MAGANG MAHASISWA
Disusun oleh :
Ummi Marfu’ah
H071717141
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU MAGANG MAHASISWA
RESPON FERTILITAS PADI (Oryza sativa L.) DALAM
MENGHADAPI CEKAMAN SUHU TINGGI PADA STADIA
GENERATIF DI LABORATORIUM CROP SCIENCE GIFU
UNIVERSITY
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Ummi Marfu’ah
H0717141
Penguji I Penguji II
Surakarta,
Wakil Dekan Bidang Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Respon Fertilitas Padi
(Oryza Sativa L.) Pada Kondisi Cekaman Suhu Tinggi Di Laboratorium Crop Science
Gifu University” dengan baik.
Dalam membuat laporan magang ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang dirasa sangat bermanfaat, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr.Samanhudi S.P., M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Dr. Ir. Parjanto M.P. selaku Koordinator Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Ato Sulistyo, M.P. selaku dosen koordinator kegiatan magang agroteknologi
4. Komariah, STP., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pemimbing magang
5. Prof. Dr. Ir. Nandariyah, M.S. selaku dosen penguji
6. Prof. Takeo Onishi dan Prof. Tsutomu Matsui selaku supervisor selama program
Internship di Gifu University.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses berlangsungnya magang di Gifu University. Semoga laporan magang
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik tingkat fertilitas padi pada perlakuan suhu tinggi dan
varietas ............................................................................................ 18
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama beberapa dekade terakhir, Padi telah menjadi salah satu tanaman
pangan terbesar di dunia karena peningkatan pesat dalam populasi di Asia dan
Afrika yang mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Namun, perubahan
iklim telah menjadi faktor yang semakin signifikan di balik fluktuasi hasil biji-
bijian dan kualitas padi karena suhu musim rata-rata padi baru-baru ini di atas
optimal. Di Jepang, suhu yang sering sangat tinggi selama pemasakan telah
menyebabkan penurunan kualitas biji-bijian, terutama setelah sekitar tahun.
Ketika beras terkena suhu tinggi pada ambang tertentu selama pemasakan, ada
penurunan kelezatan nasi yang dimasak. untuk mencegah kualitas biji-bijian
yang buruk dan kehilangan hasil karena itu diperlukan.
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global dapat
dipengaruhi oleh adanya aktivitas manusia maupun aktivitas alam itu sendiri
(alamiah). Aktivitas manusia yang diperkirakan berkontribusi pada kenaikan
suhu bumi antara lain adalah aktivitas yang meningkatkan konsentrasi gas rumah
kaca maupun aktivitas yang mempercepat terjadinya penipisan lapisan ozon.
Meningkatnya kandungan gas rumah kaca menimbulkan efek gas rumah kaca di
atmosfer. Efek gas rumah kaca ini menyerap radiasi gelombang panjang yang
menyebabkan suhu bumi meningkat.
IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat
1,1 hingga 6,4 °C (2,0 hingga 11,5 °F) antara tahun 1990 dan 2100 (IPCC, 2007).
Kenaikan suhu bumi tersebut dapat menjadi faktor pembatas dalam budidaya
tanaman padi. Cekaman suhu tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan
abiotik yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman. Tanaman
mengalami cekaman suhu tinggi apabila kondisi suhu yang diterima melebihi
suhu optimum yang dibutuhkan tanaman tersebut. Wahid et al., (2007)
menyebutkan bahwa cekaman suhu tinggi pada tanaman secara umum
berpengaruh terhadap proses fisiologis, seperti fotosintesis, respirasi, kandungan
1
2
air, dan stabilitas membran. Penurunan hasil pada tanaman padi dapat mencapai
lebih dari 20% apabila suhu naik lebih dari 4°C. Peng et al. (2004) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa setiap kenaikan suhu minimum 1°C akan
menurunkan hasil padi sebesar 10%.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
a. Kegiatan magang ini untuk mahasiswa bertujuan untuk mempelajari
kegiatan yang meliputi proses budidaya tanaman padi berbagai varietas
dan pengaruh temperatur terhadap fertilitas padi berbagai varietas.
