Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami sebagai mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil dapat merampungkan penyusunan
laporan Manajemen Pelaksanaan Konstruksi.

Laporan ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan laporan ini.

Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi ibu dosen dan para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki laporan ini.

Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada
laporan selanjutnya.

Surabaya, September 2019

Penyusun

1
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN ASPHALT MIXNG PLANT (AMP) ............................................................................... 3
2.2 AMP JENIS TAKARAN (BATCH PLANT)............................................................................................. 3
2.3 AMP JENIS MENERUS (CONTINUOUS PLANT) ................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................................... 8
2.1 DAFTAR PEKERJAAN ............................................................................................................................ 8
2.2 URAIAN TEKNIS PEKERJAAN ............................................................................................................. 9
BAB III ...................................................................................................................................................................... 12
3.1 PEMELIHARAAN RUTIN ..................................................................................................................... 12
3.2 PEMELIHARAAN BERKALA .............................................................................................................. 12
3.3 REHABILITASI ....................................................................................................................................... 13
BAB IV ...................................................................................................................................................................... 14
4.1 METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR ..... 14

2
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I
ASPHALT MIXING PLANT (AMP)
2.1 PENGERTIAN ASPHALT MIXNG PLANT (AMP)
Asphalt Mixing Plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan
mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk
menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila
ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP,
yaitu:
a. AMP jenis takaran (batch plant)
b. AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis
drum pencampur.
2.2 AMP JENIS TAKARAN (BATCH PLANT)

Gambar 1.1 AMP Jenis Takaran (Batch Plant)

Pada tipe takaran atau batch tipe maka proses pencampurannya dilaksanakan tiap kali sesuai jumlah
besaran takaran (batch), misalnya tiap 800 kg atau 1000 kg campuran.
Pencampuran agregat dengan aspal panas pada AMP tipe batch terjadi di dalam pencampur atau
pugmill setelah sejumlah agregat yang terdiri dari beberapa fraksi ataupun hanya satu fraksi yang sudah
ditimbang dalam jumlah berat tertentu dituangkan ke dalam pugmill kemudian disemprotkan aspal panas
ke dalamnya dalam jumlah tertentu sesuai formula yang direncanakan.

3
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan
agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan
Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu.
Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan
rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi
lancar dan berimbang.
AMP jenis takaran dilengkapi :
a. Saringan panas (hot screen)

Gambar 1.2 Hot Screen

Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa
oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses
pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang
dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk
menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan
berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara
agregat yang akan masuk pada timbangan. Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak
pada ukuran yang berdekatan.

4
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

b. Bin Panas (Hot Bin)

Gambar 1.3 Hot Bin

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada
AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan
pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat
sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-
pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran
pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara
manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik)
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada
dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan
gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.
c. Timbangan (weight hopper) dan

Gambar 1.4 Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing


agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan
sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi
agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg,

5
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
d. Pencampur (pugmill/mixer)

Gambar 1.5 Pugmill atau Mixer

Mixer/Pugmill adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan
dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya
dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang
dikendalikan secara otomatis/manual.
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan
filler dengan suhu ± 1500oC cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan
menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800
kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang
langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah
mixer dengan kontrol hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ±
1500oC dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50oC.
2.3 AMP JENIS MENERUS (CONTINUOUS PLANT)
Pada AMP jenis menerus atau continuous type, dilihat dalam proses pencampuran agregat. AMP
jenis menerus dibedakan menjadi:
a. Alat Pengering Atau Dryer
AMP ini biasa disebut Drum Mix. Pada AMP Drum Mix aspal panasnya disemprotkan ke
atas agregat panas di dalam alat pengering di bagian ujung dekat sebelum pengeluaran. Sedangkan
pemanas agregat (burner) ditempatkan di bagian ujung pemasukan agregat dingin.
b. Alat Pencampur Atau Pugmill
Pada AMP tipe menerus yang kedua, pencampuran agregat panas dengan aspal terjadi di
dalam pugmill, dimana terjadi terus menerus pengadukan agregat panas dari beberapa fraksi atau

6
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

hanya satu fraksi dengan aspal panas yang disemprotkan ke atas campuran agregat tersebut secara
terus menerus juga.
AMP jenis menerus seperti yang banyak dimiliki beberapa Kotamadya memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan, yaitu :
a. Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada FCK, disebabkan
karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya
kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.
b. Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan pengaturan
bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain (misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan).
c. Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas sangat tergantung
dari viskositas aspal, sehingga apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan
jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal optimum pada JMF.
d. Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
e. Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana dan mudah, item
pengontrolan lebih sedikit.

