DEPARTEMEN FISIKA
BOGOR
2012
Judul : Analisis Kegagalan Pipa Primary Separator
Nama : Hening Pram Pradityo
NIM : G74080036
Departemen : Fisika
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Tanggal Lulus :
Skripsi
oleh
Hening Pram Pradityo
G74080036
DEPARTEMEN FISIKA
2012
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul analisis kegagalan pipa primary separator.
Hasil penelitian ini disusun agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2012 – Mei 2012.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kemajuan aplikasi hasil penelitian yang dikembangkan ini.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Alloh Subhanahu wa ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis berupa kesehatan dan usia yang
sangat berharga.
2. Muhammad Salallohu alaihi wassalam. Nabi dan Rosul, utusan Alloh SWT.
Yang memberikan banyak tauladan hidup pada penulis, sehingga tetap berada
di jalan-Nya.
3. Bapak Pramudi Utomo dan Ibu Sumiyati, sosok orang tua yang selalu
memberi kasih sayang dan motivasi lahir batin kepada penulis.
4. Bapak Drs. Muh Nur Indro, M.Sc. sebagai Pembimbing I atas bimbingannya
selama perkuliahan, penelitian hingga sidang sarjana.
5. Bapak Drs. Anthonius Sitompul, M.T. sebagai Pembimbing II atas
bimbingannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.
6. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu dan Bapak Abd. Djamil Husin, M.Si sebagai
dosen penguji atas saran dan bimbingannya selama penelitian hingga sidang
sarjana.
7. Bapak Mahfuddin Zuhri, M.Si. atas bimbingan dan dukungannya dalam
belajar jaringan Cisco.
8. Ibu Dhamayanti Adhidarma, Ph.D atas bimbingan dan dukungannya dalam
berlatih panahan.
9. Bapak Firman dan Bapak Jun atas bantuannya dalam administrasi di
departemen fisika.
10. Wahyu Dewanti Lestari, seorang kekasih yang selalu ada untuk memberikan
dukungan bagi penulis.
11. Rifka, Hezti, Bambang, rekan-rekan fisika angkatan 45 yang membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian.
12. Kak Damas, kak Chanse, Farqan, Fery, Zainal, Bagoes, rekan-rekan cisco
yang memberi support dalam belajar cisco.
13. Rahman, Rifky, Ashraf, Aryo, Erik, Deden, Dwi dan Ashley, warga Soka 4,
atas supportnya.
14. Mas Akbar, Argha, Frandy, Dody, Grahan, Rado, dkk. teman-teman omda
Kediri yang selalu mengobati rasa kangen penulis.
15. Gilang, Izzah, Akfia, Icha, dkk. teman-teman IMM seperjuangan, merah jalan
kami.
16. Tony, Agus, Gusmen, Adi, Mey, dkk. teman-teman UKM Panahan yang
selalu menemani dalam berlatih.
17. Rekan-rekan fisika angkatan 44, 43, 46, dan 47.
18. Semua teman-teman civitas IPB atas dorongan dan semangatnya.
ABSTRAK
Tabel 3. Komposisi kimia baja SAE 1513 material atau logam pada lingkungan
Unsur % Berat yang relatif buruk. Korosi merupakan
Fe 98 proses oksidasi yang terjadi secara kimia
ketika logam melepas elektron ke
Mn 1,00 – 1,35 lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
Si 0,1 – 0,35 adalah dalam keadaan cair (liquid), gas,
C 0,16 atau soil-liquid. Lingkungan tersebut
Al 0,015 - 0,06 disebut elektrolit karena memiliki nilai
konduktivitas untuk transfer elektron.14
P 0,04
Larutan elektrolit mengandung ion
S 0,04 postif dan ion negatif yang disebut
Korosi dengan kation dan anion. Proses korosi
Kata korosi digunakan untuk membutuhkan paling sedikit dua reaksi
menunjukkan kerusakan pada permukaan kimia yang harus terjadi pada lingkungan
korosif. Reaksi tesebut diklasifikasikan
7
sebagai reaksi anoda dan reaksi katoda. tinggi menjadi katode.16 Gambar 2.6 di
Jika kedua reaksi tersebut terajadi, bawah menunjukkan contoh terjadinya
permukaan logam menjadi rusak. Berikut galvanic corrosion.