b. Kegiatan magang ini untuk fakultas merupakan salah satu sarana
peningkatan kompetensi dan keterampilan lulusan fakultas pertanian
Universitas Sebelas Maret
c. Bagi Department Applied Biological Science, Gifu University kegiatan
magang ini diharapkan dapat menjadi hubungan kerjasama dalam
pengembangan ilmu pertanian yang aplikatif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah melihat, mengetahui,
mempelajari dan memahami secara langsung proses budidaya tanaman padi
berbagai varietas dan mengetahui respon fertilitas padi (Oryza sativa L.)
dalam menghadapi cekaman suhu tinggi pada stadia generatif di
Laboratorium Plant Science, Gifu University. Kegiatan magang ini
diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap aspek-aspek yang
berkaitan dengan pengembangan sikap dan dapat melatih kepekaan
mengidentifikasi permasalahan serta mencari alternatif solusi guna
meningkatkan kemampuan intelektual mahasiswa.
C. Manfaat Kegiatan
1. Mengembangkan kepribadian, rasa percaya diri, dan kedewasaan mahasiswa,
serta dapat melatih manajemen emosi maupun jiwa kepemimpinn dalam kerja
tim, terkait profesionalisme, kedisiplinan, dan keakraban dengan professor
dan mahasiswa di Gifu University.
3
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang tergolong famili Graminae.
Tanaman padi memiliki struktur batang yang tersusun dari beberapa ruas dan
diantara ruas yang satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Pada
buku bagian bawah dari ruas, tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai
buku bagian atas. Pada buku bagian atas ujung daun pelepah terdapat percabangan
dimana cabang yang terpendek menjadi ligule (lidah) daun, dan bagian yang
terpanjang dan terbesar menjadi helaian daun. Daun pelepah yang membalut ruas
yang paling atas batang umumnya disebut daun bendera (Siregar 1981).
Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan
akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan akan terjadi secara bersusun,
yaitu: 1) anakan pertama (primer), anakan primer ini tumbuh di antara dasar batang
dan daun sekunder, sedangkan pada pangkal batang anakan primer terbentuk
perakaran. Anakan primer ini tetap melekat pada batang utama hingga masa
pertumbuhan berikutnya. Namun dalam mendapatkan zat makanan, anakan tersebut
tidak tergantung pada batang utama sebab memiliki perakaran sendiri. 2) anakan
kedua (sekunder), anakan ini tumbuh pada batang bawah anakan primer, yaitu pada
buku pertama dan juga membentuk perakaran sendiri. 3) anakan ketiga (tersier),
anakan tersier ini tumbuh pada buku pertama pada batang anakan sekunder dengan
bentuk yang serupa dengan anakan primer dan sekunder. Bunga padi adalah bunga
majemuk dengan satuan bunga berupa floret, floret tersusun dalam spikelet. Jumlah
benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta
mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua
buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau
ungu (Siregar 1981).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 LU dan 45
LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Tanaman padi dapat tumbuh di
tanah kering dengan syarat curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman. Tanaman
padi di Indonesia dibudidayakan pada lahan kering atau disebut padi ladang
(Upland Varieties) dan di lahan basah atau lahan sawah (Lowland Varieties).
4
5
Terdapat dua tipe tanaman padi yaitu padi pada daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 ˚C dan padi dataran tinggi dengan
ketinggian 650-1500 m dpl dengan temperatur 19-23 ˚C. Tanaman padi dapat
tumbuh optimum pada kisaran suhu optimum sekitar 27-32 ˚C (Yoshida 1978).
