Servikal Sindrom
Servikal Sindrom
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Nyeri tengkuk (neck pain) didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan didaerah
yang dibatasi oleh : linea nuchae superior dibagian superior, dibagian lateral sisi lateral
leher dan dibagian inferior oleh garis transversal imajiner melalui prosesus spinosus
Torakal 1.1
Nyeri tengkuk merupakan problem umum dalam masyarakat yang diperkirakan
dialami oleh ± 10 % populasi. Di Amerika Serikat ditemukan nyeri tengkuk ± 7 % pada
laki-laki dan ± 9,4 % pada wanita, dalam periode tahun 1976 – 1980. Nyeri tengkuk lebih
sering ditemukan pada wanita dan frekwensinya lebih banyak pada usia tua, perokok dan
pekerja yang banyak mengalami stres baik fisik maupun mental. 2,3
Manifestasi nyeri tengkuk dapat timbul di daerah tengkuk atau menyebar ke
tempat lain (terbanyak adalah ke anggota gerak atas dan kepala).4 Penyebab nyeri dapat
berasal dari kompresi terhadap struktural nyeri yang dapat berupa inflamasi, neoplastik,
infeksi, proses degenerasi atau trauma. Nyeri tengkuk umumnya cenderung berulang,
disertai beragamnya keluhan dan temuan klinis dari derajat ringan sampai sedang disertai
temuan pemeriksaan imajing yang tidak spesifik dan banyaknya diagnosis banding
sehingga hal ini merupakan tantangan bagi klinisi dalam mendiagnosis dan memberikan
terapi yang tepat.5,6
II. Definisi
Servikal sindrom adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala yang ditandai
adanya iritasi atau kompresi pada radiks saraf servikal, dengan gejala adanya rasa nyeri
pada leher (tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai radiks yang terganggu.1,7
Rasa nyeri yang dijalarkan disebut nyeri radikuler (rasa nyeri berpangkal pada
tempat perangsangan dan menjalar ke daerah persarafan radiks yang terkena, sesuai
dengan kawasan dermatom).1,2,3
Standar pelayanan medis Neurologi tahun 2006 mendefinisikan servikal sindrom
sebagai sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri menjalar, rasa kesemutan yang
1
menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna vertebra
servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, ligamentum flavum
dan facet joints.8
2
Struktural servikal terdiri dari 7 vertebra servikal, diskus intervertebralis, 8 pasang
saraf spinal, otot-otot, ligamentum, dan vaskuler. Struktur vertebra terdiri dari korpus,
pedikel, lamina, foramen vertebralis, prosesus spinosus, prosesus articularis superior dan
inferior, prosesus transversus, serta tuberkulum anterior dan posterior. Struktur C1 dan C2
sedikit berbeda dibanding dengan struktur servikal lainnya. Pada bagian anterior terdapat
ligamentum longitudialis anterior dan posterior, sedangkan pada bagian posterior terdapat
ligamentum flavum, ligamentum nuchal, ligamentum interspinosus, dan kapsul ligamen.
Diskus intervertebralis terletak di antara corpus vertebra, terdiri dari nukleus pulposus dan
anulus fibrosus, yang berfungsi sebagai pemberi ruang, peredam kejut, dan fleksibilitas.
Terdapat dua sendi facet pada tiap vertebra yang berfungsi untuk rotasi corpus vertebra,
menghubungkan arcus dari masing-masing corpus vertebra, dan menghubungkan tiap
vertebra dengan vertebra di atasnya. Terdapat 8 pasang saraf servikal yang menginervasi,
disebut juga rami communicantes, yang terdiri dari tiga ganglion; yaitu C1-C4 ganglion
superior, C5-C7 ganglion media, C8-T2 ganglion inferior. Servikal divaskularisasi oleh
arteri karotis interna dan arteri vertebralis, serta vena jugularis dan vena vertebralis.6,7,8
Terdapat prosesus
odontoid (dens) dan
berfungsi sebagai
fungsi rotasi kepala
3
Ligamentum Diskus Intervertebralis
Sendi Facet
4
5
Otot-otot
Inervasi Vaskularisasi
7
Gejala dan tanda dari terganggunya masing-masing radiks yang berperan dalam timbulnya
servikal sindrom: 1
C8 Bagian medial lengan Otot-otot tangan Jari kelingking Refleks biseps dan
bawah interosei dan jari manis triseps tidak
terganggu
8
Dermatom servikal sampai sakrum menurut Keegan & Garret
V. Etiologi
Timbulnya sindroma servikal ini oleh karena adanya rangsangan pada radiks saraf
servikal, dimana radiks anterior dan posterior akan bergabung menjadi saraf spinal di
foramen intervertebralis sehingga letak gangguannya adalah pada atau dekat foramen
intervertebralis. 3,4
Terdapat dua penyebab timbulnya servikal sindrom yaitu: 1,2,3,4
1. Foramen intervertebralis tetap utuh.
a. Peradangan dari sarafnya sendiri misalnya radikulitis.