ini adalah contoh reaksi korosi pada
baja.14
Anoda : Fe Fe2+ + 2e-
Katoda : 2H2O + 2e- H2 + 2OH-
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2
Beberapa jenis korosi yang sering
terjadi adalah general corrosion, galvanic Gambar 2.6 Galvanic Corrosion16
corrosion, crevice corrosion, pitting
corrosion, erosion corrosion, stress- Crevice Corrosion
corrosion cracking, corrosion fatigue, Crevice Corrosion terjadi akibat air
dan microbiological corrosion. atau cairan lain terperangkap pada celah
di logam. Korosi ini terjadi pada kontak
General Corrosion antara logam dengan logam atau antara
General Corrosion diartikan sebagai logam dengan non-logam. Lingkungan
serangan korosif yang didominasi oleh yang rendah kadar oksigen dan tinggi
penipisan secara seragam tanpa adanya kadar klorida merupakan faktor utama
serangan pada tempat tertentu. terjadinya jenis korosi ini.17 Gambar 2.7
Menipisnya permukaan dapat dilihat menunjukkan bentuk fisiknya Crevice
seperti pada Gambar 2.5 di bawah. Atap Corrosion.
seng adalah contoh material yang mudah
terkena serangan General Corrosion,
sedangkan material pasif seperti stainless
steel, atau logam nickel-chromium hanya
mendapat serangan pada tempat tertentu
(localized attack).15
Thicknes is reduced uniformly
dapat dilihat seperti pada Gambar 2.8 dari lingkungan yang korosif. Proses
berikut. Stress-Corrosion Cracking (SCC) terjadi
di dalam material, retakan masuk ke
struktur internal, tanpa merusak
permukaan. Kebanyakan retakan (crack)
memiliki arah yang tegak lurus dengan
arah tekanan yang diberikan.
Selain tekanan mekanik, tekanan
termal dengan agen korosif juga dapat
menimbulkan SCC. Pitting menjadi salah
satu penyebab SCC, terutama pada logam
yang sensitif. SCC adalah jenis korosi
yang berbahaya karena sulit dideteksi dan
bisa muncul jika tekanan lebih dari
Gambar 2.8 Pitting Corrosion18 tingkat ketahanan logam. Bentuk retakan
Erosion Corrosion SCC terlihat pada Gambar 2.10 di
Erosion Corrosion adalah bentuk bawah.20
serangan korosi yang dihasilkan oleh
interaksi antara cairan elektrolit yang
melalui permukaan logam. Biasanya
terdapat partikel padat yang ikut dalam
cairan yang mengalir. Fluida yang
mengalir menyebabkan terjadinya abrasi,
meningkatkan derajat korosi melebihi
General (non-motion) Corrosion pada
kondisi yang sama. Erosion corrosion
terjadi dalam saluran pipa seperti yang
terlihat pada Gambar 2.9. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya korosi jenis ini. Salah satu di
antaranya adalah kekerasan bahan.
semakin keras material, ketahanan
erosion corrosion semakin lebih baik.
Faktor yang lain adalah kehalusan
permukaan, kecepatan fluida, massa jenis Gambar 2.10 Stress-Corrosion Cracking20
fluida, dan sudut aliran fluida.19 Corrosion Fatigue
Corrosion Fatigue muncul pada
logam sebagai hasil dari tekanan siklis
dan lingkungan korosif. Corrosion fatigue
menyebabkan ketahanan logam akan
menurun pada lingkungan yang agresif.
Akibatnya, timbul retakan pada logam
(seperti SCC yang menerima tekanan
statik). Jenis korosi ini dipengaruhi oleh
faktor intensitas tekanan dan frekuensi
tekanan siklis. Lingkungan yang lembab
Gambar 2.9 Erosion Corrosion19 dan berair, tingginya aktivitas kimia juga
menurunkan tingkat ketahanan terhadap
Stress-Corrosion Cracking korosi.21 Bentuk fisik terjainya corrosion
Stress Corrosion adalah fenomena fatigue dapat dilihat pada Gambar 2.11
peretakan logam yang terkadang muncul
ketika logam mengalami tekanan statis
9
BAB III
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian square inch = 6.894,75 Pascal). Pipa
Penelitian ini dilaksanakan pada terbuat dari bahan logam, digunakan
bulan Maret sampai dengan bulan Mei untuk mengalirkan minyak mentah.
2012 di Laboratorium Bidang Bahan Permukaan luarnya dicat berwarna hijau.
