SEMESTER GENAP
1. DEFINISI
PPOK adalah keadaan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran udara
yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbiasaan aliran udara ini biasanya progresif
dan berhubungan dengan respons peradangan yang abnormal dari paru terhadap
partikel atau udara yang berbahaya . Diagnosis PPOK harus dipertim bangan pada
setiap pasien yang memiliki gejala batuk , produksi sputum atau sesak, dan atau
riwayat paparan faktor risiko penyakit tersebut (Rubenstein dkk, 2005).
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan sebagai PPOK
jika obstruksi aliran udara ekspirasi tersebut cenderung progresif. Kedua penyakit
tadi (bronkitis kronik, emfisema) hanya ke dalam kelompok PPOK jika keparahan
penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif. Pada fase awal,
kedua penyakit ini belum dapat digolongkan ke dalam PPOK. jika dilakukan
pemeriksaan patologik pada pasien yang mengalami obstruksi saluran napas,
diagnosis patologiknya ternyata sering berbeda satu sama lain. Diagnosis
patologik tersebut dapat berupa emfisema sebesar 68% bahwa 66% sedangkan
bronkiolitis sebesar 41%. Jadi dapat disimpulkan kelainan patologik yang berbeda
menghasilkan gejala klinik yang serupa (Djojodibroto , 2007).
2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOLOGI
1. Kebiasaan merokok.
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami
gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih
tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita COPD
bergantung pada “dosis merokok”nya, seperti umur orang tersebut mulai
merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang
tersebut merokok.Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif
juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan COPD dikarenakan
oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan
paru-paru “terbakar”
2. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan.
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara,
arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil
energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga
lainnya.
3. Faktor Usia dan jenis kelamin.
Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding
wanita. Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita.
Tapi dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini
dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri.
4. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma.
Orang dengan kondisi ini berisiko mengalami PPOK.
5. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif
muda, walaupun tidak merokok.
4. PATOFISIOLOGI
5. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
6. TERAPI FARMAKOLOGI
Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada PPOK,
virus inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya diberikan sekali
setahun. Vaksin pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk pasien
diatas 65 tahun. Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan kecuali untuk
pengobatan eksaserbasi infeksius dan infeksi bakteri lainnya. (Buist Sonia, et al,
2006).
Tabel 6.1 Obat yang bisa digunakan untuk terapi PPOK (Gold, 2010)
Obat Inhaler (µg) Larutan Oral Vial Durasi
Nebulizer injeksi (jam)
(mg/ml) (mg)
Adrenergik (β2-agonis)
Antikolinergik
Mthylxanthines
Theophylline 100- 24
600
mg
(pil)
Inhalasi Glukortikosteroid
Salmoterol/Fluticasone 50/100,250,500
(DPI)
25/50,125,250
(MDI)
Sistemik Glukortikosteroid
Prednisone 5-60
mg
(Pil)
Methy-Prednisone 4, 8,
16 mg
(Pil)
Keluhan Utama :
