Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU TEORI PERMUKIMAN DAN PERKOTAAN

PENJELASAN KEMBALI MATERI


TEORI PERMUKIMAN DAN PERKOTAAN
Disusun untuk melengkapi tugas mandiri UTS

Dosen pengajar : Ir. Niniek Anggriani, MT

Disusun oleh : Sita Desti Romadhona (17051010047)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

TAHUN AJARAN 2019/2020


PENGERTIAN PERMUKIMAN
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang, permukiman,
pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang sentral, dengan
demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.

Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu
mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumaatmadja (1988) sebagai berikut:

“Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan
prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal
yang bersangkutan”.

Awal dibangunnya tempat tinggal semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik,


selanjutnya pemilikan tempat tinggal berkemban fungsinya sebagai kebutuhan psikologis,
estetika, menandai status sosial, ekonomi dan sebagainya. Demikianlah makna permukiman yang
ada pada masyarakat pada saat ini. Pemilihan lokasi permukiman di dasarkan pada berbagai
faktor antara lain:

1) Faktor Kemudahan

Faktor yang dimaksud adalah kemudahan dalam menjangkau suatu tempat. Faktor ini perlu
diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap biaya transportasi dan lamanya perjalanan bagi
penghuni untuk bepergian. Faktor kemudahan pada suatu permukiman dapat berupa jalan
penghubung atau masuk, yaitu jalan yang menghubungkan jalan masuk dengan jaringan jalan
umum menuju pusat kota.

2) Utilitas

Utilitas adalah kelengkapan fasilitas yang terdapat pada perumahan, antara lain listrik, air minum,
saluran pembuangan.

3) Faktor Status Tanah

Tanah mempunyai fungsi sosial ekonomi. Dalam pengaturan hak atas tanah dan ruang
pemanfaatanya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, status tanah mempunyai peranan
penting bagi kelangsungan penghuni karena memberikan kepastian hukum atas tanah yang
menjadi haknya.
4) Faktor Penggunaan Tanah

Daerah perumahaan sedapat mungkin tidak menggunakan lahan yang produktif dan menghindari
daerah-daerah yang sudah terbangun. Dengan demikian penggunaan lahan tersebut akan lebih
efektif dan saling mendukung dengan kegiatan lainnya.

5) Faktor Kemungkinan Perluasan

Diharapkan daerah perumahan mampu menampung aktivitas-aktivitas yang sudah sulit sulit
dikembangkan di pusat kota, dengan demikian kawasan permukiman tidak berdiri sendiri dan
tidak lepas dari sistem kotanya.

6) Faktor Pusat Pelayanan

Lokasi perumahan yang baik adalah lokasi yang memudahkan atau dapat menjangkau semua
tempat karena tersedia macam-macam pelayanan, baik yang bersifat sosial maupun bersifat
ekonomi.

7) Faktor Efek Samping yang Mungkin Terjadi

Efek samping yang dimaksud adalah efek negatif yang mungkin timbul dengan di bangunnya
permukiman.

PENGERTIAN PERKOTAAN
Definisi klasik kota menurut Rapoport dalam Zahnd (1999; 4) adalah suatu permukiman
yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen
dari segi sosial. Dari definisi di atas, perkmukiman/kota digambarkan sebagai objek yang
mempunyai elemen-elemen (aspek sosial) yang mempengaruhi kegiatan yang ada dan mungkin
ada pada pembangunan selanjutnya.

Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan masyarakat terus berkembang dengan semakin
kompleksnya kegiatan-kegiatan dalamkota, kota tidak lagi mempunyai fungsi tunggal (single
use-pemenuhan kebutuhan masyarakatkota) namun memiliki kecenderungan multi fungsi (mixed
use) dengan fungsi kegiatan yang berorientasi pada kepentingan pasar (wilayah) dan kepentingan
publik. Sehingga kotadapat diartikan sebagai suatu lokasi dengan konsentrasi
penduduk/permukiman, kegiatan sosial ekonomi yang heterogen dan intensif (bukan ekstraktif
atau pertanian), pemusatan, koleksi dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan sosial ekonomi
yang ditetapkan secara administratif.

