BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Andi Taufan dan Nasruddin mengenai
adsorpsi dengan judul “Rancang Bangun dan Pengujian Sistem Pendingin
Adsorpsi dengan Dua Absorber”. Berdasarkan penelitian ini membahas tentang
bagaimana
proses pengeringan udara. Namun dalam pengoperasian alat tersebut
masih dengan cara manual tanpa menggunakan alat kontrol otomatis.
Dengan menerapkan sistem kendali mikrokontroller kita dapat melakukan
proses adsorpsi secara otomatis sesuai yang diinginkan.
2.2 Adsorpsi
Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau
cair dikontakan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-
molekul akan terikat pada permukaan padat tersebut (Suryawan, Bambang 2004).
Biasanya adsorpsi bisa terjadi perpindahan dari suatu gas atau cairan ke suatu
permukaan padat atau dari suatu gas ke permukaa cair. Subtansi yang
terkonsentrasi pada permukaan didefinisikan sebagai adsorbat dan material
dimana adsrobat terakumulasi didefiniskan sebagai adsorben (Hines, A.L dan
Robert N.Maddox, 1985). Adsorpsi adalah proses pembentukan suatu lapisan film
pada permukaan padatan ketika suatu padatan berkontak dengan suatu fluida (Cair
ataupun gas).
Proses adsorpsi dapat berlangsung jika sutau permukaan padatan
berkontakan dengan molekul-molekul gas atau cair, maka di dalam nya terdapat
gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan hydrogen yang bekerja
diantara molekul seluruh material. Gaya gaya yang tidak seimbang pada batas fasa
tersebut menyebabkan perubahan perubahan konsentrasi molekul pada interface
solid.
II-1
II-2
2.2.1 Faktor faktor yang mempengaruhi adsorpsi
Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat
yang teradsorpsi per satuan luas. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika
adsorpsi.
Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben
dalam jangka waktu tertentu. Banyak sedikitnya zat yang teradsorpsi di pengaruhi
oleh:
1.) Tekanan (P)
Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan pada
adosrbat
dapat menaikan jumlah yang diadsorpsi.
2.) Temperatur Absolute (T)
Temperatur yang dimaksud adalah temperature adsorbat. Pada saat
molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi
pembebasan sejumlah energi yang disebut dengan peristiwa eksotermis.
Berkurangnya termperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi
begitu juga untuk peristiwa sebaliknya
3.) Jenis adsorbat
Ukuran molekul adsorbat. Hal ini penting agar proses adsorpsi dapat
berlangsung, karena molekul molekul yang dapar diadsorpsi adalah molekul
molekul yang diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
4.) Kepolaran zat
Apabila berdiameter sama, molekul molekul polar lebih kuat diadsorpsi
dibandingkan dengan molekul molekul tidak polar. Molekul molekul yang lebih
polar dapat menggaantikan molekul ,molekul yang tidak polar terlebih dahulu
teradsorpsi.
II-3
oven. Panasnya mengeluarkan kelembapan, lalu ia akan berubah warnanya
menjadi biru dan kembali bisa digunakan.
2.4 Regenerasi Silica Gel
Silica gel merupakan amorf tidak teratur dan memiliki ukuran pori yang
sehingga distribusi yang luas. Silica gel juga polaritasnya adalah adsorben
mikro
hidrofilik, yang tercermin dalam afinitas untuk molekul dipolar, seperti molekul
air. Selain itu, silika gel berdasarkan fisik adsorpsi, airnya terikat oleh yang tidak
terlalu kuat Gaya van der Waals di permukaan sehingga teradsorpsinya air sifat
kimiawinya tidak berubah dan bisa dengan mudah lepaskan lagi atau diregenerasi
agar dapat mengadsorpsi kembali.
Regenerasi silica gel dapat dilakukan dengan menaikkan suhu,
menurunkan suhu konsentrasi molar dari adsorbat atau penurunan tekanan sistem.
