PROPOSAL Bismillahh Revisi Fix Insyaallah
PROPOSAL Bismillahh Revisi Fix Insyaallah
ii
Daftar Gambar
Daftar Tabel
iii
PROPOSAL PENELITIAN
PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS ANTARA MODEL
GUIDED INQUIRY DAN FREE INQUIRY PADA MATERI SISTEM
PENCERNAAN MANUSIA DI SMP
(Penelitian Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMPN di Kota
Bandung)
A. Latar Belakang
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Berbicara mengenai proses pembelajaran,
kenyataan di lapangan peserta didik kurang didorong untuk berpikir kritis.
Hal tersebut menyebabkan peserta didik kurang mampu dalam keterampilan
berpikir kritis yang ada di lingkungan sekitar. Padahal pelajaran IPA Biologi
merupakan pelajaran yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
banyak sekali permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar yang harus
dipelajari. Selain itu, karena kurangnya keaktifan peserta didik dan jarang nya
suatu pembelajaran melakukan diskusi sehingga menyebabkan tingkat
pemahaman peserta didik rendah di lihat dari persentase kelulusan KKMnya.
Padahal dengan melakukan diskusi akan mampu memahami lebih karena
adanya transfer informasi interaktif saat diskusi dengan pasangannya
(Mubashiroh, 2014:2).
Sudarisman (2015) mengemukakan: Sains (biologi, fisika dan kimia)
berkontribusi cukup besar dalam perkembangan teknologi, yakni sebagai ilmu
dasar yang melandasi pengembangan teknologi. Keduanya menjadi kesatuan
yang dikenal sebagai Saintek/IPTEK. Kemajuan suatu negara tercermin dari
kemajuan teknologinya, tentu saja termasuk kemajuan di bidang sainsnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik
aktif dalam proses belajar mengajar di sekolah, dan mampu meningkatkan
hasil belajar serta terampil dalam berpikir kritis adalah model pembelajaran
inquiry. Model inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong
siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran inquiry adalah kegiatan
1
pembelajaran dimana siswa di dorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep untuk diri mereka sendiri (Shoimin, 2014: 85)
Model pembelajaran guided inquiry merupakan salah satu level dari
model inkuiri. Pada model pembelajaran ini permasalahan ditimbulkan oleh
guru, sedangkan prosedur dan solusi dari permasalahan tersebut ditemukan
sendiri oleh peserta didik berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan.
Pada model ini pembelajaran akan terarah pada tujuan yang diharapkan oleh
guru dan peserta didik dapat mengungkapkan ide atau gagasannya
berdasarkan penemuannya, sehingga mendukung keterampilan berpikir kritis
peserta didik (Anam, 2015: 17).
Selain itu level lain dari model inkuiri adalah free inquiry. Pada model
permasalahan ini, prosedur pelaksanaan dan solusi ditemukan sendiri oleh
peserta didik, guru hanya sebagai motivator dan pengarah jalannya
pembelajaran sehingga peserta didik diberikan kesempatan secara bebas
untuk mengeksplorasi pengetahun sesuai dengan konsep yang mereka
temukan (Anam, 2015: 19). Peserta didik juga mampu menganalisis
permasalahan yang terjadi disekitarnya kemudian memecahkannya secara
ilmiah, sehingga dengan model ini mendukung peserta didik untuk berpikir
kritis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara kepada guru
mata pelajaran IPA Biologi di salah satu SMPN di Kota Bandung,
bahwasannya proses pembelajaran berjalan dengan baik dan biasanya dalm
segi metode menggunakan metode discovery learning dan cermah. Pada
proses pembelajaran IPA biologi peserta didik diberikan buku paket
kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah, namun beberapa peserta
didik hanya membuka dan melihat gambarnya saja berdasar pertanyaan yang
diajukan kepada peserta didik. Namun pada saat peserta didik diberikan
permasalahan yang terkait materi kebiologian, peserta didik kebanyakan
2
masih menghapal teori dibandingkan dengan memahami konsep dan cara
penyelesaiannya.
Selain itu, berdasar analisis hasil belajar pada materi sistem
pencernaan manusia pada tahun sebelumnya, dengan jumlah peserta didik 37
orang. Angka rata-rata hasil belajar peserta didik pada materi sistem
pencernaan manusia dengan KKM (75) sebelumnya adalah 59,75, hanya 14
orang yang lulus dari nilai KKM.