Jika kota adalah suatu wilayah yang ditetapkan secara administratif, perkotaan tidak
terbatas pada penetapan administratif, namun berdasarkan ciri-ciri perkotaan yang dimiliki oleh
siuatu wilayah. Dalam UU Penataan ruang No.26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalaha
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kriteria Kawasan Perkotaan:

(a) Kriteria Kawasan Perkotaan yang merupakan Daerah Kota

Kemampuan ekonomi; merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang


berlangsung di suatu Daerah Kota, yang dapat diukur dari:

1. PDRB (produk domestik regional bruto);

2. Penerimaan daerah sendiri.

Potensi daerah; merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan
memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat, yang dapat
diukur dari:

1. Lembaga keuangan;

2. Sarana ekonomi;

3. Sarana pendidikan;

4. Sarana kesehatan;

5. Sarana transportasi dan komunikasi;

6. Sarana pariwisata;

7. Ketenagakerjaan.

Sosial budaya; merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya
masyarakat, yang dapat diukur dari:

1. Tempat peribadatan;

2. Tempat/kegiatan institusi sosial dan budaya;

3. Sarana olahraga.

Sosial politik; merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat, yang dapat diukur dari:

1. Partisipasi masyarakat dalam berpolitik;

2. Organisasi kemasyarakatan.

3. Jumlah penduduk; merupakan jumlah tertentu penduduk suatu daerah.

4. Luas daerah; merupakan luas tertentu suatu daerah.


Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah; dapat diukur dari:

1. Keamanan dan ketertiban;

2. Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan;

3. Rentang kendali;

4. Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga)

5. Kecamatan;

Cara pengukuran kriteria tersebut di atas dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum
dalam Lampiran PP No. 129 tahun 2000.

(b) Kriteria Umum Kawasan Perkotaan

1. Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75% mata

2. pencaharian penduduknya di sector perkotaan;

3. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa;

4. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar;

5. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam
bentuk sarana dan prasarana pergantian moda transportasi.

(c) Kriteria Kawasan Perkotaan Metropolitan

1. Kawasan-kawasan Perkotaan yang terdapat di dua atau lebih daerah otonom yang

saling berbatasan;

2. Kawasan Perkotaan yang terdiri atas satukotainti berstatus otonom dan Kawasan

Perkotaan di sekitarnya yang membentuk suatu sistem fungsional;

3. Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan melebihi 1.000.000

jiwa.

(d) Kriteria Kawasan Perkotaan Baru

1. Kawasan yang memiliki kemudahan untuk penyediaan prasarana dan sarana


perkotaan dengan membentuk satu kesatuan sistem kawasan dengan kawasan
perkotaan yang ada;
2. Kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan yang memungkinkan untuk
pengembangan fungsi perkotaan;

3. Kawasan yang terletak di atas tanah yang bukan merupakan kawasan pertanian
beririgasi teknis dan bukan kawasan yang rawan bencana alam;

4. Kawasan yang tidak mengakibatkan terjadinya konurbasi dengan kawasan perkotaan


di sekitarnya;

5. Kawasan yang sesuai dengan sistem perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Propinsi, dan Kabupaten;

6. Kawasan yang dapat mendorong aktivitas ekonomi, sesuai dengan fungsi dan
perannya;

7. Kawasan yang mempunyai luas kawasan budi daya sekurangkurangnya 400 hektar
dan merupakan satu kesatuan kawasan yang bulat dan utuh, atau satu kesatuan
wilayah perencanaan perkotaan dalam satu daerah kabupaten;

8. Kawasan yang direncanakan berpenduduk sekurangkurangnya 20.000 jiwa.

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA DAN PERENCANAAN KOTA DI


DUNIA
Sejarah perkembangan kota di Indonesia dari masa tradisional sampai dengan masa
kolonial, secara umum dapat dibagi ke dalam empat periode, yakni : periode I (abad ke-III-IX);
periode II (abad IX-XV); periode III (abad XV-XVIII); dan periode IV (abad ke-XIX-XX).
Berdasarkan periodisasi tersebut, perkembangan kota-kota tradisional di Indonesia menunjukkan
evolusi dari kota tradisional menjadi kota kolonial sehingga pada masa penjajahan Belanda,
Indonesia mengalami pengaruh Barat dalam berbagai segi kehidupan termasuk kebudayaan. Hal
tersebut antara lain dapat dilihat dalam bentuk kota dan tata bangunannya.

