Anda di halaman 1dari 16

 

 
BAB II
 
LANDASAN TEORI
 
BAB II LANDASAN TEORI
 
2.1 Tinjauan Pustaka
 
Penelitian yang dilakukan oleh Andi Taufan dan Nasruddin mengenai
  adsorpsi dengan judul “Rancang Bangun dan Pengujian Sistem Pendingin
  Adsorpsi dengan Dua Absorber”. Berdasarkan penelitian ini membahas tentang
bagaimana
  proses pengeringan udara. Namun dalam pengoperasian alat tersebut
masih dengan cara manual tanpa menggunakan alat kontrol otomatis.
 
Dengan menerapkan sistem kendali mikrokontroller kita dapat melakukan
 
proses adsorpsi secara otomatis sesuai yang diinginkan.

2.2 Adsorpsi

Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau
cair dikontakan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-
molekul akan terikat pada permukaan padat tersebut (Suryawan, Bambang 2004).
Biasanya adsorpsi bisa terjadi perpindahan dari suatu gas atau cairan ke suatu
permukaan padat atau dari suatu gas ke permukaa cair. Subtansi yang
terkonsentrasi pada permukaan didefinisikan sebagai adsorbat dan material
dimana adsrobat terakumulasi didefiniskan sebagai adsorben (Hines, A.L dan
Robert N.Maddox, 1985). Adsorpsi adalah proses pembentukan suatu lapisan film
pada permukaan padatan ketika suatu padatan berkontak dengan suatu fluida (Cair
ataupun gas).
Proses adsorpsi dapat berlangsung jika sutau permukaan padatan
berkontakan dengan molekul-molekul gas atau cair, maka di dalam nya terdapat
gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan hydrogen yang bekerja
diantara molekul seluruh material. Gaya gaya yang tidak seimbang pada batas fasa
tersebut menyebabkan perubahan perubahan konsentrasi molekul pada interface
solid.

II-1
 
  II-2

 
2.2.1 Faktor faktor yang mempengaruhi adsorpsi
  Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat
  yang teradsorpsi per satuan luas. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika
adsorpsi.
  Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben
dalam jangka waktu tertentu. Banyak sedikitnya zat yang teradsorpsi di pengaruhi
 
oleh:
 
1.) Tekanan (P)
  Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan pada
adosrbat
  dapat menaikan jumlah yang diadsorpsi.
2.) Temperatur Absolute (T)
 
Temperatur yang dimaksud adalah temperature adsorbat. Pada saat
 
molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi
pembebasan sejumlah energi yang disebut dengan peristiwa eksotermis.
Berkurangnya termperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi
begitu juga untuk peristiwa sebaliknya
3.) Jenis adsorbat
Ukuran molekul adsorbat. Hal ini penting agar proses adsorpsi dapat
berlangsung, karena molekul molekul yang dapar diadsorpsi adalah molekul
molekul yang diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
4.) Kepolaran zat
Apabila berdiameter sama, molekul molekul polar lebih kuat diadsorpsi
dibandingkan dengan molekul molekul tidak polar. Molekul molekul yang lebih
polar dapat menggaantikan molekul ,molekul yang tidak polar terlebih dahulu
teradsorpsi.

2.3 Blue Silica Gel


Blue silica gel merupakan jenis silika yang saat ini sudah dibatasi
penggunaannya karena bahan pembuatnya yang relatif berbahaya bagi kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainnya, yaitu cobalt chloride. Proses kerja dari silica
berwarna biru ini, ketika silica telah menyerap banyak kelembapan, ia akan
berubah warnanya menjadi pink(merah muda). Saat berubah menjadi warna pink
(merah muda), produk ini tidak bisa lagi menyerap kelembapan dan harus
meregenerasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menghangatkannya di dalam mesin

 
  II-3

 
oven. Panasnya mengeluarkan kelembapan, lalu ia akan berubah warnanya
 
menjadi biru dan kembali bisa digunakan.
 
