Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah


Pendidikan Anak Dalam Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Syamsudin Ali Nasution, M.A

Disususn oleh :
Evi latifah H.1610021
Siti Nurhasanah H.1610050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami
sehingga penulisan hasil makalah ini dapat selesai sesuai yang diharapkan. Shalawat dan
salam kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah mengangkat ummat manusia dari
zaman jahiliyyah menuju ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Adapun
makalah ini kami susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas dalam matakuliah
Pendidikan Anak Dalam Islam di Fakultas Universitas Djuanda Ciawi-Bogor.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu (Bapak Dr. Syamsudin Ali
Nasution, M.A), karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah pengetahuan
dan pengalaman kami serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok kami
ini. Dan secara khusus kami juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua kami
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta do’a yang selalu mengiringi
kami.
Kami selaku penyusun sadar akan ketidak sempurnaan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu kami sangat berharap atas kritik dan saran yang
membangun guna mengembangkan pengetahuan kita bersama dan penunjang lebih baik
lagi untuk makalah selanjutnya.

Bogor, 16 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Prinsip Pendidikan Islam..........................................................................3

B. Prinsip-prinsip pendidikan anak dalam Islam.............................................................4

1. Aqidah Yang Kuat...............................................................................................4

2. Kesadaran akan pengawasan Allah ‘azza wa jalla..............................................7

3. Shalat, Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, dan Sabar..................................................7

4. Tidak sombong....................................................................................................9

5. Sederhana..........................................................................................................10

BAB III PENUTUP............................................................................................................11

A. Kesimpilan.................................................................................................................11

B. Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah pengembangan akal manusia dan penata kehidupan
dalam tingkah laku serta emosional dalam agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang menjadi sumber dasar Agama Islam. Selain mempunyai tujuan
keilmuan, Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan untuk menjadikan manusia
sebagai pemimpin yang dapat melaksanakan tugasnya sebagai kholifah fil ard dengan
baik dan tidak menyalahi Qodratnya sebagai makhluk tuhan yang sempurna dengan
akalnya.
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu tentunya tidak menutup mata bahwa
pendidikan yang terjadi pada zaman ini yang sering disebut sebagai zaman milenial
masih jauh dari yang kita harapkan. Kita berharap bahwa Pendidikan Islam di
Indonesia mampu menghasilkan pendidikan yang lebih baik dan mampu
mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik, namun hal tersebut belum
terealisasikan dengan baik sesuai harapan. Tentu itu semua karena adanya factor-faktor
penyebab yang menghambat dari kemajuan sebuah pendidikan, seperti hal nya
Prinsip-prinsip yang kita acuhkan, padahal Prinsip itu sendiri sebagai dasar yang
menguatkan yaitu sebagai pondasi untuk bekal tercapainya sebuah tujuan. Namun
banyak dari kita yang mengabaikan dan menjadikan prinsip hanya sebagai formalitas
saja, padahal prinsip itu sangat penting dan urgent didalam Pendidikan Islam.
Tatanan konsepsi Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
didasarkan dari Al-Qur’an yang menjadi pedoman utama dan pertama bagi umat
Islam. Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang hukum-hukum yang mengatur
bagaimana berhubungan dengan sesama manusia (mu’amalah), tatacara bagaimana
manusia harus menjalankan seluruh peraturan dalam hubungannya dengan Dzat Yang
Maha Pencipta (ibadah), serta diterangkan pula bagaimana keyakinan yang benar yang
menjadikan seorang muslim tidak menyekutukan terhadap Dzat Yang Maha Esa
(aqidah).
Lebih dari pada itu, Al-Qur’an juga menerangkan bagaimana pelaksanaan suatu
pendidikan Islam yang dapat menjadikan seseorang tumbuh dan dewasa sesuai dengan
ajaran Islam. Dalam hal ini, dinyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Luqman Al-Hakim

1
adalah sosok pendidik yang memperoleh hikmah. Dengan hikmah yang dianugerahkan
oleh Allah kepada beliau, menjadikan namanya diabadikan dalam Al-Qur’an. Bahkan
dijadikan sebagai nama suatu surat Al-Qur’an. Prinsip-prinsip pendidikan anak dalam
Islam sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat Luqman merupakan acuan ideal
dalam pelaksanaan pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah:

1. Apa Pengertian Prinsip Pendidikan Islam?


2. Bagaimana Prinsip-prinsip pendidikan anak dalam Islam yang dinyatakan dalam
Surat Luqman?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pengertian Prinsip Pendidikan Islam.