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian yang berjudul
“Perbedaan keterampilan berpikir kritis antara model guided inquiry dan free
inquiry pada materi sistem pencernaan manusia di SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran antara yang menggunakan
model guided inquiry dengan free inquiry?
2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis yang menggunakan model guided
inquiry?
3. Bagaimana keterampilan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan
model free inquiry?
4. Bagaimana perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta didik antara
yang menggunakan model guided inquiry dengan free inquiry?
5. Bagaimana respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model guided inquiry dan free inquiry?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran antara yang
menggunakan model guided inquiry dengan free inquiry.
2. Untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
menggunakan model guided inquiry.
3
3. Untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
menggunakan model free inquiry.
4. Untuk menganalisis perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta didik
antara yang menggunakan model guided inquiry dengan free inquiry.
5. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model guided inquiry dan free inquiry.
4
2) memacu peserta didik sehingga mampu berpikir aktif, kreatif,
inovatif dan kritis.
d. Bagi Peneliti
1) memberikan pengalaman dalam penyusun suatu rancangan
pembelajaran Biologi yang efektif serta dapat meningkatkan
sistem pembelajaran yang menarik;
2) memberikan motivasi sebagai langkah awal untuk
memperjuangkan dan memajukan kualitas pendidikan agar lebih
baik lagi.
E. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah pada pelaksanaan
penelitian ini, berikut batasan masalah penelitian ini:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model
Pembelajaran guided inquiry dan free inquiry.
2. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi sistem pencernaan
kelas VIII semester ganjil.
3. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan difokuskan pada keterampilan
berpikir kritis peserta didik dengan mengacu kepada beberapa indikator
menurut Ennis (1985:46) bahwa indikator berpikir kritis adalah
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
membuat inferensi, memberikan penjelasan lebih lanjut dan mengatur
strategi dan taktik.
F. Kerangka Berpikir
Sistem pencernaan manusia merupakan salah satu matei IPA yang
disajikan kepada peserta didik kelas VIII pada semester ganjil. Sistem
pencernaan termasuk dalam KD 3.5 yaitu menganalisis sistem pencernaan
pada manusia dan memahami gangguan yang berhubungan dengan sistem
pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan yang
menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan
5
penerapannya dalam menjaga kesehatan diri, sedangkan KD 4.5 menyajikan
hasil penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan kimiawi.
Kata kerja operasional “menganalisis” dalam KD di atas termsuk
kedalam C4 yang mengharuskan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi
yang salah satunya yaitu berpikir kritis, maka dari itu perlu adanya
pembelajaran yang bisa meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta
didik.
Keterkaitan antara pembelajaran guided inkuiry dan free inquiry
dengan keterampilan berpikir kritis ini terletak pada tahap-tahap
pembelajaran dan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis. Adapun
Ennis (1985:46) menguraikan 5 indikator keterampilan berpikir kritis sebagai
berikut: Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification);
membangun keterampilan dasar (basic support); menyimpulkan (inference);
membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification); menentukan
strategi dan taktik (strategies and tactics).
Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, maka harus
menggunakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk terlibat
langsung dalam proses pembelajaran dan menuntut peserta didik untuk
memecahkan masalah berdasarkan hasil penyelidikan dan menemukan
konsep bedasarkan hasil penemuannya sendiri. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah
model pembelajaran inquiry karena pada model pembelajaran ini peserta
didik di dorong untuk belajar keterlibatan aktif dan guru mendorong peserta
didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep untuk
diri mereka sendiri (Shoimin, 2014: 85).
Dalam penelitian ini ingin membandingkan dari kedua level model
pembelajaran inquiry, yaitu model pembelajaran guided inquiry dan free
inuiry.
Menurut Anam (2015: 17) pada inkuiri terbimbing siswa bekerja
(bukan hanya duduk, mendengarkan lalu menulis) untuk menemukan jawaban
6
terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan yang
intensif dari guru. Tugas guru lebih seperti memancing siswa untuk
melakukan sesuatu. Guru datang ke kelas dengan membawa masalah untuk
dipecahkan oleh siswa, kemudian mereka dibimbing untuk menemukan cara
terbaik dalam memecahkan masalah tersebut.