7
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA LENTUR
2.1 DAFTAR PEKERJAAN
Sebagian besar jalan raya di Indonesia masih menggunakan Asphalt concrete sebagai lapisan
permukaannya. Berikut adalah metode pelaksanaan kontruksi jalan raya yang menggunakan Asphalt
concrete.
Daftar Pekerjaan :
A. Pekerjaan Perkerasan
1. Tanah Dasar (Sub Grade)
a. Pembersihan Lahan
b. Galian
c. Timbunan Dan Pemadatan
d. Tes Kepadatan
2. Perkerasan Bawah (Sub Base Course)
a. Penghamparan
b. Pemadatan
c. Tes Kepadatan
3. Perkerasan Atas (Base Course)
a. Penghamparan
b. Pemadatan
c. Tes Kepadatan
B. Lapis Permukaan (Surface Course)
1. Penyiraman Aspal Emulsi (Prime Coat)
2. Asphalt Concrete
a. Penghamparan
b. Pemadatan
3. Slurry Seal
4. Marka Jalan

8
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2.2 URAIAN TEKNIS PEKERJAAN


A. Pekerjaan Perkerasan
1. Tanah Dasar (Sub Grade)
Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:·
a. Galian-cut
b. Timbunan-fill
2. Sub-Base Course
Sesudah lapisan sub-grade ini betul-betul telah memenuhi syarat-syarat evalasi dan
kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok-patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang
dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang (X
–section) dan dengan jarak maksimum 25 meter menurut potongan memanjang atau
profil.
3. Base Course
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya
sama saja.

Gambar 2.1 Base Course

B. Lapis Permukaan (Surface Course)


1. Prime Coat
pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base coursenya betul-betul sudah memenuhi
syarat yang dikehendaki, baik ketinggiannya dan kepadatannya.
Untuk memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa
kali percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya.
Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan

9
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume


tersebut.
Untuk pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada
patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium
(Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek di lapangan (cara timbangan).
Sesudah selesai dengan sempurna, dengan menunggu kering lebih dahulu baru pekerjaan
selanjutnya/ asphalt concrete dilaksanakan.Umumnya sesudah ± 48 jam sudah cukup
kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya
lapisan dari prime coat tersebut.

Gambar 2.2 Prime Coat


2. Asphalt Concrete
Sebagaimana yang telah diuraikan tadi, Asphalt-concrete baru dapat dilaksanakan apabila
prime-coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :a. Harus sudah kering.b. Permukaan
prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.Yang Perlu diperhatikansesudah kita mengetahui
beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai form(bentuk atau mal)gunanya
adalah :
a. Mendapatkan bentuk yang dikehendaki
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser
keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat
kita akan beralih pada alat-alatnya.

10
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 2.3 Asphalt Concrete


3. Slurry Seal
Slurry seal berfungsi sebagai :
1. Sebagai lapisan penutup(Sealing layer)
2. Sebagai lapis anti licin
3. Menutup retak rambut
4. Pelindung lapisan di bawahnya karena kedap air
5. Membuat permukaan tidak berdebu
Proses Pengerjaan
Slurry seal dituangkan kedalam spreader box perlahan-lahan, lalu Jalankan Pan Mixer
dengan alat penarik. Slurry Seal tidak perlu dipadatkan, proses pengerasan tidak melalui
pemadatan tetapi penguapan. Selama pengerjaanlalu lintas harus ditutup +/-2 jam(kondisi
panas). Slurry Seal tidak boleh dihamparkan pada kondisi mendung atau hujan

Gambar 2.4 Slurry Seal


4. Marka Jalan
Pekerjaan terakhir adalah pembuatan marka jalan untuk mengarahkan arus lalu lintas.

11
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III
PEMELIHARAAN RUTIN DAN BERKALA PERKERASAN LENTUR
3.1 PEMELIHARAAN RUTIN

