Anda di halaman 1dari 23

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Akuntansi Sektor Publik

Yang dibina oleh Ibu Fitri Purnamasari

Oleh :

1. Alfira Shofi I (180422623201)


2. Amelia Nurlaily V.S (180422623185)
3. Asadinanda L.A (180422623125)
4. Awallia Misrina (180422623075)
5. Choirunnisa Asnan P (180422623057)
6. Okkie Amizar Pradana (180422623139)
7. Yisaq Kondy (180422623151)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
SEPTEMBER 2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi .................................................................................................................1
BAB I Pembahasan
1.1 Ruang lingkup dan karakteristik akuntansi pemerintah .....................................2
1.1.1 Ruang Lingkup .........................................................................................2
1.1.2 Karakteristik akuntansi pemerintahan ......................................................3
1.2 Keuangan Negara dan pengurusannya
1.2.1 Pengertian keuangan negara.....................................................................6
1.2.2 Pengelolaan keuangan negara ..................................................................7
1.3 Sistem akuntansi pemerintah pusat
1.3.1 Pemgertian .............................................................................................10
1.3.2 Ruang Lingkup .......................................................................................10
A. Tujuan dari SAPP .......................................................................................10
B. Karakteristik SAPP ....................................................................................11
C. Kerangka Umum SAPP ..............................................................................12
D. Jenis Laporan Keuangan ............................................................................12
E. Kekuasaan Pengelolaan Negara pada Pemerintah Pusat ............................14
1.4 Sistem Akuntansi Pusat
1.4.1 Proses Akuntansi Pada Sistem Akuntansi Pusat ...................................15
1.4.2 Mekanisme Pelaporan Sistem Akuntansi Pusat .....................................16
1.5 Sistem Akuntansi Instansi
1.5.1 Sistem akuntansi keuangan ....................................................................18
1.5.2 Sistem akuntansi barang milik negara ...................................................19
BAB II Penutup
Kesimpulan ............................................................................................................21
Daftar Pustaka ........................................................................................................22
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Pemerintahan


1.1.1 Ruang Lingkup
Hubungan akuntansi dan organisasi sektor publik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Berorientasi Laba (contoh: BUMN)
Organisasi yang bertujuan mencari laba.
2. Berorientasi non-laba tipe A (contoh: BUMN, Perum, Perjan dan
Pemerintah / Lembaga Otonom)
Organisasi yang sumber keuangannya diperoleh dari pendapatan penjualan
barang dan jasa.
3. Berorientasi non-laba tipe B (Pemerintah dan Organisasi selain no 1 dan
2):
Organisasi yang sumber keuangannya diperoleh dari selain penjualan
barang dan jasa.
Dari ketiga tipe tersebut, kesimpulannya adalah di tipe 1, organisasi sektor publik
akan penuh mengikuti pola pasar. Ini berarti kecenderungan ke perilaku swasta
amat tinggi. Di tipe 2 dan 3, organisasi sektor publik biasanya mengikuti pengaturan
akuntansi di sektor publik. Di dalam berbagai diskusi tipe 1 disebut grey area antar
sektor publik dan sektor swasta.

1.1.2 Karakteristik Akuntansi Pemerintah di Indonesia


Beberapa karakteristik akuntansi pemerintah (Karakteristik Akuntansi Sektor
Publik) antara lain:

 Tidak Berorientasi Laba

Lembaga pemerintah seperti kementerian biasanya tidak mencatat laba (profit)


negara karena lembaga pemerintah mencari laba karena pendapatan secara
keseluruhan didapat dari pemasuka negara yang bersifat memaksa berupa pajak
atau pendapatan lain yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pencatatan dalam akuntansi pemerintah tidak terdiri dari laporan laba (income
statement) dan perlakuan sesuai hakikat akuntansi yang terkait dengan hal itu.