Ada delapan masa yang menjadi titik jejak sejarah perencanaan kota di dunia. Antara lain
adalah :

1. Masa Purba
2. Masa Yunani
3. Masa Abad Pertengahan
4. Masa Peralihan (renaisance)
5. Masa Revolusi Industri
6. Masa Pasca Revolusi Industri
7. Masa Abad 20
8. Masa Globalisasi Abad 21
Pada perencanaan kota itu sendiri juga memiliki suatu pola perkembangan yang berbeda
– beda sesuai perencanaan pada masing - masing ideologi. Dilihat dari pengertiannya yaitu
Perencanaan merupakan salah satu bentuk karya manusia yang berbudaya. Sehingga produk
perencanaan juga berkembang seiring dengan perkembangan daya pikir dan kreasi manusia.

Proses dan produk perencanaan wilayah dan kota diwujudkan dalam bentuk struktur,
bentuk dan penampilan fisik yang berbeda, yang disebabkan oleh pendekatan, teknologi,
peradaban, dan kompleksitas yang berbeda. Setiap masa akan memiliki produk yang berbeda –
beda dilihat dari di abad berapakah masa itu berada.

1. Kota Masa Purba / Pra Yunani


Proses urbanisasi telah berlangsung sekitar 4000 sebelum masehi, didaerah yang
dikenal sebagai daerah Bulan Sabit yang subur, yang membentang dari Sungai Nil
sampai ke dataran Sungai Trigis.

Perencanaan kota dimulai dengan perkembangan bentuk – bentuk kerajaan – kota


yang didirikan oleh tenaga sukarela. Para raja yang juga merangkap panglima perang
juga membangun kota – kota yang berfungsi sebagai benteng dan sekaligus pusat
perdagangan hasil pertanian dari lahan di sekitarnya. Ada empat dasar yang diterapkan
dan menjadi aturan atau acuan pada masa purba yaitu Dasar Fisik, Dasar Ekonomi, Dasar
Sosial dan Dasar Politik.

Sumber : Andina Librianty – Okezone 2012

Situs yang terdapat pada gambar merupakan kota pra sejarah atau masa purba
dengan usia tertua di Eropa. Setelah diteliti lebih dalam, Kota ini merupakan pusat
produksi garam dengan komoditas yang cukup tinggi dengan tujuan untuk pengawetan
daging pada masa itu. (arkeologi bulgaria, 2012)

2. Kota Yunani
Pada abad ke-5 sebelum Masehi, Kota Yunani mulai terlihat memiliki ciri fisik
yang membedakan dari masa sebelumnya yaitu tempat persidangan menjadi tempat
peradaban menggantikan kuil (alam demokrasi). Lalu lahir perencana kota yang disebut
arsitek, disitulah pertama kali konsep gridiron dicetuskan melalui dasar teoritik.

Pusat perdagangan (agora) berdekatan dengan tempat politik rakyat berbentuk


lapangan yang luas. Hipodamus juga yang merancang Kota Pireus dan Pelabuhan Athena.

3. Kota Romawi
• Roma menggantikan Athena sebagai pusat dunia barat selama kekaisaran romawi
278 SM – 324
• Perkembangan penduduk yang sangat cepat menyebabkan adanya apartment 8
tingkat pada abad 1
• Setiap penguasa baru akan membangun lapangan dan patung yang lebih besar dari
pendahulunya
4. Kota Abad Pertengahan (setelah masehi)
• Perencana kota tidak banyak lagi diminta sampai abad 11
• Bangunan – bangunan kota sangat bergantung pada gereja
• Ketidak adilan ruang terjadi seiring berkembangnya dominasi feodalistik dan
perbudakan. Masih terbangun pola kasta dan strata sehingga muncul perbedaan
fisik pada bangunan
• Kota – kota benteng lebih dominan
• Sehingga penduduk terbatas dan maksimal 50.000 jiwa bahkan banyka yang 1000
jiwa
• Abad 14 mulai muncul kota besar Florence (90.000 jiwa) sebagai pusat politik
• Penemuan bahan peledak pada abad 15 menyebabkan pergeseran fungsi benteng
yang sudah tidak ada lagi
• Abad 15 juga tumbuhnya renaissance (peralihan) yang mengutamkan artistik dan
kreatifitas
5. Kota Masa Peralihan (Renaissance)
• Munculnya gaya poros. Yakni gaya yang ada di bagi dua atau biasa disebut aksis
style.
• Berkembangnya plazza sebagai taman yang ada di tengah (central garden)
• Perencanaan kota memperhatikan keindahan, bentuk kota, dan fungsinya
6. Kota Masa Baroque
• Pamer kebesaran dan kemewahan raja
• Pengolahan perkotaan lebih cermat. Dari corak polos garis memanjang
• Hikmah perencanaan dan desain fisik belu cukup memenuhi kebutuhan
• Pelajaran masa itu adalah semua kota bisa jadi indah
7. Kota Masa Revolusi Industri
Ciri kota pada masa revolusi industri adalah :
• Dipengaruhi oleh mekanisasi
• Dampak yang terjadi terhadap kota
a) Jumlah penduduk meningkat
b) Kecelakaan meningkat
c) Polusi udara dan air
• Peranan tranportasi sangat kuat (produksi dan pemasaran)
• Pemisahan antara tempat kerja dan tempat tinggal
• Pusat kota ditinggali oleh penduduk yang kurang mampu dan pinggiran kota oleh
yang berkecukupan
8. Kota Pasca Revolusi Industri
• Akibatnya di pusat - pusat kota bermunculan kawasan – kawasan industri
• Terdapat banyak pemukiman kumuh di sekitar lokasi – lokasi industri tersebut.
Yang ditempati oleh para pekerja yang ingin memiliki tempat tinggal yang murah
dan tidak memerlukan ongkos ke tempat kerja
• Akibatnya kualitas lingkungan sangat rendah, sanitasi buruk, wabah penyakit
dimana – mana, dan juga banyak kriminalitas
9. Kota Abad 20
Perencanaan kota pada abad 20 memiliki berbagai konsep – konsep baru dalam
merencanakan kotanya. Pada umumnya konsep – konsep tersebut mengedepankan hal –
hal sebagai berikut :