Sesak sejak subuh, batuk berdahak, dan demam
Diagnosis :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) + Mitral Stenosis (MS) + Atrial Fibrillation
(AF)
Riwayat Penyakit :
Penyakit Jantung Koroner + paru + post operation bypass ops (J) 1985
Riwayat Pengobatan :
1. Obat jantung
Concor® (kandungan bisoprolol fumarate 2,5 mg) 0-1-0
Digoksin 1x1
Spironolakton 1-0-0
Sohobion® (kandungan per tablet : vit. B1 100 mg, vit. B6 200 mg, vit. B12 200 mcg)
2. Obat paru
Aminofilin 1-0-0
Salbutamol 2x1
Gliseril guaiakolat 2x1
Spiriva® (kandungan ipratropium) 1-0-0
Bricasma® (terbutalin sulfat) 1-0-0
Pulmicort® (kandungan budesonide) 1-0-0
Alergi : -
Kepatuhan Obat Tradisional -
Merokok - OTC -
Alkohol - Lain-lain -
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Apoteker:
No. DMK : 00-00-72-xx Keluhan Utama : Sesak napas sejak subuh, batuk berdahak, Alergi : -
MRS / KRS : 18 Mei 2016 / 27 Mei 2016 dan panas Merokok / Alkohol : - / -
Inisial Pasien : Tn. D Diagnosis : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) + MS Obat Tradisional : -
Umur / BB / TB : 66 tahun (Mitral Stenosis) post open heart + AF (Atrial Fibrillation) OTC : -
Alamat : Malang respiratory ventricular moderate
Riwayat Sosial : - Riwayat Penyakit : PJK (Penyakit Jantung Koroner), paru,
Asuransi : BPJS post operation by pass ops (J) 1985
Riwayat Pengobatan : Obat jantung dan obat paru
Kepatuhan :
PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Tanggal (Mei)
Obat Rute Dosis Frekuensi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Normal salin iv infus life line - v //
Ceftriaxone iv bolus 1g 2 dd 1 v v v v v v v v v v
Levofloxacine iv infus 750 mg 1 dd 1 v v
Ciprofloxacine iv infus 400 mg 2 dd 1 v v v v
Gliseril guaiakolat po 200 mg 3 dd 1 v v // v v v v v v
Combivent® Inhaler oral 10 mL 3 dd 1 v v // v v v v v v
Budesonide Inhaler oral 200 mcg 3 dd 1 v v v v v v
N-asetil sistein po 200 mg 3 dd 1 v v v v v v v v v
Aminofilin pump 25 mg/mnt - v // v
Tanggal (Mei)
Obat Rute Dosis Frekuensi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Digoksin po 0,25 mg 1 dd 1 v v v v v v v v v
Asetosal po 80 mg 1 dd 1 v v v v v v v v v
Furosemide iv bolus 20 mg 1 dd 1 v v v po
Spironolakton po 50 mg 2 dd 1 v v v v v // 1 dd 1 1 dd 1 1 dd 1 //
Ranitidin iv bolus 50 mg 2 dd 1 v v v v v v v // v //
Metoklopramid iv bolus 10 mg 2 dd 1 v v v v
KSR po 600 mg 2 dd 1 v v 1 dd 1 1 dd 1 //
DATA KLINIK
DATA LABORATORIUM
No DATA Tanggal
. KLIN 26 27
18 19 20 21 22 23 24 25
IK
1. a.
sesak + - - - + - - + - -
napas
batuk
berdah + + + + + - - + + -
ak
Dema
+ - - - - - - - - -
m
lemah + - - - - - - - - -
2. Riway
at PJK (Penyakit Jantung Koroner), paru, post operation by pass ops (J) 1985 dan
Penya kontrol rutin ke poli jantung (terakhir kontrol Tgl. 11 Mei 2014)
kit
3. Riway 1. Obat jantung
at Concor® (kandungan bisoprolol fumarate 2,5 mg) 0-1-0
Pengo Digoksin 1x1
batan Spironolakton 1-0-0
Sohobion® (kandungan per tablet : vit. B1 100 mg, vit. B6 200 mg, vit. B12 200
mg)
2. Obat paru
Aminofilin 1-0-0
Salbutamol 2x1
Gliseril guaiakolat 2x1
Spiriva® (kandungan ipratropium) 1-0-0
Bricasma® (terbutalin sulfat) 1-0-0
Pulmicort®(kandungan budesonide) 1-0-0
4. Umur 66 tahun
5. Tinggi
badan /
-
berat
badan
Pasien diduga PPOK karena sesak nafas dan batuk berdahak. Sesak napas yang
Komentar diakibatkan dari adanya penyempitan saluran napas. Sementara batuk berdahak
dan alasan karena adanya hipersekresi mukus.
Pasien diduga infeksi (leukositnya tinggii ) karena mengalami demam.
Pasien diduga lemah karena kekurangan elektrolit.