2.4 Regenerasi Silica Gel
 
Silica gel merupakan amorf tidak teratur dan memiliki ukuran pori yang
  sehingga distribusi yang luas. Silica gel juga polaritasnya adalah adsorben
mikro
  hidrofilik, yang tercermin dalam afinitas untuk molekul dipolar, seperti molekul
air. Selain itu, silika gel berdasarkan fisik adsorpsi, airnya terikat oleh yang tidak
 
terlalu kuat Gaya van der Waals di permukaan sehingga teradsorpsinya air sifat
 
kimiawinya tidak berubah dan bisa dengan mudah lepaskan lagi atau diregenerasi
agar  dapat mengadsorpsi kembali.
  Regenerasi silica gel dapat dilakukan dengan menaikkan suhu,
menurunkan suhu konsentrasi molar dari adsorbat atau penurunan tekanan sistem.
Dalam prakteknya, aplikasi sebagai metode regenerasi yang paling sering yaitu
kenaikan suhu. Meskipun silika gel memiliki suhu leleh yang sangat tinggi (1600º
C), akan kehilangan air yang terikat secara kimiawi dan sifat higroskopis jika
dipanaskan di atas 300º C. Selain itu, ada kelas baru gel indikator, memasukkan
zat warna organik yang sensitif terhadap panas dan warnanya menunjukkan
pewarna akan dilakukan di atas 125-150º C. Oleh karena itu, itu tidak disarankan
silica gel dipanaskan di atas 120º C. (Weintraub,2002). Dampak prinsip dari panas
yang lebih rendah dari regenerasi adalah semakin lama waktu diperlukan untuk
mengeringkan gel dan kurang potensial untuk degradasi properti silika gel. Waktu
regenerasi bervariasi dari menit ke jam, tergantung pada suhu dan ketebalan
gel.Untuk mengetahui proses regenerasi pada suhu tertentu dilihat dari kurva
pemuatan kesetimbangan gel silika sebagai fungsi suhu dapat dilihat pada gambar
2.1.

 
  II-4

 
Gambar II. 1 Pemuatan kesetimbangan gel silika sebagai fungsi suhu

2.5 Sistem Kendali


Sistem kendali yaitu suatu susunan komponen fisik yang terhubung atau
terkait sedemikian rupa sehinga dapat memerintah, mengarahkan, atau mengatur
diri sendiri atau sistem lain. sistem ini dibangun untuk menghasilkan karakteristik
kerja yang mampu meminimalisir faktor pengaruh yang dapat menyimpangkan
keluaran sistem dari yang diinginkan. Menurut Sulasno (2005) sistem kendali
merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem kehidupan modern saat ini, seperti
pada kendali suhu ruang, mesin cuci, robot, pesawat, dan lainnya.
Berdasarkan prinsip kerja pengaturannya, sistem kendali dapat dibagi
dalam dua macam, yaitu : sistem kendali umpan maju (loop terbuka/open loop)
dan sistem kendali umpan balik (loop tertutup/close loop).

2.5.1 Sistem Kendali Loop Terbuka

Sistem kendali loop terbuka adalah sistem kendali yang keluarannya (output)
tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, atau dengan kata lain sistem kendali
loop terbuka keluarannya (output) tidak dapat digunakan sebagai perbandingan
umpan balik dengan inputnya. Akibatnya ketetapan dari sistem tergantung dari
kalibrasi. Berikut ini merupakan gambar diagram blok sistem kendali loop
terbuka.

 
  II-5

 
Disturbances
 

  Summator
R(s) E(s) C(s)
Process
Controller Actuator Process
  Set- Point + Variable

 
Error Manipulated
  Variabel

 
Gambar II. 2 Blok Diagram Sistem Kendali Loop Terbuka
 
2.5.2 Sistem Kendali Loop Tertutup
 
Sistem kontrol loop tertutup yaitu sebuah sistem yang hasil keluarannya
  mempengaruhi pada proses pengontrollan selanjutnya. Sistem kontrol ini memiliki
umpan balik atau feedback yaitu sebuah nilai yang keluaran nya akan
dibandingkan dengan nilai masukan (set point) sehingga, nilai tersebut dapat
sesuai dengan keinginan, agar kestabilan sistem tetap terjaga maka kontroler akan
dipengaruhi oleh perubahan terhadap nilai actuator agar nilai error mengecil yang
mempengaruhi besaran sinyal yang akan dikeluarkan controller didapat dari nilai
selisih setpoin dengan Prosses variable sehingga mengeluarkan sinyal untuk
mencapai titik yang diinginkan bisa berupa pengurangan nilai atau penambahan
nilai.
Salah satu kelebihan sistem kendali loop tertutup adalah ketahan terhadap
gangguan dari luar sehingga dapat mengkompensasi ketidaktepatan di dalam
model proses, kesalahan pengukuran, dan gangguan-gangguan yang tidak terukur