Cekaman suhu tinggi menyebabkan kerusakan dan gangguan keseimbangan
fotosintesis dan respirasi. Peningkatan suhu udara mengakibatkan proses respirasi
meningkat sehingga asimilat untuk pembentukan organ generatif menurun. Hal ini
dapat menurunkan produktivitas tanaman, meningkatkan konsumsi air,
mempercepat pematangan buah atau biji, menurunkan mutu hasil dan
berkembangnya berbagai hama penyakit. Suhu ketika jumlah CO2 yang diserap
pada proses fotosintesis sama dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan pada proses
respirasi tanaman disebut titik kompensasi suhu. Pada saat suhu lingkungan di atas
titik kompensasi suhu tanaman, fotosintesis tidak dapat menggantikan karbon yang
digunakan sebagai substrat pada proses respirasi. Hal ini mengakibatkan fotosintat
atau cadangan karbohidrat menurun. Ketidak-seimbangan antara fotosintesis dan
respirasi merupakan salah satu dampak buruk dari suhu tinggi
(Taiz dan Zeiger 2006).
Peningkatan suhu udara yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kerusakan
pada sel dan organel sel tanaman. Kerusakan langsung yang terjadi pada tanaman
adalah denaturasi dan agregasi protein. Kerusakan secara tidak langsung adalah
inaktivasi enzim dalam kloroplas dan mitokondria, penghambatan sintesis protein,
degradasi protein dan kehilangan integritas membrane. Suhu tinggi dapat
menyebabkan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menurunkan hasil
panen hingga 41% (Taiz dan Zeiger 2006).
Padi sangat sensitif terhadap stres panas (>35oC), terutama selama
gametogenesis dan tahap berbunga, sementara informasi tentang tahap
perkembangan lainnya seperti pertumbuhan meristem bunga awal, diferensiasi
spikelet dan pengisian biji-bijian terbatas. Kemampuan beras untuk menjadi sangat
produktif bahkan di bawah suhu > 40oC (lebih tinggi dari ambang kritis yang
ditentukan) di negara-negara tropis yang panas seperti Senegal dan Pakistan
sebagian besar digerakkan oleh ketersediaan air irigasi yang memadai dan tepat
6
waktu, dilengkapi dengan kelembaban relatif rendah (RH). Ini membantu tanaman
untuk mempertahankan suhu jaringannya di bawah ambang kritis karena
pendinginan yang dimediasi transpirasi yang efisien. Suhu malai 6oC lebih rendah
di bawah iklim Australia yang beririgasi baik dan 4o C lebih tinggi suhu malai di
bawah kondisi panas dan lembab di Cina mendukung kritis peran yang dimainkan
oleh RH ketika berhadapan dengan stres panas (Jagadish et al 2007).
Perlakuan suhu diatas 33.7 ˚C Umumnya benang sari merupakan organ yang
paling sensitif terhadap kondisi suhu tinggi. Suhu tinggi dapat mengakibatkan
cekaman berat pada fase pembungaan sehingga menyebabkan penurunan produksi
polen (Jagadish et al. 2007). Fertilitas bulir merupakan komponen penting dalam
hasil produksi padi menurun pada saat terkena paparan suhu tinggi diatas 35 ˚C.
Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan bulir padi menjadi mengapur
(Matsui et al. 1997).
Tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi memiliki benang sari yang
panjang untuk meningkatkan jumlah serbuk sari yang terbentuk dan pori stigma
yang lebar berperan untuk meningkatkan jatuhnya serbuk sari saat pembuahan
(Matsui dan Kagata 2003). Selain itu, struktur putik yang dikelilingi atau dinaungi
oleh beberapa daun bendera, hal ini merupakan mekanisme tanaman untuk menjaga
suhu di kepala putik untuk stabil sehingga dapat meningkatkan serbuk sari.
Mekanisme adapatasi lainnya yaitu dengan penguraian pati yang dilakukan dengan
produksi energi dalam mitokondria. Suhu tinggi menurunkan kadar amilosa dan
meningkatkan rasio ikatan adhesi pada saat pemasakan, sehingga menghasilkan
nasi yang yang bertekstur lembut dan tidak lengket pada varietas toleran
(Tanaka et al. 2009).
III. TATA LAKSANA MAGANG
7
8
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar terhadap
kegiatan yang dilakukan di institusi tempat magang. Selain itu, dapat
dilakukan dengan pencatatan data-data yang relevan, meliputi data iklim,
topografi, keadaan tanah luas areal, sejarah singkat perusahaan, dan
struktur organisasi.
e. Studi Pustaka
Studi pustaka dengan penelusuran referensi sebagai bahan pelengkap,
pendukung dan pembanding serta konsep dalam mencari solusi
permasalahan. Contohnya: data dari internet, buku, atau media lainnya.