DATA Tanggal
N KLINIK 27
18 19 20 21 22 23 24 25
o. 26
1. Suhu v - - - - - - - - -
2. TD - V v
3. Nadi v V v v
4. Rh ±׀± ±׀± +׀+ -׀- -׀- +׀+
5. Wh ±׀± -׀- +׀+ -׀- -׀± +׀+
Komentar dan
alasan Ronch : suara caira paru
18. SGPT 12
19. Natrium 143 140 131
20. Kalium 2,6 3,4 3,5
21. Klorida 101 95 85
22. BUN 16,9
23. Kreatinin serum 1,2
24. Kolesterol total 104
25. LDL 48
26. HDL 41
27. Trigliserida 68
28. Asam urat 8,2
Komentar dan alasan
Px mengalami peningktan leukosit karena mengalami infeksi
Denyut nadi tidak normal dikarenakan pasien mengalami takikardia yang
merupakan efek dari AF (Atrial Fibrillation) respiratory ventricular
moderate
nilai kalium dalam darah sempat rendah pada tanggal 19 dikarenakan efek
dari terapi obat diuretik yang diberikan pada saat MRS, namun selanjutnya
terus meningkat hingga mencapai nilai normal dikarenakan obat diuretik
dihentikan dan diberikan KSR untuk meningkatkan nilai kalium dalam
darah
Diduga terdapat bakteri yang menyebabkan infeksi sehingga memicu
kekambuhan PPOK yang ditandai dengan peningkatan leukosit sehingga
diberikan antibiotik. infeksi pada tanggal 18 Mei
Kadar pCO2, pO2 dan HCO3- yang tidak normal menunjukkan adanya
ganguan respirasi pada tanggal 18 Mei
Kadar LDL dibawah normal pada tanggal 19 Mei , anoreksia
Suhu tubuh pasien pada tanggal 18 Mei tinggi sehingga pasien mengalami
demam
FORM PROFIL PENGOBATAN
Isilah data-data pasien mengikuti format di bawah ini!
OBAT
Komentar dan Alasan
Tgl. Tgl. Pemantauan
Indikasi Terapi (mekanisme kerja, alasan
Mulai Jenis Obat Rute Dosis Frekuensi Berhenti Kefarmasian
pada Pasien pemilihan terapi)
Terapi Terapi
18 mei Normal salin iv infus life line - 19 mei Menjaga Mekanisme Kerja:
(1 stabilitisasi pasien larutan koloid yang kandungannya
kantong) (hemodinamik) sama dengan cairan ekstrasel, ion-
Pasien tidak
ionnya terdistribusi ke cairan
mengalami lemas
instravaskular dan intersisiel
pada hari
Alasan :
selanjutnya
pasien lemah dan demam, elektrolit
yang hilang akan digantikan oleh
normal saline
18 mei Ceftriaxone iv bolus 1g 2 dd 1 - Infeksi saluran - Demam sebagai Mekanisme Kerja :
(ceftriaxon pernapasan bagian indikasi adanya menghambat sintesis dinding sel
golongan bawah infeksi menurun bakteri dengan berikatan dengan
cephalosporin) pada tanggal 19 penisilin binding protein (PBPs)
generasi 3 Mei 2014 yang selanjutnya akan menghambat
- Jumlah leukosit tahap transpeptidasi sintesis
menurun pada peptidoglikan dinding sel bakter
tanggal 27 yang sehingga menghambat biosintesis
menandakan dinding sel Bakteri akan mengalami
infeksi tidak lisis karena aktivitas enzim autplitik
lagi terjadi saat dinding sel bakteri terhambat
- ES: (sumber : mims)
Gangguan
Pencernaan : Alasan:
diare, mual, Karena adanya bakteri gram positif
muntah, dan negatif sehingga di pakai
stomatitis antibiotik spektrum luas
Reaksi kulit :
dermatitis, Komentar:
pruritus, dosis pemberian Ceftriaxone
urtikaria, seharusnya 1 g sebagai dosis
edema, eritema tunggal, namun pada hal ini
multiforme, pemberian dikombinasikan dengan
reaksi antibiotik lain sehingga dosis
anafilaktik diturunkan.