Dalam prakteknya, aplikasi sebagai metode regenerasi yang paling sering yaitu
kenaikan suhu. Meskipun silika gel memiliki suhu leleh yang sangat tinggi (1600º
C), akan kehilangan air yang terikat secara kimiawi dan sifat higroskopis jika
dipanaskan di atas 300º C. Selain itu, ada kelas baru gel indikator, memasukkan
zat warna organik yang sensitif terhadap panas dan warnanya menunjukkan
pewarna akan dilakukan di atas 125-150º C. Oleh karena itu, itu tidak disarankan
silica gel dipanaskan di atas 120º C. (Weintraub,2002). Dampak prinsip dari panas
yang lebih rendah dari regenerasi adalah semakin lama waktu diperlukan untuk
mengeringkan gel dan kurang potensial untuk degradasi properti silika gel. Waktu
regenerasi bervariasi dari menit ke jam, tergantung pada suhu dan ketebalan
gel.Untuk mengetahui proses regenerasi pada suhu tertentu dilihat dari kurva
pemuatan kesetimbangan gel silika sebagai fungsi suhu dapat dilihat pada gambar
2.1.
II-4
Gambar II. 1 Pemuatan kesetimbangan gel silika sebagai fungsi suhu
Sistem kendali loop terbuka adalah sistem kendali yang keluarannya (output)
tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, atau dengan kata lain sistem kendali
loop terbuka keluarannya (output) tidak dapat digunakan sebagai perbandingan
umpan balik dengan inputnya. Akibatnya ketetapan dari sistem tergantung dari
kalibrasi. Berikut ini merupakan gambar diagram blok sistem kendali loop
terbuka.
II-5
Disturbances
Summator
R(s) E(s) C(s)
Process
Controller Actuator Process
Set- Point + Variable
Error Manipulated
Variabel
Gambar II. 2 Blok Diagram Sistem Kendali Loop Terbuka
2.5.2 Sistem Kendali Loop Tertutup
Sistem kontrol loop tertutup yaitu sebuah sistem yang hasil keluarannya
mempengaruhi pada proses pengontrollan selanjutnya. Sistem kontrol ini memiliki
umpan balik atau feedback yaitu sebuah nilai yang keluaran nya akan
dibandingkan dengan nilai masukan (set point) sehingga, nilai tersebut dapat
sesuai dengan keinginan, agar kestabilan sistem tetap terjaga maka kontroler akan
dipengaruhi oleh perubahan terhadap nilai actuator agar nilai error mengecil yang
mempengaruhi besaran sinyal yang akan dikeluarkan controller didapat dari nilai
selisih setpoin dengan Prosses variable sehingga mengeluarkan sinyal untuk
mencapai titik yang diinginkan bisa berupa pengurangan nilai atau penambahan
nilai.
Salah satu kelebihan sistem kendali loop tertutup adalah ketahan terhadap
gangguan dari luar sehingga dapat mengkompensasi ketidaktepatan di dalam
model proses, kesalahan pengukuran, dan gangguan-gangguan yang tidak terukur
II-6
Dalam menganalisis sistem loop tertutup diperlukan persamaan matematik
hubungan masukan dan keluaran. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial
dalam loop tertutup pada gambar II.3 digunakan fungsi alih tegangan keluaran
𝑉𝑜(𝑠)
Vo(s)
terhadap Vin(s) dalam kawasan Laplace. Persamaan fungsi alih =
𝑉𝑖𝑛(𝑠)
2.6 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan suatu IC yang di dalamnya berisi CPU, ROM,
RAM, dan I/O. Dengan adanya CPU tersebut maka mikrokontroler dapat
melakukan proses berfikir berdasarkan program yang telah diberikan kepadanya.
Mikrokontroler banyak terdapat pada peralatan elektronik yang serba otomatis,
mesin fax, dan peralatan elektronik lainnya. Mikrokontroler dapat disebut
pula sebagai komputer yang berukuran kecil yang berdaya rendah sehingga
sebuah baterai dapat memberikan daya. Mikrokontroler terdiri dari beberapa
bagian seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
II-7
Gambar II. 4 Bagian Mikrokontroler
Pada Gambar 2.5 .di atas tampak suatu mikrokontroler standar yang
tersusun
atas komponen-komponen sebagai berikut :
II-8
Beberapa mikrokontroler memiliki timer/counter, ADC (Analog to Digital
Converter), dan komponen lainnya. Pemilihan komponen tambahan yang
sesuai dengan tugas mikrokontr oler akan sangat membantu perancangan sehingga
dapat
mempertahankan ukuran yang kecil. Apabila komponen komponen tersebut
belum
ada pada suatu mikrokontroler, umumnya komponen tersebut masih dapat
ditambahkan pada sistem mikrokontroler melalui port-portnya.