Industri Nuklir, Pusat Teknologi Bahan Jenis cairan (fluida) yang mengalir adalah
Industri Nuklir (PTBIN) BATAN, sour crude oil atau minyak mentah. Untuk
kawasan PUSPIPTEK, Serpong. menghilangkan scale/deposit digunakan
drilling fluids dan acidizing fluids yang
Bahan
mengandung HCl. Setelah sekian lama
Bahan penelitian adalah pipa
dipakai, pipa mengalami serangan korosi
digunakan sebagai bagian dari Primary
pada bagian dalam pipa, kemudian
Separator yang beroperasi pada
dilakukan proses drain dan refresh setiap
temperatur 166 atau 167 oF (75 oC) dan
minggu. Pipa yang akan diamati
tekanan 33 atau 34 psi (1 pound per
sudah terpotong secara longitudinal
menjadi dua seperti tampak pada
Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Pipa Primary Separator yang mengalami korosi, camdig (0,5x)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4.1 Pipa Primary Separator, camdig (0,5x)
Diameter pipa diukur menggunakan nilai rata-rata diameter pipa sebesar 5,92
jangka sorong. Pengukuran dilakukan cm. Tabel 2. berikut memperlihatkan data
sebanyak lima kali ulangan. Didapatkan hasil pengukuran diameter pipa.
Sumur (pitting)
Gambar 4.6 Lubang akibat korosi pada bagian dalam pipa, m.s. (6x)
26
44
Lapisan terkelupas
Gambar 4.7 Deposit korosi terkelupas pada bagian dalam pipa, m.s. (6x).
Pada Gambar 4.8, terlihat jelas tampak logam dasar (base metal) dari
adanya penipisan ketebalan pipa. pipa. Terkikisnya lapisan deposit juga
Penipisan ini juga disebabkan oleh dapat dipengaruhi oleh aliran fluida di
serangan korosi lokal yang depositnya dalam pipa.
sudah terkikis habis sehingga hampir
Gambar 4.9 menunjukkan goresan- goresan tersebut bisa menjadi salah satu
goresan sejajar pada bagian dalam pipa. ciri serangan erosion corrosion
Hal ini dimungkinkan dapat terjadi Kemungkinan lain, goresan tersebut
karena adanya gesekan antara pipa adalah salah satu tanda bahwa pipa
dengan fluida yang mengalir di mengalami korosi H2S. Salah satu ciri
dalamnya. Fluida tersebut membawa adanya serangan korosi H2S adalah dasar
pengotor minyak seperti pasir yang logam yang tergores.
mampu menggores logam pipa. Adanya
(a) (b)
Gambar 4.10 Permukaan luar pipa dipotong longitudinal, m.o. (300x)
28
(a) (b)
Gambar 4.12 Bagian tengah pipa dipotong transversal, m.o. (300x)
29
Gambar 4.16 Penampang melintang bagian dalam pipa tanpa etching, m.o. (200x)
Jika sampel dikaratkerisasi oleh fasa ferrite dan sedikit pearlite. Fasa
menggunakan SEM, maka akan tampak ferrite dicirikan dengan bagian yang
seperti pada gambar-gambar di bawah lebih terang, sedangkan pearlite dicirikan
ini. Gambar 4.18 menunjukkan struktur dengan bagian yang lebih gelap. Batas
mikro logam dasar pipa (base metal), antar butir tampak terlihat berwarna
terlihat bahwa logam tersebut didominasi putih.45
Produk Korosi
Logam Dasar
Dari data EDS yang ditampilkan refresh. Pada titik yang lain tampak
pada Tabel 8, terlihat bahwa unsur-unsur adanya unsur oksigen sebagai tanda
yang terdapat pada produk korosi adanya produk korosi pada titik tersebut.
diantaranya adalah besi (Fe), karbon (C),
oksigen (O), silikon (Si), dan klor (Cl).
Berbeda dengan Gambar 4.21 di atas,
Gambar 4.22 adalah penampang
melintang permukaan logam bagian
dalam. Titik 1 dan titik 6 memiliki warna
yang cerah, hal ini menunjukkan bahwa
bagian tersebut adalah logam dasar pipa.
Pada kedua titik tersebut hampir tidak
terdapat unsur oksigen yang menandakan
belum terjadi serangan korosi. Warna
yang lebih gelap seperti pada titik 2
menunjukkan bentuk sumur yang terisi
dengan deposit korosi. Pada titik ini
ditemukan sedikit unsur klor yang
merupakan sisa hasil proses drain dan
35
Identifikasi senyawa pada produk 4.24, dan 4.25 berikut adalah grafik hasil
korosi pengujian difraksi sinar-X. Proses analisi
Identifikasi senyawa dilakukan fraksi sinar-X ditampilkan pada
dengan instrumen X-Ray Diffractometer. Lampiran 4 (Halaman 57) dan PDF
Pengujian dilakukan pada tiga sampel, (Powder Diffraction File) untuk masing-
yaitu pipa tanpa karat, pipa berkarat, dan masing senyawa ditampilkan pada
serbuk deposit korosi. Gambar 4.23, Lampiran 5 (Halaman 58).