Sedangkan Menurut Anam (2015: 19) pada inkuiri bebas siswa diberi
kebebasan untuk menentukan masalah lalu dengan seluruh upayanya
memecahkan masalah tersebut. Pada model ini siswa didorong untuk belajar
secara mandiri dan tidak lagi hanya mengandalkan instruksi dari guru. Oleh
karenanya siswa selain harus responsif, juga tertuntut harus tetap teliti. Guru
hanya akan berperan sebagai fasilitator selama proses pembelajaran
berlangsung, berperan pasif. Namun pada akhir pembelajaran, guru akan
memberikan penilaian serta masukan-masukan yang membangun, sehingga
kedepannya siswa dapat menjalani proses pembelajaran secara baik.
Dari uraian kerangka pemikiran di atas, secara skematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
7
Analisis KI dan KD Kelas VIII Semester Genap
Ennis (1985:46).
8
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka
hipotesis penelitiannya adalah “Keterampilan berpikir kritis peserta didik
dengan menggunakan model pembelajaran free inquiry lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
guided inquiry pada materi sistem pencernaan”
Sedangkan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ho : tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta didik antara
menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan model
pembelajaran free inquiry pada materi sistem pencernaan manusia.
Ha : ada perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta didik antara
menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan model
pembelajaran free inquiry pada materi sistem pencernaan manusia.
9
penguasaan materi dan kinerja ilmiah yang lebih tinggi dari pada peserta
didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Kemudian hasil penelitian Basri (2018) yang berjudul “The
Comparison Of Application Learning Model Guided Inquiry Approach And
Modified Free Inquiry Approach Towards Solution Of Student Mathematic
Problems” dalam uraian pembahasannya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran guided inquiry approach cukup efektif meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VIII
SMPN 2 Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Model pembelajaran modified free inquiry approach cukup efektif
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMPN 2 Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
3. Tidak terdapat perbedaan signifikan efektivitas model pembelajaran
guided inquiry approach dan modified free inquiry approach dalam
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMPN 2
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Selanjutnya berdasarkan penelitian Putri (2016) yang berjudul
“Perbedaan Model Pembelajaran Open Inquiry Dan Guided Inquiry
Berdasarkan Kemandirian Belajar Dan Berfikir Tingkat Tinggi pada Mata
Pelajaran Biologi Kelas 11 MAN Tempursari – Ngawi” analisis data
perbedaan model pembelajaran Open Inquiry dan Guided inquiry berdasarkan
kemandirian belajar dan berfikir tingkat tinggi, hasil yang didapatkan adalah :
1. Terdapat perbedaan model pembelajaran Open Inquiry dan Guided
inquiry berdasarkan kemandirian belajar siswa. Rata-rata skor angket
siswa Open Inquiry125,53, Guided inquiry119,6 dan kontol 116,6.
2. Terdapat perbedaan model pembelajaran Open Inquiry dan Guided
inquiry berdasarkan berfikir tingkat tinggi.
3. Berdasarkan pemberian soal dengan kategori C4, C5 dan C6 skor
kelompok Open Inquiry 193, Guided inquiry189 dan kontrol 188.
10
4. Berdasarkan hasi lobservasi dan wawancara, siswa dengan pembelajaran
Open Inquiry dan Guided inquiry memiliki kemandirian belajar lebih baik
daripada perlakuan kontrol.
Kemudian berdasarkan hasil penelitian Ramayanti (2019) yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Free Inquiry Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa” analisis data penelitian yang telah dilakukan didapatkan
beberapa kesimpulan, yaitu : terdapat pengaruh model pembelajaran free
inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pencemaran
lingkungan di kelas X SMA Negeri 1 Kadugede. Berdasarkan hasil uji
hipotesis posttest dapat di lihat terdapat perbedaan kemampuan akhir antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Respon siswa terhadap proses
pembelajaran free inquiry pada materi pencemaran dikategorikan kedalam
kriteria baik dan responnya positif. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
dalam penerapan model pembelajaran free inquiry dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
penelitian quasi eksperimen. Menurut Arikunto (2013:123) yang
dimaksud dengan quasi eksperimen adalah eksperimen yang tidak
sebenarnya. Disebut eksperimen yang tidak sebenarnya karena
eksperiemen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan
tertentu. Dalam metode penelitian quasi eksperimen ini, keberhasilan
model guided inquiry atau free inquiry dapat di lihat dari perbedaan nilai
tes akhir kelompok model guided inquiry dan model free inquiry setelah
diberi perlakuan (post-test).