C. Jadwal Kegiatan Individu
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan, dialokasikan pada kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan budidaya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan Magang Mahasiswa
Minggu ke
No Kegiatan
I II III IV IV
9
10
mengadopsi prinsip bahwa itu adalah bagian integral dari komunitas lokal,
berfungsi sebagai lembaga yang belajar, mengeksplorasi, dan berkontribusi.
Menerapkan fitur yang membedakan memiliki semua program sarjana
dan pascasarjana yang terletak di satu kampus untuk kegiatan pendidikan
dan penelitian, Universitas Gifu memberikan pendidikan yang berfokus
pada pelatihan profesional yang sangat terampil. Kami berkomitmen untuk
melakukan penelitian berkualitas tinggi yang merupakan dasar dari
pendidikan itu dan untuk mencapai internasionalisasi yang berakar pada
komunitas lokal. Sebagai pusat inti untuk menghidupkan kembali
komunitas lokal, universitas juga memainkan peran dalam revitalisasi
regional melalui upaya-upaya seperti memberi komunitas lokal manfaat
yang diperoleh dari kegiatan di atas.
4. Tujuan
1) Pendidikan
Universitas Gifu mempromosikan pembelajaran berdasarkan upaya
siswa sendiri. Ini telah memperkuat sistem verifikasi kualitas
pendidikannya, melatih para profesional yang sangat terampil, dan
melakukan kegiatan "Teach for Communities" berbasis komunitas.
Dengan memperkenalkan kursus tentang ide-ide desain dalam program
Master sains dan teknologi dan menekankan pendidikan umum berbasis
seni liberal, universitas sangat mempromosikan pelatihan siswa yang
mendukung inovasi. Prioritas lain termasuk pengembangan pendidikan
kedokteran yang memenuhi standar internasional.
2) Penelitian
Universitas Gifu secara konsisten terlibat dalam kegiatan penelitian
berkualitas tinggi, dan ini membentuk landasan bagi pendidikan yang
disediakannya. Sebagai elemen kunci dalam upaya ini, universitas
bertujuan untuk melayani sebagai pusat penelitian lanjutan di bidang
penelitiannya yang unik dalam ilmu kehidupan, studi lingkungan, dan
bidang manufaktur, dan ia bergantung pada kekuatan khususnya untuk
12
B. Kajian Umum
Kegiatan magang di Universitas Gifu dibagi menjadi kegiatan seminar,
kegiatan lapangan dan kegiatan penelitian. Dalam kegiatan seminar, kegiatan
seminar pertama oleh Zaki Muhamad, Mahasiswa Doktor di Dr. Keigo Noda,
yang menjelaskan tentang kekeringan dan kearifan lokal untuk mengatasi
kekeringan agronomis. Kekeringan dapat didefinisikan sesuai dengan kriteria
meteorologi, agronomis, hidrologi dan sosial-ekonomi. Kekeringan
meteorologi adalah cuaca kering yang menyebabkan kekurangan curah hujan,
kekeringan meteorologis dapat ditandai dengan curah hujan kurang dari 50 mm.
Kekeringan agronomis adalah dampak setelah kekeringan meteorologis ketika
kelembaban tanah tidak mencukupi. Meningkatkan bahan organik tanah
diperlukan untuk menjaga kelembaban tanah, dan jenis bahan organik tanah
berpengaruh pada kelembaban tanah dan pertumbuhan tanaman. Kekeringan
sosial-ekonomi adalah ketika aktivitas manusia dipengaruhi oleh berkurangnya
curah hujan dan ketersediaan air yang terkait. Kondisi kekeringan dapat
berdampak negatif pada pertanian, persediaan air, produksi energi, dan aspek
masyarakat lainnya.