Gambar 4.23 Hasil pengujian difraksi sinar-X untuk besi bersih karat
50
o : FeS (23-1120)
45 x : FeCO3 (29-0696)
o Δ * : Fe2O3 (47-1409)
40
Δ x o Δ : FeOOH (26-0792)
o
35 x o
Intensitas x
* *
30 oΔ
o o
o *
25 x Δ
Δ *
20
Δ
Δ
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
2 theta
Gambar 4.24 Hasil pengujian difraksi sinar-X untuk besi yang berkarat
36
Serbuk Karat
120
* x : FeS (23-1120)
100 x o : FeSO4 (37-0873)
* : FeCO3 (29-0696)
# : FeFe2O4 (19-0629)
80 $ : FeCl2 (01-1106)
Intebnsitas
$ $
60 x
#
o o $ $
o x
40 $ x $ # *
* $
* # x $
# * x o *
x * # #
x x x * #
20 *
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
2 theta
DAFTAR PUSTAKA
1. Salim, T dan Sriharti. (2006) Analisis Heat Treat and Forge Steel.Iowa
Penerapan Teknologi Penyulingan State University.
Nilam di Desa Cupunagara 12. SAE J411. (1989) SAE Handbook,
Kecamatan Cisalak Kabupaten Vol 1, Materials, Carbon and Alloy
Subang.Yogyakarta: LIPI. Steels.Pennsylvania:Society of
2. Meyrick, G. (2001) Steel Class Notes Automotive Engineers.
and Lecture Material for MSE 13. Smyth Dennis (1990) Steel Tubular
651.01--Physical Meteallurgy of Products dalam ASM Handbook
Steel. Volume 1 Properties and Selection:
3. Guthrie R.I.L dan Jonas J.J. (1990) Irons Steel and High Performance
ASM Handbook Volume 1 Alloys.Ohio:American Society for
Properties and Selection: Irons Steel Metals.
and High Performance 14. Perez, N. (2004) Electrochemsitry
Alloys.Ohio:American Society for and Corrosion Science.New
Metals. York:Kluwer Academic Publishers.
4. Krauss G. (1985) Physical 15. Pohlman, S. L. (1987) Metals
Metallurgy and Heat Treatment of Handbook 9th Edition Corrosion.
Steel, in Metals Handbook Desk Ohio:American Society for Metals.
Edition.Ohio:American Society for 16. Craig, B. D. et al. (2006) Corrosion
Metals. Prevention and Control: A Program
5. Guthrie R.I.L dan Jonas J.J. (1990) Management Guide for Selecting
ASM Handbook Volume 1 Materials, 2nd Edition.New
Properties and Selection: Irons Steel York:AMMTIAC.
and High Performance 17. Pohlman, S. L. (1987) Metals
Alloys.Ohio:American Society for Handbook 9th Edition Corrosion.
Metals. Ohio:American Society for Metals.
6. Meyrick, G. (2001) Steel Class Notes 18. Craig, B. D. et al. (2006) Corrosion
and Lecture Material for MSE Prevention and Control: A Program
651.01--Physical Meteallurgy of Management Guide for Selecting
Steel. Materials, 2nd Edition.New
7. Guthrie R.I.L dan Jonas J.J. (1990) York:AMMTIAC.
ASM Handbook Volume 1 19. Ibid.
Properties and Selection: Irons Steel 20. Glaeser, W. & Wright, I. G. (1987)
and High Performance Mechanically Assisted Degradation,
Alloys.Ohio:American Society for dalam Metals Handbook 9th Edition
Metals. Corrosion. Ohio:American Society
8. Callister, W. D. (2007) Materials for Metals.
science and engineering: an 21. Ibid.
introduction.USA:John Wiley & 22. Dennies, D. P. (2002) ASM
Sons, Inc. Handbook Volume 11 Failure
9. Thelning K. E. (1975) Steel and its Analysis and
Heat Treatment.England:Butterworth Prevention.Ohio:American Society
& Co (Publishers) Ltd. for Metals.