2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip pendidikan anak dalam Islam yang dinyatakan
dalam Surat Luqman.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip Pendidikan Islam
Prinsip berasal dari bahasa Inggris, principle yang berarti ‫ مبدأ‬1.‫ قاعدة‬, ‫ مبدأ‬berarti
tempat/titik permulaan; asas, dasar; yang punya prinsip.2 Adapun ‫ قاعدة‬berarti dasar,
asas, fondamen; prinsip.3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip n asas
(kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan lain sebagainya); dasar.4
Prinsip dapat diartikan asas atau fondamen pokok untuk sesuatu itu terwujud.
Prinsip pendidikan Islam artinya asas atau fondamen yang mendasari
terbentuknya pendidikan islam terutama sebagai sebuah sistem pendidikan yang
memiliki karakteristik tersendiri sekaligus membedakan dengan sistem pendidikan
lainnya. Di dalam istilah fikih, kata prinsip mungkin bisa disamakan dengan rukun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun ialah sesuatu yang harus dipenuhi untuk
sahnya suatu pekerjaan; contoh tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan
rukunnya; asas; dasar; sendi; contoh semuanya terlaksana dengan baik, tidak suatu pun
yang menyimpang dari rukunnya.
Lebih jauh berkenaan dengan rukun ini misalnya rukun Islam ada 5 (lima), artinya
sebuah bangunan agama Islam memiliki lima tiang utama atau memiliki lima
fondamen yang mendasarinya, dan kelima fondamen itu menjadi prinsip dalam Islam,
yakni sesuatu yang tidak boleh tidak, harus ada. Bilamana salah satu atau sebagian
tidak ada, maka belum sempurna bangunan agama Islam tersebut. Begitupula rukun
iman, rukun sholat dan lainnya memiliki asas atau fondamen yang harus ada, atau
wajib ada, prinsip yakni sesuatu yang tidak boleh tidak, harus ada. Sebagaimana Islam
sebagai sebuah agama, bisa di lihat dari berbagai segi, maka pendidikan Islam juga
bisa dilihat dari beberapa segi.
Dari segi faktor, maka prinsip pendidikan Islam, maka fondamen utamanya
meliputi tujuan baik, cara yang baik atau proses yang Islami dengan memperhatikan
dasar normatif, filosofis, psikologis, sosiologis; pendidik yang punya kelebihan dan
ikhlas menularkan kelebihan tersebut kepada orang lain, anak didik yang selalu ikhlas
menuntut kelebihan dari pendidik, lingkungan yang positif atau lingkungan yang
1 Muhammad Ali al-Khauly, Kamus Tarbiyah Inggris-Arab, Dar Ilmi al-Muallimin, Beirut-Libanon, 1980, h. 368.
2 Ahmad Warson Munawwar, Al-Munawwar Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta, 1984, h. 68.
3 Liht: Ibid., h. 1224.
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Edisi Ketiga, h. 896.