 Kepemilikan Pemerintah Bersifat Kolektif Sesuai Konstituen

Kepemilikan seperti jenis modal dalam akuntansi oleh pemerintah tidak bisa
direalisasikan dalam bentuk kepemilikan modal (baca: pengertian modal dan jenis
jenis modal) yang dapat dialihkan kepada siapapun. Kalau ada konstituen/warga
negara sewaktu-waktu tidak puas terhadap kinerja pemerintah maka hak
kepemilikan negara tidak bisa diserahkan begitu saja. Begitu panjang dan rumitnya
mekanisme untuk menyalurkan aspirasi atau masukan kepada pemerintah tentang
kebijakan yang ditetapkan sehingga harus menunggu pemilihan umum selanjutnya
(lima tahun ke depan) untuk mengevaluasi keputusan pemerintah periode ini
sehingga bisa menjadi masukan untuk anggota DPR atau presiden yang terpilih
selanjutnya.

 Kontribusi Keuangan Tidak Terkait Secara Langsung dengan


Pelayanan (Jasa) Pemerintah

Pembayar pajak kemungkinan besar bukan merupakan pihak penerima layanan


terbesar dari pemerintah di negara mana pun karena pengenaan pajak biasanya
didasarkan pada kekayaan/kenikmatan yang dikonsumsi oleh pembayar pajak
sehingga kaum menengah ke atas biasanya memberikan subsidi kepada kaum
bawah. Pajak tidak dikenakan berdasarkan seberapa besar atau benyak jenis layanan
pemerintah yang dinikmati. Jika pemerintah menerapkan biaya layanan (perbedaan
biaya dan beban dalam akuntansi) biasanya dikenakan berdasarkan jumlah layanan
yang tidak meliputi seluruh biaya pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan.

 Keputusan Kebijakan dan Operasional Dibuat Oleh Lembaga


Perwakilan di Negara-Negara Penganut Demokrasi Indonesia

Anggota lembaga perwakilan di negara mana pun termasuk Indonesia berasal dari
berbagai latar belakang yakni dari partai politik atau bukan serta memiliki beragam
latar belakang pendidikan namun mereka dipaksa oleh berbagai pihak untuk
memutuskan berbagai persoalan yang kerap tidak sesuai dengan keahlian.

 Keputusan atau kebijakan wajib dibuat secara terbuka

Pencatatan akuntansi dan laporan-laporan lainnya yang berhubungan dengan


pelaksanaan keputusan harus bersifat terbuka sehingga siapapun bisa melihat dan
memeriksa agar korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin sedikit karena berkaitan
dengan sistem pengendalian manajemen sektor publik. Di Indonesia, sidang
pembahasan anggaran dibuka kepada publik dan melibatkan wartawan untuk
meliputnya sehingga anggaran dan pertanggungjawaban kegiatan bisa dievaluasi
oleh masyarakat dengan mudah.

 Dimungkinkan Adanya Pemakaian Lebih Dari Satu Jenis Dana

Sumber pendapatan pemerintah sangat banyak sehingga pemasukan bisa berasal


dari banyak sumber termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maka tidak
heran jika pemakaian dana untuk suatu kegiatan atau program pemerintah berasal
dari berbagai sumber.

 Akuntansi pemerintahan Bersifat Kaku

Akuntansi pemerintah sangat bergantung dengan peraturan perundang-undangan


sehingga pemakaiannya bersifat kaku atau tidak bisa ada tambahan apapun.
Akuntansi pemerintahan juga mencatat pengeluaran modal namun tidak
memerlukan perkiraan modal dan laba yang ditahan dalam neraca. Pemerintah juga
membuat pembukuan anggaran ketika anggaran tersebut sudah digunakan sesuai
rancangan anggaran.