Cara untuk menghadapi kekeringan agronomis yang disebabkan oleh
perubahan iklim adalah kembali ke kearifan lokal di bidang pertanian, pranata
mangsa dan sistem salibu. Pranata mangsa adalah kearifan lokal di Jawa untuk
membaca tanda alam untuk menentukan perhitungan musim yang akan berguna
untuk mengelola lahan pertanian. Sistem Salibu dikembangkan di Sumatera
Barat adalah opsi manajemen dalam sistem padi yang memungkinkan
pertumbuhan kembali padi yang mengarah ke panen kedua setelah panen utama.
Hasil panen kedua dapat mencapai 50% dari yang dihasilkan dari tanaman
utama, dengan biaya produksi yang lebih rendah karena penghematan persiapan
lahan, tenaga kerja dan penggunaan air.
Seminar kedua, kami menghadiri simposium “The 7th UGSAS, GU
International Symposium on New Era in Food Science and Technology 2019”
and “Joint Poster Session on Agriculture and Basin Water Environmental
Science 2019” diselenggarakan oleh The United Graduate School of
14
pembicara utama terakhir adalah Moh. Yusof Maskot dengan Penghilang Bau
Ekstrak Noni: Pendekatan Pemrosesan Makanan. Mereka membahas cara
memaksimalkan khasiat buah mengkudu, dan pemrosesan menjadi ekstrak
mengkudu.
Kuliah keempat, saya menghadiri kuliah oleh Dr. Ariyanto dengan judul
adaptasi perubahan iklim dan pemanenan air di Indonesia. Dampak perubahan
iklim di pertanian adalah perubahan pola musim, penyakit tanaman, dan
kelangkaan tanah. Program adaptasi untuk bereaksi terhadap perubahan iklim
adalah mengembangkan reservoir untuk penyimpanan air, penyuluhan lapangan
iklim bagi petani untuk menghadapi perubahan iklim, mengubah pola panen
sebagai agroforestri atau multikultural, panen air hujan untuk mengumpulkan
air di musim hujan dan mengambil di musim kemarau, membuat biopori untuk
meningkatkan penyerapan air, mulsa untuk menjaga kelembaban tanah dengan
mulsa organik dan mulsa organik, modifikasi iklim mikro dan irigasi surjan
untuk mencegah kegagalan panen menyebabkan banjir kekeringan dengan
membagi dua bagian tanah, tanah atas untuk tanaman musiman dan tanah
rendah untuk tanaman padi.
Kuliah kelima adalah praktik mengumpulkan dan membuat spesimen
serangga. Pengumpulan serangga mengacu pada pengumpulan serangga untuk
studi ilmiah atau diidentifikasi. Mengumpulkan serangga dengan jala adalah
cara yang bagus untuk mengumpulkan serangga besar dan kecil. Setelah
serangga dikumpulkan, serangga dapat dibunuh dengan beberapa cara,
pembekuan atau emersi dalam alkohol. Tempelkan pin melalui tubuh di tempat
yang benar tergantung jenis serangga. Dorong serangga ke dalam 0,5 inci dari
puncak pin. Atur sayap (untuk kupu-kupu dan ngengat) dan kaki di atas kapal
atau karya Styrofoam. Identifikasi serangga berdasarkan spesies, tanggal dan
tempat pengumpulan.
Dalam Kegiatan Lapangan, kegiatan lapangan pertama oleh Onishi Sensei
untuk survei lapangan tentang perilaku kura-kura dan kualitas air. Kualitas air
adalah kondisi kimia, fisik dan biologis air relatif terhadap kebutuhan satu
spesies biotik lagi dan atau tujuan apa pun. Parameter kualitas air adalah
16
oksigen terlarut, pH air, suhu air dan indikator biologis. Oksigen terlarut pada
air mengacu pada tingkat bebas, oksigen non-senyawa hadir dalam air.
Parameter penting adalah menilai kualitas air karena pengaruhnya terhadap
organisme yang hidup di dalam perairan.