3
Islami terutama keluarga sebagai lingkungan utama dan pertama: learned family,
lingkungan sosial/learned society, negara bangsa, dunia serta adanya interaksi positif
antara pendidik dengan anak didik.
Secara umum prinsip pendidikan Islam meliputi:
1. Bersendikan kepada Ayat Qauliyah dan Kauniyah (wahyu dan hukum kealaman).
2. Tauhid, terutama pengembangan fithrah manusia yakni memiliki potensi bertauhid
serta mencintai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
3. Berdasarkan kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan (haniif).
4. Mensinergikan antara akidah, ibadah dan mu’amalah dalam arti luas.
5. Bersendikan pada asas normatif, filosofis, sosiologis dan psikologis.
6. Memperhatikan dua alam kehidupan yakni dunia dan akhirat secara seimbang dan
satu kesatuan.
7. Holistik atau Terintegrasi dan komprehensif antara akidah, ibadah dan muamalah;
iman, ilmu dan amal; fisik, jiwa dan ruh; rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
8. Persamaan terhadap peserta didik dan menghargai perbedaan individual.
9. Pemerataan pendidikan atau pendidikan untuk semua lapisan masyarakat.
10. Pendidikan berlangsung semenjak dari buayan hingga liang lahat dilakukan ketika
anak berumur 4 bulan (120 hari) dalam kandungan.
11. Menghargai martabat dan harkat kemanusiaan, melalui cara-cara yang baik dan
penuh hikmah.
12. Berorientasi nasional dan internasional, karena Islam itu tidak mengenal batas
wilayah.
13. Berorientasi kepada perubahan, kemajuan, kemodernan dan pembaharuan
pemikiran yang positif sejalan dengan tantangan zaman yang terus berkembang.
14. Tujuan baik, cara yang baik, pendidik, anak didik, sarana dan prasarana serta
lingkungan yang Islami.
15. Memperhatikan sequence pendidikan, yang diawali pendidikan di rumah
tangga/keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat.

B. Prinsip-prinsip pendidikan anak dalam Islam


Prinsip-prinsip pendidikan anak yang Islami sangat jelas disampaikan dalam kisah
Luqman al-Hakim berikut ini:
1. Aqidah Yang Kuat
Berikut adalah QS. Luqman/31 ayat 13 :

4
)13) ‫ك لعظظللمم ععظظيِمم‬ ‫عوإظلذ عقاِعل لظلقعماِظن ظللبنظظه عوهظعو يعظعظظهظ عياِ بظنع ن‬
‫ي عل تظلشظرلك ظباِنلظ إظنن الششلر ع‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Bahasan yang paling awal dididikkan kepada anak adalah tentang keyakinan
kepada Allah, Al-Ahad. Itulah pondasi pendidikan yang pertama dan utama
ditanamkan dalam pikiran anak-anak. Sembahlah Allah saja, dan jangan
menyekutukannya dengan apa atau siapa pun, di mana pun dan kapan pun!
Kata ‫( يعظعععظظ‬ya’izu) merupakan fi’il mudhari’ dari kata wa’adha. Kata wa’adha
berasal dari huruf waw, ‘ain dan dha’ yang berarti memberikan peringatan dengan baik
yang dapat menggugah dan melunakkan hati.5 Dengan kata lain, ya’izu bermakna
upaya pemberian nasehat dan peringatan kepada orang lain untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik dengan ucapan yang dapat menyentuh dan menggerakkan
hati.
‫( بظنع ن‬bunayya) adalah bentuk tashghir(mengecilkan arti makna) dari kata ibn.
Kata ‫ي‬
Penggunaan kata bunayya mengandung makna kasih sayang dan kecintaan Luqman al-
Hakim kepada anaknya. Penggunaan kata bunayya berulang kali menunjukkan
perlunya perhatian terhadap hal yang disampaikan. Konsep ini menunjukkan bahwa
dalam proses pendidikan diperlukan rasa kasih sayang kepada orang yang diberi
nasehat, sehingga ia dapat menerima nasehat yang diberikan dengan lapang dada.6
Abdullah Nasih ‘Ulwan menyatakan bahwa metode nasehat merupakan metode
yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak. Metode ini dapat
menumbuhkan keimanan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak.
Metode nasehat dapat membuka mata anak pada hakekat sesuatu dan mendorongnya
pada situasi luhur, serta menghiasinya dengan akhlak yang mulia.7
Seorang pendidik, dalam hal ini dinyatakan, perlu untuk memprioritaskan materi
ketauhidan ini kepada terdidik dengan tidak menyekutukan Allah dengan apapun. Dan
dinyatakan dalam ayat itu bahwa syirik adalah kedhaliman yang besar, karena dalam
syirik itu menyamakan antara yang berhak untuk disembah dengan sesuatu yang tidak
berhak untuk disembah. Dengan demikian, syirik berarti menempatkan sesuatu yang
5 Ibn Faris ibn Zakariya, Al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 1098.
6 Imad Zuhair Hafidh, Al-Qashash al-Qur’aniy..., hlm. 332.
7 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyyah al-Awlad fi al-Islam, Juz II (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), hlm. 64.

