Anda di halaman 1dari 30

JUVENILE DIABETES PADA ANAK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Perbaikan Keperawatan Maternitas II yang diampu oleh
Ibu K.Dewi B,S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :

Abdul Rohman KHGC17006


Arief Restu Hudaya KHGC17049
Erlangga Surya P KHGC17051
Fuji Faujiah KHGC17030
Melly Purwanti KHGC17023
Ridho Kholifah M KHGC17048
Salma Siti K KHGC17032
Utami Anandita KHGC17031
Vizkha Athfailani G KHGC17015

PRODI S–I Keperawatan III A


STIKes KARSA HUSADA GARUT
Tahun Akademik 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya telah memberikan
kesehatan kepada kita semua untuk menjalankan aktifitas seperti biasanya.

Sehingga dengan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dengan tujuan
untuk menjadi seorang perawat yang berkualitas akan pengetahuan Keperawatan mengenai
“Juvenile Diabetes pada Anak”. Dengan tugas ini, kami dapat memberikan penjelasan kepada
orang lain agar dapat memahami materi yang kami susun.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca.

Garut, 05 November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...……….……….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………...………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………….…………..
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….……………

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi…………………………………………………………………………..
B. Etiologi…………………………………………………………………………..
C. Manifestasi Klinik dan Pemeriksaan Penunjang………………………………..
D. Patofisiologi………………………………………………………...…….……..
E. Penatalaksanaan…………………………………………………………………
F. Pathway………………………………………………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Asuhan Keperawatan………………………….…...……………………………
1. Pengkajian……………………………………………………………………
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………
3. Intervensi Keperawatan………………………………………………………
4. Implementasi Keperawatan…………………………………………………..
5. Evaluasi………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….…………………………
B. Saran……………………………………………………….…………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Juvenille Diabetes adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes
telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2
juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien
diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Di tengah kondisi itu,
perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita diabetes dewasa.
Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari
total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau
tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan
koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan
kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan
molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung
gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas
kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis
melalui proses keperawatan

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud juvenile diabetes ?
2. Apa saja penyebab terjadinya juvenile diabetes ?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien dengan juvenile diabetes tersebut ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya masalah tersebut ?
5. Bagiamana pathway yang bisa digamabarkannya ?
6. Jelaskan asuhan keperawatan secara rinci meliputi lima tahap proses asuhan
keperawatan ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan juvenile
diabetes
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi mengenai juvenile diabetes
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya juvenile diabetes
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis juvenile diabetes
d. Untuk mengetahui awal terjadinya juvenile diabetes
e. Untuk mengatahui secara detail susunan awal penyebab terjadinya masalah
keperawatan pada juvenile diabetes
f. Untuk mengetahui secara mendalam tindakan yang harus dilakukan pada saat
pemberian asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Juvenile Diabetes pada anak adalah keadaan hiperglikemia kronik.Hiperglikemia ini
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin,
gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S.
2005).

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh karena itu,
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh
melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog
anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga
Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis
pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator National University HospitalSingapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani
pengobatannya di Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi
anak di seluruhwilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita
Diabetes Mellitususia anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak.
Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah
anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun
2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010).

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia ini
perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes
Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan
kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anakanak sering tidak terdiagnosis oleh
dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut
dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini,
pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga
dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010).

International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO


merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1).DM tipe 1 terjadi disebabkan
oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses
autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti.Sedangkan
DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin.Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal
atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya
seperti obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme
ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).

1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)

a. Immune mediated

b. Idiopatik

2. DM tipe-2

3. DM Tipe lain

a. Defek genetik fungsi pankreas sel

b. Defek genetik pada kerja insulin

c. Kelainan eksokrin pankreas Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia;


Kistik fibrosis; Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.

d. Gangguan endokrin Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma;


Feokromositoma; Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik;
Glukokortikoid; Hormon tiroid; Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -
interferon; dll.

4. Diabetes mellitus kehamilan

Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009.

B. ETIOLOGI

Penyebab diabetes melitus belum diketahui secara pasti. Namun yang pasti penyebab
utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1
akan diwariskan melalui faktor genetik.

1. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.

2. Faktor-faktor Imunologi

Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi


terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.

3. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
C. MANIFESTASI KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.

a. Glukosadarah : meningkat 200-100mg/dL

b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

e. Elektrolit :

 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun


 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun

f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)

g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi


;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi


ginjal)

j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut


sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)

l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan


glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.

Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan gejala
(polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat
menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).

Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:

1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau

3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.

Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,


yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-
pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell
autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal
sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA).
Adanya autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines 2009)
D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:

1. Periode pra-diabetes

Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada
proses destruksi sel pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya
proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya
sel pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini
autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaanlaboratorium.

2. Periode manifestasi klinis

Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi
sekitar 90% kerusakan sel pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar
gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan
menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan
semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah
di-uptakekedalam sel.

3. Periode honey-moon

Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini
sisasisa sel pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam
tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga
kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara,
bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua
bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.

4. Periode ketergantungan insulin yang menetap.


Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
E. Pathway
F. PENATALAKSANAAN
a. Diet
Makanan harus adekuat untuk pertumbuhan dan aktivitas normal sebaiknya
makanan tidak banyak berbeda dengan makanan anak lain dan disesuaikan dengan
makanan keluarga. Diet bebas berarti bahwa anak boleh makan sesukanya pada waktu
makan, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus menjauhkan diri dari makanan yang manis
(gula) dan banyak mengandung karbohidrat. Prinsip diet ini, yaitu:
1. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas.
2. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kg bb/hari
3. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat
4. Cukup vitamin dan mineral

b. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi
insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.

Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :


1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
c. Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang digunakan
untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes. Sebuah pompa
insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang berisikan insulin dan
microcomputer yang membantu pasien untuk menentukan berapa banyak insulin yang
diperlukan. Insulin dipompakan melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube
plastic ramping yang disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien.
Selang infus harus diganti secara teratur setiap minggunya. Di Indonesia, alat ini masih
jarang digunakan walaupun sudah ada distributornya. Akan tetapi di negara lain seperti
Amerika, penggunaan alat ini kini menjadi favorit pasien diabetes karena keefektifan
penggunaanya. Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
1. Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
2. Kadar glukosa darah sering tidak teratur
3. Lelah menggunakan terapi injeksi insulin
4. Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
5. Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
6. Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan)
untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol kadar
glukosa darah tubuh
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut
membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan. Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan
Continuous Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling
menyerupai metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang di
pergunakan dalam pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid
acting insulin), sehingga dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus”
yang diberikan secara intensif selama 24 jam.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes

Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :


1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara
teratur
2. Pemeriksaan gula darah yang lebih sering
3. Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan diabetic
ketoacidosis yang lebih besar jika tidak mempergunakan pompa dalam jangka
waktu yang lama.

d. Aktivitas / Latihan

Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga


akanmembantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badanapabila
menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan
kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah target
gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring
gula darah yang aman. Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di
bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas Klien
Nama Klien : An.A
Umur : 10 Tahun
Tanggal lahir : 10 Agustus 2009
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Babakan Abid Rt/Rw 001/004 Ds.Ciwalen Kab.Garut
Tanggal MRS : 16 Oktoberr 2019
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Juvenile Diabetes

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.B
Usia : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jl. Babakan Abid Rt/Rw 001/004 Ds.Ciwalen Kab.Garut
Pendidikan : S-1 PGSD
Pekerjaan : Aparatur Sipil Negara ( ASN )
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Orang tua-Ibu

c) Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Utama
Anak A mengeluh lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh merasa pusing dan lemas/letih . Klien mengatakan sering merasa
haus , rasa lapar yang berlebihan dan terkadang kesemutan di bagian kaki . Ibu
dari klien mengatakan bahwa anaknya sering buang air kecil saat malam hari serta
mengeluh Berat badan klien menurun .

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit serius

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu klien mengatakan neneknya memiliki penyakit diabetes melitius

d) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Suhu : 26oC
c. Nadi : 105 x/menit
d. Respirasi : 19 x/menit

2. Anropometri
a. Tinggi badan : 137 cm
b. Berat badan sehat : 38 kg
c. Berat Badan sakit : 31 kg

3. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


 Keadaan umum : Compos Mentis

4. Pola Fungsi Kesehatan


1) Aktivitas/Istirahat
Klien tampak lemah, letih, dan sulit bergerak, tonus otot menurun, gangguan
tidur / istirahat.
2) Sirkulasi
Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktivitas dan kesemutan
pada ekstremitan, penyembuhan yang lama

3) Integritas ego
Klien tampak cemas dan stress

4) Eliminasi
Perubahan pola kemih urine encer, pucat, kuning (poliuria) nokturia, rasa nyeri /
terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang, dan diare lancar

5) Makanan/Cairan
Nafsu makan klien hilang,mual/muntah, klien tidak mengikuti diet dan
mengalami penurunan berat badan, turgor jelek

6) Neurosensori
Klien mengatakan pusing / pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan
pada otot, pengelihatan kabur

7) Nyeri/Ketidaknyamanan
Abdomen yang tegang / nyeri, wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-
hati

8) Pernafasan
Klien merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulent

9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, lesi / ulserasi

10) Seksualitas
5. Aktivitas Sehari-hari (Activity Daily Living )
 Pola makan : Nafsu makan klien hilang, mual/muntah
Toileting : Perubahan pola kemih urine encer, pucat, kuning (poliuria), rasa nyeri
/ terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang, dan diare lancar
 Pola aktivitas : Klien mengeluh lemas/letih dan tonus otot menurun, aktivitas
dibantu keluarga
 Pola Tidur : Klien mengalami gangguan tidur, terbangun malam hari

6. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Gula Darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl
Trombosit : Hematokrit meningkat

7. Terapi
 Insulin
 Pengaturan makan/diit
 Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
a. Sulfonilurea
b. Biguanid
c. Inhibitor α glukosidase
d. Insulin sentizing agent

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Reaksi Autoimun
- Resiko infeksi
DO : Sel beta pancreas hancur berhubungan dengan
- GDS meningkat 100 – 200 penurunan sistem imun
mg/dl Defesiensi Insulin tubuh sekunder terhadap
DM
Anabolisme protein
menurun

Kerusakan antibody

Imunitas menurun

Resiko Infeksi

2 DS : Katabolisme protein
- Klien mengeluh lemas dan meningkat Kelelahan berhubungan
letih dengan penurunan
DO : Merangsang hipothalamus produksi energy
- Klien tampak lemah,pucat metabolik ditandai
dan letargi Lapar dan haus dengan sering lelah,
- TD : 120/70 mmHg lemah, pucat, klien
-R: Metabolisme tubuh tampak letargi/tidak
meningkat bergairah

Produksi energy berlebih

Kelelahan
3 DS : Defesiensi insulin
- Kien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan
makan nutrisi kurang dari
Katabolisme protein
meningkat kebutuhan tubuh
DO : berhubungan dengan
- Klien mual-muntah Merangsang hipothalamus defisiensi oral/
- BB Sehat : 38 kg penurunan intake oral
- BB sakit : 31 kg Lapar dan haus ditandai dengan
mengeluh mual-muntah,
intake tidak adekuat,
Polidipsi dan polifag
penurunan nafsu makan,
lemah, tonus otot
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh menurun

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh
sekunder terhadap DM

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi,


defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energy

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake
tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
4. N Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
o Kriteria Hasil
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Membantu dalam
penyebaran tindakan infeksi dan inflamasi memperkirakan
infeksi keperawatan selama seperti panas, kemerahan, kekurangan volume
berhubungan 3x24 jam infeksi keluar nanah total, adanya proses
dengan berkurang dengan 2. Monitor tanda-tanda infeksi yang
penurunan kriteria hasil vital dan GDS mengakibatkan
sistem imun : 3. Monitor nadi perifer, demam dan
tubuh sekunder a. nyeri berkurang turgor kulit dan membran hipermetabolik cairan
terhadap DM b. keadaan luka mukosa hilang meningkat
kering 4. Berikan cairan yang 2. Hipovolemia dapat
c. pus (+) paling sedikit 2500 dimanifestasikan oleh
ml/hari bila tidak ada hipotensi dan
kontra indikasi takikardia, perkiraan
5. Monitor intake dan berat atau ringannya
output cairan, catat berat hipovolemia dapat
jenis urine diukur ketika TD
sistolik turun > 10
mmHg/ posisi duduki /
berbaring.
3. Merupakan
indikator dari tingkat
dehidrasi / volume
sirkulasi yang adekuat
4. Mempertahankan
hidrasi/volume
sirkulasi
5. Memperkirakan
kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan
dari terapi yang
diberikan

2 Kelemahan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Pendidikan dapat


berhubungan tindakan klien kebutuhan akan memberikan motivasi
dengan keperawatan selama aktifitas, buat jadwal untuk meningkatkan
penurunan 3x24 jam aktifitas perencanaan dengan klien tingkat aktivitas
produksi klien tidak dan identifikasi aktivitas meskipun pasien
metabolisme terganggu dan tidak yang menimbulkan mungkin sangat lelah
energi, mudah lelah dengan kelelahan 2. Mencegah kelelahan
defisiensi kriteria hasil 2. Berikan aktifitas yang berlebihan
insulin dan : alternatif dengan periode 3.Mengidentifikasi
peningkatan a. pasien dapat istirahat yang cukup atau tingkat aktivitas yang
kebutuhan beraktivitas sesuai tanpa diganggu dapat ditoleransi
energi. kemampuan 3.Monitor tanda-tanda secara fisiologis
vital 4.Meningkatkan
4. Tingkatkan partisipasi kepercayaan diri /
klien dalam melakukan harga diri yang positif
aktivitas sehari-hari sesuai tingkat aktivitas
sesuai toleransi yang dapat ditoleransi
dengan pasien
3 Nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Monitor berat badan 1. Mengkaji masukan
dari kebutuhan tindakan tiap hari makanan yang adekuat
tubuh keperawatan selama 2. Berikan makanan cair 2. Pemberian makanan
berhubungan 3x24 jam Kebutuhan yang mengandung zat melalui oral lebih baik
dengan nutrisi dapat makanan dan elektrolit jika pasien sadar dan
defisiensi oral/ terpenuhi dengan dengan segera jika pasien fungsi gastrointestinal
penurunan kriteria hasil dapat mentoleransinya baik.
intake oral : melalui pemberian
c. 3. Karena metabolisme
ditandai a. Nafsu makan makanan melalui oral KH mulai terjadi gula
dengan meningkat 3. Observasi tanda-tanda darah akan berkurang
mengeluh b. Pasien hipoglikemia seperti dan sementara tetap
mual-muntah, menghabiskan porsi perubahan tingkat diberikan insulin maka
intake tidak makan kesadaran, kulit dingin, hipoglikemia dapat
adekuat, nadi cepat, sakit kepala terjadi, jika pasien
penurunan dan pandangan berkurang- dalam keadaan koma
nafsu makan, kunang. hipoglikemia mungkin
lemah, tonus 4. Kolaborasi pemeriksaan terjadi tanpa
otot menurun glukosa test, glukosa memperlihatkan
serum, aseton, pH, dan perubahan tingkat
HCO3, kelola pemberian kesadaran.
insulin, konsul dengan 4. Analisa ditempat
ahli gizi tidur terhadap gula
5. Berikan pengobatan darah lebih akurat,
insulin secara teratur gula darah akan
dengan metode I.V secara menurun perlahan
intermiten atau secara dengan penggantian
kontinue cairan dan terapi
insulin terkontrol,
dengan pemberian
insulin dosis optimal
glukosa kekemudian
masuk ke dalam sel
untuk sumber kalori
5. Insulin reguler
memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan
cepat pula dapat
membantu
memindahkan glukosa
ke dalam sel

4.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari, Tanggal, Dx Implementasi TTD
Jam
1 Jum’at, 18 1 - Monitoring kadar gula darah ( GDS )
Oktober 2019 - Monitoring tanda dan gejala hiperglikemia & hipoglikemia
10.15 Wib - Menginstruksikan kepada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan, manajemen dan pengenalan tanda – tanda
hiperglikemia dan hipoglikemia
- Menginstruksikan kepada pasien agar mematuhi program
diitnya
2 Jum’at, 18 2 - Mendiskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas
Oktober 2019 - Memberikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat
14.50 Wib yang cukup
- Monitoring tanda – tanda vital
- Meningkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas
3 Jum’at, 18 3 - Monitoring berat badan tiap hari
Oktober 2019 - Memberikan makanan cair yang mengandung elektrolit
18.10 - Melibatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan
sesuai indikasi
- Berikolaborasi melakukan pemeriksaan glukosa test,
glukosa serum, aseton, pH dan HC)3
- Memberikan terapi insulin sesuai program dgn metode IV

5. EVALUASI
Hari, Tanggal,
No Jam Dx Catatan Perkembangan TTD
1 Minggu , 20 1 S:
Oktober 2019 O: - GDS menurun
09.10 WIB - Turgor kulit membaik
- Luka mulai mengering
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Minggu , 20 2 S:
Oktober 2019 O: - Aktivitas klien dibantu keluarga
10.20 WIB - Klien lebih sering istirahat
- TD : 120/80 mmHg
- N : 94 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3 Minggu , 20 3 S: Keluarga mengatakan klien sudah mau makan sedikit-
Oktober 2019 sedikit
11.00 WIB O: - Klien tampak kurus
- BB : 31 kg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Juvenile Diabetes / Diabetes Tipe 1 merupakan kelainan sistematik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes tipe I / Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes tergantung
dengan insulin. Sebagai suatu gangguan kesehatan, diabetes memberikan beban besar sebagai
masalah kesehatan dengan melihat bahwa : Gejala-gejala DM tipe 1 sendiri cukup banyak dan
berat, masing-masing gangguan cukup memberi tantangan dalam mengatasinya. Mengahadapi
gangguan perasaan lapar saja, misalnya suatu bentuk gangguan yang cukup berat dihadapi oleh
setiap pasien terutama anak dimana keinginan untuk menahan diri tidak makan akan
memepengaruhi terjadi penurunan nutris dan cairan. epidemiologik memperlihatkan bahwa
puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang
remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Apalagi
Diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapai hanya bisa dikendalikan dan dicegah, salah satunya
dengan menjaga pola hidup sehat dan pemberian obat yang tepat guna menghindari komplikasi.
Jika DM memasuki tahap komplikasi, komplikasi DM dimasuki semua jalur sistem tubuh
manusia dan akan menyebabkan kematian

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini di harapkan pembaca dapat memahami mengenai penyakit
Jvenile Diabetes pada anak serata dapat mengerti asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and adolescents, basic
training manual for healthcare professionals in developing countries, 1sted. Argentina:
ISPAD, h 20-21.

Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam: Moshang T Jr.
Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.

Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).Diabetes
Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor.
Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161.

ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.

Anda mungkin juga menyukai