Anda di halaman 1dari 2

Tak pernah terbayangkan oleh Reza Nurhilman jika perkenalannya dengan seorang nenek tiga tahun lalu

menjadi awal kesuksesannya berbisnis. Pemuda 23 tahun ini menceritakan bagaimana ia bisa
menemukan resep keripik singkong "setan" Maicih, yang kini menjadi perbincangan hangat di dunia
maya dan tenar di kalangan anak muda Bandung.

Sekitar 2008, Reza diajak oleh seorang temannya ke daerah Cimahi dan mencicipi keripik buatan si nenek
yang enggan ia sebutkan namanya. "Saya cicipin keripiknya dan memang enak," kata Reza atau biasa
disebut Axl, Presiden Keripik Maicih, saat berbincang dengan Tempo di salah satu kafe di Bandung.

Saat itu bungsu dari tiga bersaudara ini masih bekerja serabutan. Sesekali ia mengikuti pelatihan motivasi
sumber daya manusia. Ia belum terpikir akan menggeluti bisnis itu. Baru pada Juni tahun 2009, Axl
kembali mengunjungi rumah nenek itu. Ia melihat si nenek hanya membuat keripik pada saat-saat
tertentu dan pemasarannya amat terbatas. Terlintas dalam pikirannya untuk membangun usaha menjual
keripik.

"Saya menanyakan resep keripik buatannya dan nenek tidak keberatan saya juga membuat keripik
dengan resep sama," ia menjelaskan.

Dengan bermodal Rp 15 juta, Axl mulai memproduksi keripik yang diberi merek Maicih sebanyak 50
bungkus per hari. Ia membuat perbedaan tingkat kepedasan dari level 1 hingga level 5. "Saya mulai
ngider memasarkan keripik dengan memberikan sampel ke teman, saudara, memanfaatkan Twitter dan
Facebook," katanya.

Pada 11 Februari 2010, di Paris Van Java Mall, Bandung, digelar acara trademark market. Kesempatan ini
digunakan Axl untuk meluaskan pasar keripik Maicih. Ia merasa terbantu oleh berlangsungnya acara itu.
Pasarnya bertambah. "Artis dan para pejabat jadi tahu dan penasaran dengan keripik Maicih," katanya.

Nama Maicih, kata mahasiswa Manajemen Universitas Maranatha Bandung ini, diambil dari istilah
dompet kecil yang suka dipakai ibu-ibu. Nama ini juga mengundang rasa penasaran konsumen karena
terdengar nyeleneh. Pemasarannya dibantu oleh teman-temannya di sekolah menengah atas dan
saudaranya. Walhasil, peminat keripik Maicih mulai banyak. "Awalnya karena penasaran dengan nama
Maicih-nya," ucapnya.
Dalam sebulan, respons atas keripik itu mulai bermunculan. Kebanyakan mengomentari penyedap rasa
yang amat dominan. "Saya langsung memperbaikinya karena enggak mau kehilangan pelanggan,"
ujarnya. Axl juga mulai mengenal selera pelanggan. "Lebih banyak yang suka keripik dengan kepedasan
dari level 3 sampai 5," katanya. "Ada juga yang level 10, sangat pedas, tapi itu limited edition, gak
diproduksi setiap hari."

Dalam menjalankan usahanya, Axl menerapkan prinsip totalitas, loyalitas, dan sinergi. Ia berharap
kepercayaan pelanggan terjaga dan kekompakan tim pemasaran tetap berlangsung. Loyalitas terhadap
keripik Maicih ini mendorong mereka membentuk satu komunitas yang bernama Icihers. Komunitas ini
kebanyakan perempuan. Mereka amat aktif menyebarkan informasi tentang keripik Maicih.

Axl mengucapkan rasa terima kasihnya kepada kolega, saudara, dan para Icihers yang telah loyal
memasarkan keripiknya. "Sehingga semakin banyak orang yang 'tericih-icih' (istilah ketagihan keripik
Maicih)," ujarnya.

Namun bukan berarti perjalanan bisnis Axl selalu berjalan mulus. Pada November tahun 2010, keripik
Maicih tidak diproduksi akibat kurangnya alat penggorengan yang masih memakai tungku. "Pelanggan
makin banyak tapi kapasitas penggorengan kurang," kata dia. Selama sebulan ia harus memperbaiki
tunggu itu.

Saat ini dalam sehari ia bisa memproduksi 2.000 bungkus. "Selalu habis," ujar Axl. Ia berencana akan
menambah jumlah produksi mencapai 10 ribu bungkus per hari. Axl, yang berasal dari keluarga ekonomi
kurang mampu, tak menyangka usahanya bakal sesukses ini. Saat ini omzet penjualan keripik Maicih
dalam sehari mencapai Rp 22 juta dan dalam sebulan bisa mencapai 7 milyar. Harga keripik dibanderol
antara Rp 11 ribu dan Rp 15 ribu untuk luar Bandung.

Pelanggan di luar Bandung juga bisa memesan Maicih melalui sistem online di ngiderngiler.com. Dalam
waktu dekat, Axl juga akan membuat wardrobe Maicih berupa kaus dan merchandise. "Saya ingin Maicih
menjadi ciri khas Jajanan Bandung," kata dia.

Anda mungkin juga menyukai