5
berhak disembah terhadap sesuatu yang tidak berhak untuk disembah. Dan hal ini
dinamakan dengan kedhaliman.
Dalam potongan ayat di atas dapat dipahami bahwa Luqman al- Hakim sebagai
orang tua yang sedang memberi nasihat kepada anaknya agar tidak menyekutukan
Allah.
Perintah untuk berbuat baik terhadap kedua orang tua dan untuk tidak berbuat syirik
dikuatkan dengan ayat selanjutnya QS. Lukman/31 ayat 14-15 yang berbunyi:

(١٤) ‫صيِظر‬ ‫ي اللعم ظ‬‫ك إظلع ن‬‫صاِلظهظ ظفي ععاِعمليِظن أعظن الشظكلر ظلي عولظعوالظعدلي ع‬‫صليِعناِ اللنعساِعن بظعوالظعدليظه عحعملعلتهظ أظممهظ عولهنناِ عععلىَ عولهنن عوفظ ع‬
‫عوعو ن‬
‫صاِظحلبهظعماِ ظفي المدلنعيِاِ عملعظرونفاِ عواتنبظلع عسظبيِعل عملن أععناِ ع‬
‫ب‬ ‫ك بظظه ظعللمم عفلَ تظظطلعهظعماِ عو ع‬
‫س لع ع‬
‫ك ظبي عماِ لعليِ ع‬ ‫ك ععلىَ أعلن تظلشظر ع‬ ‫عوإظلن عجاِهععدا ع‬
(١٥) ‫ي عملرظجظعظكلم فعأ ظنعبشئظظكلم بظعماِ ظكلنتظلم تعلععمظلوعن‬
‫ي ثظنم إظلع ن‬
‫إظلع ن‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu
(14) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”
(QS. Luqman: 14-15)

Ayat ini menjelaskan bahwa berbuat baiklah kepada kedua orang tua dan jika orang tua
memaksakan anaknya untuk mempersekutukan Allah, maka tidak ada kewajiban bagi anak
untuk mengikuti perintah orang tua. Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi untuk
tidak berbuat baik. Seorang anak tetap harus menghormati orang tua dan tidak boleh
memutuskan hubungan dalam kehidupan di dunia, walaupun orang tua termasuk musyrik. 8
Berdasar pada ayat ini dapat ditegaskan bahwa melalui ayat-ayat Al-Qur’an, Allah
menganjurkan kepada orang tua untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan kepada anaknya
dan menjauhkan diri dari kemusyrikan.

Ayat 14-15: Pentingnya seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya,


bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati kedua orang tua
selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

8 Muhammad Ali al-Shabuniy, Shafwat al-Tafasir, Jilid III (Beirut: Dar al- Fikr, t.t), hlm. 492.

6
2. Kesadaran akan pengawasan Allah ‘azza wa jalla
Pada kesempatan berikutnya, setelah iman tertanam kuat di dada, Luqman berkata, dalam QS.
Luqman/31 ayat 16:

‫اظ إظنن ن‬
‫اع‬ ‫ض يعأل ظ‬
‫ت بظعهاِ ن‬ ‫ت أعلو ظفي اللعلر ظ‬
‫صلخعرنة أعلو ظفي النسعماِعوا ظ‬
‫ك ظملثعقاِعل عحبننة ظملن عخلرعدنل فعتعظكلن ظفي ع‬‫ي إظننعهاِ إظلن تع ظ‬‫عياِ بظنع ن‬
)16) ‫ف عخظبيِمر‬ ‫لعظطيِ م‬
Artinya : “(Luqman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui.” (QS. Luqman: 16)

Ayat di atas mengandung makna bahwa ilmu dan kekuasaan Allah sangat dalam,
dan Allah memiliki perhitungan dan keadilan. Sekecil apapun yang dikerjakan oleh
manusia meskipun seberat biji sawi, Allah pasti mengetahuinya. Dengan demikian,
Luqman al-Hakim bukan saja menekankan pada ketauhidan, tetapi ia juga
menerangkan esensi dari tauhid itu sendiri.
Di sini anak dididik sadar akan pengawasan dan hukum Allah. Betapa kebaikan
dan keburukan yang diperbuat akan selalu diketahui-Nya, dan diberi balasan yang
benar-benar setimpal oleh Allah ta’ala. Lathiifun, Maha Halus pengetahuan-Nya,
sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapa pun lembut dan halusnya.
Khabiirun, Maha Mengetahui langkah-langkah semut sekecil apa pun yang ada di
kegelapan malam yang sangat pekat.9
3. Shalat, Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, dan Sabar
Aqidah yang kokoh dan kesadaran akan pengawasan Allah perlu dibuktikan
dengan perbuatan. Maka Luqman menuntun putranya kepada amal saleh atau kebaikan
yang harus dilakukan. Pada QS. Luqman/31 ayat 17 Luqman menasihati putranya:

)17) ‫ك ظملن ععلزظم اللظظموظر‬


‫ك إظنن عذلظ ع‬ ‫صبظلر عععلىَ عماِ أع ع‬
‫صاِبع ع‬ ‫صعلَةع عولأظملر ظباِللعملعظرو ظ‬
‫ف عوالنهع ععظن اللظملنعكظر عوا ل‬ ‫ي أعقظظم ال ن‬
‫عياِ بظنع ن‬
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
(QS. Luqman: 17)

9 Ibnu Katsir jilid III: 1990: 428-429

7
Luqman al-Hakim telah memperkenalkan dan menanamkan ketauhidan kepada
anaknya serta menjelaskan Tuhan yang sebenarnya yang harus disembah dan
menguraikan sifat dan kekuasaan Allah. Untuk menjaga dan memilihara nilai-nilai
tersebut, ia memberikan ajaran tentang beribadah kepada Allah yang dalam ayat di
atas diungkapkan dengan mendirikan shalat. Shalat secara etimologi, berarti do’a,
karena di dalam seluruh gerakan sholat berisi untaian do’a-doa yang dipanjatkan
kepada Allah SWT. Shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan dan merupakan
suatu bentuk ibadah yang utama. Ibadah ini sebagai manifestasi peribadatan dalam
berkomunikasi dengan Allah SWT yang ditandai dengan untaian do’a-doa yang dibaca
di dalamnya.
Selain materi ibadah, Luqman juga menyuruh anaknya untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar, yakni menyuruh manusia untuk melaksanakan yang baik dan
mencegah perbuatan yang mungkar. Dalam pengertian lain, setelah anaknya
melaksanakan shalat dengan baik yang dapat mencegah perbuatan keji dan munkar,
dilanjutkan dengan menyuruh orang lain untuk melaksanakan hal yang sama. Dengan
demikian, terhindar dari perbuatan keji dan mungkar tidak hanya terhadap dirinya
sendiri, tetapi juga ada kewajiban untuk menyampaikan kepada orang lain agar tidak
terjerumus pada sesuatu yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang
terdapat dalam QS. Al-Ankabut/29 ayat 45 yang berbunyi :