Gambar 3.1 Pemeliharaan Rutin


Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan
yang dilakukan sepanjang tahun dan sifatnya sebagai proteksi terhadap keru sepanjang tahun dan sifatnya
sebagai proteksi terhadap keru sakan yang lebih parah. Adapun jenis kegiatan pemeliharaan sakan yang
lebih parah. Adapun jenis kegiatan pemeliharaan rutin a.l. adalah pemeliharaan terhadap : rutin a.l. adalah
pemeliharaan terhadap :
1. Lapis permukaan, misalnya: pelaburan aspal, penambalan Lapis permukaan, misalnya:
pelaburan aspal, penambalan lubang/patching, dan lain-lain. lubang/patching, dan lain-lain.
2. Bahu jalan, antara lain: pengisian material bahu jalan yang Bahu jalan, antara lain: pengisian
material bahu jalan yang tergerus dan pemotongan rumput. tergerus dan pemotongan rumput.
3. Drainase jalan, seperti pembersihan saluran agar tetap Drainase jalan, seperti pembersihan
saluran agar tetap berfungsi saat musim hujan.
3.2 PEMELIHARAAN BERKALA

Gambar 3.2 Pemeliharaan Berkala

12
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan Pemeliharaan berkala adalah


pemeliharaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Penanganan ini dilakukan pada pada waktu-
waktu tertentu. Penanganan ini dilakukan pada kondisi lapis permukaan jalan yang sudah menurun kualitas
kondisi lapis permukaan jalan yang sudah menurun kualitas berkendaraannya (riding quality) sedangkan
dengan upaya berkendaraannya (riding quality) sedangkan dengan upaya pemeliharaan rutin tidak dapat
mengembalikan kondisi jalan pemeliharaan rutin tidak dapat mengembalikan kondisi jalan pada kondisi
mantap. Oleh karena itu secara berkala pada kondisi mantap. Oleh karena itu secara berkala dilakukan
pelapisan ulang lapis permukaan agar jalan kembali dilakukan pelapisan ulang lapis permukaan agar jalan
kembali pada kondisi.
3.3 REHABILITASI
1. Kegiatan tidak Kegiatan tidak
direncanakan, atau direncanakan,
atau
2. Dilakukan di luar rencana, dilakukan
di luar rencana, karena timbulnya
karena timbulnya kerusakan akibat
hal-hal kerusakan akibat hal-hal di
luar dugaan, bencana di luar dugaan,
bencana alam, atau alam, atau
3. Tidak dilakukan tidak dilakukan
pemeliharaan rutin atau pemeliharaan
rutin atau berkala, dengan tujuan
berkala, dengan tujuan
mengembalikan ke mengembalikan
ke keadaan dapat keadaan dapat
berfungsinya jalan.

Gambar 3.3 Rehabilitasi

13
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB IV
PENINGKATAN PERKERASAN LENTUR
4.1 METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR
1. Pekerjaan Tanah
A. Galian Biasa
Pelaksanaan galian biasa prosedurnya sebagai berikut:
1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman galian. Pengukuran
dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan berpedoman hasil
rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak proyek. Pemasangan bowplank
dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui oleh pihak konsultan dan direksi
pekerjaan.

Gambar 4.1 Pengukuran Jalan

2. Penggalian secara manual dilaksanakan setelah pemasangan bowplank. Tanah yang


digali secara manual dikumpulkan di tepi galian dan selanjutnya dimuat ke dump truk
kemudian diangkut keluar lokasi proyek.
3. Penggalian dengan menggunakan alat berat pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah
pemasangan bowplank.Tanah yang digali oleh excavator langsung dimuat ke dump
truk kemudian diangkut keluar lokasi proyek.

14
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 4.2 Galian Menggunakan Excavator


B. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub base)
Untuk pelaksanan pekerjaan lapis pondasi bawah ini dilaksanakan sesudah pekerjaan
penyiapan badan jalan selesai. Pekerjaan lapis pondasi bawah dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Pengangkutan material ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck dan loadingnya
dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan volume
material dilakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan disatu tempat
dan kekurangan material di tempat yang lain.
2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) kondisi cuaca; (b)
panjang hamparan, lebar hamparan, dan tebal hamparan; (c) material yang tidak dipakai
dipisahkan dan di tempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan
3. Pemadatan material pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibro roller dan PTR,
Dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan selesai alat pemadatan
dipindahkan ke jalur sebelahnya dengan over leving 1/8 panjang drum dan seterusnya
hingga mencapai area pemadatan.Pemadatan dilakukan dengan jumlah passing sesuai
dengan hasil trial compaction.

15
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 4.3 Alat Pemadat (Vibro Roller)


C. Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base)
Untuk pelaksanaan pekerjaan rapis pondasi atas ini dilaksanakan sesudah pelaksanaan lapis
pondasi bawah. Pekerjaan lapis pondasi atas dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengangkutan material ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck dan loadingnya
dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan volume
material dilakukan pada saat dilokasi pekerjaan sebelum material di turunkan. Material
diturunkan dengan jarak dan volume tertentu untuk memudahkan proses penghamparan
agar tidak terjadi kelebihan material di satu tempat dan kekurangan material di tempat lain.

Gambar 4.4 Hauling Material


2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader. Dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) kondisi cuaca; (b) panjang
hamparan, lebar hamparan, dan tebal hamparan; (c) material yang tidak dipakai dipisahkan
dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan;

16
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 4.5 Alat Penghampar (Mootor Grader)


3. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibra roller, dimulai dari bagian tepi ke bagian
tengah.

Gambar 4.6 Pemadatan dengan Vibro Roller


D. Pekerjaan Perkerasan Aspal
1. Lapis Resap Pengikat
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan
yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis
resap pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau
semen (misalnya lapis pondasi agregat). Bahan lapis resap pengikat diencerkan dengan
minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak minyak tanah yang digunakan sesuai yang
ditetapkan. Pengambilan lapis resap pengikat pada distributor aspal pada saat akan
dilaksanakan pekerjaan. Lapisan resap pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan

17
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

jalan yang kering atau sedikit lembab. Sebelum lapis resap harus dibersihkan dari segala
kotoran yang tidak berguna. Penyemprotan dilakukan dengan mempertimbangkan
kelancaran arus lalu lintas.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah compressor dan alat bantu lainnya.
Setelah pekerjaan penyemprotan dikerjakan, pengaturan arus lalu lintas dibuat dengan
menggunakan tanda-tanda lalu lintas agar permukaan yang baru dibersihkan tidak dilalui
kendaraan.

Gambar 4.7 Penghamparan Lapis Resap Pengikat


2. Lation - Lapis Antara (AC - BC)
Tahapan pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan lapis aus aspal beton (AC – BC) selesai
dan sudah mendapat persetujuan dari direksi lapangan. Pekerjaan ini mencakup pengadaan,
penghamparan, pemadatan di atas permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
persyaratan. Aspal dihampar pada jalan yang telah selesai dilapis Lapis resap pengikat atau
biasa disebut prime cot. Material yang digunakan mempunyai spesifikasi yang telah
ditetapkan. Material Aspal diangkut dari AMP dengan menggunakan dump truck. Bak dump
truck harus terbuat dari metal dan harus bersih dari kotoran dan pada bagian atas dump truck
ditutup rapat dengan terpal yang terbuat dari kain dan tahan terhadap air, agar material tidak
melekat pada bak dump truck dan tidak cepat turun suhunya. Dari dump truk material aspal
dipindah ke aspal finisher untuk proses penghamparan. Dalam proses penghamparan selalu
diikuti tenaga surveyor dan direksi pekerjaan, agar dapat mengontrol ketebalan dan
kemiringan penghamparan. Pemadatan aspal yang telah dihamparkan oleh aspal finisher

18
PROGRAM STUDI TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

menggunakan alat tandem roller dan PTR. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan langkah-
langkah yang sama dengan asphal concrete. Peralatan yang dipakai:
1. Aspal Mixing Plant {AMP)
2. Genset; yang dipakai pada AMP
3. Aspal Finisher
4. Dump Truck
5. Tandem Roller
6. PTR
7. Wheel Loader
3. Bahan Pengisi (Filler) Tambahan
Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (lime stone dust), kapur
padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui areh direksi
pekerjaaan. Filler sebagai bahan tambahan campuran Laston AC-BC selain aspal minyak
yang telah dicampur pada lapisan AC-BC itu sendiri. Filler digunakan sebagai bahan
tambahan pengikat antara lapis resap pengikat aspal cair dengan laston AC-BC, bahan ini
memberikan fungsi khusus untuk menambah kekakuan ikatan antara kedua lapisan tersebut,
sehingga hasil maksimal yang dicapai untuk ikatan tersebut lebih terpenuhi.

Gambar 4.6 Bahan Filler

19

Anda mungkin juga menyukai