• Lingkungan alami
• Kehidupan sosial
• Open space
• Heritage, dll
Berbagai konsep tadi diantaranya kota baru (New Town), sustainable city, green
city, friendly city, dan lain – lain.

10. Kota Masa Globalisasi


• Urbanisasi yang sangat besar dan cepat
• Transportasi tanpa batas
• Aglomerasi kota menjadi metropolitan, megapolitan
• Pergeseran ruang publik akibat perubahan pola komunikasi
• Adanya ancaman global warming
• Karakter kota menjadi seragam
• Muncul kesadaran baru untuk kembali ke alam, isu lingkungan dan
mengutamakan nilai – nilai lokal
• Mitigasi bencana
• Kemacetan, banjir, dan permasalahan sosial individual
STRUKTUR TATA RUANG DAN BENTUK KOTA
Konsepsi spasial yang merupakan kerangka dan menjadi determinan dari pola atau pattern
perkotaan. Peran dan fungsi urban structure merupakan bagian dari aktivitas-aktivitas kota. Arus
pergerakan aktivitas kota yang ditimbulkan dari struktur kota akan membentuk adanya pola-
pola/pattern kota. Kategori pembentukan urban structure pada dasarnya dapat dilihat melalui 2
sisi, yaitu :

1. Dari sisi Fisikal :

• Skeleton

• Framework

• Network

• Hirarki

2. Dari sisi Konseptual

Bentuk struktur kota lebih bersifat simbolik atau konsepsi, namun tetap memberikan kesan yang
kuat dalam kerangka kawasan. Dapat ditunjukkan dengan adanya aktivitas dan image kawasan

Sistem Kota bergantung pada sistem transportasi kota. Setiap kota juga memiliki system
komunitas, Tiap-tiap komunitas ada ‘service city’. Macam – macam kota adalah kota kecil, kota
besar, kota, dan kota metropolitan.

Berdasarkan jumlah penduduk, kota dapat dibagi menjadi lima macam yakni:

1. Megapolitan yakni kota yang jumlah penduduknya diatas 5 juta orang.


2. Metropolitan yakni kota yang jumlah penduduknya antara 1-5 juta orang.
3. Kota besar yakni kota yang jumlah penduduknya antara 500.000-1 juta orang.
4. Kota sedang yakni kota yang jumlah penduduknya antara 100.000-500.000 orang.
5. Kota kecil yakni kota yang jumlah penduduknya antara 20.000–100.000 orang.