1.2 Keuangan Negara dan pengurusannya


1.2.1 Pengertian keuangan Negara
Keuangan negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah, yang meliputi
uang dan barang yang dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki;
hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak ketiga yang
terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan/atau yang dijamin baik oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha, yayasan, maupun
institusi lainnya. Secara rimgkas, keuangan Negara adalah segala hak yang dapat
dinilai dengan uang dan bias menjadi milik Negara. Dalam hal ini negara
mempunyai hak yang dapat dinilai dengan uang, seperti:
1. mengenakan pajak kepada warga negara;
2. mencetak uang kertas ataupun logam;
3. mengadakan pinjaman paksa kepada warga negara.
Adapun kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang adalah:
1. menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat, seperti
pemeliharaan keamanan dan ketertiban, perbaikan jalan raya, pembangunan waduk,
pelabuhan, dan pengairan;
2. kewajiban membayar atau hak-hak tagihan pemborong, setelah barang/bangunan
diterima dengan baik oleh instansi pemesan.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN),
makna keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Pengertian keuangan negara memiliki substansi yang dapat ditinjau dalam
arti luas ataupun dalam arti sempit. Keuangan negara dalam arti luas mencakup:
1. anggaran pendapatan dan belanja negara;
2. anggaran pendapatan dan belanja daerah;
3. keuangan negara pada badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah.
Adapun keuangan negara dalam arti sempit hanya mencakup keuangan negara yang
dikelola oleh tiap-tiap badan hukum dan dipertanggungjawabkan masing-masing.
Dengan demikian, sesuai dengan pembahasan mengenai keuangan negara tersebut,
dapat dikatakan bahwa pembahasan mengenai keuangan negara Republik Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan mengenai masalah Anggaran Negara
Republik Indonesia, sebaliknya pembahasan mengenai Anggaran Negara Republik
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan mengenai keuangan negara.
Dengan kata lain, masalah Anggaran Negara berkaitan erat dengan masalah
keuangan negara.

