Refrat Hyfema
Refrat Hyfema
PENDAHULUAN
Hifema dapat terjadi akibat trauma tembus ataupun trauma tumpul, dapat
juga perdarahan spontan.Biasanya darah ini berasal dari pembuluh darah iris
1
ataupun badan siliar yang pecah.Kadang-kadang pembuluh darah baru yang
terbentuk pada kornea pasca bedah katarak dapat pecah sehingga timbul hifema.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui tentang pengertian hifema.
Mengerti dan memahami penyebab dari hifema.
Mengetahui Tanda dan Gejala dari hifema.
Mengetahui patofisiologi serta klasifikasi hifema.
Mengetahui gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
sehingga mampu menegakkan diagnose hifema.
Mengetahui penatalaksanaan hifema.
Mengetahui komplikasi penyakit serta menentukan prognosis dari
penderita hifema.
B. Tujuan Khusus
Agar dokter umum mengetahui tanda-tanda awal hifema sehingga
mampu menegakkan diagnose dan memberikan terapi awal.
Agar dokter umum bisa membantu memberikan edukasi kepada
penderita hifema.
I. 3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
penyakit mata pada khususnya.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea,
(2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh
jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk
bagian putih mata.
Sumber: http://jec.co.id/services/refractive-surgery-service/cataract/
Kelopak mata terdiri dari kelopak atas dan bawah yang berfungsi untuk
melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk
film air mata di depan kornea. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis di
bagian depan dan di bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal.1
3
Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian:1
4
mata, lapisan kedua adalah jaringan uvea atau lapisan vaskular yang terdiri atas
iris, badan siliar dan koroid. Disebut lapisan vaskular dikarenakan terdapat
banyak pembuluh darah. Dan lapisan yang terakhir adalah retina atau lapisan
nervosa. 1
2.1.5 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata. Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea. 1
2.1.6 Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri atas lapis: 1
1. Epitel
Tebalnya 550 mikrometer, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Menyusun 90% ketebalan kornea. Terdiri atas lamel yang merupakan
susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
5
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.
2.1.7 Uvea
Uvea terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pendarahan uvea dibedakan
antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus
dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial
inferior, pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung
menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar atau greater
arterial circle of iris yang memvaskularisasi iris dan badan siliar. Sedangkan uvea
posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang
menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. 1
Persarafan uvea terdiri atas: 1
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar
2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi dan pembuluh darah uvea
3. Akar saraf motor yang memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan
pupil
6
2.1.8 Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum
berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan
orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang
sklerosis. 1
2.1.9 Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata depan dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat
penghambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik
mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,
baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. 1
Sudut filtrasi berbatas dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera
spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang
sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula
mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan
siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir
perifer endotel dan membran descement, serta kanal Schlemm yang menampung
cairan mata keluar ke salurannya. 1
Bilik mata depan merupakan suatu ruangan yang berisikan humor aquous,
berada di anterior kornea dan posterior iris. Humor aquos yang mengisi bilik mata
depan berasal dari epitel badan silier yang memproduksinya. Humor aquous ini
akan mengalir ke melalui bilik mata belakang, melewati pupil kemudian ke bilik
mata depan. Dari sini humor aquous kemudian akan masuk ke sudut bilik mata
depan, yaitu sudut yang dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris,
dan memasuki trabekular meshwork menuju ke kanal Schlemm. Dari sini humor
aquous dilanjutkan ke vena sklera dan episklera.
7
Gambar 3: Perjalanan humor Aquous
Sumber: http://www.news-medical.net/health/What-is-Glaucoma.aspx
8
pada anemia dan iskemia, merah pada hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina
merupakan cabang arteri ophtalmika, arteri retina sentral masuk er5tina melaluai
papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar
tretina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. 1
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk
hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora
dan blefarospasme.
Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak
sudut bilik mata depan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan
yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan
bokade pupil.
2.3 Epidemiologi
Menurut studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema,
terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang
populasi. Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase terbanyak,
yaitu sebesar 70%. Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita
dengan perbandingan 3:1.5
9
2.4 Etiologi
1. Hifema traumatik
2. Hifema iatrogenik
3. Hifema spontan
10
Neovaskularisasi ini mudah rapuh karena trauma minor. Erosi kronis pada
iris juga dapat menjadi penyebab hifema.