Hematologi :
eosinofil,
anemia
hemolitik,
trombositosis,
leukopenia,
granulositopenia
Iritasi akibat
peradangan dan
nyeri pada
tempat yang
diinjeksikan
Gangguan
fungsi ginjal :
peningkatan
BUN
Gangguan
fungsi hati :
peningkatan
SGOT dan
SGPT
18 mei Levofloxacine iv infus 750 mg 1 dd 1 20 Mengobati infeksi - Demam sebagai Mekanisme Kerja:
bakteri termasuk indikasi adanya menghambat DNA gyrase sehingga
infeksi saluran infeksi menurun sintesa DNA kuman terganggu
pernapasan bagian pada tanggal 19 (mims)
atas Mei 2014 Alasan:
- Efek samping peningkatan jumlah leukosit karena
yang sering adanya infeksi.
timbul seperti
mual, muntah, Komentar:
diare, sakit - Efek samping berupa aritmia,
perut, sakit sedangkan pasien juga mengalami
kepala, pusing, Artrial Fibrillation
gangguan tidur, - Golongan florokuinon tidak
ruam, pruritus, dianjurkan untuk pasien
aritmia geriatri,sehingga penggunaannya
perlu diperhatikan atau diganti.
- Pemberian antibiotik untuk lama
penggunaan perlu diperhatikan
untuk menghindari resistensi.
22 Mei Ciprofloxacine iv infus 400 mg 2 dd 1 26 Infeksi kuman Dapat Mekanisme Kerja :
gram positif dan menimbulkan menghambat DNA gyrase dan
negatif. Profilaksis disfagia, topoisomerase IV sehingga
pada bedah sauran meteorismus, replikasi DNA bakteri terganggu
cerna bagian atas. tremor, konvulsi, (mims)
Ciproflxacine lebih gagal ginjal dsb.
murah Alasan :
Penggantian dari levofloxacine ke
ciprofloxacine kemungkin karena
masalah ekonomi.
Komentar:
- efek samping Ciprofoxacine ialah
infark miokardi yang tidak sesuai
untuk penderita Penyakit Jantung
Koroner
- Golongan florokuinon tidak
dianjurkan untuk pasien
geriatri,sehingga penggunaannya
perlu diperhatikan atau diganti.
Alasan:
pasien mengalami batuk berdahak
22 Mei -
19 Mei Combivent® Inhaler 10 mL 3 dd 1 21 Sesak napas akibat Sesak napas Mekanisme Kerja :
oral PPOK berkurang mengandung ipatropium sebagai
antikolinergik yang menghambat
kontraksi otot polos pada saluran
napas dan salbutamol sebagai β2
adrenergik bronkodilator
Alasan:
pasien mengalami sesak napas
karena penyumbatan saluran napas
22 Mei -
22 Mei Budesonide Inhaler 200 mcg 3 dd 1 - Asma (sesak napas) Kondisi sesak Mekanisme Kerja :
intranasal kambuh napas pasien golongan kortikosteroid yang
bekerja dengan meningkatkan
jumlah reseptor β2 andrenergik dan
meningkatkan respon reseptor
terhadap stimulasi β2 andrenergik
sehingga mengakibatkan penurunan
produksi mukus dan hipersekresi,
mengurangi hiperresponsitivitas
bronkus serta mencegah dan
mengembalikan perbaikan jalur
napas
Alasan :
pasien mengalami sesak napas
kembali sehingga diberikan
budesonide agar bronkodilator
semakin optimal.
19 Mei N-asetil sistein Po 200 mg 3 dd 1 - Mukolitik Dahak, dan Mekanisme Kerja:
frekuensi batuk Mengurangi kekentalan sekret
dengan memecah ikatan disulfida
pada mukoprotein dan membntu
pengeluaran sekret
Alasan:
Pasien mengalami batuk berdahak
Alasan :
Agar efek bronkodilator dapat
ditingkatkan.
22 Mei Aminofilin Pump 25 - 23 Asma bronkial Sesak nafas, RR, Mekanisme kerja :
24 Mei mg/mnt 25 Takikardia Merelaksasi otot polos bronkus dan
merangsang dorongan pernapasan
pusat dengan menghambat kerja
enzim fosfodiesterase. Enzim ini
akan memecah cAMP dalam otot
polos saluran napas.
Alasan :
Agar efek bronkodilator dapat
ditingkatkan.