1.2.2 Pengelolaan keuangan Negara


Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi
kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk
membantu presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada menteri keuangan selaku pengelola fiskal
dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
kepada menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran atau pengguna
barang kementerian negara atau lembaga yang dipimpinnya.
Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945,
menempatkan presiden sebagai penyelenggara pemerintahan negara. Presiden
memiliki kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan negara, meliputi apa yang
dalam trias politika disebut kekuasaan eksekutif. Kekuasaan penyelenggaraan
pemerintahan negara itu meliputi tiga kekuasaan pengelolaan keuangan negara,
yaitu kekuasaan otorisasi, ordonansi, dan kekuasaan kebendaharawanan.
Kekuasaan otorisasi adalah kekuasaan untuk mengambil tindakan atau keputusan
yang dapat mengakibatkan kekayaan negara menjadi bertambah atau berkurang.
Kekuasaan otorisasi dibedakan atas kekuasaan otorisasi yang bersifat umum dan
kekuasaan otorisasi yang bersifat khusus. Kekuasaan otorisasi yang bersifat umum
diwujudkan dalam bentuk kekuasaan membuat peraturan yang bersifat umum,
seperti menetapkan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Undang-Undang tentang Pokok Kepegawaian, Undang-Undang tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan sebagainya.
Kekuasaan otorisasi yang bersifat umum ini menurut sistem pemerintahan negara
RI, pelaksanaannya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPR. Artinya,
bentuk kekuasaan otorisasi, pertama-tama adalah undang-undang. Selanjutnya,
dalam undang-undang tersebut dapat pula memuat ketentuan bahwa bentuk
pelaksanaan otorisasi yang bersifat umum dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan yang tingkatannya lebih rendah dari undang-undang.
Kekuasaan otorisasi yang bersifat khusus diwujudkan dalam bentuk kekuasaan
untuk menetapkan surat keputusan, yang khususnya mengikat orang atau pihak
tertentu sebagai pelaksanaan keputusan otorisasi yang bersifat umum.
Kekuasaan ordonansi adalah kekuasaan untuk menerima, meneliti, menguji
keabsahan, dan menertibkan surat perintah menagih dan membayar tagihan, yang
membebani anggaran penerimaan dan pengeluaran negara sebagai akibat dari
tindakan otorisator. Pengujian dan penelitian yang dilakukan oleh ordonator
meliputi dasar haknya (wetmatigheids), dasar hukum tagihannya
(rechtsmatigheids), dan tujuannya (doelmatigheids).
Pendelegasian kekuasaan pengelolaan keuangan negara kepada pemerintah pusat
adalah sebagai berikut.
1. Kekuasaan otorisasi yang bersifat umum dilaksanakan sepenuhnya oleh presiden
dengan persetujuan DPR. Kekuasaan otorisasi yang bersifat khusus didelegasikan
kepada semua menteri yang menguasai bagian anggaran termasuk pejabat lain yang
ditunjuk secara resmi.
2. Kekuasaan ordonansi didelegasikan hanya kepada Menteri Keuangan. Akan
tetapi, mengingat begitu besarnya jumlah anggaran dan luasnya organisasi yang
menggunakan anggaran, maka dalam pelaksanaan fungsi ordonansi sehari-hari,
Menteri Keuangan melimpahkan kepada instansi vertikal di bawahnya, yaitu Seksi
Perbendaharaan pada kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. 123/ KMK.01/1995).
3. Kekuasaan kebendaharawanan didelegasikan kepada orang atau badan yang
menjalankan tugas sebagai bendaharawan yang meliputi:
a. Bendaharawan Umum Tugas Bendaharawan Umum adalah melakukan
penerimaan uang yang disetorkan kepada Kas Negara (APBN). Bendaharawan ini
juga berwenang mengeluarkan atau membayar uang atas dasar surat perintah yang
diterimanya, yaitu Surat Perintah Membayar (SPM) dalam pelaksanaan APBN.
Contoh Bendaharawan Umum adalah Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
b. Bendaharawan Khusus Penerima Bendaharawan ini hanya bertugas menerima
uang pungutan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Uang yang diterimanya
harus segera disetorkan ke Kas Negara.
c. Bendaharawan Khusus Pengeluaran Bendaharawan ini hanya bertugas
mengeluarkan uang. Berdasarkan peruntukan uang yang diurusnya, bendaharawan
ini dapat dibedakan dalam kelompok Bendaharawan Rutin Belanja Pegawai,
Bendaharawan NonBelanja Pegawai, Bendaharawan Proyek, dan Bendaharawan
Pemegang Uang Muka Cabang. d. Bendaharawan Barang Tugas bendaharawan
barang adalah menerima, meyimpan, dan mengeluarkan barang atas dasar perintah
pejabat yang berwenang (C.S.T. Kansil, 2002).
1. Sistem Administrasi Keuangan Negara
Administrasi keuangan negara merupakan kegiatan penataan kerja sama
sekelompok aparat pemerintah yang berkaitan dengan urusan keuangan.
Pengadministrasian tersebut harus mendasarkan hukum yang berlaku di negara atau
pemerintah yang bersangkutan di bidang keuangan (Syamsi, 1994). Pada pokoknya
pengelolaan keuangan negara terdiri atas pengurusan umum dan pengurusan
khusus. Pengurusan umum terdiri atas penguasa (pejabat) yang menguasai
anggaran (otorisator) dan penguasa (pejabat) yang berhak menerbitkan Surat
Perintah Membayar/SPM (ordonnateur). Adapun pengurusan khusus
(bendaharawan) terdiri atas bendaharawan umum, bendaharawan khusus untuk
pengeluaran tertentu, dan bendaharawan materiil. Bendaharawan khusus
pengeluaran tertentu terdiri atas bendaharawan uang yang harus
dipertanggungjawabkan (belanja rutin), bendaharawan uang yang harus
dipertanggungjawabkan (belanja pembangunan), dan bendaharawan pemegang
uang muka cabang (BPUMC). Para pejabat yang memegang “Pengurusan Umum”,
yaitu yang menguasai anggaran dan yang telah menerbitkan SPM tidak boleh
merangkap sebagai pejabat “Pengurusan Khusus/Bendaharawan”.
2. Otorisator Para pejabat (penguasa) yang menguasai anggaran berwenang
mengambil tindakan yang berakibat pengeluaran atau beban anggaran belanja
negara. Dalam mengambil tindakan tersebut, para pejabat harus memerhatikan
batas kredit yang tersedia dalam anggaran. Pembatasan ini merupakan pengawasan
preventif agar pengeluaran sebagai akibat dari tindakannya tidak melampaui dana
yang tersedia pada anggaran. Dengan kata lain, pengeluaran tersebut tidak
melampaui kredit yang telah ditetapkan. Setiap tindakan yang berakibat
pengeluaran atau beban anggaran belanja rutin harus diwujudkan dalam bentuk
Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Oleh karena itu, pejabat ini dinamakan
otorisator. SKO merupakan sarana untuk merealisasi pembayaran atas beban
anggaran belanja negara. Pejabat pertama yang bertindak sebagai otorisator adalah
presiden. Dalam praktiknya, wewenang diselenggarakan oleh para menteri/ketua
lembaga. Para menteri ketua lembaga suatu pimpinan departemen pemerintahan
bertugas melaksanakan pemerintahan umum dan pembangunan menurut bidangnya
masing-masing, dengan tujuan:
a. membangun dan memelihara negara hukum yang teratur;
b. membina kesejahteraan sosial dalam arti seluas-luasnya.
3. Ordonnateur Fungsi ordonnateur hanya diberikan kepada menteri keuangan,
yang dalam praktik penyelenggaraannya dilakukan oleh instansi vertikal Direktorat
Jenderal Anggaran c.q. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) yang
tersebar di seluruh Indonesia.
1.3 SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