b. Dorongan dari tumor, abses atau perdarahan oleh karena trauma tumor.
9
c. Radiks mengalami tarikan, misalnya pada trauma whiplash (pecut) yaitu trauma
oleh karena anggukan kepala yang intensif yang didahului oleh tengadahan kepala,
dimana radiks dorsalis C5, C6 dan C7 teregang dan mengalami reksis.
d. HNP servikalis yang paling sering terdapat diantara C5 dan C6 serta antara C6 dan
C7 sehingga menekan radiks C6 dan radiks C7.
2. Foramen intervertebralis menyempit.
a. Terbentuknya osteofit atau eksostosis yang masuk ke dalam foramen
intervertebralis sehingga dapat menekan radiks.
b. Adanya penipisan dari diskus intervertebralis sehingga keadaan ini akan
mendekatkan jarak kedua pedikel yang membentuk foramen intervertebralis.
Namun demikian adanya penyempitan foramen intervertebralis harus disesuaikan
dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan oleh penderita dan ditemukan dalam
pemeriksaan.
VI. Patologi
Leher mempunyai bangunan peka nyeri dalam daerah relatif kecil dan padat.
Bangunan peka nyeri tersebut mencakup : ligamentum longitudinale posterior, sendi faset,
radiks saraf, kapsul faset, ligamentum longitudinale anterior, otot, ligamentum
interspinosum, kapsul artikularis dan duramater. Nyeri leher dapat dihasilkan oleh berbagai
patologi terhadap bangunan peka nyeri tersebut, baik primer maupun rujukan dari bagian
lain tubuh (sekunder) misalnya : iritasi, cedera atau trauma, inflamasi, infeksi dan destruksi
7,8
.
Berbagai patologi penyebab servikal sindrom tersebut yaitu9 :
Spondilosis servikalis : Myelopathy
Mekanik : Neck strain, Herniasi diskus
Infeksi : Osteomyelitis, Meningitis
Rujukan/reffered : Thoracic outlet syndrom, Pancoast tumor
Neurologik : Brachialis plexitis, jebakan saraf perifer
Rheumatologik : Rheumatoid arthritis, Fibromialgia
Neoplasma : Multiple myeloma, Syringomyelia
VII. Diagnosis
10
Pemeriksaan fisik untuk meneliti nyeri leher dengan tanda-tanda radikulopati. Pada
pemeriksaan tulang leher diteliti kekuatan otot-otot leher serta lingkup gerak sendi leher
(fleksi dan rotasi). Pada inspeksi: terdapat bahu yang terlihat lebih tinggi, cenderung
memutar seluruh tubuh untuk menengok, dan postur leher miring. Pada palpasi: terdapat
ketegangan otot bahu dan leher, serta nyeri pada penekanan prosesus transversus dan
prosesus spinosus. Pemeriksaan lainnya meliputi status mental, fungsi motorik, fungsi
sensorik dan koordinasi. Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat
radiks servikal yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh:
kelemahan pada abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5, kelemahan pada fleksi
siku dan ekstensi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C6, kelemahan pada
ekstensi siku dan fleksi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C7, dan kelemahan
pada ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar dari pergelangan tangan menunjukkan radikulopati
C8. Pemeriksaan refleks tendon sangat membantu menentukan tingkat radiks yang terkena,
seperti: refleks biseps mewakili tingkat radiks C5-6, refleks triseps mewakili tingkat radiks
C7-8.2,5,6,7
Penting dicatat bila ada gangguan sensorik dengan batas jelas. Namun seringkali
gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal ini disebabkan oleh
adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama lain . Pemeriksaan ini juga
menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.1,2,3,4
Untuk menegakkan diagnosis servikal sindrom dapat dilakukan berdasarkan gejala
dan tanda seperti tersebut di atas. Meskipun demikian pemeriksaan sebaiknya harus
dilakukan secara teliti. Untuk mengetahui adanya rasa nyeri tengkuk yang bersifat
radikuler dapat dilakukan tes-tes seperti berikut: 1,6
a. Test Kompresi
Pada pasien yang duduk dilakukan kompresi pada kepalanya dalam berbagai posisi:
miring kanan, kiri, tengadah, menunduk. Bila terdapat kompresi di foramen intervertebrale
bagian servikal, maka kompresi pada kepala pasien akan menimbulkan nyeri yang sesuai
dengan tingkat kompresi atau memperhebat nyeri radikuler. Hasil test ini dinyatakan
positif bila pada penekanan tersebut terdapat nyeri radikuler. Test ini disebut juga sebagai
test Lhermitte atau test Spurling.