Kegiatan lapangan kedua di Lapangan Pusat Universitas Gifu untuk
mempraktikkan pengambilan sampel perlakuan oleh siswa, perlakuan
menggunakan pupuk berbeda di lapangan, pupuk menggunakan pupuk organik
dan pupuk organik dalam konsentrasi berbeda, untuk mengambil sampel sampel
harus mengambil di pusat karena untuk menghindari kemungkinan terpengaruh
dengan perlakuan bidang lain. Panen sampel padi dengan cara panen manual
(dengan tangan). Di daerah lain, kami memanen padi dengan mesin,
mengeringkan padi di atas pilar, memisahkan batang dan malai dengan
menggabungkan mesin pemanen HS5000. Kami juga memanen ubi dan
menanam bawang.
Kegiatan lapangan ketiga di Minokamo oleh Prof. Yayota untuk
mempelajari tentang produksi daging sapi. Sapi di Jepang diklasifikasikan
menjadi empat ras, Japanese black cattle, Japanese brown cattle, Japanese
shorthorn cattle dan Japanese polled. Jenis daging sapi wagyu paling terkenal
di Jepang adalah Japanese black cattle, yang menyumbang lebih dari 90% dari
total sapi dan didistribusikan di seluruh Jepang, termasuk di bidang Minokamo
Universitas Gifu juga memproduksi Japanese black cattle. Kearifan
konvensional di Jepang adalah bahwa daging sapi menghasilkan 60% genetik
dan 40% produksi.
Dalam kunjungan lapangan ke fasilitas terkait air pertanian, kami belajar di
Proyek Kanal Aichi. Proyek Kanal Aichi dimulai untuk mencapai penggunaan
air secara intensif dan efisien dan untuk menyuplai air pertanian, domestik dan
industri ke daerah-daerah dengan menerapkan pengembangan sumber daya air
yang komprehensif dalam sistem sungai Kiso. Penggunaan air dari sistem kanal
Aichi untuk air pertanian 20%, air industri 54%, dan air domestik 26%. Fitur
fasilitas baru dari proyek kanal Aichi adalah Pengenalan sistem kontrol
manajemen air untuk mengamati ketinggian air dan kanal utama dari ruang
17
kontrol pusat serta asupan air dan pembuangan yang mengadopsi permintaan
air dapat dioperasikan melalui kontrol otomatis. Sistem umum saluran utama
sekarang adalah bipartit sehingga pemeliharaan dan perbaikan saat air mengalir
dimungkinkan. Sistem kontrol gerbang ketinggian air adalah gerbang otomatis
yang tidak bergerak, dan pengoperasian serta lokasi sebenarnya tidak lagi
diperlukan saat mengubah kuantitas aliran. Mengatur reservoir di ujung saluran
utama untuk mengurangi surplus air memungkinkan pemanfaatan sumber daya
air secara efektif. Pembentukan tenaga listrik Togo untuk penyediaan energi .
C. Kajian Individu
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Jumlah gabah per malai dan presentase gabah isi pada perlakuan
suhu tinggi dan varietas
Varieties T1(35oC) T2(37.5oC) T3(40oC)
Jumlah gabah per malai
Hitomebore 522 365 446
Kokonoemochi 433 1015 138
Koshihikari 661 713 770
Hidahomare 389 498 424
Takayamamochi 557 562 469
Akitakomachi 412 516 422
Asahinoyume 531 743 773
Hatsusashimo 426 579 652
Presentase gabah isi (%)
Hitomebore 74.90 39.73 9.19
Kokonoemochi 79.38 44.71 14.41
Koshihikari 82.45 60.03 29.35
Hidahomare 79.18 70.08 20.05
Takayamamochi 73.79 35.05 16.63
Akitakomachi 87.86 81.98 43.36
Asahinoyume 87.76 84.93 41.40
Hatsusashimo 93.43 86.01 41.10
Sumber : Data Primer
18
100.00
90.00
80.00
70.00
Fertility (%)
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
35 37.5 40
Temperature (˚C)
HITO KOKO KOSHI HIDA
TAKA AKITA ASAHI HATSU
Gambar 4. 1 Grafik tingkat fertilitas padi pada perlakuan suhu tinggi dan
varietas (Sumber: Data Primer)
2. Pembahasan
Periode pembungaan adalah salah satu periode yang paling sensitif
terhadap cekaman suhu tinggi. Pada padi, suhu rata-rata diatas 34oC pada
stadia pembungaan akan menginduksi sterilitas bunga dan menurunkan
hasil (Tian et al 2010). Suhu tinggi saat antesis akan menghambat
perkembangan butir polen dalam lokul kepala sari yang akan menginduksi
pecahnya kepala sari untuk segera terjadi penyerbukan. Sehingga hal ini
akan berdampak pada tidak terjadinya penyerbukan yang sempurna atau
tidak pecahnya kotak sari (Matsui et al 2000).