1.3.1 PENGERTIAN
Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur,
baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah pusat.

1.3.2 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup SAPP adalah pemerintah pusat (dalam hal ini lembaga
tinggi Negara dan lembaga eksekutif) serta pemda yang mendapatkan dana dari
APBN (terkait dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan) sehingga tidak dapat
diterapkan untuk lingkungan pemda atau lembaga keuangan Negara.
Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku untuk seluruh unit organisasi pada
Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber
dari APBN serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
Tidak termasuk dalam ruang lingkup Peraturan Menteri Keuangan ini
adalah:
a. Pemerintah Daerah yang sumber dananya berasal dari APBD
b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
1) Perusahaan Perseroan; dan
2) Perusahaan Umum.

A. Tujuan dari SAPP


Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) bertujuan untuk:
a. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui
pencatatan,pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai
dengan standar dan praktik akuntansi yang diterima secara umum;
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan
suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien

B. Karakteristik SAPP
Untuk mencapai tujuan tersebut, SAPP memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Basis Akuntansi
Cash Toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
b. Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi
yaitu Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan
mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.
c. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara
berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.
d. Bagan Akun Standar
SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
e. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan
terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, akuntansi, dan pelaporan keuangan.

C. Kerangka Umum SAPP


SAPP terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu :
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh
Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).SA-BUN terdiri dari beberapa subsistem,
yaitu:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN);
b. Sistem Akuntansi Umum (SAU)
2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H);
3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD);
6. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP)
7. Sistem Akuntansi transaksi khusus;
8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data
untuk menghasilkan Laporan Keuangan.
Dalam pelaksanaan SAI, Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit
akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang.

D. Jenis Laporan Keuangan


Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR
sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan
kepada DPR, LKPP tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.
Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional
(LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen
laporan keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi.
c. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu.
d. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari
suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
e. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan
hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Dan
semuanya yang dilakukan hanyalah ilusi belaka,dan kita semua di tipu-tipu.
f. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan
diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi
yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-
komitmen lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan
keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan
pemerintah.

E. Kekuasaan Pengelolaan Negara pada Pemerintah Pusat


Diatur dalam UUD Pasal 6, 7, 8, 9, 10.
1.4 SISTEM AKUNTANSI PUSAT

Sistem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disingkat SiAP, adalah


serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan, dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
SiAP dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal
Perbendaharan (DJPBN) terdiri dari:
 Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan
Laporan Arus Kas (LAK) dan Neraca KUN;
 Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca SAU.

Pelaksanaan SiAP melibatkan unit pemroses data sebagai berikut:


a. KPPN;
b. Kanwil DJPBN;
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara
d. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK)

1.4.1 PROSES AKUNTANSI PADA SISTEM AKUNTANSI PUSAT


Prosedur pemrosesan data akuntansi dilakukan secara berjenjang,
dimulai dari:
a. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN memproses dokumen sumber untuk
menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan
Laporan Realisasi Anggaran termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran
yang melalui rekening KPPN. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN melakukan
rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi
dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya. KPPN menyusun Laporan
Keuangan tingkat KPPN dan menyampaikannya beserta data akuntansi berupa
ADK ke Kanwil Ditjen PBN selaku UAKBUN-Kanwil. Khusus KPPN yang
memproses data pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN) yang membebani
Rekening Khusus menyampaikan Laporan Keuangan beserta ADK-nya ke
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK)
b. Kanwil Ditjen PBN selaku UAKKBUN-Kanwil melakukan penyusunan
Laporan Keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, Laporan Realisasi
Anggaran, dan Neraca SAU berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan dari
seluruh KPPN di wilayah kerjanya dan data dari unit khusus. Kanwil Ditjen PBN
selaku UAKKBUN-KPPN melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran
dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya.
Kanwil Ditjen PBN mengirimkan Laporan Keuangan tingkat Kanwil beserta
ADKnya ke Dit. APK.
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) selaku UAKBUN-P DPKN
memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui Kantor Pusat
termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran yang melalui rekening KUN,
serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada Dit. APK
d. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) selaku UAPBUN
memproses data APBN, data dari Unit Khusus serta menerima data dari unit-unit
terkait dalam rangka menyusun laporan keuangan pemerintah pusat.