Gambar II. 3 Blok Diagram Sistem Kendali Loop Tertutup

 
  II-6

 
Dalam menganalisis sistem loop tertutup diperlukan persamaan matematik
 
hubungan masukan dan keluaran. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial
  dalam loop tertutup pada gambar II.3 digunakan fungsi alih tegangan keluaran
𝑉𝑜(𝑠)
Vo(s)
  terhadap Vin(s) dalam kawasan Laplace. Persamaan fungsi alih =
𝑉𝑖𝑛(𝑠)

𝑇(𝑠)  diuraikan dalam persamaan berikut.


  𝑉𝑜(𝑠) 𝐶(𝑠)
= = 𝑇(𝑠) .................................................................................. (2.1)
𝑉𝑖𝑛(𝑠) 𝑅(𝑠)
 
Persamaan 2.1 dapat diuraikan menjadi persamaan 2.2.
𝐶(𝑠)  = 𝐸(𝑠). 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠) ................................................................................ (2.2)
  = 𝑅(𝑠) − 𝐵(𝑠) ....................................................................................... (2.3)
𝐸(𝑠)
  𝐵(𝑠) = 𝐶(𝑠). 𝐻(𝑠) .......................................................................................... (2.4)
𝐸(𝑠) = 𝑅(𝑠) − 𝐶(𝑠). 𝐻(𝑠).............................................................................. (2.5)
𝐶(𝑠) = [𝑅(𝑠) − 𝐶(𝑠). 𝐻(𝑠)]. 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠)..................................................... (2.6)
𝐶(𝑠) = 𝑅(𝑠). 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠) − 𝐶(𝑠). 𝐻(𝑠). 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠).................................. (2.7)
𝐶(𝑠) + 𝐶(𝑠). 𝐻(𝑠). 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠) = 𝑅(𝑠). 𝐺1 (𝑠). 𝐺2 (𝑠) ................................. (2.8)
Dari persamaan 2.1 dan 2.8 didapat persamaan fungsi alih input output
menjadi persamaan 2.9.
𝐶(𝑠) 𝐺1 (𝑠).𝐺2 (𝑠)
𝑇(𝑠) = = ...................................................... (2.9)
𝑅(𝑠) 1+𝐻(𝑠).𝐺1 (𝑠).𝐺2 (𝑠)

Dengan : G1(s) = blok kontroler dalam kawasan Laplace


G2(s) = fungsi alih plant
H(s) = Feedback =1

2.6 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan suatu IC yang di dalamnya berisi CPU, ROM,
RAM, dan I/O. Dengan adanya CPU tersebut maka mikrokontroler dapat
melakukan proses berfikir berdasarkan program yang telah diberikan kepadanya.
Mikrokontroler banyak terdapat pada peralatan elektronik yang serba otomatis,
mesin fax, dan peralatan elektronik lainnya. Mikrokontroler dapat disebut
pula sebagai komputer yang berukuran kecil yang berdaya rendah sehingga
sebuah baterai dapat memberikan daya. Mikrokontroler terdiri dari beberapa
bagian seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

 
  II-7

 
Gambar II. 4 Bagian Mikrokontroler
  Pada Gambar 2.5 .di atas tampak suatu mikrokontroler standar yang

tersusun
  atas komponen-komponen sebagai berikut :

  1) Central Processing Unit (CPU)


