Anda di halaman 1dari 3

1.

Pak Ismuni Kepala Bapenda Blitar


a. UU No 28 2009 ayat 4 pasal 87 perihal NJOPTKP sebesar 60 juta untuk setiap WP. Apabila
waris ditetapkan 300 juta. Agar direvisi UU tersebut karena nilai tanah setiap daerah
berbeda. Di blitar, nilai 60 juta sudah sangat tinggi untuk harga tanah.
b. Pasal 107 ayat 2 huruf c terkait dengan BPHTB. NJOP PBB di Blitar 6-7 kelas (600%). Untuk
PBB tidak terjadi persoalan karena tarif diturunkan, menjadi masalah ketika terjadi transaksi
jual beli dalam hal ini BPHTB. NJOP menjadi lebih tinggi dari nilai transaksi. Untuk
pengurangan BPHTB nya bagaimana?
c. Di Blitar, rata-rata penjual membebankan pajak pph kepada pembeli sehingga memberatkan
pembeli. Oleh Bapenda sudah di validasi BPHTB tetapi begitu sampai di KPP terdapat
perlakuan yang berbeda. Harapan agar 1 suara mengenai BPHTB yang sudah di validasi.
d. Agar dapat duduk bersama (daerah dan KPP) menghadapi permasalahan terkait PBB dan
BPHTB
e. Untuk pemenang lelang menerbitkan NPWP sementara, dengan saran dari ombusman agar
di buat PERBUP.
2. M. Torriq, kota Malang
a. PTSL. Ada 2 peraturan menteri agraria tahun 2016. Kedua aturan tersebut sepertinya tidak
terkoordinasi dengan baik antara kemenkeu, kemendagri dan agraria. Kemenkeu dan
kemendagri tidak paham mengetahui aturan tersebut. Dalam keterangan pajak bisa di tunda
tapi tertulis pajak terutang. Aturan lainnya, mewajibkan kepala BPN untuk melaporkan
kepada walikota terkait PTSL. Bpn tidak mengetahui berapa terutangnya. BPHTB yang
diwajibkan untuk dibayarkan adalah transaksi kedua. Harapan: Agar program PTSL ini tidak
menjadi potensi masalah dikemudian hari terutama perihal pajaknya. Dibuthkan aturan
yang jelas dan detail.
3. Wardini, Kab Belitung
Kasus: apakah dispenda dapat menagih BPHTB yang menjadi kewajiban penjual (saat penjual
dulu menjadi pembeli dari sebelumnya).

TANGGAPAN:

1. Kemendagri
a. Pertanyaan nomor 1:
- Dulu saat penyusunan UU, diusulkan nilai 20 - 30 juta. Tetapi masukan dari BPN, dalam
rangka mendorong masyarakat memiliki bukti sah (sertifikat) maka didorong oleh dewan
menjadi Rp.60 juta. Perbedaan nilai tanah didaerah sudah menjadi perhatian dari
kemendagri. Praktek saat di kantor pajak dulu, setiap transaksi. Tetapi karena dalam
peraturan, bahasanya adalah setiap wajib pajak. Saran: dapat mengirimkan surat ke
kemendagri dan kemenkeu.
- Saran: sebelum menyesuiakan NJOP dilaksanakan pendataan. Untuk pengurangan dll diatur
dalam UU. Ada tiga yang mendasari: atas permohonan, kepala daerah dan atas permohoan
wp kepala daerah dapat. Atas dasar tersebut dapat dilakukan. Kembali lagi kepada
peraturan daerahnya. Apakah diatur atau tidak.

Tanggapan dari KPP Pertanyaan nomor 2:

Bisa berbeda dasar pengenaan pajaknya. Tetapi ketika harga trasnaski lebih tinggi dari NJOP
maka dpp nya sama. Harusnya sama antara kpp dan BPHTB, itu gunanya penelitian formil.
Notaris wajib melampirkan pernyataan notaris, bukti transfer atau kuitansi pembelian.

Contoh harga tranksasi 100 juta. Njop 150 juta yang digunakan adalah BPHTB 150 juta. Untuk
PPH perhitungannya dari 100 juta bukan dari 150 juta.

Dalam penentuan harga pasar bisa menggunakan perbandingan dll. ASR sebesar 80% dari harga
pasar.

Harapan perihal validasi PPh dan BPHTB, bisa digabung apabil sudah online.

Permasalahan kab kota:


Nilai transaksi yang sudah divalidasi oleh kabupaten mentah lagi dibawa ke KPP. Sehingga
menimbulkan permasalahan ketidakpastian bagi wajib pajak.

Saran peserta:

- Kota BLITAR: Terkait NTKP dalam UU hanya disebutkan setiap wajib pajak saja. Setiap kali
bertransaksi, sepanjang NOP berbeda diberikan NPTKP. Minta referensi, tafsir dari uu
sehingga bisa 1 suara antara kab/kota seluruh indonesia.
- BPK memberikan fokus kepada BPHTB selain jual beli. Harga pasaar itu definisi nya seperti
apa. Yang diterapkan adalah, menggunakan NJOP. Ada kasus, setelah diwariskan dan
langsung di jual, BPK menghitung harga pasar menggunakan harga jual sehingga BPHTB
waris menjadi kurang bayar.

TANGGAPAN KEMENDAGRI:

Agar berkirim surat sebagai justifikasi ketika ada pertanyaan dari masyarakat atau PPAT.

Tanggapan pertanyaan dari Belitung oleh KPP Pratama

Seharusnya BPN dan notaris yang memberikan kontrol perihal pajak yang sudah dibayar. Ada klausul
perihal PPAT hanya bisa menandatangani apabila pajak sudah dibayar.