Hifema spontan sering dikacaukan dengan hifema trauma. Perlunya
anamnesis tentang adanya riwayat trauma pada mata dapat membedakan kedua
jenis hifema. Hifema spontan adalah perdarahan bilik mata depan akibat adanya
proses neovaskularisasi, neoplasma, maupun adanya gangguan hematologi.
2.5 Patofisiologi
Terdapat dua mekanisme yang diduga menyebabkan terjadi hifema.
Mekanisme pertama adalah mekanisme dimana kekuatan trauma menyebabkan
kontusi sehingga terjadi robekan pada pembuluh darah iris dan badan silier yang
rentan rusak. Mekanisme kedua adalah trauma tersebut menyebabkan
peningkatkan tekanan intraokuler sesaat sehingga menyebabkan ruptur pembuluh
darah pada iris dan badan silier.5
11
Rudapaksa tumpul/ trauma tumpul dengan kecepatan tinggi pada bola mata
akan menimbulkan tekanan yang sangat tinggi di dalam bola mata maka akan
terjadi penyebaran tekanan ke arah posterior, badan kaca, dan sklera (equatorial
zone) sehingga terjadi perubahan letak diafragma lensa-iris ke posterior, pecahnya
pembuluh darah arteri di iris, badan silier dan pembuluh darah arteri dan vena di
koroid dimana pendarahannya masuk ke dalam bilik mata depan sehingga
terjadilah hifema.2
Sementara itu, terjadinya hifema pada kasus tumor intraokular atau
neovaskularisasi berkaitan dengan kerapuhan pembuluh darah baru yang
terbentuk karena iskemia yang memicu peningkatan pembentukannya. Hifema
pada kasus ini akan muncul secara spontan tanpa perlu menunggu adanya trauma,
karena pembuluh darah baru tersebut dapat pecah sewaktu-waktu dengan iritasi
minimal.8
Gambar 5 : Proses trauma dari arah anterior bola mata dapat mengakibatkan
distorsi dimensi antero-posterior dan ekuatorial yang
mengakibatkan perubahan tekanan intraokular mendadak dan
menyebabkan ruptur pembuluh darah (Kanski, 2011)
12
retinoblastoma. Meskipun jarang, hifema dapat menjadi salah satu tanda
terjadinya kelainan intraokular khususnya pada bayi dan anak-anak tanpa
riwayat trauma yang signifikan.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi hifema dibedakan berdasarkan kepada onset pendarahannya,
darah yang terlihat, serta pengisian darah pada bilik mata depan. Berdasarkan
onset pendarahan, hifema diklasifikasikan menjadi:5
Hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada mata
Hifema sekunder terjadi 2-5 hari setelah trauma pada mata
Sementara itu berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan
menjadi:
Makrohifema, pendarahan terlihat dengan mata telanjang
Mikrohifema, pendarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop
Dan apabila dibagi berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan,
hifema dibagi menjadi:
Grade 1, darah menempati kurang dari sepertiga bilik mata depan, insiden
kasusnya 58%
Grade 2, darah mengisi sepertiga sampai setengah bilik mata depan, dengan
insiden kasus 20%
Grade 3, darah mengisi setengah sampai kurang dari total bilik mata depan,
insiden kasusnya 14%
Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, sering disebut sebagai
total hyphema, blackball, atau 8-ball hyphema, insiden kasusnya 8%
13
Grade Keberadaan darah di Kamera Okuli
Anterior (COA)
2 1/3 sampai ½
3 Lebih dari ½
4 Total (Penuh)
a.k.a blackball / 8-ball
hyphema
14
Gambar 6: Grading hifema
Sumber: http://mbbsdost.com/fbapp/index.php?mno=2105
15
Gambar 7: Hifema
Sumber: http://kumpulantipskesehatan9.blogspot.com/2011/06/hifema-
darah-di-bilik-mata-depan.html
Subyektif:1
Penderita mengeluh nyeri
Penglihatan kabur dan menurun
Bilik mata depan merupakan salah satu media refraksi pada mata. Oleh
karena itu, apabila terdapat darah pada bilik mata depan, refraksi cahaya
dari dunia luar akan terganggu dan secara langsung katajaman penglihatan
seseorang akan menurun. Tingkat penurunan ini tergantung pada banyaknya
darah pada bilik mata depan.8
Epifora
Epifora adalah pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Blefarospasme
Blefarospasme merupakan tindakan memejamkan mata dengan kuat yang
tidak disadari, yang dapat berlangsung beberapa detik sampai beberapa jam.