Tian et al (2010) menyatakan bahwa lingkungan sangat
mempengaruhi kepekaan dan toleransi tanaman terhadap cekaman. Pada
kondisi di asia, suhu malai akan lebih tinggi dari suhu udara sekitar karena
RH yang tinggi dan hembusan angin dengan kecepatan yang rendah akan
menghambat laju transpirasi untuk menurunkan suhu kanopi dan malai.
19
Penyerbukan butir polen yang cukup pada stigma sangat menunjang bagi
persentase pembentukan biji pada bulir malai dan tergantung pada masing
masing kultivar. Untuk dapat melakukan fertilisasi atau penyerbukan yang
sempurna, diperlukan lebih dari 5 butir polen pada yang berkecambah atau
menyerbuki stigma. Sehingga apabila hal ini tidak tercapai, besar
kemungkinan bunga tersebut akan menjadi steril pada kondisi suhu tinggi
dan lembab (Tian et al 2010).
Karakter persentase gabah isi menurun karena perlakuan suhu tinggi
menunjukkan tingkat sterilitas yang tinggi. Pada hasil pengamatan dapat
dilihat pada perlakuan T2 dan T3 banyak hasil gabah hampa. Hal ini
diindikasikan oleh kegagalan dalam proses polinasi dan fertilisasi pada
bunga padi. Gabah hampa terbentuk karena bunga gagal anthesis sehingga
tidak terbentuk bulir padi. Peningkatan suhu diatas 5 ˚C dapat meningkatkan
jumlah gabah hampa (Mohammed dan Tarpley 2010). Ying et al. (2009)
menyatakan bahwa paparan suhu 40 ˚C menurunkan laju pengisian gabah
sehingga menurunkan hasil.
Menurut Supriyanti (2015), Fertilitas gabah dihitung dari
perbandingan gabah isi dengan keseluruhan gabah permalai dan dinyatakan
dalam %. Dengan kode sangat fertile (>90%), Fertil (75-89%), sebagian
steril (50-74%), steril (<50%) dan sangat steril (0%). Pada suhu 35o varietas
hatsusashimo dapat dinyatakan dalam kelas sangat fertile, varietas
kokonoemochi, koshihikari, hidahomare, akitakomachi, asahinoyume dapat
dinyatakan dalam kelas fertile dan varietas hitomebore, takayamamochi,
dalam sebagian steril. Pada suhu 37.5o varietas hatsusashimo, hidahomare,
akitakomachi, dan asahinoyume dapat dinyatakan dalam kelas fertile,
varietas koshihikari, dalam sebagian steril, varietas kokonoemochi,
hitomebore, takayamamochi dinyatakan dalam kelas steril. Pada suhu 40o
seluruh varietas dinyatakan steril.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang di laboratorium crop science, Gifu
University dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Cekaman suhu tinggi pada fase generatif menurunkan jumlah bulir isi
berkisar antara 2.93 % sampai 38.74 % pada suhu 37.5oC dan menurunkan
bulir isi berkisar antara 46.46% sampai 65.71% pada suhu 40oC.
2. Varietas yang toleran terhadap suhu tinggi salah satunya adalah yang
memiliki persentase gabah isi yang tinggi, varietas Hatsu memiliki
presentase gabah isi yang paling tinggi.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada kegiatan magang di Gifu University
adalah perlu adanya jadwal yang berbeda tiap harinya agar ilmu yang diperoleh
peserta magang lebih luas, serta perlu adanya pembimbing lapang yang siap
untuk membimbing peserta magang, sehingga kegiatan magang menjadi lebih
efektif dan materi yang didapat lebih lengkap.
20
DAFTAR PUSTAKA