11
b. Test Distraksi.
Penderita dengan nyeri radikuler diberi traksi aksial servikal dengan beban 10 – 15
kg pada posisi supinasi, kepala penderita ditarik ke atas.Tes positif bila nyeri berkurang
atau menghilang.
c. Test Valsava.
Dengan test ini tekanan intratekal ditinggikan. Bilamana terdapat proses desak ruang
di kanalis vertebralis bagian servikal, maka dengan ditingkatkannya tekanan intratekal
akan bangkit nyeri radikular. Nyeri saraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis di
kanalis vertebralis bagian servikal. Cara test ini adalah pasien disusruh mengejan
sewaktu menahan napasnya. Test ini positif apabila timbul nyeri radikuler yang
berpangkal di tingkat leher dan menjalar ke lengan.
d. Test Naffziger.
12
Pada test ini tekanan intratekal ditinggikan dengan menyuruh pasien mengejan
pada waktu kedua vena jugularis ditekan oleh kedua tangan pemeriksa. Dengan
demikian tekanan intrakranial ini diteruskan sepanjang rongga arakhnoidal medula
spinalis. Kalau terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis ( misal: HNP ), maka
radiks yang terbentang atau teregang mendapat perangsangan pada waktu test ini
dilakukan. Karena itu akan timbul nyeri radikuler yang melintasi kawasan
dermatomalnya. Test ini dilakukan pada waktu pasien berdiri atau baring.
IX. Terapi
13
Servikal sindrom hanya merupakan kumpulan gejala maka terapinya akan
tergantung pada etiologinya. Sebagai contoh: 5
1. Bila penyebabnya adalah akibat dari trauma whiplash, maka dengan istirahat akan
menjadi baik kembali.
2. Bila oleh karena spondilosis, maka dapat dilakukan rehabilitasi medik.
3. Bila disertai dengan tanda-tanda medula spinalis ikut terganggu dan pada pemeriksaan
mielografi didapatkan adanya tumor, maka dapat dilakukan operasi.
X. Farmakologik
Terapi nyeri secara umum, berdasarkan derajat nyeri → Visual Analog Scale
(VAS):4,5,8
Nyeri akut : NSAID
Nyeri kronik
- ringan : NSAID + analgetik ajuvant
- sedang : NSAID + analgetik ajuvant + codein
- berat : NSAID + analgetik ajuvant + morfin
Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-
obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak digunakan
biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat,
kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein, meperidin,
bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka yang
mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh
tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses
perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit
dalam posisi flexi sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan ke
arah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis servikalis
atau kelompok nyeri non spesifik. Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:1,3
• Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)
• Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)
• Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)
• Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)
• Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)
14
XI. Rehabilitasi Medik
Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau
resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis
lebih lanjut.5,6,7,8
1. Traksi
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau
pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf.
Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau intermiten.
2. Cervical Collar
Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang
benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan
adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan
diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat
bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu
diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya
cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan
iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya
tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.
3. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri.
Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi
15
otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau
kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin
tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah
pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.
4. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa
dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat
bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan
ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat
ditanggulangi dengan melakukan pijatan.
Terapi pembedahan.
- Laminektomi dekompresi: mengambil semua lamina untuk memberikan ruang
pada saraf dan memberikan akses bagi spur tulang atau ruptur diskus untuk
diambil. Dapat pembedahan terbuka atau laparoskopi.
- Laminotomi: hanya mrngambil sedikit bagian lamina untuk membebaskan
penekanan atau untuk memberikan akses pengambilan diskus atau spur tulang
yang menekan saraf.