10. Guthrie R.I.L dan Jonas J.J. (1990) 23. Freeman S.R. (2002) ASM Handbook
ASM Handbook Volume 1 Volume 11 Failure Analysis and
Properties and Selection: Irons Steel Prevention.Ohio:American Society
and High Performance for Metals.
Alloys.Ohio:American Society for 24. Korb, L. J. and Olson D. L. (1987)
Metals. Metals Handbook 9th Edition
11. Verhoeven, J. D. (2005) Metallurgy Corrosion. Ohio:American Society
of Steel for Blademiths & Others who for Metals.
40
25. Anonim (2009) Wet H2S Cracking – 35. Voort G.F.V. (2004) ASM
Basics. Handbook Vol 9 Metallography and
http://www.corrosion4dummies.com/ Microstructures. Ohio:American
2009/01/wet-h2s-cracking.html. Society for Metals.
Diakses pada tanggal 12 Maret 2012 36. Skoog D.A. et al. (2007) Principles
26. Anonim.H2S Corrosion. of Instrumental Analysis.
http://octane.nmt.edu/WaterQuality/c Canada:Thomson Brooks/Cole
orrosion/H2S.aspx. Diakses pada 37. Robinson J.W, et al. (2005)
tanggal 2 Mei 2012 Undergraduate Instrumental
27. Anonim.CO2 Corrosion. Analysis 6th Ed.NewYork:Marcel
http://octane.nmt.edu/WaterQuality/c Dekker
orrosion/CO2.aspx.Diakses pada 38. Hafner B. Energy Dispersive
tanggal 2 Mei 2012 Spectroscopy on the SEM: A
28. Anonim.Sour Primer.Minnesota:
Crude.http://www.oilandgasiq.com/g http://www.charfac.umn.edu/instrum
lossary/sour-crude/. Diakses pada ents/ Diakses pada tanggal 24 April
tanggal 2 Mei 2012 2012
29. Anonim.Crude 39. Skoog D.A. et al. (2007) Principles
Oil.http://www.oilandgasiq.com/glos of Instrumental Analysis.
sary/crude-oil/. Diakses pada tanggal Canada:Thomson Brooks/Cole
2 Mei 2012 40. Anonim. X-ray tube.
30. Anonim. (2008) Komposisi Penyusun http://en.wikipedia.org/wiki/X-
Minyak Bumi dan Gas Alam ray_tube Diakses pada tanggal 18
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/ Juli 2012
kuliah_web/2008/Riski%20Septiade 41. Maddu Akhiruddin (2011)
vana%200606249_IE6.0/halaman_9. Kristalografi Sinar-X.Slide Kuliah
html. Diakses pada tanggal 15 Juli Instrumentasi Fisika IPB
2012 42. Skoog D.A. et al. (2007) Principles
31. Anonim. (2009) Jangka Sorong. of Instrumental Analysis.
http://www.gudangmateri.com/2009/ Canada:Thomson Brooks/Cole
03/jangka-sorong.html.Diakses pada 43. King M. et al. (1995) Power
tanggal 23 April 2012 Diffraction File, Hanawalt Search
32. Anonim.Mikrometer Sekrup. Manual. Pennsylvania:International
http://belajar.kemdiknas.go.id/index5 Centre for Diffraction Data.
.php?display=view&mod=script&cm 44. Anonim.Iron Corrosion Product.
d=Bahan%20Belajar/Materi%20Pok http://corrosion-
ok/SMA/view&id=300&uniq=2868. doctors.org/Experiments/iron-
Diakses pada tanggal 23 April 2012 products.htm. Diakses pada tanggal
33. Anonim.Kamera.http://id.wikipedia. 27 April 2012
org/wiki/Kamera.Diakses pada 45. Gandy D. (2007) Carbon Steel
tanggal 23 April 2012 Handbook.California:Electric Power
34. Anonim.Mikroskop dan Research Institute
penggunaannya. 46. Guthrie R.I.L dan Jonas J.J. (1990)
http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/ ASM Handbook Volume 1
bio100/Materi/mikroskop.html.Diaks Properties and Selection: Irons Steel
es pada tanggal 23 April 2012 and High Performance
Alloys.Ohio:American Society for
Metals.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Diagram Alir Penelitian
Telaah Pustaka
Pemilihan Sampel
Pengujian Makroskopik
(Visual, Camera Digital, Mikroskop Stereo)
Gambar 5.6 (a) instrumen OES, dan (b) instrumen saat beroperasi.