CPU merupakan bagian utama dalam suatu mikrokontroler. CPU pada
mikrokontroler ada yang berukuran 8 bit ada pula yang berukuran 16 bit. CPU ini
akan membaca program yang tersimpan di dalam ROM dan melaksanakannya.
2) Read Only Memory (ROM)
ROM merupakan suatu memori (alat untuk mengingat) yang sifatnya
hanya dibaca saja. Dengan demikian ROM tidak dapat ditulisi. Dalam dunia
mikrokontroler ROM digunakan untuk menyimpan program bagi mikrokontroler
tersebut. Program tersimpan dalm format biner (‘0’ atau ‘1’). Susunan bilangan
biner tersebut bila telah terbaca oleh mikrokontroler akan memiliki arti tersendiri.
3) Random Acces Memory (RAM)
Berbeda dengan ROM, RAM adalah jenis memori selain dapat dibaca juga
dapat ditulis berulang kali. Tentunya dalam pemakaian mikrokontroler ada
semacam data yang bisa berubah pada saat mikrokontroler tersebut bekerja.
Perubahan data tersebut tentunya juga akan tersimpan ke dalam memori. Isi pada
RAM akan hilang jika catu daya listrik hilang.
4) Input / Output (I/O)
Untuk berkomunikasi dengan dunia luar, maka mikrokontroler
menggunakan terminal I/O (port I/O), yang digunakan untuk masukan atau
keluaran.
5) Komponen lainnya

 
  II-8

 
Beberapa mikrokontroler memiliki timer/counter, ADC (Analog to Digital
 
Converter), dan komponen lainnya. Pemilihan komponen tambahan yang
  sesuai dengan tugas mikrokontr oler akan sangat membantu perancangan sehingga
dapat
  mempertahankan ukuran yang kecil. Apabila komponen komponen tersebut
belum
  ada pada suatu mikrokontroler, umumnya komponen tersebut masih dapat
ditambahkan pada sistem mikrokontroler melalui port-portnya.
 

  2.6.1 Spesifikasi Mikrokontroller


Mikrokontroller yang digunakan penulis merupakan board modul yang telah
 
dirangkai sehingga pengguna bisa membuat suatu rangkaian tanpa perlu merakit
lagi  bahan-bahan pendukung mikrokontrol.
 

Gambar II. 5 Arsitektur ATmega 2560

Penulis menggunakan mikrokontroller yang dilengkapi dengan IC


ATmega2560 sebagai kontroller. Board ini memiliki 54 pin digital input / output
(dimana 12 dapat digunakan sebagai output PWM), 16 input analog, resonator
keramik 16 MHz, koneksi USB, jack listrik, header ICSP, dan tombol reset. Mega
dibangun berdasarkan apa yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler,

 
  II-9

 
sumber daya bisa menggunakan power USB (jika terhubung ke komputer dengan
 
kabel USB) dan juga dengan adaptor atau baterai.
 
Tabel II. 1 Spesifikasi ATmega 2560
 
Spesifikasi Nilai
  Mikrokontroler ATmega2560
  Tegangan Kerja 5V

  Tegangan Input (Rekomendasi) 7 – 12 V


Tegangan Input (Batas) 6 – 20 V
 
Pin I/O Digital 54 (12 bisa untuk PWM)
 
Pin Analog 16
 
Arus DC tiap pin I/O 20 mA
Arus DC ketika 3,3 V 50 mA
Memori Flash 256 KB dan 8 KB digunakan oleh
bootloader

SRAM 8 KB
EEPROM 4 KB
Kecepatan Clock 16 MHz

2.6.2 Software Pemograman Mikrokontroller


Software yang digunakan adalah program Arduino IDE (Integrated
Development Environment). Arduino IDE adalah software yang ditulis dengan
[5]
menggunakan program C/C++ . Berikut ini adalah gambar dari kerangka kerja
IDE ArduinoArduino terdiri dari :

1. Editor Program
Sebuah editor yang di fungsikan untuk pengguna menulis dan merubah
program dalam bahasa pemrograman.

2. Compiler
Sebuah modul yang mengubah kode program menjadi kode biner.

3. Uploader

 
  II-10

 
Modul alat yang berisikan kode biner dari computer ke dalam memory di
 
dalam papan arduino. Dalam bahasa pemrograman arduino ada tiga bagian
  utama yaitu struktur, variabel dan fungsi.

a.  Struktur Program Arduino


 
➢ Kerangka Program
  Kerangka program Arduino terdiri atas dua blok. Blok pertama adalah void
  setup() dan blok kedua adalah voidloop().