Untuk yang belum dibayar, selama masih dalam daluarsa pajak dapat di tagih.

KOTA BOGOR

Sharing pengalaman PTSL di Kota Bogor.

Sebelum dilakukannya koordinasi dengan pemda, BPN terlebih dahulu sosialisasi kepada masyarakat
bahwa biaya adalah gratis dan BPHTB boleh diutang. Kebijakan kota Bogor, SSPD BPHTB tidak dapat
divalidasi apabila masih terutang.

Sistem BPHTB sudah online antara BAPENDA, BJB, BPN dan PPAT.

Terdapat MOU pertukaran data antara KPP dan BAPENDA.

Tips: agar menghindari kata naik. Tapi menggunakan bahasa penyesuaian dengan harga pasar.

Saat dilakukan penyesuaian, diberikan pengurangan dengan tarif pengurangan berdasarkan persentase
kenaikan, semakin besar persentase kenaikan maka tarif pengurang nya juga semakin besar.

Apabila terdapat kasus berbeda penyesuaian NJOP yang berbeda untuk tanah bersebalahan, maka
disampaikan dasar perhitungan penyesuaian.

Khusus untuk ketetapan bagi warga miskin yang memiliki ketetapan sampai dengan 100 ribu diberikan
pengurangan 100%. Dasarnya pengajuan dari warga dan dibuktikan dengan KIS atau lainnya.

SESSION II

1. KABUPATEN AGAM, SUMBAR


Wajib pajak mengurus BPHTB sebelum PPh. Hasil penelitian, nilai transkasi jauh dari nilai
sebenarnya. Hasil kesepakatan dengan KPP, agar diselesaikan terlebih dahulu pph nya dengan
pertimbangan selama ini hasil validasi dari KPP nilai tranksasi selalu jauh lebih tinggi dari BPHTB.
Apabila hasil validasi BPHTB dan PPh tidak sama, apa yang menjadi dasar bagi PPAT dalam
mencatat.
2. KABUPATEN TANA TORAJA
Dalam proses validasi, yang diundang adalah PPAT. Kepada bupati disampaikan perihal PPATS
yang mencatat nilai transaksi tidak benar. Hasilnya target BPHTB terlampaui. ZNT telah
ditetapkan oleh BPN tanpa sepengetahuan BAPENDA. Harapan agar melalui forum ini dapat
duduk bersama dengan KPP Pratama, BPN dan Notaris dan menghasilkan rekomendasi perihal
BPHTB.
3. KABUPATEN KEBUMEN
Perihal regulasi khususnya dalam hal perizinan. Terdapat beberapa ketentuan yang kontradiktif.
Untuk pertukaran data, diharapkan ada dasarnya sehingga lebih mudah untuk dijalin kerjasama
khususnya dengan BPN. (kesulitan mengakses data BPN)
4. KABUPATEN KEDIRI, BU MEI
Terkait dengan PTSL. Permasalahan sama dengan Kota Malang dan Kota Bogor. Sikap terkait
validasi, sama dengan kota Bogor tidak boleh terutang.
Untuk rumah subsidi, tidak ada batasan luas tanah tidak ada ketentuan. Jika hanya
menggunakan dasar harga maksimal 130 juta tidak akan adil.
Validasi KPP sudah mengikuti nilai BPHTB.
5. Bu Andi
Penetapan nilai pasar tidak ada guide nya (peraturan)
Ada checklist dari KPK ada point perihal penerapan tax clearence. Untuk poin BPHTB,
terlaksanaanya rekonsiliasi host to host dengna BPN. Dan untuk KSP juga terlaksananya
rekonsiliasi host to host dengan KPP.
Harapan: agar pusat mewajibkan kepada KPP dan BPN untuk kewajiban rekonsiliasi host to host
dalam bentuk regulasi.

TANGGAPAN KPP PRATAMA:

1. KPP Pratama dan Pemkot Bogor sudah ada MOU.


2. Perihal proses validasi apakah akan terlebih dahulu ke KPP atau BAPENDA silahkan. Yang
dipanggil oleh KPP adalah wajib pajak. Apabila ada beda karena beda dasarnya. Untuk PPAT agar
mencatat sesuai nilai transaksi.
3. Dalam hal penerimaan, untuk NPWP cabang sudah dalam bentuk SK Walikota.
4. Tax clearence tidak dipungut biaya.
5. Agar dilakukan edukasi pajak. Di KPP diadakan kelas gratis sebulan sekali perihal pajak.
6. SPPT umumnya anggapan masyarakat adalah bukti kepemilikan pajak. Untuk di Kota Bogor akan
diterbitkan SPPT dalam bentuk elektronik sehingga menghindari kesalahpahaman di masyarakat
perihal SPPT.

TANGGAPAN DEPDAGRI

KSWP dalam permendagri memang agar dikurangi persayaratan

Terkait PTSL, KEMENDAGRI juga tidak diajak bicara oleh pertanahan.

Nanti akan disiapkan sistem yang terkoneksi antara berbagai lembaga oleh satgas kpk.

Apabila terdapat data yang menunjukkan bukti tranksasi, dapat diterbitkan SKPDKB.

Diharapkan, karena KPP (kemenkeu) kewenangannya lebih tinggi agar ada ASOSIASI PENGELOLA
PENDAPATAN UNTUK KABUPATEN KOTA di INDONESIA. Agar dapat mendorong revisi UU atau hal
lainnya yang diperlukan.

Penutupan:

1. Setiap kebijakan yang diamil oleh pemkot agar ada peraturan.


2. Pembentukan ASOSIASI PENGEOLAH PENDAPATAN DAERAH

Anda mungkin juga menyukai