Anda di halaman 1dari 5

A.

DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG KORONER

Langkah pertama dalam pengelolaan PJK ialah penetapan diagnosis pasti. Diagnosis
yang tepat amat penting, jika diagnosis PJK telah dibuat terkandung pengertian bahwa
penderitanya mempunyai kemungkinan akan dapat mengalami infark jantung atau
kematian mendadak. Dokter harus memilih pemeriksaan yang perlu dilakukan terhadap
penderita untuk mencapai ketepatan diagnostik yang maksimal dengan resiko dan biaya
yang seminimal mungkin. Berikut ini cara-cara diagnostik:

1. Anamnesis
Anamnesis berguna mengetahui riwayat masa lampau seperti riwayat merokok,
usia, infark miokard sebelumnya dan beratnya angina untuk kepentingan
diagnosis pengobatan
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dapat digunakan sebagai acuan pada
PJK adalah denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh dan kecepatan respirasi
3. Laboratorium Pada pasien angina stabil sebaiknya dilakukan pemeriksaan
profil lipid seperti LDL, HDL, kolesterol total, dan trigliserida untuk
menentukan faktor resiko dan perencanaan terapi. Selain pemeriksaan diatas
dilakukan pula memeriksaan darah lengkap dan serum kreatinin. Pengukuran
penanda enzim jantung seperti troponin sebaiknya dilakukan bila evaluasi
mengarah pada sindrom koroner akut
4. Foto sinar X dada X-ray dada sebaiknya diperiksa pada pasien dengan dugaan
gagal jantung, penyakit katup jantung atau gangguan paru. Adanya
kardiomegali, dan kongesti paru dapat digunakan prognosis
5. Pemeriksaan jantung non-invasif
a. EKG merupakan pemeriksaan awal yang penting untuk mendiagnosis PJK.
b. Teknik non-invasi penentuan klasifikasi koroner dan teknik imaging
(computed tomografi (CT) dan magnetic resonance arteriography. Sinar
elektron CT telah tervalidasi sebagai alat yang mampu mendeteksi kadar
kalsium koroner
6. Pemeriksaan invasif menentukan anatomi coroner Arteriografi koroner adalah
Pemeriksaan invasif dilakukan bila tes non invasif tidak jelas atau tidak dapat
dilakukan. Namun arteriografi koroner tetap menjadi pemeriksaan fundamental
pada pasien angina stabil. Arteriografi koroner memberikkan gambaran
anatomis yang dapat dipercaya untuk identifikasi ada tidaknya stenosis
koroner, penentuan terapi dan prognosis (Syafii*, S Aprianti*, 2016)

B. PATOFISOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER

Patofisiologis penyakit jantung koroner

1. Angina pektoris stabil Angina pektoris ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri dada
yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
Nyeri dada terutama saat melakukan kegiatan fisik, terutama dipaksa bekerja keras
atau ada tekanan emosional dari luar. Biasanya serangan angina pektoris berlangsung
1-5 menit, tidak lebih dari 10 menit, bila serangan lebih dari 20 menit, kemungkinan
terjadi serangan infark akut. Keluhan hilang setelah istirahat
2. Angina pektoris yang tidak stabil Pada angina pektoris yang tidak stabil serangan rasa
sakit dapat timbul pada waktu istirahat, waktu tidur, atau aktifitas yang ringan. Lama
sakit dada lebih lama daripada angina biasa, bahkan sampai beberapa jam. Frekuensi
serangan lebih sering dibanding dengan angina pektoris biasa .
3. Angina varian (prinzmetal) Terjadi hipoksia dan iskemik miokardium disebabkan
oleh vaso spasme (kekakuan pembuluh darah), bukan karena penyempitan progesif
arteria koroneria. Episode terjadi pada waktu istirahat atau pada jam-jam tertentu tiap
hari. EKG peningkatan segmen ST Sindrom koroner akut (SKA) Sindrom klinik yang
mempunyai dasar patofisiologi yang sama yaitu erosi, fisur, ataupun robeknya plak
atheroma sehingga menyebabkan thrombosis yang menyebabkan ketidak seimbangan
pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Termasuk SKA adalah angina pektoris
stabil dan infark miokard akut (Novita & Arovah, 2014)

C. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER


PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK
meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke
atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita.(24) Pada tahun 2002,
WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit
kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta)

Tanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia
yang lebih tua, secara patogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda
namun kejadian ini sulit untuk diestimasi . Diperkirakan sekitar 2 % – 6 % dari semua
kejadian PJK terjadi pada individu dibawah usia 45 tahun. Jumlah Kejadian Kematian
Jenis penyakit 7,2 jt 5,5 jt 0,3 jt 0,4 jt 0,9 jt 2,4 jt Pemeriksaan yang dilakukan pada usia
dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat diketahui terjadinya atherosklerosis pada
lapisan pembuluh darah (tunika intima) sebesar 50 % . Berdasarkan literatur yang ada
hal tersebut banyak disebabkan karena kebiasaan merokok dan penggunaan kokain serta
diabates mellitus dan dislipidemia yang dianggap merupakan faktor risiko dalam
perkembangan lebih awal terjadinya atherosclerosis. Secara umum angka kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di Indonesia belum diteliti secara akurat.
Di Amerika Serikat pada tahun 1996 dilaporkan kematian akibat PJPD mencapai
959.277 penderita, yakni 41,4 % dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk
meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah
diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat
penyakit ini. Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung
Koroner. (Satoto, 2014)

D. GEJALA KLINIS PENYAKIT JANTUNG KORONER

Seseorang kemungkinan mengalami serangan jantung, karena terjadi iskemia


miokard atau kekurangan oksigen pada otot jantung, yaitu jika mengeluhkan adanya
nyeri dada atau nyeri hebat di ulu hati (epigastrium) yang bukan disebabkan oleh
trauma, terjadi pada laki-laki berusia 35 tahun atau perempuan berusia di atas 40 tahun.
Sindrom koroner akut ini biasanya berupa nyeri seperti tertekan benda berat, rasa
tercekik, ditinju, ditikam, diremas, atau rasa seperti terbakar pada dada. Umumnya rasa
nyeri dirasakan dibelakang tulang dada (sternum) disebelah kiri yang menyebar ke
seluruh dada. Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung dan lengan
kiri. Keluhan lain dapat berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di ulu hati yang
penyebabnya tidak dapat dijelaskan. Sebagian kasus disertai mual dan muntah, disertai
sesak nafas, banyak berkeringat, bahkan kesadaran menurun. Tiga bentuk penyakit
jantung ini adalah serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama jantung.
(Kemenkes RI, 2014)
Kemenkes RI. (2014). Situasi kesehatan jantung. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 3.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Novita, O., & Arovah, I. (2014). Penegakan Diagnosis Penyakit. Medikora, 1(1), 23–35.
Satoto, H. H. (2014). Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 6(3),
209–224. https://doi.org/10.14710/JAI.V6I3.9127
Syafii*, S Aprianti*, H. (2016). CLINICAL PATHOLOGY AND Majalah Patologi Klinik Indonesia dan
Laboratorium Medik CLINICAL PATHOLOGY AND Majalah Patologi Klinik Indonesia dan
Laboratorium Medik. 2 Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 14(2).
https://doi.org/10.24293/ijcpml.v18i2.1003

Anda mungkin juga menyukai