Gambar II. 6 Aplikasi Arduino IDE

Sintaks Program / Variable Function


Blok Void setup() dan Void loop() maupun blok function harus diberi tanda
kurung kurawal buka “{“ sebagai tanda awal program di blok itu dan kurung
kurawal tutup “}” sebagai tanda akhir program[6]

4. Variabel
Sebuah program dapat didefinisikan sebagai instruksi untuk memindahkan
angka dengan cerdas dengan menggunakan sebuah variabel.

5. Fungsi

 
  II-11

 
Pada bagian ini meliputi fungsi input output digital dan analog, advanced I/O,
 
fungsi waktu, fungsi matematika serta fungsi komunikasi.
 
a. Digital I/O
 
Digital input memberikan dua keadaan signal masukan yaitu tombol tertekan
 atau tidak tertekan. Saat tombol tertekan, memberikan tegangan 5 volt pada

  masukkan, sedangkan pada saat tombol dilepas memberikan tegangan 0 volt.

 
Kondisi ini disebut dengan digital input dengan logika 1 dan 0, dimana 1 itu
untuk tegangan 5 volt dan 0 untuk tegangan 0 volt. pinMode digunakan dalam
 
void setup() untuk mengkonfigurasi pin apakah sebagai Input atau Output.
 Arduino digital pin kondisi awal di setting sebagai input sehingga untuk

  merubahnya harus menggunakan operator “pinMode”.

• digitalRead(pin)
Membaca nilai dari pin yang kita kehendaki dengan hasil “HIGH” atau
“LOW”.

• digitalWrite(pin, value)
Digunakan untuk mengatur Pin digital Arduino “mempunyai 14 ( 0 – 13 )”.

b. Analog I/O
Analog input/output merupakan pengolahan input dan output secara analog.

Perintah yang digunakan dalam analog I/O ini adalah:

• analogRead(pin)
Membaca nilai pin analog yang memiliki resolusi 10-bit. Fungsi ini hanya
dapat digunakan pada analog pin (0-5). Hasil dari pembacaan yaitu
merupakan nilai integer dengan range 0 – 1023.

• analogWrite (pin, value)


Mengirimkan nilai analog kepada pin analog.

2.7 Sensor Suhu dan Kelembaban BME280


BME280 adalah sensor digital gabungan kelembaban, tekanan dan sensor
suhu berdasarkan prinsip penginderaan. Dimensinya yang kecil dan konsumsi
daya yang rendah memungkinkan implementasi dalam perangkat yang digerakkan

 
  II-12

 
oleh baterai seperti handset, modul GPS, atau jam tangan. BME280 mencapai
 
kinerja tinggi di semua aplikasi yang membutuhkan kelembaban dan tekanan
  pengukuran. Aplikasi yang muncul ini dari kontrol otomatisasi rumah, navigasi di
  perawatan kesehatan serta perbaikan GPS memerlukan akurasi yang tinggi
pintu,
dan  TCO yang rendah pada saat yang sama waktu.

Gambar II. 7 Prinsip Kerja Sensor BME280

Sensor kelembaban menyediakan waktu respons yang sangat cepat untuk


kesadaran konteks yang cepat aplikasi dan akurasi keseluruhan tinggi pada
rentang temperatur yang luas. Sensor tekanan adalah sensor tekanan barometrik
mutlak dengan akurasi yang sangat tinggi dan resolusi dan suara yang jauh lebih
rendah daripada Bosch Sensortec BMP180. Sensor suhu terintegrasi telah
dioptimalkan untuk noise terendah dan resolusi tertinggi. Outputnya digunakan
untuk kompensasi suhu sensor tekanan dan kelembaban dan dapat juga digunakan
untuk memperkirakan suhu sekitar. Sensor menyediakan antarmuka SPI dan I²C
dan dapat dipasok menggunakan 1,71 hingga 3,6 V untuk pasokan sensor VDD
dan 1,2 hingga 3,6 V untuk suplai antarmuka VDDIO. Pengukuran bisa dilakukan
dipicu oleh tuan rumah atau dilakukan secara berkala. Saat sensor dinonaktifkan,
arus konsumsi turun menjadi 0,1 µA.