II-9
sumber daya bisa menggunakan power USB (jika terhubung ke komputer dengan
kabel USB) dan juga dengan adaptor atau baterai.
Tabel II. 1 Spesifikasi ATmega 2560
Spesifikasi Nilai
Mikrokontroler ATmega2560
Tegangan Kerja 5V
SRAM 8 KB
EEPROM 4 KB
Kecepatan Clock 16 MHz
1. Editor Program
Sebuah editor yang di fungsikan untuk pengguna menulis dan merubah
program dalam bahasa pemrograman.
2. Compiler
Sebuah modul yang mengubah kode program menjadi kode biner.
3. Uploader
II-10
Modul alat yang berisikan kode biner dari computer ke dalam memory di
dalam papan arduino. Dalam bahasa pemrograman arduino ada tiga bagian
utama yaitu struktur, variabel dan fungsi.
4. Variabel
Sebuah program dapat didefinisikan sebagai instruksi untuk memindahkan
angka dengan cerdas dengan menggunakan sebuah variabel.
5. Fungsi
II-11
Pada bagian ini meliputi fungsi input output digital dan analog, advanced I/O,
fungsi waktu, fungsi matematika serta fungsi komunikasi.
a. Digital I/O
Digital input memberikan dua keadaan signal masukan yaitu tombol tertekan
atau tidak tertekan. Saat tombol tertekan, memberikan tegangan 5 volt pada
Kondisi ini disebut dengan digital input dengan logika 1 dan 0, dimana 1 itu
untuk tegangan 5 volt dan 0 untuk tegangan 0 volt. pinMode digunakan dalam
void setup() untuk mengkonfigurasi pin apakah sebagai Input atau Output.
Arduino digital pin kondisi awal di setting sebagai input sehingga untuk
• digitalRead(pin)
Membaca nilai dari pin yang kita kehendaki dengan hasil “HIGH” atau
“LOW”.
• digitalWrite(pin, value)
Digunakan untuk mengatur Pin digital Arduino “mempunyai 14 ( 0 – 13 )”.
b. Analog I/O
Analog input/output merupakan pengolahan input dan output secara analog.
• analogRead(pin)
Membaca nilai pin analog yang memiliki resolusi 10-bit. Fungsi ini hanya
dapat digunakan pada analog pin (0-5). Hasil dari pembacaan yaitu
merupakan nilai integer dengan range 0 – 1023.
II-12
oleh baterai seperti handset, modul GPS, atau jam tangan. BME280 mencapai
kinerja tinggi di semua aplikasi yang membutuhkan kelembaban dan tekanan
pengukuran. Aplikasi yang muncul ini dari kontrol otomatisasi rumah, navigasi di
perawatan kesehatan serta perbaikan GPS memerlukan akurasi yang tinggi
pintu,
dan TCO yang rendah pada saat yang sama waktu.
II-13
keluar sinyal digital pada pin data. Suhu kamar & kelembaban akan dicetak ke
monitor serial. DHT22 adalah sensor digital yang dapat mengukur suhu dan
kelembaban udara di sekitarnya. Sensor. Memiliki tingkat stabilitas yang sangat
baik serta fitur kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi disimpan dalam
OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu, maka
module ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya.
II-14
II-15
2.11 Sensor Termokopel Tipe-K
Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan
untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda
yang
digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-
electric”. Efek Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang
fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana
sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan
menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua
persimpangan
(junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer
dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan
Elektronika yang berkaitan dengan Suhu. Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan
suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -
270˚C hingga 1370˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas,
Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Termokopel ini cocok digunakan untuk mendeteksi panas dalam heater.
Termokopel membutuhkan rangkaian penguat dengan menggunakan ic MAX6675
untuk menkonversi ke dalam nilai digital. Penulis menggunakan modul MAX6675
yang ada dipasaran dilengkapi dengan 5 buah pin yaitu, VCC, GND, SCK, CS,
dan SO.
II-16