1.4.2 MEKANISME PELAPORAN SISTEM AKUNTANSI PUSAT (SiAP)


Mekanisme Pelaporan SiAP:
1. UAKPA mengirimkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca disertai
ADK ke KPPN setiap bulan sebagai bahan rekonsiliasi;
2. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN melakukan rekonsiliasi dengan
UAKPA setiap bulan;
3. KPPN mengirim semua file data setiap hari dan laporan keuangan setiap
bulan ke Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP;
4. KPPN yang khusus memproses data BLN mengirim semua file data
setiap hari ke DAPK;
5. UAPPA-W/Koordinator Wilayah menyampaikan file data dan laporan
keuangan wilayah secara bulanan ke Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP sebagai
bahan rekonsiliasi;
6. Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP selaku UAKKBUN-Kanwil
melaksanakan rekonsiliasi untuk tingkat wilayah dengan UAPPA-W/Koordinator
Wilayah setiap triwulan;
7. Kanwil DJPBN menyampaikan file data dan laporan keuangan setiap
bulan ke DAPK sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat;
8. Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan ADK dan laporan
keuangan secara triwulanan ke DAPK sebagai bahan rekonsiliasi;
9. Apabila diperlukan DAPK dapat melakukan rekonsiliasi laporan
keuangan tingkat eselon I setiap semester;
10. UAPA melakukan rekonsiliasi data dengan DAPK;
11. Dit. PKN dan unit terkait lainnya menyampaikan data berupa laporan
dan ADK ke DAPK selaku UAPBUN dalam rangka penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Pusat;
12. Presiden c.q. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan
menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada BPK tiap semester
dan tahunan;
13. BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
yang disampaikan Presiden.

1.5 SISTEM AKUNTANSI INSTANSI

SAI adalah serangkaian prosedur manual terkomputerisasi mulai dari


pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada kementrian negara/lembaga.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian


negara/lembaga yang memproses transaksi keuangan baik arus uang maupun
barang. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
Untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit
akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi. Unit Akuntansi Instansi (UAI)
terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan (UAK) dan Unit Akuntansi Barang (UAB).

SAI terdiri atas dua subsistem, yaitu:


1. SAK; subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan milik kementrian / instansi
2. SABMN; subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang
saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan informasi untuk menyusun neraca dan laporan Barang Milik
Negara serta laporan manajerial lainnya menurut ketentuan yang berlaku.

1.5.1 Sistem Akuntansi Keuangan

SAK seperti halnya SAU, menghasilkan LRA, Neraca, dan Catatan atas
Laporan keuangan, namun laporan keuangan yang dihasilkan tersebut merupakan
laporan keuangan pada tingkat kementrian / lembaga.

Dikarenakan dalam struktur organisasi kementrian / lembaga sangat


berjenjang dimulai dari kementrian/ lembaga sampai dengan kantor / satuan kerja,
maka dalam pelaksanaannya, dibentuk unit akuntansi keuangan pada jenjang-
jenjang tersebut. Proses akuntansi diawali dari unit terendah, yaitu unit akuntansi
pada level kantor. Laporan keuangan yang dihasilkan kemudian akan diberikan
kepada unit akuntansi diatasnya untuk digabung. Demikian seterusnya, sehingga
pada akhirnya akan diperoleh laporan keuangan pada tingkat kementrian / lembaga.

SAK terdiri dari :


a. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(SA- UAKPA);
b. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah (SA-UAPPA-W)
c. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Eselon I (SA-UAPPA-E1) dan
d. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (SA-
UAPA)

1.5.2 Sistem Akuntansi Barang Milik Negara


Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai / dihitung / diukur / ditimbang, tidak termasuk uang dan
surat berharga.

Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, Barang Milik Negara adalah semua


barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah. Contoh perolehan lainnya yang sah adalah hibah atau rampasan /
sitaan.

Transaksi yang dicatat dalam Akuntansi BMN mencakup: Perolehan,


Perubahan dan Penghapusan.
Saldo Awal, terdiri dari saldo BMN pada awal tahun anggaran berjalan atau
awal tahun mulai diimplementasikannnya SIMAK-BMN mencakup seluruh BMN
yang telah dimiliki sebelum tahun anggaran berjalan.

Perolehan BMN :
a. Pembelian, adalah terjadinya transaksi pertukaran dengan penyerahan
sejumlah uang untuk memperoleh sejumlah barang.
b. Transfer Masuk, merupakan perolehan BMN dari hasil transfer masuk
dari unit lain dalam lingkup Pemerintah Pusat tanpa menyerahkan sejumlah sumber
daya ekonomi.
c. Hibah, merupakan perolehan BMN dari luar Pemerintah Pusat tanpa
menyerahkan sejumlah sumber daya ekonomi.
d. Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan
berdasarkan putusan pengadilan.
e. Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari
hasil penyelesaian pembangunan berupa bangunan /gedung dan BMN lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
f. Pembatalan Penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil
pembatalan penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan/ dikeluarkan dari
pembukuan.
g. Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah
dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain.
f. Pelaksanaan dari Perjanjian/Kontrak, merupakan barang yang diperoleh
dari pelaksanaan kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna,
tukar menukar, dan perjanjian kontrak lainnya.

Tidak termasuk dalam pengertian Barang Milik Negara adalah barang-barang


yang dikuasai atau dimiliki oleh:

a. Pemda (bersumber dari APBD)


b. BUMN/ BUMD
c. Bank pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah
Dalam akuntansi pemerintah pusat, SABMN sebagai subsistem dari Sistem
Informasi Akuntansi bertujuan menghasilkan neraca dan laporan barang milik
daerah.

SIMAK-BMN terdiri dari :


a) Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (SA-
UAKPB)
b) Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Wilayah ( SA-UAPPB-W)
c) Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Eselon I (SA-UAPPB-E1) dan
d) Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (SA-UAPB)

Unit Akuntansi Barang, selain melakukan proses terhadap dokumen sumber


untuk menghasilkan laporan barang milik negara, juga wajib berkoordinasi dengan
Unit Akuntansi Keuangan untuk penyusunan nerac serta dalam pembuatan catatan
atas laporan keuangan khususnya catatan mengenai barang milik negara.
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur,
baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampaidengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah pusat.Ruang lingkup SAPP adalah pemerintah pusat (dalam hal ini
lembaga tinggi Negara danlembaga eksekutif) serta pemda yang mendapatkan
dana dari APBN (terkait dana dekonsentrasidan tugas pembantuan) sehingga tidak
dapat diterapkan untuk lingkungan pemda atau lembagakeuangan Negara.SAPP
terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu :
• Sistem akuntansi Pusat (SiAP) terdiri atas:
1. SAKUN, yaitu subsistem SiAP yang menghasilkan laporan arus kas
dan neraca KUN.
2. SAU, yaitu subsistem SiAP yang akan menghasilkan LRA pemerintah
pusat.
• Sistem akuntansi Instansi (SAI) terdiri atas dua subsistem, yaitu:
1. SAK; subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan milik kementrian /instansi
2. SIMAK-BMN: Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara yang selanjutnya disebut SIMAK-BMN adalah subsistem
dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling
berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN
serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR sebagai


pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR,
LKPP tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.
Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO)
disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Sahya. 2016. Administrasi Keuangan Negara. Bandung: Pustaka
Negara.
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2014. Akuntansi Sektor Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
https://dosenakuntansi.com/karakteristik-akuntansi-pemerintah
http://www.bintan-s.web.id/2014/03/ruang-lingkup-dan-karakteristik.html
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-akuntansi-
pemerintahan-tujuan-karakteristik-syarat-ruang-lingkup.html

Anda mungkin juga menyukai