2. Jenis Data
Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan Kualitatif. Data
kualitatif berasal dari antropologi kultural dan sosiologi yang bertujuan
11
untuk memahami situasi, peristiwa, peran, kelompok, atau interaksi sosial.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pengumpulan data yang kemudian
diberlakukan uji statistik (Creswell, 2016: 275).
3. Sumber Data
a. Lokasi dan Sumber Pengumpulan Data Penelitian
Data yang diperoleh adalah data primer yang didapatkan
langsung dari peserta didik yang menjadi objek penelitian. Tempat
penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII di salah satu SMPN di
Kota Bandung. Sekolah ini dipilih karena sekolah ini merupakan
sekolah yang bisa di bilang baru, karena belum pernah dilakukan
ataupun dilaksanakan penelitian dengan topik yang sama.
b. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 2
kelas. Teknik sampling menggunakan purposive sampling yang
menggunakan kriteria tertentu untuk dijadikan sampel (Sugiyono,
2006: 85).
Selanjutnya untuk menentukan kelas perlakuan 1 dan perlakuan
2, maka dilakukan dengan cara random sebagai berikut:
1) Pada suatu gelas dimasukkan gulungan kertas yang bertuliskan
kelas perlakuan 1;
2) pada gelas yang sama dimasukkan gulungan kertas yang
bertuliskan kelas perlakuan 2.
Pengecokan pertama yang keluar akan menjadi kelas yang
menggunakan perlakuan 1 yaitu guided inquiry kemudian pengocokan
kedua yang keluar akan menjadi kelas yang menggunakan perlakuan 2
yaitu free inquiry.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
shot case study, artinya penulis mengadakan perlakuan satu kali yang
diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian dilakukan tes.
12
Desain penelitian ini, menurut Arikunto, Suharsimi (2010:124) adalah
sebagai berikut:
rancangan : kelas eksperimen 1 : R X1 O
: kelas eksperimen 2 : R X2 O
prosedur : subjek diberi perlakuan X dan setelah diberikan
pengukuran (O) sebagai akibat dari perlakuan.
keterangan :
R : randomisasi
X1 : perlakuan (treatment) pertama dengan
menggunakan model pembelajaran guided inquiry
X2 : perlakuan (treatment) ke dua dengan
menggunakan model pembelajaran free inquiry
O : hasil observasi sesudah diberikan perlakuan
5. Prosedur Penelitian
Berikut prosedur penelitian yang akan dilakukan, diantaranya yaitu :
a. Tahap Perencanaan
1) Melakukan survey dan studi pendahuluan
2) Menentukan tempat penelitian dan observasi awal
3) Menentukan sampel penelitian
4) Menyusun rencana proses pembelajaran yang sesuai model
pembelajaran yang digunakan instrument beserta pembelajarannya
5) Mengajukan instrumen dan judgement kepada 2 orang dosen
pembimbing
6) Validasi Instrumen
7) Melakukan uji soal instrumen kemudian di analisis hasil uji coba
tersebut berupa validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
soal uji coba tersebut
8) Membuat pedoman observasi dan membuat jadwal kegiatan
pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
13
1) Memberikan treatment sesuai dengan model pembelajaran yang
akan digunakan, yakni model pembelajaran guided inquiry dan
free inquiry.