Obyektif: 1,2
Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik
mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Visus menurun
Tekanan intraokular (TIO) normal/meningkat/menurun
Bentuk pupil normal/midriasis/lonjong (oftalmoplegi interna)
Pelebaran pembuluh darah perikornea
Hifema (+), volumenya: <1/3 BMD, >1/3 BMD, total hifema atau eight ball,
black ball eye
Kadang diikuti abrasi kornea, tes fluoresin dapat (-) atau (+)
Darah yang menempel pada endotel kornea
Kadang terlihat iridoplegia
Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter
pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien
16
akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlihat tidak sama
besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjasi iregular. Pupil ini
tidak bereaksi terhadap sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Kadang terlihat iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga
bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya
iridodialisis terjadi bersama-bersama dengan hifema.
17
bagian posterior, adneksa mata, dan orbita. Pemeriksaan yang umum
dilakukan berupa ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan untuk melihat
adanya tumor intraokular. Dapat juga dilakukan angiografi pada iris untuk
melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah
untuk melihat adanya sickle cell disease. 5,8
Anestesi lokal dapat diberikan bila ada blefarospasme. Dapat pula
dilakukan tes fluoresin, pengukuran TIO dengan tonometri, pemeriksaan
segmen anterior dengan lampu senter dan loupe atau slit lamp
biomikroskop.2
Goniskopi juga dapat dilakukan. Pemeriksaan struktur sudut sangat
penting untuk memahami sejauh mana trauma tumpul mempercepat
hyphema. Hal ini dapat ditunda sampai setelah 5 hari, berisiko tinggi,
perdarahan ulang periode kritis, dan bersifat dinamis. Kelainan Angle,
sinekia, dan resesi mungkin sering ditemukan.
2.9 Komplikasi
Pada umumnya yang perlu diwaspadai dalam menemukan kasus hifema
adalah komplikasi yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya dibandingkan
keberadaan darah di kamera okuli anterior itu sendiri. Komplikasi yang mungkin
terjadi antara lain: glaukoma sekunder, sinekia posterior, sinekia anterior perifer,
pewarnaan kornea (corneal bloodstaining), hifema sekunder dan atrofi optik.
Komplikasi lainnya melibatkan kerusakan segmen posterior seperti ruptur koroid,
ablasio retina, pendarahan vitreous, dan dialisis zonular. 5
Glaukoma sekunder
Adanya darah yang mengisi bilik mata depan dapat meningkatkan
tekanan intraokuler secara langsung karena adanya peningkatan volume
cairan di dalam bilik mata depan, sehingga menyebabkan kondisi glaukoma
sekunder. Mekanisme lain terjadinya glaukoma sekunder adalah karena
adanya gumpalan darah, eritrosit, atau fibrin yang menempel pada
trabekular meshwork sehingga menghambat aliran masuk humor aquos ke
dalam saluran tersebut. Dapat pula terjadi trauma pada trabekular meshwork
ini berkaitan dengan trauma penyebab hifema sehingga terjadi peningkatan
18
intraokular akut. Gejala yang berkaitan dengan peningkatan tekanan
intraokular, seperti nyeri pada mata, nyeri kepala, atau fotofobia juga dapat
muncul.5
Menurut suatu studi, peningkatan tekanan intraokular (TIO) >21
mmHg terjadi pada 32% pasien dengan hifema. Tekanan yang tinggi ini
juga memiliki keterkaitan dengan grade hifema yang tinggi (3 atau 4).
Pasien yang sebelumnya sudah memiliki faktor predisposisi glaukoma akan
semakin mudah mengalami glaukoma. 5
Sinekia Posterior
Sinekia posterior atau adhesi iris terhadap lensa dapat terjadi pada
pasien hifema traumatik karena efek dari terjadinya iritis atau iridosiklitis.
