Teks Keagamaan
Teks Keagamaan
FILSAFAT SEOMETIKA
Menafsir Sistim Tanda Dalam peanpesan Teks Keagamaan
Oleh : Ahmad
PENDAHULUAN
I. Latarbelakang.
Bumi dan seluruh isinya adalah merupakan tanda-tanda (semiotika) serta
dalam penciptaan langit dan bumi, yang silih berganti malam dan siang merupakan
tanda-tanda (Semiotika) bagi orang-orang yang berakal. Begitu pentingnya
mengetahui pesa-pesan teks sehingga Allah memberikan perhatian serius bagi orang
yang berakal untuk mentransformasikan pesan Tuhan lewat teks Alquran. Alquran
adalah pesan-pesan teks yang diturunkan kepada manusia untuk menjadi inspirasi,
motivasi serta petunjuk bagi manusia.
Alquran yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf (teks) arab serta tersusun
dalam untaian kata-kata dan kalimat, merupakan media tempat carut-marutnya
tanda-tanda (semiotika). Rangkaian teks tersebut mengandung pesan (messege), nilai
spiritual, rasional, empiris, ekspresi yang berlapis-lapis maknanya (mempunyai
struktur).1 Mengingat banyaknya pesan-pesan yang terkandung dalam teks Alquran
tersebut, sehingga membutuhkan metodologi penapsiran untuk mengeksplorasi
makna-makna atau pesan-pesan dalam Alquran. Salah satu ilmu yang mempelajari
tentang ilmu tanda adalah filsafat semiotika.
Dalam kajian ilmiah ada 3 istilah pokok yang perlu kita fahami, metodologi,
metode, dan teknik. Telah diketahui bahwa metodologi penelitian ilmiah bertumpu
pada teori, sedangkan teori bertumpu pada “pandangan dunia” (wordviuw). Ada 2
pandangan dunia yang mendominasi kehidupan ilmu penelitian sosial dan agama
yakni: 1). Objek yang kita indra (dunia nyata: satu-satunya kenyataan) dan, 2). Di
balik apa yang tertangkap oleh panca indra ada sesuatu yang lain yang dapat diserap
1
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Cet. I; Yogyakarta: 2008), di akses di
Blogger wordpress.www.yasraf piliyang.
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
oleh kognisi dan perasaan kita serta dapat dikembangkan dalam suatu pengkajian
sistematis. Teori-teori semiotika pada umumnya bertumpu pada pandangan yang
kedua ini yaitu makna di balik pesan-pesan teks.
Filsafat semiotika termasuk disiplin ilmu yang populer untuk menapsirkan
sistem tanda. Untuk itu dalam memaknai Alquran lewat tanda-tanda, maka salah satu
pendekatan yang menarik dan relevan digunakan sebagai metodologi tafsir adalah
pendekatan semiotika dengan mengkaji bagaimana fungsi tanda-tanda dalam teks
Alquran. 2
Dengan pertimbangan bahwa Alquran, yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf
arab serta tersusun dalam struktur tanda, maka salah satu pendekatan yang menarik
dan relevan digunakan sebagai metodologi dan pendekatan untuk mengkaji
bagaimana cara kerja dan fungsi tanda-tanda dalam teks Alquran.
Semiotika sebagai sebuah disiplin tentang tanda, cara berfungsinya,
hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh
mereka yang menggunakannya, juga dapat digunakan untuk memahami tanda-tanda
yang terdapat dalam Alquran.3 Luasnya ruang lingkup Filsafat Semiotika sebagai
penafsir tanda serta banyaknya pesan-pesan verbal maupun non verbal menjadi
problematika dalam kajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian ilmu semiotika
adalah salah satu instrumen penting dalam aplikasi penafsiran sistem tanda untuk
menafsirkan pesan-pesan teks keagamaan. Berbicara tentang disiplin ilmu tanda
maka,. dalam makalah ini, pemakalah membatasi pembahasan dengan mengangkat
tiga permasalahan pokok yaitu:
1. Bagaimana fungsi filsafat semiotika dalam penafsiran pesan-pesan
keagamaan.
