji sesuai
dengan pedoman
pengkajian.
2. Data dikelmpokkan
(bio-psiko-sosial-
spiritual). √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Data dikaji sejak
pasien masuk
sampai pulang.
4. Masalah
dirumuskan
berdasarkan
kesenjangan antara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
status kesehatan
dengan norma dan
pola fungsi
kehidupan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SUB TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TOTAL
B. Diagnosa Keperawatan
1. Dx.Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan
masalah yang telah
dirumuskan
2. Dx.Keperawatan
mencerminkan
PE/PES. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Merumuskan
diagnosa ke

92
perawatan
aktual/potensial.
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TOTAL
C. Perencanaan
1. Berdasarkan Dx. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keperawatan
2. Disusun menurut
urutan prioritas o o o o o o o o o o
3. Rumusan tujuan
mengandung
komponen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien/subjek,
perubahan,
perilaku, kondisi
pasien dan atau
kriteria waktu.
4. Rencana tindakan
mengacu pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tujuan dengan
kalimat perintah,
terinci dan jelas.
5. Rencana tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga.
6. Rencana tindakan
menggambarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kerja sama dengan
Tim Kesehatan
lain.

93
SUB TOTAL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
TOTAL
D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dilaksanakan
mengacu pada
rencana perawatan.
2. Perawat
mengobservasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
respon pasien
terhadap tindakan
keperawatan.
3. Revisi tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan hasil
evaluasi.
4. Semua tindakan
yang telah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dilaksanankan
dicatat ringkas dan
jelas.

SUB TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TOTAL
E. Evaluasi
1. Evaluasi mengacu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada tujuan.

94
2. Hasil evaluasi
dicatat.
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
TOTAL
F. Catatan Asuhan Catatan
Keperawatan asuhan
keperawatan
1. Menulis pada format menggunakan
yang baku. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sistem
2. Pencatantan terintegrasi
dilakukan sesuai
dengan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang dilaksanakan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Pencatatan ditulis
dengan jelas,
ringkas, isinya yang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
baku dan benar.
4. Setiap melakukan
tindakan/kegiatan
perawat
mencantumkan
paraf/nama jelas,
dan tanggal jam
dilakukanya
tindakan.
5. Berkas catatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan di
simpan sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku.

95
Diagram Grafik

Kesimpulan :

Jadi hasil yang di dapatkan dari hasil presentase Instrumen Studi Dokumentasi yaitu
Pengkajian sebanyak 17%, Diagnosa Keperawatan sebanyak 13%, Perencanaan sebanyak
22%, Tindakan Keperawatan sebanyak 17%, Evaluasi sebanyak 9%, dan Catatan Askep
sebanyak 22%.

96
97
98
99
100
101
102
103

Anda mungkin juga menyukai