Akan tetapi, komplikasi ini jarang terjadi pada pasien yang mendapat tata
laksana dengan baik. Sinekia posterior lebih banyak terjadi pada pasien
hifema yang menjalani evaluasi lewat pembedahan. 5
Sinekia Anterior Perifer
Sinekia anterior perifer, dimana iris menempel ke kornea, sering terjadi
pada pasien dengan hifema yang menetap pada periode yang panjang,
biasanya mencapai 9 hari atau lebih. Hal ini disebabkan oleh adanya iritis
kronik akibat trauma awal atau adanya iritis kimiawi karena adanya darah di
bilik mata depan. Kemungkinan penyebab lainya adalah adanya bekuan di
sudut bilik yang mengakibatkan fibrosis trabekular meshwork sehingga
menutup sudut tersebut. 5
Atrofi Optik
Atrofi optik merupakan keadaan akhir akibat glaukoma traumatik yang
dapat terjadi pada pasien dengan hifema. Terjadinya peningkatan tekanan
intraokular mengakibatkan tekanan diteruskan ke seluruh bagian mata,
termasuk ke tunika neuralis. Tunika neuralis yang merupakan retina akan
mengalami tekanan dan mengakibatkan kerusakan pada saraf. Kerusakan
pada saraf mata akibat tekanan akan timbul dalam bentuk atrofi optik. Pada
tekanan bola mata 50 mmHg, kerusakan dapat terjadi dalam 7 hari,
sedangkan pada tekanan bola mata 35 mmHg kerusakan dapat terjadi dalam
5 hari. Pada individual dengan sickle cell trait, kerusakan bahkan lebih
19
cepat terjadi pada tekanan yang lebih rendah, mengindikasikan pentingnya
penanganan segera terutama pada pasien-pasien ini.
Gambar 8 : Gambaran papil atrofi, yakni berupa papil yang tampak pucat
akibatnya menghilangnya serabut saraf dan pembuluh darah
kapiler akibat tekanan intraokular yang meninggi. (Crouch,
2006)
Hifema sekunder
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma
dapat terjadi pendarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder
yang pengaruhnya akan lebih hebat karena pendarahan lebih sukar hilang.1
Pendarahan sekunder disebabkan oleh lisis, retraksi bekuan dan fibrin,
yang berfungsi sebagai penyumbat pembuluh darah yang mengalami ruptur
di awal trauma. Pendarahan sekunder terjadi pada 25% dari seluruh pasien
hifema, dengan insiden terjadinya pendarahan sekunder yang lebih tinggi
pada hifema grade 3 dan 4. 5
Pendarahan sekunder di bilik mata depan bisa dideteksi dengan
melihat adanya peningkatan jumlah darah secara nyata di bilik mata depan.
Pendarahan sekunder umunya terjadi pada rentang waktu hari ke-2 hingga
hari ke-7 setelah trauma, dengan kemungkinan tersering terjadi pada hari
ke-3 atau ke-4. Pada hifema grade 3 dan 4, dimana darah dari hifema
berwarna gelap akan muncul darah berwarna cerah di bagian perifer,
tersering pada hari ke-4 hingga ke-6. Akan tetapi, hal ini belum tentu
20
merupakan pendarahan sekunder dapat juga merupakan hasil dari clotting
awal. 5
Hemosiderosis / Pewarnaan Kornea / Corneal Bloodstaining
Hemosiderosis kornea terutama terjadi pada pasien dengan hifema total
dan terkait pula dengan peningkatan TIO. Kemungkinan kemunculan
komplikasi ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
integritas endotel seperti: 5
Kondisi endotel kornea awal
Trauma bedah pada endotel
Banyaknya bekuan yang mengalami kontak dengan endotel
Peningkatan TIO berkepanjangan
Pewarnaan kornea lebih sering terjadi pada pasien dengan hifema total
yang bertahan selama minimal 6 hari berturut-turut, diikuti dengan
peningkatan TIO lebih dari 25 mmHg. 5
Proses penyembuhan pewarnaan kornea membutuhkan waktu
beberapa bulan. Secara umum, pewarnaan kornea dimulai dari sentral
kemudian menyebar ke bagian perifer endotel kornea. Proses resolusi dari
komplikasi ini merupakan kebalikan dari proses inisiasi. Resolusi akan
dimulai dari bagian perifer kemudian menuju ke tengah. 5,6
21
2.10 Penatalaksanaan
22
mengurangi kejadian pendarahan ulang, resorbsi darah, atau perbaikan
visus.5,8
7. Antibiotika tetes mata bila ada tanda-tanda infeksi atau kortikosteroid tetes
mata bila ada inflamasi