‫اظ أعلكبعظر عو ن‬
ِ‫اظ يعلعلعظم عما‬ ‫صلَةع تعلنعهىَ ععظن اللفعلحعشاِظء عواللظملنعكظر عولعظذلكظر ن‬ ‫ب عوأعقظظم ال ن‬
‫صلَةع إظنن ال ن‬ ‫التظل عماِ ظأوظحعي إظلعليِ ع‬
‫ك ظمعن اللظكعتاِ ظ‬

(٤٥) ‫صنعظعوعن‬
‫تع ل‬

Artinya : “Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)
dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat)
itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut : 45)

Dalam menunaikan kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar, diperlukan


kesabaran. Hal ini sebagaimana munasabah ayat selanjutnya yang artinya: “dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.”

8
Kata shabr tersusun dari huruf shad, ba’ dan ra, yang berarti habsu al-nafsi, yakni
keuletan jiwa.10 Dalam hal ini, segala yang menimpa pada diri seseorang dalam
menjalankan tugasnya untuk amar ma’ruf nahi mungkar tentu ada sesuatu yang
menimpa dirinya, baik berupa tantangan, perasaan sakit, atau hambatan yang
menjadikan halangan untuk tidak dapat melaksanakannya secara baik. Karena itu,
semua ini dibutuhkan kesabaran sebagaimana makna ayat di atas. 11 Dan orang yang
sabar akan bersama Allah S.W.T. sebagaimana hal ini dinyatakan dalam Q.S. Al-
Baqarah/2: 153 yang artinya: “jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
4. Tidak sombong
Seseorang tidak akan mampu hidup sendiri di dunia ini. Ia bersama triliunan
makhluk Allah lainnya hidup bersama di jagat raya ini dan saling bergantung satu
dengan lainnya. Karenanya tak ada satu makhluk pun yang patut membanggakan diri
di hadapan makhluk lainnya. Inilah yang menjadi pokok nasihat Luqman berikutnya
yaitu menanamkan nilai-nilai akhlak, yang hal ini dapat dipahami dari QS. Luqman/31
ayat 18 yang berbunyi :

)18) ‫ب ظكنل ظملخعتاِنل فعظخونر‬


‫اع عل يظظح م‬ ‫ش ظفي اللعلر ظ‬
‫ض عمعرنحاِ إظنن ن‬ ‫ك ظللنناِ ظ‬
‫س عوعل تعلم ظ‬ ‫عوعل تظ ع‬
‫صشعلر عخند ع‬
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Berdasar dari ayat di atas, menunjukkan bahwa Luqman al-Hakim menekankan


adanya akhlakul karimah yang dalam ayat di atas dinyatakan dengan tidak boleh
memalingkan muka karena hal demikian dianggap sebagai kesombongan. Dan sikap
sombong dilarang dalam ajaran Islam. Dengan begitu, hal ini dengan tujuan agar
ketika bergaul dengan masyarakat perlu memperhatikan sikap, perilaku, dan
pembicaraan, sehingga terhindar dari sikap sombong dan membanggakan diri. Dengan
demikian, semua ini berkaitan dengan perintah untuk berakhlakul karimah dalam
hidup dengan sesama manusia.

10 Ibn Faris Zakariya, Al-Maqayis fi al-Lughah, hlm. 584.


11 Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, Juz III (Semarang: Toha Putra, t.t), hlm. 446.

9
5. Sederhana
Juga dikuatkan dengan perintah untuk menyederhanakan dalam berjalan dengan
tidak tergesa-gesa atau terlalu pelan. Hal ini ditambah dengan perintah untuk
melunakkan suara ketika berbicara dengan orang lain dengan tidak mengeraskan suara
yang tiada faedah, dan juga terlalu lemah yang mengakibatkan orang lain tidak
mendengar. Berikut QS. Luqman/31 ayat 19 :