2.8 Sensor Suhu dan Kelembaban DHT 22


Sensor yang digunakan ialah sensor DHT 22 yang merupakan sensor
kelembaban dan suhu relatif sensor digital output. Menggunakan sensor
kelembaban kapasitif dan thermistor untuk mengukur udara di sekitarnya , dan

 
  II-13

 
keluar sinyal digital pada pin data. Suhu kamar & kelembaban akan dicetak ke
 
monitor serial. DHT22 adalah sensor digital yang dapat mengukur suhu dan
  kelembaban udara di sekitarnya. Sensor. Memiliki tingkat stabilitas yang sangat
baik  serta fitur kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi disimpan dalam
OTP  program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu, maka
module ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya.
 

Gambar II. 8 Sensor DHT22

2.9 Flow Sensor


Sensor ini duduk sejajar dengan saluran udara dan berisi sensor pinwheel
untuk mengukur berapa banyak cairan yang telah mengalir melaluinya. Ada
sensor efek ruang magnet terpadu yang menghasilkan pulsa elektrik.
Sensor dilengkapi dengan tiga kabel: merah (daya 5-24VDC), hitam
(GND) dan kuning (output pulsa ke pin mikrokontroller). Dengan menghitung
pulsa dari output sensor, kita dapat dengan mudah menghitung aliran air. Setiap
pulsa kira-kira 2,25 mililiter. Ini akan membutuhkan kalibrasi hati-hati jika presisi
yang lebih baik dari 10% diperlukan. Namun, sensor ini bagus untuk tugas-tugas
pengukuran dasar.
Sinyal pulsa adalah gelombang persegi sederhana sehingga cukup mudah
untuk dicatat dan diubah menjadi liter per menit menggunakan rumus berikut.
Frekuensi pulsa (Hz) / 7,5 = laju aliran dalam L / menit.

 
  II-14

  Gambar II. 9 Flow Sensor

2.10  Electric Valve


Electric valve atau keran elektrik dioperasikan secara elektrik perangkat
 
yang digunakan untuk mengontrol aliran. Mereka digunakan untuk remote on / off
atau kontrol arah cairan, gas dan uap. Mereka tidak mengatur aliran. Keran
elektrik terdiri dari dua utama Elemen, Sebuah koil listrik di solenoid, dan Tubuh
atau tekanan katup kapal. Solenoid adalah elektromagnetik unit yang
menggerakkan (bertindak untuk membuka atau menutup) katup. Katup adalah
tekanan yang mengandung unit yang berfungsi untuk mematikan atau membuka
aliran media. Ketika solenoid diberi energi oleh suatu sinyal listrik, arus mengalir
menghasilkan membangun medan magnet. Lapangan menarik plunger bergerak di
katup. Gerakan fisik dari plunger terbuka atau menutup lubang katup yang
memberi katup on / off atau kontrol directional media. Elektrik valve yang
digunakan ialah dengan catu daya 220VAC memiliki 2 terminal line dan netral.

Gambar II. 10 Solenoid Valve

 
  II-15

 
2.11 Sensor Termokopel Tipe-K
  Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan
  untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda
yang
  digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-
electric”. Efek Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang
 
fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana
 
sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan
  menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua
persimpangan
  (junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.

Gambar II. 11 Sensor Termokopel

Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer
dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan
Elektronika yang berkaitan dengan Suhu. Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan
suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -
270˚C hingga 1370˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas,
Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Termokopel ini cocok digunakan untuk mendeteksi panas dalam heater.
Termokopel membutuhkan rangkaian penguat dengan menggunakan ic MAX6675
untuk menkonversi ke dalam nilai digital. Penulis menggunakan modul MAX6675
yang ada dipasaran dilengkapi dengan 5 buah pin yaitu, VCC, GND, SCK, CS,
dan SO.

 
  II-16

Gambar II. 12 Modul MAX6675

Anda mungkin juga menyukai