19 Mei Digoksin Po 0,25 mg 1 dd 1 - Anti aritmia Mual, muntah, Mekanisme kerja :
(diberikan pada diare, anoreksia, Menghambat pompa Na-K ATPase
pasien ini adalah aritmia, yang bekerja dengan meningkatkan
karena ginekomasti, pertukaran Na-Ca2+ intraseluler,
penurunan jumlah sehingga meningkatkan kadar
trombosit, nyeri kalsium intraseluler dan
abdomen, meningkatkan kontraktilitas.
takikardia
Waspada Alasan :
hipokalemi karena pasien didiagnosis
mengalami atrial fibrilat.
Digoxin dan albuterol memiliki
interaksi obat yang perlu dimonitor
ketat (digoxin meningkatkan
kalium, albuterol menurunkan
kalium)
Digoxin ditambah dengan aspirin
dapat meningkatkan kalium tetapi
dengan persyaratan harus dimonitor
dengan ketat
Digoxin dengan levofloxacin dapat
meningkatkan efek digoksin dengan
persyaratan harus dimonitor dengan
ketat
19 Mei Asetosal Po 81 mg 1 dd 1 - Analgesik, Ulkus peptikum, Mekanisme kerja :
antipiretik, Bronchospasm, Menghambat enzim COX II
(500mg) hepatotoxicity, sehingga tidak dihasilkan
antiplatelet, mual, merusak prostaglandin yang merupakan
Anti thrombotic ginjal, muntah, mediator nyeri.
serta anti inflamasi. asma
Asam 2 gram Alasan :
Diberikan karena karena dapat menjadi anti platelet
pasien mengalami tromboksan A2 untuk menangani
riwayat PJK PJK dan fibrilasi.
Alasan :
Pasien mengalami hipertensi
18 Mei Spironolakton Po 50 mg 2 dd 1 23 Diuretik : 100 Mual, muntah, Mekanisme kerja :
1 dd 1 27 Anti remodeling diare, anoreksia, Spinorolakton berkompetisi dengan
jantung : 25 – 50 ginekomasti, sakit aldosteron pada reseptor di tubulus
mg (anti kepala, dehidrasi, ginjal distal, meningkatkan NaCl
aldosteron) kram perut, dan ekskresi air selama konversi ion
gastritis, kalium dan hidrogen.
peningkatan
BUN, demam, Alasan :
penurunan HCO3- Dapat meningatkan kerja obat
(indikasi asidosis diuretik (furosemid) sebagai
metabolik) antihipertensi.
Kombinasi dengan furosemide
diperbolehkan untuk menghemat
kalium
18 Mei Ranitidin iv bolus 50 mg 2 dd 1 25 Konstipasi, diare, Konstipasi, diare, Mekanisme kerja :
18 Mei 27 leukopenia, leukopenia, Menghambat reseptor H2 secara
granulositopenia, granulositopenia, selektif. Reseptor H2 merangsang
trombositopenia, trombositopenia, sekresi asam lambung sehingga
anemia, Mual, anemia, Mual, sekresi asam lambung dihambat
muntah. muntah oleh ranitidin.
Alasan :
Karena sebagian besar obat resep
punya efek samping gastritis (iritasi
lambung) dan dikarenakan pasien
rawat inap hanya mendapat sedikit
intake oral maka diberikan ranitidin
untuk mencegah gastritis.
24 Mei Metoklopramid iv bolus 10 mg 2 dd 1 - Anti emetik Pusing, gangguan Mekanisme kerja :
GIT, hipertensi Memblokade reseptor dopamin di
zona pemicu kemoreseptor pada
SSP, sehingga menghasilkan efek
anti emetik. Meningkatkan motilitas
GIT dengan blokade dopamin dan
serotonin, dapat menghambat kerja
digoksin sehingga perlu
mengawasan ketat.
Alasan :
sebagian besar obatresep punya
efek samping emetik (pemicu
muntah).
21 Mei KSR po 600 mg 2 dd 1 25 Mual, muntah, Meningkatkan Mekanisme kerja :
diare serta nyeri kalium Mempertahankan fungsi ginjal
perut normal, keseimbangan asam basa,
dan metabolisme karbohidrat, serta
sekresi cairan lambung.