2. Bagimana peran ilmu semiotika dalam penelitian Sosial dan Agama.
2
Beny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya: Ferdinand de Sauussure, Roland
Barthes, Julia Kristeva, Jecques Derrida, Carles Sanders Peirce, Marcel Danesi dan Paul Perron,
(Cet. I; Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya (FIB) IU Depok 2008), h. 6.
3
Paul Cobley dan Litsa Jansz, Mengenal Semiotika For Beginners (Cet. I; Jakarta: Mizan,
2002 diterjemahkan oleh: Ahmad Baquni diterbitkan di Inggris Icon Books Cabridge 1997).38
.
4
Komaruddin at.el. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara 2006),
h. 237.
5
Roland Barthes, Mythologies New York: Hill and Wang : 1972 di terjemahkan oleh:
Ikramullah Mahyudin dengan Judul: Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa: Semiotika Budaya (Cet.
I; Bandung: Jalasutra 2007). h.34
6
Mu’adz D’Fahmi, Semiotika Alquran yang Membebaskan diakses pada tanggal 15 Juni
2009. pada blogger, www.wordpress. Muadz_fahmi@yahoo.com.
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa semiotika murni dengan desain
metabahasa yang secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi 3 poros struktur
bangunan yaitu:
1. Poros Horizontal : Menyajikan tiga jenis penyelidikan semiotika: Murni,
deskriptif, dan terapan).
2. Poros Vertikal : Menyajikan 3 harapan hubungan Semiotika (Sintaktik,
Semantik, Pragmatik).
3. Poros yang mengkaji tiga kategori : yakni sarana informasi seperti signals,
signs, dan symbols).8
Kajian teks yang paling tinggi adalah kitab suci yang mengandung banyak
sekali pesan-pesan dan perlu dipahami dengan pendekatan semiotika. Untuk melihat
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006), h. 68.
8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi(Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2006), h. 15
.
Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Cet. I; Jakarta: Komunitas Bambu
2008).h. 20
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
selama kita mampu mengungkap adanya struktur yang menjamin keteraturan, atau
pola sistematika benda, kejadian, kata-kata, dan fenomena.
Pendekatan strukturalisme melahirkan karya-karya tafsir yang tentu saja
menuntut pemaknaan tunggal. Ayat-ayat Alquran hanya dapat diungkap oleh satu
macam arti. Alasannya adalah karena memang terdapat sistem yang mapan di balik
tanda-tanda Alquran. Hubungan antara teks di dunia nyata dengan maknanya di
dunia ide adalah baku dan tidak dapat diganggu gugat. Teks Alquran sebagai
penanda telah dikaitkan dengan apa yang disebut Jacques Lacan sebagai points de
capiton, kancing pengait. Tentu saja pertanyaan yang muncul kemudian adalah:
siapakah yang mempunyai hak untuk menetapkan point de capiton tersebut? Dan
siapa pula yang menegaskan kebakuan hubungan antara teks Alquran dengan
maknanya?
natural bahasa itu sendiri. Begitu juga dengan Alquran. 13 Derrida bersikukuh bahwa
ada banyak cara untuk membaca dan memahami teks. Makna teks tidak lagi sama
dengan apa yang dikehendaki oleh si pengarang. Yang tercatat dalam naskah bisa
menimbulkan “multiple- understanding” (keragaman pemahaman) pada saat yang
sama.
Keinginan Derrida adalah membebaskan naskah. Naskah harus dibebaskan
dari usaha pemaknaan tunggal resmi yang mungkin dikonstruksi oleh budaya
hegemonik atau oleh struktur-struktur kelembagaan formal yang menegaskan
bentuk-bentuk wacana diskursif. Untuk tujuan tersebut, Derrida memperkenalkan
konsep “dekonstruksi” yang memiliki tugas membebaskan naskah, mengembangkan
dan mengungkap ambiguitas terpendam, menunjukkan kontradiksi internal, dan
mengidentifikasi kelemahannya. Hal ini adalah kondisi yang selalu mungkin
(condition of possibilities) yang terdapat pada teks. 14
Condition of possibilities merupakan kata kunci untuk memahami naskah
Alquran. Pada dasarnya, apakah yang sebenarnya berlaku dalam tafsir? Adakah
struktur dibalik teks atau tidak. Jika memang teks dibangun di atas seperangkat
sistem yang teratur, mengapa kemudian lumrah terjadi keberagaman pemahaman.