16
Injeksi Blokade
Laminektomi Dekompresi
Laminotomi
17
XII. Larangan
Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang
lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.5
XIII. Saran
Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali
bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik.
Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat:
Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu
masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.
Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.
Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.
Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat duduk,
mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan
atau aktivitas sehari-hari.3,4
XIV. Ringkasan
Servikal sindrom merupakan sindrom atau keadaan yang disebabkan oleh iritasi
atau kompresi pada radiks saraf servikal, ditandai dengan adanya nyeri pada leher
(tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai radiks yang terkena.
Karena hanya merupakan suatu sindrom maka perlu diketahui penyebabnya
sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat.
18
DAFTAR PUSTAKA
5. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. PT Dian rakyat. 1999:
492-514.
7. Jenie MN. Mekanisme nyeri di leher dan dari leher. Naskah lengkap pertemuan
ilmiah nasional 1 Kelompok studi nyeri PERDOSSI. Manado, 2005;6-11
8. Servikal sindom dalam buku pedoman standar pelayanan medis dan standar
pelayanan operasional neurologi PERDOSSI, 2006;171-73
19
PRESENTASI KASUS POLIKLINIK
SINDROMA SERVIKAL
Clara Krishanti
Moderator: dr. R.B. Wirawan, SpS(K)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Candi Mutiara Timur IV, Ngaliyan, Kodia Semarang
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : S1
No. CM : A550891
Datang : 25 Maret 2013
20
Kuantitas : ADL mandiri.
Kronologis :
± sejak 5 bulan yang lalu, pasien sering merasakan nyeri di daerah leher dan
tengkuk. Nyeri yang dialami dirasakan seperti tersetrum. Dirasakan juga adanya
kesemutan, kekakuan dan ketegangan yang menyertai nyeri. Nyeri dan kesemutan
ini dialami hilang timbul sampai sekarang.
± seminggu yang lalu nyeri tengkuk dirasakan menjalar sampai ke kedua
bahu, dan disertai kesemutan yang berawal dari leher menjalar sampai ke jari-jari
kedua tangan, terutama lebih dominan yang sisi kiri. Nyeri tidak bertambah jika
bersin, batuk dan mengejan. Semakin hari kesemutan semakin sering muncul dan
terasa semakin sering seperti kesetrum, terutama saat menoleh ke kanan.
Os belum pernah berobat ke dokter untuk keluhan ini, hanya minum
Neuralgin dan diberi koyo. Tidak didapatkan rasa tebal pada keempat anggota
gerak dan tidak ditemukan kelemahan anggota gerak. Tidak didapatkan nyeri
kepala dan pusing. Pergerakan sendi leher dan bahu pasien bebas dan tidak ada
keluhan. Riwayat trauma leher disangkal.
Gejala Penyerta : Kesemutan yang menjalar pada kedua tangan.
Faktor memperberat : Saat menengok atau menarik kepala ke kanan.
Faktor memperingan : (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
Riwayat hipertensi, DM, dan asam urat tinggi disangkal
Riwayat kolesterol tinggi dalam pengobatan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai guru SMA, Biaya ditanggung ASKES. Kesan sosial
ekonomi cukup.
3.Status Psikikus
Cara berpikir : Realistik
Perasaan hati : Euthyme
Tingkah laku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Cukup
4. Status Neurologis
Kesadaran : GCS=E4M6V5=15
Kepala : Mesosefal,simetris
Mata : Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, Reflek cahaya +/+
Leher : kaku kuduk (-), kuduk kaku (-), spasme otot leher (+)
Nn.Craniales : dalam batas normal
Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra
Gerak : (+) (+)
Kekuatan: 5-5-5 5-5-5
Tonus : normotonus normotonus
Trofi : eutrofi eutrofi
22
R. Fisiologis
Biseps : (+) (+)
Triseps : (+) (+)
R. Patologis
Hoffman/Tromner: (-) (-)
Sensibilitas : Parestesi sesuai dermatom MS segmen C4-8 dex et sin
Ekstremitas Inferior Dekstra Sinistra
Gerak : (+) (+)
Kekuatan : 5-5-5 5-5-5
Tonus : normotonus normotonus
Trofi : eutrofi eutrofi
R. Fisiologis
Patella : (+) (+)
Achilles : (+) (+)
R. Patologis
Babinski : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Bing : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Rossolimo : (-) (-)
Mendel-Bachterew: (-) (-)
Klonus : (-) (-)
Sensibilitas : dalam batas normal
Alat Vegetatif : dalam batas normal
23
Disdiadokokinesis : (-)
Rebound phenomen : (-)
Dismetri : (-)
Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : (-)
Athetose : (-)
Mioklonik : (-)
Khorea : (-)
V. RESUME
Riwayat Penyakit Sekarang (Anamnesis dan rekam data)
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang dengan keluhan utama nyeri di daerah leher
dan tengkuk ± sejak 5 bulan yang lalu. Nyeri yang dialami dirasakan seperti kesetrum,
didapatkan kesemutan, kekakuan dan ketegangan yang menyertai nyeri. ± seminggu
yang lalu nyeri tengkuk dirasakan menjalar sampai ke kedua bahu, dan disertai
kesemutan yang berawal dari leher menjalar sampai ke jari-jari kedua tangan,
24
terutama lebih dominan yang sisi kiri. Semakin hari kesemutan semakin sering
muncul dan terasa semakin seperti kesetrum, terutama saat menoleh ke kanan.
