FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami sebagai mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil dapat merampungkan penyusunan
laporan Manajemen Pelaksanaan Konstruksi.
Laporan ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan laporan ini.
Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi ibu dosen dan para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki laporan ini.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada
laporan selanjutnya.
Penyusun
1
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
DAFTAR ISI
2
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB I
ASPHALT MIXING PLANT (AMP)
2.1 PENGERTIAN ASPHALT MIXNG PLANT (AMP)
Asphalt Mixing Plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan
mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk
menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila
ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP,
yaitu:
a. AMP jenis takaran (batch plant)
b. AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis
drum pencampur.
2.2 AMP JENIS TAKARAN (BATCH PLANT)
Pada tipe takaran atau batch tipe maka proses pencampurannya dilaksanakan tiap kali sesuai jumlah
besaran takaran (batch), misalnya tiap 800 kg atau 1000 kg campuran.
Pencampuran agregat dengan aspal panas pada AMP tipe batch terjadi di dalam pencampur atau
pugmill setelah sejumlah agregat yang terdiri dari beberapa fraksi ataupun hanya satu fraksi yang sudah
ditimbang dalam jumlah berat tertentu dituangkan ke dalam pugmill kemudian disemprotkan aspal panas
ke dalamnya dalam jumlah tertentu sesuai formula yang direncanakan.
3
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan
agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan
Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu.
Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan
rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi
lancar dan berimbang.
AMP jenis takaran dilengkapi :
a. Saringan panas (hot screen)
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa
oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses
pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang
dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk
menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan
berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara
agregat yang akan masuk pada timbangan. Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak
pada ukuran yang berdekatan.
4
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada
AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan
pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat
sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-
pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran
pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara
manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik)
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada
dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan
gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.
c. Timbangan (weight hopper) dan
5
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
d. Pencampur (pugmill/mixer)
Mixer/Pugmill adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan
dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya
dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang
dikendalikan secara otomatis/manual.
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan
filler dengan suhu ± 1500oC cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan
menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800
kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang
langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah
mixer dengan kontrol hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ±
1500oC dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50oC.
2.3 AMP JENIS MENERUS (CONTINUOUS PLANT)
Pada AMP jenis menerus atau continuous type, dilihat dalam proses pencampuran agregat. AMP
jenis menerus dibedakan menjadi:
a. Alat Pengering Atau Dryer
AMP ini biasa disebut Drum Mix. Pada AMP Drum Mix aspal panasnya disemprotkan ke
atas agregat panas di dalam alat pengering di bagian ujung dekat sebelum pengeluaran. Sedangkan
pemanas agregat (burner) ditempatkan di bagian ujung pemasukan agregat dingin.
b. Alat Pencampur Atau Pugmill
Pada AMP tipe menerus yang kedua, pencampuran agregat panas dengan aspal terjadi di
dalam pugmill, dimana terjadi terus menerus pengadukan agregat panas dari beberapa fraksi atau
6
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
hanya satu fraksi dengan aspal panas yang disemprotkan ke atas campuran agregat tersebut secara
terus menerus juga.
AMP jenis menerus seperti yang banyak dimiliki beberapa Kotamadya memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan, yaitu :
a. Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada FCK, disebabkan
karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya
kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.
b. Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan pengaturan
bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain (misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan).
c. Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas sangat tergantung
dari viskositas aspal, sehingga apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan
jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal optimum pada JMF.
d. Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
e. Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana dan mudah, item
pengontrolan lebih sedikit.
7
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB II
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA LENTUR
2.1 DAFTAR PEKERJAAN
Sebagian besar jalan raya di Indonesia masih menggunakan Asphalt concrete sebagai lapisan
permukaannya. Berikut adalah metode pelaksanaan kontruksi jalan raya yang menggunakan Asphalt
concrete.
Daftar Pekerjaan :
A. Pekerjaan Perkerasan
1. Tanah Dasar (Sub Grade)
a. Pembersihan Lahan
b. Galian
c. Timbunan Dan Pemadatan
d. Tes Kepadatan
2. Perkerasan Bawah (Sub Base Course)
a. Penghamparan
b. Pemadatan
c. Tes Kepadatan
3. Perkerasan Atas (Base Course)
a. Penghamparan
b. Pemadatan
c. Tes Kepadatan
B. Lapis Permukaan (Surface Course)
1. Penyiraman Aspal Emulsi (Prime Coat)
2. Asphalt Concrete
a. Penghamparan
b. Pemadatan
3. Slurry Seal
4. Marka Jalan
8
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
9
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
10
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
11
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB III
PEMELIHARAAN RUTIN DAN BERKALA PERKERASAN LENTUR
3.1 PEMELIHARAAN RUTIN
12
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
13
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB IV
PENINGKATAN PERKERASAN LENTUR
4.1 METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR
1. Pekerjaan Tanah
A. Galian Biasa
Pelaksanaan galian biasa prosedurnya sebagai berikut:
1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman galian. Pengukuran
dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan berpedoman hasil
rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak proyek. Pemasangan bowplank
dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui oleh pihak konsultan dan direksi
pekerjaan.
14
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
15
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
16
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
17
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
jalan yang kering atau sedikit lembab. Sebelum lapis resap harus dibersihkan dari segala
kotoran yang tidak berguna. Penyemprotan dilakukan dengan mempertimbangkan
kelancaran arus lalu lintas.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah compressor dan alat bantu lainnya.
Setelah pekerjaan penyemprotan dikerjakan, pengaturan arus lalu lintas dibuat dengan
menggunakan tanda-tanda lalu lintas agar permukaan yang baru dibersihkan tidak dilalui
kendaraan.
18
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
menggunakan alat tandem roller dan PTR. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan langkah-
langkah yang sama dengan asphal concrete. Peralatan yang dipakai:
1. Aspal Mixing Plant {AMP)
2. Genset; yang dipakai pada AMP
3. Aspal Finisher
4. Dump Truck
5. Tandem Roller
6. PTR
7. Wheel Loader
3. Bahan Pengisi (Filler) Tambahan
Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (lime stone dust), kapur
padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui areh direksi
pekerjaaan. Filler sebagai bahan tambahan campuran Laston AC-BC selain aspal minyak
yang telah dicampur pada lapisan AC-BC itu sendiri. Filler digunakan sebagai bahan
tambahan pengikat antara lapis resap pengikat aspal cair dengan laston AC-BC, bahan ini
memberikan fungsi khusus untuk menambah kekakuan ikatan antara kedua lapisan tersebut,
sehingga hasil maksimal yang dicapai untuk ikatan tersebut lebih terpenuhi.
19