Bahkan para sahabat pun kerapkali berselisih paham mengenai persoalan-persoalan
keagamaan, terutama tafsir Alquran.
Berkaitan dengan condition of possibilities teks yang berpotensi menimbulkan
multi-pemahaman, Umberto Eco menyarankan agar bahasa diperlakukan seperti
ensiklopedia yang selalu dinamis, terbuka, dan memungkinkan masuknya entry-entry
baru. Tidak seperti kamus yang mirip “pohon porphyri” (model definisi, terstruktur
melalui genre, spesies, dan pembeda).
13
Audifax, Resensi buku “Semiotika Tuhan” http://www. kompas. com/kompas-
cetak/0709/03/Buku/3802338.htm Penerbit: Pinus Book Publisher Kompas Senin, 03 September
2007.
14
Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Blogger @
http://halamanganji l.blogspot. com KONTAK: wartax@yahoo. Com. esai ini dipublikasi Pikiran
Rakyat, 19 Juli 08 dan http://www.digibook gallery.com.
.
15
ibid
16
Semiotika yang lain adalah semiotika : adalah mempelajari tanda-tanda selain kitab suci.
Yakni mengarah pada komunikasi tanda-tanda atau symbol-simbol aktifitas manusia.
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
10
ibid
18
ibid
.
11
tanda ? pertanyaan ini secara tidak sadar bahwa ternyata jika diprosentasi, 98%
kehidupan kita ini berhubungan dengan tanda dan simbol, ini menunjukkan bahwa
semiotika itu merupakan satu ilmu kebutuhan mansia sejak lahir sampai mati. 19
Dalam kehidupan kita sehari-hari tanda-tanda itu bertebaran dimana-mana dan telah
menjadi kebutuhan dalam menentukan hidup kita dan perjalanan kita ke depan.
Pendekatan hermeneutika dalam tafsir Alquran menuntut tiga fokus utama
yang selalu dipertimbangkan, yaitu: dunia teks, pengarang, dan pembaca.
Hermeneutika berbicara mengenai hampir semua hal yang berkaitan dengan ketiga
hal tersebut. Sedangkan semiotika membahas sesuatu yang lebih spesifik. Jika
hermeneutika memberikan fokus cukup luas yang mencakup teks, pembacaan,
pemahaman, tujuan penulisan, konteks, situasi historis, dan kondisi psikologis
pembaca maupun pengarang teks. Maka, semiotika mempersempit wilayah kajian
tersebut dengan hanya memberikan fokus pembahasan hanya tentang tanda, fungsi,
dan cara kerjanya.
Tokoh utama peletak dasar semiotika modern adalah Ferdinand de Saussure
(1857-1913), seorang pengajar linguistik umum di Universitas Jenewa pada 1906.
Dalam kumpulan catatan-catatan kuliahnya, Cours de Linguistique Général (1916),
Saussure memperkenalkan semiologi atau semiotika sebagai ilmu analisis tanda atau
studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi dan cara kerjanya.
Pada perkembangan selanjutnya, semiologi ala Saussure melahirkan lingkaran
intelektual yang sangat berpengaruh antara 1950-an sampai 1960-an. Mazhab
tersebut disebut strukturalisme. Tesis utama strukturalis ialah bahwa alam dunia
dapat dipahami selama kita mampu mengungkap adanya struktur yang menjamin
keteraturan, atau pola sistematika benda, kejadian, kata-kata, dan fenomena.20
19
ibid
20
op. cit Richars Harlan, Superstructuralism: the philosofhy of Structuralism and
Poststrukturalism London: New York: Mathuen 1997. di terjemahkan oleh: Iwan Hendrawan dengan
Judul: Superstruturalisme (Cet. I; Yokayakrta: Jalasutra: 2006), h. 334.