Data Obyektif
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis GCS : E4M6V5 = 15
Tanda Vital : TD = 110/70 mmhg; N = 80x/menit;
RR = 16x/mnt; T = afebris
Visual Analog Scale : 6
Mata : Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, Reflek cahaya +/+
Leher : kaku kuduk (-), kuduk kaku (-), spasme otot leher (+)
Nn.Craniales : dalam batas normal
Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra
Gerak : (+) (+)
Kekuatan: 5-5-5 5-5-5
Tonus : normotonus normotonus
Trofi : eutrofi eutrofi
Sensibilitas : Parestesi yang menjalar dari tengkuk, bahu, hingga ke
seluruh jari-jari tangan (dermatom C4-C8).
Laterofleksi D dan Rotasi D nyeri (+), Lhermitte (+), Distraksi (+)
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Neck pain
Spasme otot leher
Parestesi sesuai dermatom C4-C8
Diagnosis Topis : Radiks spinalis C4-C8
Diagnosis Etiologis : Suspek Radikulopati servikal
25
Terapi : - Meloxicam 2 X 15 mg
- Diazepam 2 X 5 mg
- Methycobalamin 2 X 500 mcg
- Ranitidine 2 X 150 mg
Edukasi : Kontrol setelah hasil foto Ro dan EMG jadi
26
A : Sindroma servikalis
P : - Konsul Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi
- Meloxicam 2 X 15 mg
- Ranitidine 2 X 150 mg
- Methycobalamin 2 X 500 mcg
E : Membiasakan sikap duduk dan posisi badan tegak, menghindari bekerja dengan
kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama.
27
15 April 2013
S : Nyeri tengkuk sudah berkurang, kesemutan hilang timbul jarang-jarang
O : TD = 110/80 mmHg; N = 78x/menit;
RR = 16x/mnt; T = afebris
Kesadaran : GCS E4M6V5 = 15
VAS = 2
Motorik : dbn
Sensibilitas : dbn
Vegetatif : dbn
Hasil Konsul Rehabilitasi Medik:
- MWD dan neck exercise
- IR dan traksi servikal
A : Sindroma servikalis
P : - Meloxicam 2 X 7,5 mg
- Ranitidine 2 X 150 mg
E : Membiasakan sikap duduk dan posisi badan tegak, menghindari bekerja dengan
kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama (pemeliharaan ROM
leher), mengkonsumsi obat nyeri hanya pada saat dibutuhkan saja.
28
BAGAN ALUR
1 April 2013
S : Nyeri tengkuk dan kesemutan pada lengan hingga jari sedikit
berkurang dengan obat
O : TD : 120/70 mmHg N : 88 x/mnt
RR : 18 x/mnt T : afebris
VAS = 4
Spasme otot leher (-)
Sensibilitas : masih terdapat parestesi sesuai dermatom C6-C8
Hasil Lab : dbn
Hasil Ro : Spondilosis servikalis dan kalsifikasi ligamentum nuchae
Hasil EMG : dapat sesuai dengan gambaran lesi radiks C6-7 sisi kiri
(lesi aksonal)
A : Sindroma servikalis
P : Konsul Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi
Terapi : - Meloxicam 2 X 15 mg
- Ranitidine 2 X 150 mg
- Methycobalamin 2 X 500 mcg
Edukasi : Membiasakan sikap duduk dan posisi badan tegak, menghindari
bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu
yang lama
29