Tetes mata steroid diberikan dalam jangka waktu pendek bersama dengan
dilatasi pupil. Steroid untuk menurunkan resiko pendarahan ulang.4
Penggunaan steroid topikal setelah hari ketiga atau hari keempat hifema
mungkin menguntungkan untuk mengurangi iridocyclitis dan untuk
mencegah atau menghalangi perkembangan sinekia anterior perifer atau
sinekia posterior.5
8. Antifibrinolitik oral / injeksi dapat diberikan untuk mencegah pendarahan
ulang seperti asam amino kaproat topikal atau oral serta asam traneksamat
oral. Kontraindikasi pada gangguan clotting intravaskular dan kehamilan.8
Aminokaproat sistemik (ACA, Amicar) menghambat bekuan lisis dengan
mencegah plasmin dari mengikat lisin dalam bekuan fibrin. Sebagai analog
lisin, ACA kompetitif menginaktivasi plasmin dengan menduduki situs
pada plasmin yang biasanya mengikat fibrin. Dengan cara yang sama, ACA
mengikat plasminogen, sehingga ketika diaktifkan untuk plasmin tidak
dapat ke fibrin. Sistemik ACA tidak boleh digunakan pada pasien yang
sedang hamil atau mereka dengan insufisiensi ginjal atau hati. 5
9. Asetazolamida atau beta blocker seperti timolol diberikan bila terjadi
penyulit glaukoma
10. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya istirahat untuk mencegah
terjadinya kelelahan sfingter dan diberi roboransia.
11. Pemantauan berkala (setiap hari) tentang tajam penglihatan, tekanan
intraokular, serta regresi hifema.
23
belum terkontrol mengindikasikan pemberian agen lain, yakni CAI sistemik
(melalui oral), yakni asetazolamid dengan dosis 20 mg/kg/hari terbagi dalam
empat dosis. Hal ini terutama digunakan apabila tekanan masih di atas 22
mmHg. Pilihan terakhir apabila tekanan masih tinggi adalah pemberian agen
osmotik (seperti manitol IV 1,5 g/kg dalam larutan 10% 2 kali sehari atau 3 kali
sehari apabila tekanan sangat tinggi), atau pemberian gliserol per oral. Hal ini
penting apabila tekanan intraokular tetap di atas 35 mmHg meskipun hal-hal di
atas telah dicobakan pada pasien.8,7
Operatif:
24
Pasien akan menjalani bedah apabila terdapat:
25
Irigasi dengan teknik jarum tunggal atau ganda memiliki keuntungan dari
sayatan kecil. Teknik ini memiliki beberapa kelemahan. Kadang-kadang,
mempertahankan posisi ujung jarum di ruang anterior selama prosedur sulit.
Situasi berbahaya dibuat ketika jenis collar-button yang terbentuk bekuan
menempati kedua ruang anterior dan posterior. Hal ini akan menghasilkan
pupil blok dengan perpindahan anterior diafragma iris-lensa.
Irigasi Clot dengan trabeculectomy
Umumnya, trabeculectomy tidak digunakan dalam hifema kecil. Namun,
pada pasien dengan hifema total, trabeculectomy dengan iridectomy perifer
harus dipertimbangkan. Trabekulektomi dilakukan dengan irigasi dari ruang
hifema anterior. Operasi ini relatif aman dan harus dilakukan lebih awal
untuk pasien dengan hifema total kecuali tekanan intraokular tinggi secara
medis dapat dikendalikan dan resolusi hifema ini jelas dekat.
2.11 Prognosis
Lebih dari 75% pasien hifema memiliki visus akhir >20/40. Penurunan visus
pada pasien hifema lebih dipengaruhi oleh kerusakan segmen posterior
26
(terutama retuna) dibanding gangguan pada segmen anterior. Keberhasilan
pengobatan hifema memulihkan ketajaman visual pada 75% pasien. Hifema
total sulit untuk diobati, dan hasil visual biasanya buruk. 5,8
2.12 Pencegahan
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Hifema adalah pendarahan dalam bilik mata depan yang berasal dari pecahnya
pembuluh darah pada iris atau badan silier akibatkan trauma tumpul.
2. Hifema umumnya disebabkan oleh karena trauma tumpul. Hifema juga dapat
terjadi akibat komplikasi post operasi intraokuli, hifema spontan yang biasanya
dapat disebabkan oleh pecahnya neovaskularisasi pada iris, anomali vaskuler
dalam mata seperti yang terjadi pada juvenile xanthogranuloma. Bahkan, hifema
idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab jelas, meskipun hal ini sangat jarang.