Klasifikasi kota berdasarkan tingkat perkembangannya :

1. Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota dapat kita kelompokkan menjadi enam


macam yakni:
2. Kota eopilis yakni suatu wilayah yang berkembang menjadi sebuah kota yang baru.
3. Kota polis yakni kota yang masih memiliki sifat agraris.
4. Kota metropolis yakni kota besar yang telah menganut sistem industri.
5. Kota megalopolis yakni gabungan beberapa kota metropolis yang saling berhubungan.
6. Kota tryanapolis yakni kota dengan tingkat kerawanan yang sangat tinggi misalnya macet,
banyak copet dll.
7. Kota nekropolis yakni kota yang perkembangannya justru mengalami kemunduran

Jenis kota menurut fungsi ada 9 yaitu :

1. KOTA PERDAGANGAN

2. KOTA INDUSTRI

3. KOTA TRANSPORTASI

4. KOTA REKREASI

5. KOTA PENDIDIKAN

6. KOTA PERTAMBANGAN

7. KOTA PUSAT PEMERINTAHAN

8. KOTA PENSIUN

9. KOTA KOMBINASI

PERUNTUKAN KOTA ( LAND USE)


Suatu sarana penting untuk mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi, dan sosial suatu lahan
karena berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, karakter dan pola lingkungan fisik kota.
Perwujudan fisik dari kegiatan usaha suatu kelompok masyarakat Jika terjadi peningkatan
kegiatan usaha masyarakat, maka pola land use akan berubah juga.

Hal yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Land Use Kota:

1. Identifikasi tujuan dan prinsip-prinsip penggunaan lahan


2. Fokus pada sifat dan pola, pada batas wilayah kota yang ada
3. Memperhatikan bagian wilayah kota yang masih belum berkembangdan wilayah-wilayah
yang berada dalam pengaruh (hinterland city) wilayah kota tersebut
4. Mempersatukan analisa-analisa tersebut di atas, dan mengusulkannya menjadi suatu
rencana penggunaan lahan yang komprehensif bagi wilayah kota tersebut
Penetapan Guna Lahan dan Peruntukan, berdasarkan pendekatan:

1. Pendekatan Ekonomis
2. Pendekatan Kontekstual
3. Pendekatan Teori Perencanaan Kota
4. Pendekatan Urban Design
Adapun macam – macam peruntukan lahan :

1. PERUMAHAN
2. PERKANTORAN
3. INDUSTRI
4. PERDAGANGAN DAN JASA
5. FASILITAS UMUM : pendidikan, kesehatan, keagamaan, dll
6. RUANG TERBUKA HIJAU
7. SIRKULASI DAN TRANSPORTASI
8. INFRASTRUKTUR / UTILITAS KOTA
Berdasarkan Standard Dinas Cipta Karya, Peruntukan Lahan Kota sebagai berikut:

• Residential 35% - 39 %
• Komersial 4,8% - 5%
• Industrial 10% - 11%
• Sirkulasi / Jalan 20 % - 26 %
• Open space & Fasilitas Umum 10% - 18%
Pengertian Urbanisasi

Pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk yang asalnya dari daerah perdesaan menuju
ke wilayah perkotaan atau kota besar dengan tujuan menetap dalam kurun waktu tertentu.
Pendapat lain mengatakan bahwa arti urbanisasi adalah pergeseran populasi dari daerah
perdesaan menuju ke daerah perkotaan sehingga jumlah penduduk di perkotaan semakin tinggi.

Pengertian Urbanisasi Menurut Para Ahli :

1. Ir. Triatno Yudo Harjoko

Menurut Ir. Triatno Yudo Harjoko, pengertian urbanisasi adalah suatu proses perubahan
masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban.

2. J. H. de Goede

Menurut J. H. de Goede, pengertian urbanisasi adalah proses pertambahan penduduk


pada suatu wilayah perkotaan (urban) ataupun proses transformasi suatu wilayah berkarakter
perdesaan (rural) menjadi urban.

3. R. Bintarto

Menurut R. Bintarto, arti urbanisasi adalah suatu proses meningkatnya jumlah penduduk
di kota. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan fertilitas penduduk kota maupun adanya
pertambahan penduduk dari pedesaan.
4. Kingsley Davis

Menurut Kingsley Davis, pengertian urbanisasi adalah meningkatnya proporsi jumlah


penduduk yang memusat di perkotaan.

5. Shogo Kayono

Menurut Shogo Kayono (Abbas, 2002), pengertian urbanisasi adalah perpindahan dan
pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam hubungannya dengan
masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya.

6. S. Kantsebovskaya

Menurut S. Kantsebovskaya, pengertian urbanisasi adalah suatu proses atau gejala yang
memiliki sifat multi-sektoral. Gejala ini ditinjau dari sebab dan akibat yang ditimbulkan.

