MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Perbaikan Keperawatan Maternitas II yang diampu oleh
Ibu K.Dewi B,S.Kp.,M.Kep
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya telah memberikan
kesehatan kepada kita semua untuk menjalankan aktifitas seperti biasanya.
Sehingga dengan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dengan tujuan
untuk menjadi seorang perawat yang berkualitas akan pengetahuan Keperawatan mengenai
“Juvenile Diabetes pada Anak”. Dengan tugas ini, kami dapat memberikan penjelasan kepada
orang lain agar dapat memahami materi yang kami susun.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca.
KATA PENGANTAR………………………………………………...……….……….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………...………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………….…………..
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….……………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….…………………………
B. Saran……………………………………………………….…………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……...
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud juvenile diabetes ?
2. Apa saja penyebab terjadinya juvenile diabetes ?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien dengan juvenile diabetes tersebut ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya masalah tersebut ?
5. Bagiamana pathway yang bisa digamabarkannya ?
6. Jelaskan asuhan keperawatan secara rinci meliputi lima tahap proses asuhan
keperawatan ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan juvenile
diabetes
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi mengenai juvenile diabetes
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya juvenile diabetes
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis juvenile diabetes
d. Untuk mengetahui awal terjadinya juvenile diabetes
e. Untuk mengatahui secara detail susunan awal penyebab terjadinya masalah
keperawatan pada juvenile diabetes
f. Untuk mengetahui secara mendalam tindakan yang harus dilakukan pada saat
pemberian asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Juvenile Diabetes pada anak adalah keadaan hiperglikemia kronik.Hiperglikemia ini
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin,
gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S.
2005).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh karena itu,
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh
melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog
anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga
Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis
pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator National University HospitalSingapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani
pengobatannya di Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi
anak di seluruhwilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita
Diabetes Mellitususia anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak.
Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah
anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun
2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010).
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia ini
perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes
Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan
kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anakanak sering tidak terdiagnosis oleh
dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut
dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini,
pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga
dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010).
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
B. ETIOLOGI
Penyebab diabetes melitus belum diketahui secara pasti. Namun yang pasti penyebab
utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1
akan diwariskan melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
C. MANIFESTASI KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.
e. Elektrolit :
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan gejala
(polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat
menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada
proses destruksi sel pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya
proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya
sel pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini
autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaanlaboratorium.
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi
sekitar 90% kerusakan sel pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar
gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan
menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan
semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah
di-uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini
sisasisa sel pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam
tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga
kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara,
bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua
bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
b. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi
insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan)
untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol kadar
glukosa darah tubuh
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut
membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan. Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan
Continuous Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling
menyerupai metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang di
pergunakan dalam pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid
acting insulin), sehingga dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus”
yang diberikan secara intensif selama 24 jam.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
d. Aktivitas / Latihan
TINJAUAN KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas Klien
Nama Klien : An.A
Umur : 10 Tahun
Tanggal lahir : 10 Agustus 2009
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Babakan Abid Rt/Rw 001/004 Ds.Ciwalen Kab.Garut
Tanggal MRS : 16 Oktoberr 2019
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Juvenile Diabetes
d) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Suhu : 26oC
c. Nadi : 105 x/menit
d. Respirasi : 19 x/menit
2. Anropometri
a. Tinggi badan : 137 cm
b. Berat badan sehat : 38 kg
c. Berat Badan sakit : 31 kg
3) Integritas ego
Klien tampak cemas dan stress
4) Eliminasi
Perubahan pola kemih urine encer, pucat, kuning (poliuria) nokturia, rasa nyeri /
terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang, dan diare lancar
5) Makanan/Cairan
Nafsu makan klien hilang,mual/muntah, klien tidak mengikuti diet dan
mengalami penurunan berat badan, turgor jelek
6) Neurosensori
Klien mengatakan pusing / pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan
pada otot, pengelihatan kabur
7) Nyeri/Ketidaknyamanan
Abdomen yang tegang / nyeri, wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-
hati
8) Pernafasan
Klien merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulent
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, lesi / ulserasi
10) Seksualitas
5. Aktivitas Sehari-hari (Activity Daily Living )
Pola makan : Nafsu makan klien hilang, mual/muntah
Toileting : Perubahan pola kemih urine encer, pucat, kuning (poliuria), rasa nyeri
/ terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang, dan diare lancar
Pola aktivitas : Klien mengeluh lemas/letih dan tonus otot menurun, aktivitas
dibantu keluarga
Pola Tidur : Klien mengalami gangguan tidur, terbangun malam hari
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Gula Darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl
Trombosit : Hematokrit meningkat
7. Terapi
Insulin
Pengaturan makan/diit
Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
a. Sulfonilurea
b. Biguanid
c. Inhibitor α glukosidase
d. Insulin sentizing agent
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Reaksi Autoimun
- Resiko infeksi
DO : Sel beta pancreas hancur berhubungan dengan
- GDS meningkat 100 – 200 penurunan sistem imun
mg/dl Defesiensi Insulin tubuh sekunder terhadap
DM
Anabolisme protein
menurun
Kerusakan antibody
Imunitas menurun
Resiko Infeksi
2 DS : Katabolisme protein
- Klien mengeluh lemas dan meningkat Kelelahan berhubungan
letih dengan penurunan
DO : Merangsang hipothalamus produksi energy
- Klien tampak lemah,pucat metabolik ditandai
dan letargi Lapar dan haus dengan sering lelah,
- TD : 120/70 mmHg lemah, pucat, klien
-R: Metabolisme tubuh tampak letargi/tidak
meningkat bergairah
Kelelahan
3 DS : Defesiensi insulin
- Kien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan
makan nutrisi kurang dari
Katabolisme protein
meningkat kebutuhan tubuh
DO : berhubungan dengan
- Klien mual-muntah Merangsang hipothalamus defisiensi oral/
- BB Sehat : 38 kg penurunan intake oral
- BB sakit : 31 kg Lapar dan haus ditandai dengan
mengeluh mual-muntah,
intake tidak adekuat,
Polidipsi dan polifag
penurunan nafsu makan,
lemah, tonus otot
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh menurun
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh
sekunder terhadap DM
4.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari, Tanggal, Dx Implementasi TTD
Jam
1 Jum’at, 18 1 - Monitoring kadar gula darah ( GDS )
Oktober 2019 - Monitoring tanda dan gejala hiperglikemia & hipoglikemia
10.15 Wib - Menginstruksikan kepada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan, manajemen dan pengenalan tanda – tanda
hiperglikemia dan hipoglikemia
- Menginstruksikan kepada pasien agar mematuhi program
diitnya
2 Jum’at, 18 2 - Mendiskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas
Oktober 2019 - Memberikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat
14.50 Wib yang cukup
- Monitoring tanda – tanda vital
- Meningkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas
3 Jum’at, 18 3 - Monitoring berat badan tiap hari
Oktober 2019 - Memberikan makanan cair yang mengandung elektrolit
18.10 - Melibatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan
sesuai indikasi
- Berikolaborasi melakukan pemeriksaan glukosa test,
glukosa serum, aseton, pH dan HC)3
- Memberikan terapi insulin sesuai program dgn metode IV
5. EVALUASI
Hari, Tanggal,
No Jam Dx Catatan Perkembangan TTD
1 Minggu , 20 1 S:
Oktober 2019 O: - GDS menurun
09.10 WIB - Turgor kulit membaik
- Luka mulai mengering
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Minggu , 20 2 S:
Oktober 2019 O: - Aktivitas klien dibantu keluarga
10.20 WIB - Klien lebih sering istirahat
- TD : 120/80 mmHg
- N : 94 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3 Minggu , 20 3 S: Keluarga mengatakan klien sudah mau makan sedikit-
Oktober 2019 sedikit
11.00 WIB O: - Klien tampak kurus
- BB : 31 kg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Juvenile Diabetes / Diabetes Tipe 1 merupakan kelainan sistematik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes tipe I / Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes tergantung
dengan insulin. Sebagai suatu gangguan kesehatan, diabetes memberikan beban besar sebagai
masalah kesehatan dengan melihat bahwa : Gejala-gejala DM tipe 1 sendiri cukup banyak dan
berat, masing-masing gangguan cukup memberi tantangan dalam mengatasinya. Mengahadapi
gangguan perasaan lapar saja, misalnya suatu bentuk gangguan yang cukup berat dihadapi oleh
setiap pasien terutama anak dimana keinginan untuk menahan diri tidak makan akan
memepengaruhi terjadi penurunan nutris dan cairan. epidemiologik memperlihatkan bahwa
puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang
remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Apalagi
Diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapai hanya bisa dikendalikan dan dicegah, salah satunya
dengan menjaga pola hidup sehat dan pemberian obat yang tepat guna menghindari komplikasi.
Jika DM memasuki tahap komplikasi, komplikasi DM dimasuki semua jalur sistem tubuh
manusia dan akan menyebabkan kematian
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini di harapkan pembaca dapat memahami mengenai penyakit
Jvenile Diabetes pada anak serata dapat mengerti asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and adolescents, basic
training manual for healthcare professionals in developing countries, 1sted. Argentina:
ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam: Moshang T Jr.
Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).Diabetes
Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor.
Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.