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
12
21
ibid
.
13
14
hubungan antara asap dan api. Ikon (icon) adalah tanda yang hubungan antara
pennanda dan petandanya bersifast keserupaan (similitude). 23 Misalnya foto Sukarno
yang merupakan tiruan dua dimensi dari Sukarno. Sementara Simbol adalah tanda
yang hubungan penanda dan petandanya bersifat arbiter.
Analisis tanda-tanda di dalam kelompok atau kombinasinya disebut analisis
teks (textual analysis). Semiotika teks, dalam hal ini, tidak berhenti hanya
menganalisis teks. Semiotika teks juga menganalisis yang terdapat dalam sebuah teks
yang mengandung nilai idiologi, spiritual, mitos dan ekpresi tanda-tanda tersebut.
Adapun prinsip-prinsip analisis teks adalah sebagai berikut:
1. Polisemi: adalah keanekaragaman makna/pesan sebuah
penanda.
2. Konotasi: adalah sebuah tanda yang selalu berkaitan
dengan kode nilai, makna sosial, serta berbagi perasaan, sikap atau emosi yang
ada.
3. Setiap teks adalah kombinasi sintagmatik tanda-tanda,
lewat kode sosial tertentu, yang menghasilkan konotasi-konotasi tertentu.
Metafora dan metonim menjadi bagian dari pengkombinasian tanda ini.
4. Konotasi yang ditentukan oleh pembaca yang berbeda
bergantung pada oposisi sosial mereka masing-masing, yaitu kelas, gender, ras
umur, dan faktor lain yang mempengaruhi cara bagimana mereka berfikir
tentang dan menafsirkan teks.
5. Konotasi yang diterima luas secara sosial akan
berkembang menjadi denotasi, yaitu makna tanda atau teks yang dianggap
benar oleh pembaca.
6. Denotasi mempresentasikan mitos budaya (mytologi
cultural), seperangkat kepercayaan dan sikap yang dianggap sebagai benar
oleh pembaca teks.24
23
op. cit., h. iii. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi
24
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas matinya makna, (Cet. I:
Bandung: Jalasutra 2003). h. 271
.
15
III. Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Piliang, Yasraf. Hipersemiotika: Tafsir Cultur Study atas Matinya Makna, (Cet.
I; Bandung: Jalasutra 2003.
Filsafat Semiotika: Menapsir sistem Tanda dalam pesan-pesan teks keagamaan.
16
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Cet. II; Yokakarta:
PT. LKiS Pelangi Aksara 2007.
Cobley, Paul. dan Litsa Jansz, Mengenal Semiotika For Beginners Cet. I; Jakarta:
Mizan, 2002 diterjemahkan oleh: Ahmad Baquni diterbitkan di Inggris Icon
Books Cabridge 1997.
Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, Cet. I; Jakarta: Komunitas
Bambu 2008.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi Cet. III; PT. Remaja Rosdakarya 2006.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2006
ST.Sunardi, Semiotika Negativa: Post Scriptum Cet. II; Yokyakarta: Buku Balik:
2004.
Salam, Adrianus. Umar Khayyan dan dan Jaring Semiotika Cet. I; Yokyakarta:
Pustaka Pelajar 1998.
Roland Barthes, Mythologies New York: Hill and Wang : 1972 di terjemahkan oleh:
Ikramullah Mahyudin dengan Judul: Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa:
Semiotika Budaya (Cet. I; Bandung: Jalasutra 2007.
FILSAFAT SEMIOTIKA :
MENAFSIR SISTEM TANDA DALAM PESAN-PESAN TEKS
KEAGAMAAN
.
17
Makalah
Disampaikan dalam Seminar Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial dan Agama
Semester II Kelas Non Reguler Polewali Mandar
Tahun 2010
Oleh:
AHMAD
Dosen Pembina :
PROF.DR.H.MUSAFIR PABABBARI,M.SI
DR. MOHD. SABRI AR, M.A.