2) Mengobservasi kegiatan guru dan siswa dikelas selama
berlangsungnya proses pembelajaran oleh observer
c. Tahap Akhir
1) Mengolah dan menganalisis hasil post-test
2) Mengolah dan menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan
siswa
3) Membahas hasil penelitian dalam bentuk laporan akhir
4) Kesimpulan
14
Survey dan Studi Pendahuluan
Merumuskan masalah
Analisis Instrumen
Penelitian
Kesimpulan
15
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data hasil penelitian yaitu data mengenai
variabel-variabel yang diteliti maka untuk memudahkannya dapat
menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat
atau fasilitas yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan
suatu data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Tabel 1 Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Teknik Instrumen
Pengumpulan
Data
Keterampilan berpikir Peserta Posttest Soal Uraian
kritis didik
Keterlaksanaan proses Peserta Observasi Lembar Observasi
pembelajaran peserta didik
didik
Keterlaksanaan proses Guru Observasi Lembar Observasi
pembelajaran guru
Perbedaan Keterampilan Peserta Posttest Soal Uraian
Berpikir Kritis Antara didik
Model Guided inquiry
dan Free inquiry
Respon Peserta Angket Quesioner
didik
7. Instrumen Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan seperangkat
instrumen, diantaranya : tes, angket peserta didik dan lembar observasi.
a. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Tes Keterampilan berpikir kritis untuk mengetahui seberapa
berpengaruh antara model guided inquiry dengan free inquiry
16
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi sistem
pencernaan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, adalah tes
keterampilan berpikir kritis pada materi sistem pencernaan manusia.
Bentuk tes berupa tes tulis sebanyak 20 soal. Keterampilan berpikir
ktiris peserta didik dengan aspek yang diukur meliputi memberikan
penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar.
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen yang telah disusun
telah di uji cobakan terlebih dahulu.
b. Angket peserta didik
Dalam penelitian ini, angket tersebut berisikan pernyataan-
pernyataan positif dan negatif dengan menggunakan skala Likert
(Nurgiyantoro, 2010:92), berbentuk penyataan tertutup sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai, yaitu: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), atau Sangat
Tidak Setuju (STS). Jumlah angket yang diberikan pada peserta didik
adalah 15 butir pernyataan.
c. Lembar observasi
Untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran, dilakukan
penilaian dengan lembar observasi (LO). nurgitDalam hal ini lembar
observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran
model guided inquiry dan free inquiry pada materi sistem pencernaan.
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan
peserta didik. Dengan poin-poin pilihan seperti yang dijelaskan
Purwanto (2012:102) yaitu: Terlaksana Sangat Baik (TSB),
Terlaksana dengan Baik (TB), Terlaksana Kurang Baik (TKB) dan
Tidak Terlaksana (TT). Data observasi dari kegiatan guru dan peserta
didik tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung ketika proses
pembelajaran. Pengisian lembar observasi dilakukan pada saat
berlangsungnya pembelajaran, yaitu selama tiga kali pertemuan.
Indikator yang ada pada lembar observasi disesuaikan dengan
17
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran guided inquiry dan free inquiry.
8. Analisis Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Untuk mengetahui apakah tes yang digunakan sudah memenuhi
syarat atau belum untuk dijadikan instrumen, maka sebelumnya
diujicobakan dulu kemudian dianalisis tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas, dan reliabilitas.
Sebelum dijadikan alat pengumpul data yang akurat, instrumen ini
terlebih dahulu di judgenment oleh dosen pembimbing untuk kemudian
digunakan dalam uji coba soal. Setelah dilakukan uji coba soal kemudian
dianalisis kembali secara kualitatif melalui bimbingan, penilain, dan
arahan dari ahli, dalam hal ini pembimbing untuk mengetahui validitas,
reliabilitas,tingkat kesukaran soal dan daya pembeda secara otomatis
dengan menggunakan software anatest.
a. Validitas
Validitas dimaksud untuk mengetahui sejauh mana tes bisa
menjadi alat ukur yang valid. Alat ini seperti yang dikatakan Arikunto
(2012: 168) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
yang rendah ”.
Untuk interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dapat di
lihat pada Tabel berikut :
Tabel 2 Nilai Tingkat Validitas
Nilai Interpretasi
0,80< rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60< rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40< rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20< rxy ≤ 0,40 Rendah
0,00< rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012:214)
18
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama.
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2012:178).