)19) ‫ت اللعحظميِظر‬ ‫ت لع ع‬
‫صلو ظ‬ ‫ك إظنن أعلنعكعر اللع ل‬
‫صعوا ظ‬ ‫ض ظملن ع‬
‫صلوتظ ع‬ ‫ض ل‬ ‫عوالق ظ‬
‫صلد ظفي عملشيِظ ع‬
‫ك عوالغ ظ‬
Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS.Luqman: 19)

Di bagian akhir nasihat Luqman kepada anaknya adalah untuk bertindak-tanduk


dan bertutur kata yang sopan dan sederhana. Mengapa sikap tersebut demikian
penting?
Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari iri dengki yang
membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang timbul gara-gara
dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan?
Apa yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada putranya tampak jauh lebih
sederhana dalam ukuran kita saat ini. Tetapi dalam kesederhanaan itu terdapat makna
yang dalam, yang menjadi inti kepribadian muslim. Iman, sadar, shalat, amar makruf
nahi mungkar, sabar, rendah hati, dan sederhana. Mari kita terapkan pada diri sendiri,
kita tanamkan pada jiwa anak-anak dan keluarga tercinta, dan kita sebarkan pada
lingkungan sekitar. Insya Allah negeri ini akan menjadi lebih Islami dan diberkahi
Allah Subhaanahu wa ta’aala.

Ayat 16-19: Penjelasan tentang luasnya ilmu Allah Subhaanahu wa Ta'aala,


pentingnya menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi Allah Subhaanahu
wa Ta'aala) ke dalam diri anak, pentingnya mengajarkan anak akhlak yang
mulia dan mengingatkan kepadanya agar menjauhi akhak tercela.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpilan
Prinsip pendidikan Islam artinya asas atau fondamen yang mendasari
terbentuknya pendidikan islam terutama sebagai sebuah sistem pendidikan yang
memiliki karakteristik tersendiri sekaligus membedakan dengan sistem pendidikan
lainnya. Di dalam istilah fikih, kata prinsip mungkin bisa disamakan dengan rukun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun ialah sesuatu yang harus dipenuhi untuk
sahnya suatu pekerjaan; contoh tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan
rukunnya; asas; dasar; sendi; contoh semuanya terlaksana dengan baik, tidak suatu pun
yang menyimpang dari rukunnya.
Dari segi faktor, maka prinsip pendidikan Islam, maka fondamen utamanya
meliputi tujuan baik, cara yang baik atau proses yang Islami dengan memperhatikan
dasar normatif, filosofis, psikologis, sosiologis; pendidik yang punya kelebihan dan
ikhlas menularkan kelebihan tersebut kepada orang lain, anak didik yang selalu ikhlas
menuntut kelebihan dari pendidik, lingkungan yang positif atau lingkungan yang
Islami terutama keluarga sebagai lingkungan utama dan pertama: learned family,
lingkungan sosial/learned society, negara bangsa, dunia serta adanya interaksi positif
antara pendidik dengan anak didik.
Secara umum salah satu prinsip pendidikan Islam yaitu: Bersendikan kepada Ayat
Qauliyah dan Kauniyah (wahyu dan hukum kealaman). Prinsip-prinsip pendidikan
anak dalam Islam sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat Luqman merupakan
acuan ideal dalam pelaksanaan pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan.

B. Saran
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih detail dan teliti dalam memberikan penejelasan dan juga berdasarkan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya bisa dipertanggung jawabkan.
Untuk kritik dan Saran dari dosen pengampu maupun pembaca terhadap makalah
ini kami sangat berterima kasih, guna membangun dan menyempurnaakan yang lebih
baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

B Kamrani. 2014. Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam. core.ac.uk

N Hidayat-Ta'allum. November 2016. Konsep Pendidikan Islam. ejournal.iain-


tulungagung.04(02): 359-370

https://www.kiblat.net/2013/08/16/inspirasi quran mendidik anak untuk hidup islami cara


lukman al-hakim

https://www.academia.edu/38136034/Prinsip-prinsip pendidikan islam, metode,


pendekatan, evaluasi pembelajaran

12

Anda mungkin juga menyukai