Alasan :
efek samping dari furosemid, KSR
digunakan untuk mencegah
hilangnya kalium
8.3 ASSESSMENT
ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACIST’S CARE PLAN)
TINDAKAN
NO. TANGGAL URAIAN MASALAH
(USULAN PADA KLINISI, PERAWAT, ATAU PASIEN)
1. 18/05/16 - Pasien mengalami kondisi lemah Klinisi : Pemberian normal salin sudah tepat karena larutan salin
dapat mengganti cairan tubuh yang hilang, selain itu pada
kondisi ini normal saline digunakan untuk stabilitisasi pasien
(hemodinamik)
- Tekanan darah pasien tinggi Klinisi : Diberikan furosemid sudah tepat karena furosemid dapat
menurunkan tekanan darah
Perawat : -
Pasien : -
- Pasien diberikan ranitidin
- Pasien mengalami demam, tetapi Pasien : Efek samping berupa mual dan muntah
tidak diberikan terapi
2. 19/05/16 - Pasien batuk berdahak Klinisi : Pemberian gliseril guaicolat sudah tepat gg mampu
menginduksi keluarnya dahak.
- Tekanan darah masih tinggi dan Klinis : Pemberian furosemid dan spironolakton secara per oral
takikardia serta pemberian digoxin secara per oral
Pasien : -
Perawat : -
Pasien : -
Perawat : -
Pasien : -
3. 20/05/16 Pemberhentian terapi levafloxacin Klinisi : Pemberhentian sudah tepat karena pasien memiliki
riwayat PJK dimana ES obat tersebut adalah aritmia, palpitasi,
dan takikardia
4. 21/05/16 - Pasien mengalami pemberhentian Klinisi : Bertanya kepada dokter mengapa diberhentikan
terapi GG sedangkan pasien mengluh batuk berdahak sebaiknya diberikan
N-asetilsistein
- Pasien mengalami sesak nafas Klinisi : Diberikan kombinasi combivent dan budenosisde karena
dikhawatirkan sesak nafas tsb dikarenakan asma bronkial
7. 24/05/16 - Pasien diberikan aminofilin Klinisi : ditanyakan kepada dokter kenapa ranitidin dihentikan
8. 25/05/16 - Pemberhentian terapi ranitidin Klinisi : ditanyakan kepada dokter mengapa ranitidin dihentikan
9. 26/05/16 - Pemberhentian ciprofloxacin Klinisi : Ditanya kepada dokter padahal pemakaian obat yang
disarankan 7-14 hari
8.4 PLAN
MONITORING
1. Keluarga - Menjaga kebersihan udara - Selalu bersihkan rumah agar tidak kotor
di dalam dan sekitar - Jika ada keluarga yang merokok, jangan didekat
lingkungan rumah pasien
- Diperhatikan sirkulasi udara dan ventilasi rumah yang
cukup
2. Pasien - Perhatikan nutrisi yang - Makan makanan yang mengandung nutrisi seimbang
dikonsumsi. Pada PPOK yaitu dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat
sering terjadi malnutrisi - Pemakaian masker untuk meminimalisir polutan
karna kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan
energi
- Hindari polutan udara
- Hindari merokok
3. Perawat - Merawat pasien dengan - Pemberian obat sesuai dosis dan aturan caara
tindakan yang tepat pemberiam
- Secara rutin memonitoring pasien
- Cara penyimpanan obat misalnya antibiotik yang
sensitif terhadap cahaya
- Informasi detail pemakaina obat misal infus berapa
kali semenit, pemakaian tetes antibiotik, dan lain-lain
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. LITBANG DEPKES RI. Jakarta. 2013
Buist S., Halbert R. J., Natoli J. L., Gano A., Badamgarav E., Mannino D. M. 2006. Global Strategy for the Diagnosis,
Management, and Prevention of COPD. NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop Summary.
Burge S, Wedzicha JA. PPOK exacerbations: definitions and classifications. European Respiratory Journal
Rubenstein , David , David Wayne dan John Bradley . 2005 . Lecture Notes Kedoteran
Klinis . Jakarta : EMS
WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2016 [Diakses 2017 15 March]; available from:
http://www.who.int/respiratory/copd/
Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S. 2010.Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: 37-51.