Untuk menginterpretasi harga koefisian reliabilitas tersebut
digunakan kategori yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3 Nilai Tingkat Reliabilitas
Harga Koefisisen Kritria
0,80< rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
19
Tabel 4 Indek Tingkat Kesukaran
Besarannya IK Tingkat Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 IK < 0,30 Sukar
0,30 IK < 0,70 Sedang
0,70 IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
(Arikunto, 2012:225)
20
5) Mencari mean (rata-rata) dengan rumus :
∑fi.xi
Mean (x) = (Rahayu, 2015 : 21)
∑fi
21
2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
db1 = n1 – 1 db2 = n2 – 1
ket: db1= Derajat kebebasan data ke-1
db2= Derajat kebebasan data ke-2
n1= Jumlah sampel data ke-1
n2= Jumlah sampel data ke-2
3) Menentukan nilai Ftabel dari daftar
4) Menentukan homogenitas dengan kriteria
Jika Fhitung < Ftabel, maka daftar homogen.
c. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan dan data yang dinyatakan
berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan analisis data untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik, diukur dengan pengujian
hipotesis. Dalam pengujian hipotesis ada 2 alternatif yang dilakukan
antara lain:
1) Jika data kedua kelompok data berdistribusi normal dan
variansinya homogen maka uji-t (t-test). Adapun langkah-langkah
untuk uji t adalah sebagai beikut:
a) Mencari Deviasi Standar Gabungan (dsg)
(𝑛1−1)𝑉1+(𝑛2−1)𝑉2
dsg = √ 𝑛1 + 𝑛2−2
Keterangan:
n1 = Banyaknya data kelompok 1
n2 = Banyaknya data kelompok 2
v1 = Varian data kelompok 1 (Sd1)2
v2 = Varian data kelompok 2 (Sd2)2
(Subana, 2000: 171).
b) Menentukan thitung
𝑋1−𝑋2
t= 𝑠 1 1
𝑑𝑠𝑔 √ +
𝑛1 𝑛2
Keterangan :
22
X1 = Nilai rata-rata terbesar
X2 = nilai rata-rata terkecil
dsg = Deviasi standar gabungan
n1 = Ukuran sampel yang variansinya besar
n2 = Ukuran sampel yang variansinya kecil
(Subana, 2000: 171).
c) Menentukan nilai ttabel dengan rumus:
1
t = (1- 2 𝛼) = ttabel (Subana, 2000: 154).
23
d. Menghitung Angket
Menghitung angket respon peserta didik dengan menggunakan
skala likert dengan ketentuan:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
P = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%
24
tahapan atau kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik selama
proses pembelajaran. Untuk kolom “Ya” nilainya adalah 1 dan kolom
“Tidak” nilainya adalah 0. Adapun langkah-langkah selanjutnya
adalah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah skor aktivitas peserta didik yang telah diperoleh.
b) Mengubah skor yang telah diperoleh menjadi nilai persentase dengan
𝑅
menggunakan rumus : NP = 𝑆𝑀 x 100 (Purwanto, 2012: 102).
Keterangan:
NP : Nilai persen aktivitas peserta didik yang dicari atau yang
diharapkan
R : Jumlah skor yang diperoleh
SM : Skor maksimum ideal
100 : Bilangan tetap
c) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria penilaian
aktivitas peserta didik dengan kriteria yang dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel 8 Kriteria Aktivitas Peserta didik
Nilai Kategori
86% - 100% Sangat baik
76% - 85% Baik
60% - 75% Sedang
55% - 59% Kurang
≤ 57% Sangat Kurang
(Purwanto, 2012: 102).
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Rahayu, Yayu Nurhayati. (2015). Statistika Pendidikan (teori dan aplikasi).
Bandung: UIN Bandung Saputra.
Ramayanti, Indra & Lilis Lismaya. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Free
Inquiry Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Pendidikan
dan Biologi. Vol. 11 No. 1.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Subana, (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudarisman, Suciati. (2015). “Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran
Biologi dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 serta Optimalisasi
Implementasi Kurikulum 2013”. Jurnal Florea 1. Surakarta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sweca, I Made. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap
Penguasaan Materi dan Kinerja Ilmiah Peserta didik Kelas X SMA Negeri
4 Denpasar. Jurnal Pendidikan IPA. Vol 2, No 1.
Tanwil, muh. dan Lailasari. (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya
dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Penerbit UNM.
Yuli Sari Asmawati, Eka. (2015). “Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
Menggunakan Model Guided inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Peserta didik”. Jurnal Penelitian
Fisika. (Maret). Yogyakarta.
27