3. Terdapat dua mekanisme yang diduga menyebabkan terjadi hifema. Mekanisme
pertama adalah mekanisme dimana kekuatan trauma menyebabkan kontusi
sehingga terjadi robekan pada pembuluh darah iris dan badan silier yang rentan
rusak. Mekanisme kedua adalah trauma tersebut menyebabkan peningkatkan
tekanan intraokuler sesaat sehingga menyebabkan ruptur pembuluh darah pada
iris dan badan silier.
4. Klasifikasi hifema dibedakan berdasarkan kepada onset pendarahannya, darah
yang terlihat, serta pengisisan darah pada bilik mata depan. Berdasarkan onset
pendarahan, hifema diklasifikasikan menjadi hifema primer dan hifema sekunder.
Berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi makrohifema
dan mikrohifema. Dan berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan, hifema
dibagi menjadi 4 grade yaitu, grade 1, grade 2, grade 3, dan grade 4. Umumnya
grading inilah yang dijadikan salah satu patokan dalam menentukan tata laksana
hifema.
5. Manifestasi klinis subyektif dari hifema adalah nyeri, penglihatan kabur dan
menurun, epifora, dan blefarospasme. Manifestasi klinis obyektif dari hifema
adalah bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik
mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan, visus
menurun, tekanan intraokular (TIO) normal/meningkat/menurun, bentuk pupil
normal/midriasis/lonjong (oftalmoplegi interna), pelebaran pembuluh darah
perikornea, hifema (+), kadang diikuti abrasi kornea, tes fluoresin dapat (-) atau
(+), darah yang menempel pada endotel kornea, kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis.
28
6. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa anestesi lokal dapat diberikan bila
ada blefarospasme, tes fluoresin, pengukuran TIO dengan tonometri, pemeriksaan
segmen anterior dengan lampu senter dan loupe atau slit lamp biomikroskop,
ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan, angiografi pada iris, pemeriksaan
laboratorium dan gonioskopi.
7. Beberapa diagnosis banding yang dapat memberikan gambaran seperti hifema
adalah herpes simpleks keratitis, manifestasi sickle cell disease, dan komplikasi
glaukoma.
8. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain glaukoma sekunder, sinekia posterior,
sinekia anterior perifer, pewarnaan kornea (corneal bloodstaining), hifema
sekunder dan atrofi optik. Komplikasi lainnya melibatkan kerusakan segmen
posterior seperti ruptur koroid, ablasio retina, pendarahan vitreous, dan dialisis
zonular.
9. Prognosis visus akhir pasien dengan hifema bergantung pada 3 faktor utama,
yaitu kerusakan organ mata lain (ruptur koroid), apakah terjadi pendarahan
sekunder, serta apakah terjadi komplikasi seperti glaukoma, Corneal
Bloodstaining, dan atrofi optik. Keberhasilan pengobatan hifema memulihkan
ketajaman visual pada 75% pasien. Hifema total sulit untuk diobati, dan hasil
visual biasanya buruk.
10. Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan alat pelindung
mata seperti googles. Walaupun trauma akibat pembedahan jarang terjadi,
pencegahan dengan menggunakan asetazolamid intravena dan manitol perlu
dilakukan apabila terdapat peningkatan TIO atau pasien dengan anestesia umum.
Hal ini diharapkan dapat mencegah hifema intra dan post operatif. Untuk
menghindari kemungkinan pendarahan berulang, perlu diberikan pengobatan
antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus tertentu.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H.S. dan Yulianti, S.R. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
2. Nurwasis, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu
Penyakit Mata Edisi III. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.
3. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T., Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika.
Jakarta. 2000.
4. James, B., Chew. C,. dan Bron, A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi Edisi
Sembilan. Jakarta: Erlangga.
5. Sheppard, J.D. 2014. Hyphema (Bleeding in Eye). Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com/hyphema_bleeding_in_eye/.htm pada tanggal 6
Oktober 2014.
6. Ilyas, H.S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
7. Sheppard JD. Hyphema. [Internet]. Updated: 2011 Mar 19, Cited: 2015 juli 27.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview
8. Chraibi F, Bhallil S, Benatiya I, Tahri H. Hyphema revealing retinoblastoma in
childhoot. A case report. Bull. Soc. Belge Ophtalmol. 2011(318): 41-3
30