Faktor Penyebab Urbanisasi

Urbanisasi tidak terjadi begitu saja tapi ada penyebabnya. Dalam hal ini, terdapat dua
faktor penyebab urbanisasi, yaitu:

1. Faktor Pendorong dari Desa

• Lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja yang sangat terbatas di desa.

• Tingkat kesuburan tanah yang tidak baik atau bencana kekeringan yang merusak
kesuburan tanah di desa.

• Kehidupan yang monoton dan sulit berkembang di desa.

• Upah kerja atau penghasilan di desa yang masih sangat rendah.

• Fasilitas kehidupan di perdesaan tidak tersedia atau tidak memadai.

• Adanya bencana alam di perdesaan yang merusak sumber kehidupan masyarakatnya.


Misalnya kemarau panjang, wabah penyakit, banjir, dan lainnya.

2. Faktor Penarik dari Kota

• Lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja cenderung lebih banyak dibandingkan di


perdesaan.

• Upah tenaga kerja di perkotaan jauh lebih tinggi.

• Tersedianya berbagai fasilitas kehidupan yang sangat memadai. Misalnya; fasilitas


kesehatan, pendidikan, transportasi, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan lainnya.
• Kehidupan di kota yang lebih modern menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang.

Tujuan Urbanisasi

Penduduk perdesaan yang melakukan urbanisasi tentunya memiliki tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Adapun beberapa tujuan urbanisasi adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan Kehidupan yang Lebih Baik

Sebagian besar penduduk desa yang melakukan urbanisasi karena adanya keinginan
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini bisa dilakukan karena adanya anggapan
bahwa peluang kerja dan usaha lebih banyak di kota.

Selain itu, berbagai fasilitas kehidupan di perkotaan yang lebih lengkap juga dianggap
akan memperbaiki taraf hidup masyarakat yang pindah ke kota.

2. Memperoleh Kepuasan Batin

Ada juga penduduk perdesaan yang melakukan urbanisasi karena ingin memperoleh
kepuasan batin. Misalnya keinginan untuk merasakan kehidupan kota yang gemerlap, modern,
serba lengkap dan instan.

3. Memperoleh Pelayanan yang Lebih Baik

Banyak anggapan bahwa menjadi masyarakat di perkotaan akan membuat setiap orang
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan cepat. Misalnya pelayanan kesehatan dan
pendidikan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan di banyak desa, dimana
pelayanan kesehatan dan pendidikan masih tidak memadai.

4. Memperoleh Kesempatan Kerja dan Usaha

Sebagian besar penduduk desa melakukan urbanisasi karena ingin mendapatkan


kesempatan kerja dan usaha. Seperti kita ketahui, kesempata kerja dan usaha di perkotaan
memang sangat tinggi tapi juga disertai dengan persaingan yang sangat ketat.

5. Keinginan untuk Hidup Lebih Modern

Ada juga sebagian penduduk perdesaan yang melakukan urbanisasi karena ingin
mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan di desa yang cenderung sangat lambat dianggap
akan membuat seseorang kehilangan banyak kesempatan sehingga penduduk perdesaan
melakukan urbanisasi.
Dampak Urbanisasi

Urbanisasi memberikan dampak bagi daerah yang ditinggalkan maupun yang didatangi.
Adapun beberapa dampak positif dan negatif dari urbanisasi adalah sebagai berikut:

1. Dampak Positif Urbanisasi

• Meningkatkan pengetahuan masyarakat perdesaan.

• Membuat masyarakat desa semakin modern.

• Meningkatknya kemampuan masyarakat perdesaan sehingga dapat mengimbangi


masyarakat kota.

• Meningkatnya kesejahteraan masyarakat perdesaan.

• Terjalinnya kerjasama yang baik antara masyarakat di suatu daerah dengan masyarakat di
daerah lain.

• Terpenuhinya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di perkotaan.

• Roda perekonomian bergerak lebih baik.

2. Dampak Negatif Urbanisasi

• Timbulnya masalah perumahan sempit yang tidak sesuai standar kesehatan.

• Potensi timbulnya pengangguran di perkotaan semakin tinggi.

• Munculnya lokasi pemukimanan yang tidak sehat dan rawan kriminalitas.

• Jumlah tenaga kerja usia produktif di perdesaan akan menurun pesat.

• Timbulnya masalah kemacetan yang semakin parah.

• Semakin tingginya sampah di wilayah perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai