Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 :
1. DIFA ZAKIAH PRATIWI (06031281722023)
2. PUSPA ARDINI (06031281722026)
3. SUKMAWATI (06031181722004)
4. YOSI SAFITRI (06031281722025)

DOSEN PENGAJAR : DIAN EKA AMRINA S.Pd, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SRUWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat dan
Pengikutnya yang Insya Allah akan mendapatkan Syafaat hingga akhir
zaman. Berkat rahmat maunahnya dari Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Antropologi”
Sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing atas bimbingannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusun menyadari keterbatasan kemampuan penyusun
sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih kepada seluruh
Penyusun Penulisan yang telah bekerja sama dalam membuat makalah ini
dengan bersama-sama sehingga terciptalah makalah kami yang berjudul
“Antropologi” ini yang semoga dapat menjadi pembelajaran besar bagi
penulis tentang pelajaran ini.
Hanya kepada Allah SWT penulis memohon ampunan dan rahmat-
Nya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan
bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Inderalaya, 6 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Antropologi ...........................................
B. Pendekatan, Metode, Teknik, Ilmu bantu, dan Jenis penelitian
antropologi ..............................................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan Antropologi ...........................................................
D. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sosial Lainnya ...............................
E. Objektivitas dalam Antropologi ................................................................
F. Sejarah Perkembangan Antropologi .........................................................
G. Konsep–Konsep Antropologi ....................................................................
H. Generalisasi-Generalisasi Antropologi ................................................
I. Teori-Teori Antropologi.......................................................................
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
Daftar pustaka ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi
(antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi
tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia
Antropologi adalah disiplin ilmu yang meneliti dan menganalisa
berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan manusia, dengan
aspek belajar tang merupakan aspek pokoknya. Hampir semua tindakan
manusia adalah kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah
seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan
belajar. Misalnya segala kemampuan manusia yang tidak merupakan
bawaan dari alam (disebut juga naluri, karena sudah terprogram di dalam
gennya, seperti halnya pada hewan), tetapi harus dikuasainya dengan
belajar.
Contoh: manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggap
wajar dan pantas; ia makan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan-
santun atau protokol yang terkadang sangat rumit, yang harus dipelajarinya
dengan susah payah. Ini berkaitan dengan filsafat, ketika belajar maka tidak
lepas dari memikirkan sesuatu lebih mendalam demi mencapai kebenaran.
Antropologi menggunakan bahan berupa fakta-fakta yang berasal
dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda,
harus menggunakan berbagai metode komparatif untuk mendapatkan suatu
ciri umum yang biasanya ditentukan dengan cara mencari perumusan-
perumusan yang menyatukan berbagai hubungan yang mantap antara fakta-
fakta.
Dengan mempelajari antropologi Kita dapat setidaknya memahami
bahwa perilaku manusia dan juga mempelajari kebudayaan, ras, suku, dan
juga tanggapan manusia tentang hal itu. Kita juga akan belajar bagaimana
cara melakukan pendekatan, metode dalam mempelajari perilaku manusia.
Kita juga belajar bagaimana perkembangan Antropologi pada zaman dulu
hingga sekarang sehingga kita dapat menganalisis perilaku pada zaman dulu
dan zaman sekarang sehingga, sejarah perkembangan antropologi dapat
mengubah pandangan kita tentang sikap manusia pada zaman terdahuludan
memberikan perspektif tentang perilaku manusia pada masa yang akan
datang.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi?
2. Bagaimana Pendekatan, Metode, Ilmu bantu dan Jenis penelitian
Antropologi?
3. Apa saja tujuan dan kegunaan Antropologi?
4. Apa hubungan Antropologi dengan Ilmu lainnya?
5. Bagaimana Objektivitas dalam Antropologi?
6. Bagaimana sejarah Perkembangan Antropologi?
7. Apa saja Konsep-konsep Antropologi?
8. Bagaimana Generalisasi-generalisasi Antropoloogi?
9. Apa Saja Teori-teori Antropologi?

TUJUAN PENULISAN
1. Memahami apa itu Antropologi
2. Mengetahui dan memahami apa saja pendekatan, Metode, Ilmu
bantu dan Jenis penelitian antropologi
3. Mengetahui tujuan dan penggunaan Antropologi
4. Memahami hubungan Antropologi dehngan Ilmu lainnya
5. Mengetahui objetivitas Antropologi
6. Mengetahui Sejarah Perkembangan antropologi
7. Memahami Konsep-konsep Antropologi
8. Mengetahui Generalisasi-generalisasi Antropologi
9. Mengetahui Teori-teori antropologi
BAB II
PEMBAHASAAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI


Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata dari
antrhopos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara
harfiah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Antropologi merupakan
ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang manusia
dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat, dan
kebudayaannya.
Secara khusus, ilmu antropologi terbagi menjadi lima subilmu yang
mempelajari:
1. masalah asal dan perkembangan manusia dan evolusi nya secara biologis.
2. masalah terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia.
3. masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam
kebudayaan manusia.
4. masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang
diucapakan di seluruh dunia.
5. masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia
dari aneka ragam suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia masa kini.

Iilmu Antropologi terbagi menjadi dua :


1. Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai manusia sebagai
organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut
evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis
(spesies).
2. Antropologi budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan
manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Cabang Antropologi ini
dibagi-bagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi linguistik, dan
etnologi.
a. arkeologi
Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari
benda-benda peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan serta
menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan-peninggalan lama
itulah terpantul ekspresi kebudayaannya. Salah satu contoh yang menarik
adalah penelitian David H. Thomas yang terkenal Garbage Project atau
“proyek sampah” dari Universitas Arizona.

a. antropologi linguistik
Ernest Cassirer mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mahir dalam menggunakan simbol-simbol sehingga manusia disebut
Homo Symbolicum. Karna itulah manusia dapat berbicara, berbahasa, dan
melakukan gerakan-gerakan lainnya yang juga banyak dilakukan oleh
makhluk-makhluk lainnya yang serupa dengan manusia.

c. etnologi
Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memusatkan
perhatiannya pada kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang telaahannya
pun terpusat pada perilaku manusia, sebagaimana yang dapat disaksikan
langsung, dialami, serta didiskusikan dengan pendukung kebudayaannya.
Secara keseluruhan yang termasuk bidang-bidang khusus secara
tematis dalam antropologi lainnya, selain antropologi fisik dan kebudayaan
adalah antropologi ekonomi, antropologi medis, dan antropologi psikologi
dan antropologi sosial.

1. antropologi ekonomi
Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan dan
mengekspresikan diri melalui penggunaan barang dan jasa material. Selain
itu, antropologi ekonomi berusaha merangkum aspek etnografis dan teoritis,
sekalipun keduanya acap kali bertentangan. Sebab disalah satu bidang
kajian ini pun membantu pengujian atas teori-teori ekonomi pada umumnya.
2. antropologi medis
Antropologi medis ini banyak membahas hubungan antara penyakit
dan kebudayaan yang tampak mempengaruhi evolusi manusia, terutama
berdasarkan hasil-hasil penemuan paleopatologi. Begitu luasnya ruang
lingkup antropologi medis tersebut, sampai sekarang tidak mudah untuk
mendefinisikan sub kajiannya.

3. antropologi psikologi
Bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji tentang
hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial
dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup antropologi psikologi
tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah
kemunculan interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial.

4. antropologi sosial
Bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer di
Amerika Serikat pada awal abad ke-20, dalam kajiannya antropologi sosial
mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan merekonstruksi
masyarakat primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai
tingkat peradaban.

B. PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, ILMU BANTU, DAN JENIS


PENELITIAN ANTROPOLOGI

1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam antropologi menggunakan
pendekatan kuantatif (positivistik) dan kualitatif (naturalistik). Artinya,
dalam penelitian antropologi dapat dapat dilakukan secara statistik dan
sistematis, baik dilakukan untuk mengukur pengaruh maupun korelasi
anatarvariabel penelitian, maupun dilakukan secara kualitatif-naturalistik.
Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, sosiologi selalu dikaitkan dengan
epistemologi interpretatif dengan penekanan pada makna-makna yang
tekandung di dalamnya atau yang ada di balik kenyataan-kenyataan yang
teramati.
Selain pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut Kapplan dan
Manners dalam antropologi pun dikenal pendekatan revalistik dan
komparatif. Pendekatan revalistik memandang bahwa setiap kebudayaan
merupakan konfigurasi unik yang memiliki cita rasa khas, gaya, serta
kemampuan tersendiri.

2. Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitiannya banyak menggunakan
beberapa metode penelitian, diantaranya
Adapun metode penelitian antropologi yang digunakan, yaitu deskriftif,
komparatif, studi kasus, etnografi, dan survei.
1. Metode Deskriptif: Metode ini sering disebut bagian metode empiris yang
menekankan pada kajian masa kini. Secara singkat metode deskriptif ini
adalah suatu metode yang berupaya untuk mengungkap
pengejaran/pelacakan pengetahuan.

2. Metode historis-komparatif: Metode ini menekankan pada analisis atas


peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum,
yang kemudian digabungkan dengan metodekomparatif, dengan menitik
beratkan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta bidang-
bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-
persamaan, serta sebab-sebabnya. Dari perbedaan dan persamaanpersamaan
tersebut dapat dicari petunjuk-petunjuk perilaku kehidupan masyarakat pada
masa silam dan sekarang, beserta perbedaan tingkat peradaban satu sama
sama lainnya.

3. Metode studi kasus: Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan


mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan
variabel itu, dan hubungannya di antara variabel, mempengaruhi status atau
perilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen, 1993:
548).

4. Metode etnografi adalah metode yang paling lazim digunakan di dalam


berbagai penelitian antropologi. bahwa metode etnografi adalah strategi
pendeskripsian pola-pola berkomunitas suatu suku bangsa di wilayah
tertentu. Terutama dalam konteks suku bangsa di Indonesia yang memiliki
perbedaan ‘eksotis’ antara satu dengan yang lainnya.

5. Metode survey: Penelitian survei adalah salah satu bentuk dari penelitian
yang umum dalam ilmu-ilmu sosial. Suatu usaha untuk memperoleh data
dari anggota populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan,
karakteristik, pendapat, populasi yang sekarang yang berkenaan dengan satu
variabel atau lebih. (Fraenkel dan Wallen, 1993: 557).

3. Teknik Pengumpulan Data


Beberapa teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
kajian sosiologi, di antaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan
observasi partisipan.
- Sosioometri: Dalam sosiometri berusaha meneliti masyarakat secara
kuantitatif dengan menggunakan skala-skala dan angka-angka untuk
mempelajari hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat.
- Wawancara; atau (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertemu
muka (face to-face), ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang
relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai
atau responden (Supardan, 2004: 159).
- Observasi: Observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan,
sebab para ilmuwan baru dapat bekerja hanya jika ada data maupun fakta
yang diperoleh melalui observasi (Nasution, 1996: 56). Secara singkat
pengertian observasi adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung
dan teratur untuk memperoleh data penelitian.

- Observasi partisipan : Adalah bentuk pengamatan yang menyeluruh dari


semua jenis metode/stategi (Patton, 1980). Dalam hal ini peneliti turut serta
dalam berbagai peristiwa dan kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh
subek penelitian, misalnya turut dalam upacara, turut bekerja di sawah, turut
berbaris menunggu bis atau giliran, menjadi pelayan restoran, kuli, dan
sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar ia merasakan dan mengalami situasi-
situasi tertentu agar dirasakan secara pribadi.

4. Ilmu bantu
Ilmu bantu antropologi menurut koenjaraningrat mencakup 5 disipin
ilmu, antara lain paleoantropologi, antropologi fisik, etnolinguistik,
antropologi prehistori, dan etnologi.

1. Paleoantropologi
Merupakan ilmu tentang asal-usul atau soal terjadinya evolusi makhluk
manusia dengan menggunakan bahan penelitian melalui sisa-sisa tubuh
yang telah membantu, atau fosil-fosil manusia dari zaman ke zaman yang
tersimpan dalam lapisan bumi dan didapat dengan berbagai pengalian.

2. Antropologi Fisik
Merupakan bagian ilmu antropologi yang mempelajari suatu pengertian
tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia jika dipandang
dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Pengelompokn seperti itu dlam antropologi
dinamakan ras.

3. Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik


Suatu ilmu yang berkaitan erat dengan ilmu antropologi, dengan berbagai
metode analisis kebudayaan yang berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang
ciri dan tata bahasa dari beratus –ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di
berbagai macam tempat dimuka bumi ini.
4. Prehistori
Merupakan ilmu tentang perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan
manusia sejak sebelum manusia mengenal tulisan atau hurufdisini ilu
arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori.

5. Etnologi
Merupakn bagian ilmu antropologi tentang asas-asas manusia, mempelajari
kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari bangsa-bangsa
tertentu yang tersebar di muka bumi ini pada masa sekarang.

5 Jenis Penelitian Sosiologi


Dalam peneltian sosiologi (Shadily, 1980: 50-52), kita setidaknya
mengenal tiga macam penelitian sosiologi, yakni: penelitian lengkap,
penelitian fact finding, dan penelitian interpretasi kritis.
Pertama, penelitian lengkap: Dalam penelitian ini berusaha untuk
dicari secara teliti segala fakta-fakta dan kemudian ditarik kesimpulan-
kesimpulan yang diambil dari fakta-fakta tersebut. Dengan demikian
sesudah membuat definisi tentang substansi kajian yang kemudian meneliti
kebenaran maupun kekurangan hipotesis-hipotesis itu, peneliti juga harus
mempertanyakan fakta apa yanag ada dalam kajian itu.
Kedua, penelitian fact finding, yaitu merupakan penelitian dari suatu
hasil penemuan fakta penelitian, tentang sesuatu hal yang benar-benar
berdasar dari fakta-fakta yang ada untuk membuat laporan yang dapat
dipercaya. Sebut saja sebagai contoh tentang pemberontakan ataupun
gerakan disintegrasi bangsa dari sekelompok suku bangsa tertentu terhadap
pemerintah yang resmi.
Ketiga, penelitian interpretasi kritis: Penelitian ini juga lazim
dilakukan dalam sosiologi. Dalam hal ini peneliti pada umumnya tidak
tersedia cukup mempergunakan fakta fakta, karena yang dikumpulkan itu
hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian-uraian tentang sesuatu
fakta yang sedikit tersedia. Dengan demikian diperlukan analitis kritis
seorang peneliti untuk meyakinkan pembaca ataupun peneliti lainnya dalam
memahami hasil-hasil penelitiannya

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN ANTROPOLOGI


Kerja lapangan dalam antropologi selama ini merupakan karya
penyelamatan, disamping sebagai upaya yang bersumber pada keprihatinan
politis. Selain itu, merupakan tindakan yang didorong oleh minat pada suatu
persoalan tertentu.
Antropologi memang antropologi merupakan studi tentang umat
manusia. Ia tidak hanya sebagai suatu disiplin ilmu yang bersifat akademis,
tetapi juga merupakan cara hidup yang menyampaikan kepada para
mahasiswa apa yang telah diketahui orang. Selain itu antropologi
bermaksud mempelajari manusia secara objektif, paling tidak mendekati
objektif dan sistematis.
Diantara ilu-ilmu sosial dan alamiah antropologi memiliki kedudukan,
tujuan, dan manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam
merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang
didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya
disemua masyarakat, bukan hanya di masyarakat Eropa dan Amerika Utara
saja.

D. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL


LAINNYA

1. Hubungan antropologi dengan sosiologi


Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku
manusia dan konteks sosial budayanya. Jika saja sosiologi orientasinya
memusatkan perhatian secara khusus kepada orang yang hidup didalam
masyarakat modern sehingga teori-teori mereka tentang perilaku manusia
cenderung terikat pada kebudayaan tertentu.
Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri
asal-usul pertumbuhannya, serta analisis pengaruh kegiatan kelompok
terhadap para anggotanya. Dengan demikian, objek kajian sosiologi adalah
masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antar manusia dan
proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat
demikian juga antropologi berarti ilmu tentang manusia.

2. Hubungan antropologi dengan psikologi


Hal ini tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari
perilaku manusia dan proses-proses mentalnya. dengan demikian, psikologi
membahas faktor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal seperti
motivaasi, minat, sikap, konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan dalam
antropologi khususnya antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal
yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam
arti luas. Kedua unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang
menghasilkan kebudayaan melalui proses belajar.

3. Hubungan antropologi dengan ilmu sejarah


Lebih menyerupai hubungan antara ilmu arkeologi dan ilmu
antropologi.Antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi
setiap penulis sejarah.dari setiap bangsa di dunia.Konsep-konsep tentang
kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu
sosial lainnya,akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahi sejarah
untu mengisi latar belakang dan perisiwa politik dala sejarah yang menjadi
objek penyelidikannya.
Demikian juga sebaliknya,para ahli antropologi jelas memerlukan
sejarah terutama sekali sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah yang
didatanginya.sebab sejarah itu diperlukan,terutama untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat yang diselidikinya
mengalami pengaruh kebudayaan dari luar.bungan Antropolohi

4. Hubungan Antropologi dengan ilmu geografi


Dalam hal ini,kita dapat melihat geografi atau ilmr bumi itu
mencoba mencapai pengertian tentang keruangan (alam dunia) ini telah
memberi gambaran tentang bumi serta karakteristik dari segala macam
bentuk hidup yang menduduki muka bumi.Diantara berbagai macam bentuk
hidup dibumi yang berupa flora dan fauna,terdapat sifatnya yang
beranekaragam dimuka bumi ini.Disinilah antropologi berusaha menyelami
keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras,etnis,maupun budayanya.
Begitupun sebaliknya,seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu
geografi kaarena tidak sedikit masalah-masalah manusia,baik fisik maupun
kebudayaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya.

5. Hubungan antropologi dengan ilmu ekonomi


Kekuatan,proses,dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam
aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi oleh sistem
kemasyarakatan, cara berpikir,pandangan,dan sikap hidup dari warga
masyarakat perdesaan tersebut.Dengan demikian, seorang ahli ekonomi
yang akan membangun ekonomi di negara-negara seperti itu,tentu akan
memerlukan bahan kompratif mengenai,misalnya sikap terhadap kerja,sikap
terhadap kekayaan,sistem gotong royong,dan sebagainya yang menyangkut
bahan komparatif tentang berbagai unsur dari sistem kemasyarakatan
dinegara-negara tersebut. Untuk pengumpulan keteranagn koperatif
tersebut,antropologi memiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonomi.

6. Hubungan antropologi dengan ilmu politik


Hal itu dapatt dilihat bahwa ilmu politik telah memperluas kajiannya
pada hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses politik dalam segala
macam negara dngan berbagai macam sistem pemerintahan,sampai masalah
yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan politik
tersebut.
Seorang ahli antropologi,dalam mempelajari suatu masyarakat untuk
menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat itu,pasti akan
menghadapi sndiri pengaruh kekuatan-kekuatan dan proses politik lokal
serta aktifitas dari cabang-cabang politik nasional.Dalam menganalisis
fenomenal-fenomenal tersebut, ia perlu mengetahui konsep-konsep dan teori
dalam ilmu politik yang ada.

E. OBJEKTIVITAS DALAM ANTROPOLOGI


Masalah lama dalam ilmu-ilmu sosial yang belum terpecahkan
sampai sekarang adalah kesenjangan peneliti.Sebab bagaimana mungkin
dapat diharapkan tercapainya ilmu pengetahuan yang objektif mengenai
fenomenal sosio-kultural bila praktisi ilmu sosial adalah sekaligus sebagai
ideologinya? Barangkali soal inilah yang paling sulit dan menjadi kendala
terutama dalam antropoogi karena dalam cara pengupulan data dasarnya
yang rumit dalam persoalan tersebut.
Jika semua orang termasuk antropolog memandang dunia melalui
layar penyaring yang terbentuk dari nilai-nilai bias (tidak objektif) dari
sudut pandang individual,apakah ilmu-ilmu sosial lainnya pun bebas nilai?
Cukup banyak ilmuan sosial yang memang menyangkal adanya
kemungkinan tersebut.Karena pengetahuan mengenai fenomenal sosio
kultural niscaya memantulkan kesenjangan (bias ataupun subjektif)
perseorangan. Maka pencarian objektifitas dan netralitas adalah angan-
angan belakang yang tidak prnah terlaksana.

F. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


ANTROPOLOGI

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat


(1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:

a. Fase pertama (sebelum 1800).

Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di
benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang
Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang
antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun
para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah
perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-
bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut
kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata etnos berarti bahasa).

b. Fase kedua (kira-kira pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan


secara serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan
kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan
kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap
“primitif” yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang
tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi
setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan
mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi.

c. Fase ketiga ( Awal abad ke-20 )

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa


berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka.
Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting
bagi kepentingan kolonialisme.

Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-


bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada
umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman
mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah
pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.

d. Fase keempat (Sesudah kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi


akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya
maupun metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti
kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu
bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-
Amerika) setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan
lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi
sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa
kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan
Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai
dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas
tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan
Eropa.

Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:

1. Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia


berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.

2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan.

G. KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI
Contoh ekstrimnya dapat diambil konsep kebudayaan yang paling
umum,paling tidak terdapat 7 kelompok pengertian kebudyaan yaitu :
1. kelompok kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks kehidupan manusia
2.kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi
3. kelompok kebudayaan sebagai cara dan aturan termasuk cita-cita,nilai-
nilai,dan kelakuan
4. kelompok kebudayaan sebagai keterkaitan dalam proses-proses psikoogis
5. kebudayaan sebagai struktur atau pola-pola organisasi kebudayaan
6. kelompok kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia
7. kelompok kebudayaan sebagai sistem simbol

Adapun yang merupakan contoh-contoh konsep-konsep


antropologi,diantaranya :
1. kebudayaan
Pengertian kebudayaan mengacu kepada kumpulan pengetahuan
yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.makna itu kontras dengan pengertian kebudayaan sehari-hari
yang merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial yakni tradisi
sopan santun dan kesenian.

2.Evolusi
Secara sederhana konsep evolusi mengacu pada sebuah tranformasi
yang berlangsung secara bertahap.Walaupun istilah tersebut merupakan
istilah umum yang dapat dipakai dalam berbagai bidang studi.Dalam
pandangan antropolog,istilah evolusi yang merupakan gagasan bawa bentu-
bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk ke bentuk lain melalui
mata rantai transformasi dan modifikasi yang tidak pernah putus,pada
umumnya diteriama sebagai awal landasan berpikir mereka.

3. Daerah Budaya (kultur area)


Suatu daerah budaya adalah suatu daerah geografis yang memiliki
sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain yang dimilikinya. Menurut
definisi diatas, suatu daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan
pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru
yang akan mendesak unsur-unsur lama kearah pinggir,sekeliling daerah
pusat pertumbuhan tersebut.

4. Enkulturasi
Konsep elkulturasi mengacu pada suatu proses pembelajaran
kebudayaan dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil
sampai tua,melakukan proses enkulturasi,mengingat manusia sebagai
makhluk yang dianugrahi kemampuan berpikir dan bernalar sangat
memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan
kognitif,afektif,dan psikomotornya.
Dalam aspek kemampuan berpikir (kemampuan kognitif) Jean Piaget
melakukan analisis terhadap aktivitas berpikir anak.Terdapat 4 tahapan
perkembangan kognitif yaitu,
a. Periode sensorimotor
Yakni sejak lahir sampai usia 1,5 -2 tahun,mereka memiliki kemampuan
meraih rai dan menggenggam.

b.Periode Pra operasi


Yakni usia 2 - 3 tahun sampai 7- 8 tahun,mereka mulai mampu
berpikir setengah logis.Perkembangan bahasa sangat cepat,dan banyak
melakukan monolog.
c. Periode Operasi Konkrit
Yakni usia 7-8 sampai 12-14 tahun,memiliki kemampuan untuk
melihat pandangan orang lain,ikut dalam permainan kelompk yang menaati
peraturan, dan mampu membedakan satuan yang berbeda seperti meter dan
kilometer
d. periode operasi formal
yakni usia dias 14 tahun,mampu membuat rencana masa depan dan
memulai peranan orang dewasa,selain itu anak dapat bernalar dari situasi
rekan ke situasi nyata.

5. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan
secameluas sehingga melewati bats tempat dimana kebudayaan itu
timbul.Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi
(pembaharuan).
a. sifat inovasi
b. komunikasi dengan sauran tertentu
c. tentang waktu
d. tentang sistem sosial warga masyarakat

6. akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi
dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut lambat laun di akomodasikan dan di integrasikan
ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian itu sendiri
7. etnosentrisme
Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berpikir bahwa kebudayaan
dirinya itu adalah supeerior (lebih baik dan lebih segalanya) daripada semua
budaya yang lain. Inilah yang disebut etnosentrisme.

8. tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah
menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi
adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun.

9. ras dan etnik


Suatu ras adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri
biologi (fisik) tertentu atau suatu populasi yang memiliki suatu kesamaan
dalam sejumlah unsur biologis atau fisik khas yang disebabkan oleh faktor
hereditas atau keturunan. Sedangkan etnik lebih menekankan sebagai
kelompok sosial bagian dari ras yang memiliki ciri-ciri budaya yang
sifatnya unik. Bangsa Indonesia memiliki sejumlah etnik yang jumlahnya
hampir 500 etnik tersebar dari Sabang sampai Merauke.

10. stereotip
Suatu stereotip mulanya adalah suatu rencana cetakan yang begitu
terbentuk sulit diubah. Lippman mengemukakan bahwa stereotip merupakan
fungsi penting dari penyedeerhanaan kognitif yang berguna untuk
mengelola ralitas ekonomi, dimana tanpa penyederhanaan maka realitas
tersebut menjadi sangat kompleks.

11. kekerabatan (kinship)


Istilah kekerabatan (kinship) menurut antropolog Robin Fox dalam
karyanya kinship and marriage merupakan konsep inti dalam antropologi.
Konsep kekerabatan tersebut merujuk kepada tipologi klasifikasi kerabat
(kin) menurut penduduk tertentu berdasarkan aturan-aturan (descent).
12. Konsep Magis
Konsep magis menurut seorang pendiri antropologi di Inggris E.B.
Tylor dalam Primitive Culture (1871) merupakan Ilmu pseodo dan salah
satu khayalan paling erusak yang pernah menggerogoti umat manusia.
kemudian dari antropolog J.G. Frazer dalam karyanya Golden Bough(1890),
mengemukakan bahwa magis merupakan penerepan yang salah pada dunia
materiil dari hukum pikiran dngan maksud untuk mendukung sistm palsu
dari hukum alam.

13. Tabu
Istilah tabu berasal dari bahasa polinesia yang berarti terlarang.
Secara spesifik, apa yang dikatakan terlarang adalah persentuahan anatara
hal-hal duniawi dan hal yang keramat, termasuk yang suci ( misalnya,
persentuhan dengan ketua suku) dan yang cemar (mayat).

14. Perkawinan
Agak sulit untuk mendefinisikan perkawinan, karena setiap istilah
perkawinan tersebut memiliki banyak bentuk dan dipengaruhi oleh sistem
nilai budaya masing- masing. Namun, secara umum konsep perkawinan
tersebut mengacu kepada proses formal pemanduan hubungan dua individu
yang berbeda jenis yang dilakukan serimonial-simbolis dan makin
dikarekterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan, dan kebersamaan
dalam memulai hidup baru dalam hidup berpasangan.

H. GENERALISASI-GENERALISASI ANTROPOLOGI

1. Kebudayaan
Dalam mengapresiasi budaya bangsa, setiap kebudayaan disamping
memiliki kelemahan juga memiliki keunggulan. Oleh karena itu, tidak akan
ada suatu kebudatyaan yang sempurna.
2. Evolusi
Evolusi tidak terbatas pada bidang biologi saja, melainkan meluas
pada bidang sosial dan kebudayaan. Dalam bidang sosial kita mengenal
evolusi universal dari Helbert Spencer, dalam bidang keluarga kita dikenal
evolusi keluarga J.J Bachoven, dalam bidang agama dan kepercayaan
dikenal dengan evolusi animisme, dalam kebudayaan dikenal evolusi
kebudayaan dari E.B. Taylor dan J.G. Frazer.

3. Culture Area
Pertumbuhan kebudayaan meyebabkan timbulnya unsur-unsur baru
yang akan mendesak unsur-unsur budaya lama kearah pinggir, sekeliling
daerah pust pertumbuhan budaya itu.

4. Enkulturasi
Pada hakikatnya, proses enkulturasi (proses mempelajari
kebudayaan) seseorang terhadap budaya orang lain itu diperlukan, guna
menumbuhkembangkan sikap toleransi dan saling menghargai kebudayaan
yang beragam dala suatu pendidikan multikultural maupun pendidikan
global.

5. Difusi
Orang dapat saja beranggapan bahwa dengan meluasnya unsur-unsur
budaya megalith Mesir kuno, yang berada dikawasan Afrika, Laut Tengah,,
Mesopotamia, India, Indonesia, Polenesia, sampai ke Amerika, kemudian
menyimpulkan bahwa telah terjadi proses difusi budaya heliolithic.

6. Akulturasi
Dalam proses akulturasi,biasanya budaya overtatau lahiriah jauh
lebih mudah berkembang dibanding budaya covert atau tersembunyi.
7. Etnosentrime
Pada hakikatnya, setiap bangsa memilki sikap etnosentrisme atau
penilaian yang baik terhadap sikap-sikap dan pola kebudayaan
kelompoknya sendiri, hanya intensitasnyalah yang berbeda-beda, adayang
hanya sedikit dan ada pula yang sangat etnosentris. Suatu bangsa, semakin
tinggi etnosentrisnya, akan semakin emperbanyak saingan dan lawan dalam
kehidupan didunia internasional.

8. Tradisi
Bagi pendukung antropologi aliran fungsionlisme, tradisi pada
hakikatnya adalah aktivitas kebudayaan yang bermaksud untuk memuaskan
suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang
saling berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

9. Ras dan Etnik Ras


Merupakan suatu konsep biologi yang valid. Ia tidak sekedar
menggambarkan morfologinya, yakni stuktur fisik yang diamati, melainkan
juga kompesisi genetik sub-sub bagian spesies itu, seperti gen untuk
golongan darah dan untuk protein-protein spesifik. Sedangkan konsep etnik
lebih erujuk pada kesatua-kesatuan sosial dalam sistem sosial.

10. Stereotif
Berkembangnya prasangka dan stereotif antaretnik yang terjadi di
Indonesia merupakan salah merupakan faktor penyebab hambatan dalam
mewujudkan multikulturalisme bagi Indonesia, pada gilirannya akan
memperlemah rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

11. Kekerabatan
Ikatan ibu dan anak dapat diamati dan dinilai secara universal, tetapi
peran ayah maupun ibu dalam masyarakat tradisional sangat bervariasi.
Oleh karena itu, sistem kekrabatan pada masyarakat tradisional tidak dapat
digeneralisir secara universal.
12. Magis
Magis memang kejam, jahat, dan mudah disalahgunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, tetapi perkembangan magis yang pernah
mengalami masa-masa jaya pada masa kehidupan primitif disetiap
masyarakat, tidak dapat dipandang sebagai mas lampau yang “hitam’ dan
penghalang segi-segi keagamaan.

13. Tabu
Pada seiap tahunnya masyarakat tradisional, tabu selalu ada. Dalam
pandanngan kaun fungsional tabu memiliki nilai-nilai kegunaan yang perlu
dijaga oleh masyarakatnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.

14. Perkawinan
Pada setiap masyarakat, untuk mengatur proses pemilihan pasangan dalam
perkawanan memiliki norma atau peraturan yang begitu kompleks. Upacara
perkawinan merupakan suatu ritual perpindahan bagui setiap pasangan.

I. TEORI-TEORI ANTROPOLOGI

Teori ini dirintis oleh sepasang suami-istri antropolog Clyde Kluckhohn dan
Florence Kluckhohn yang diuraikan dalam serangkaian karangannya
(Kluckhohn, 1951;1953;1956). Menurut teori tersebut soal-soal yang paling
tinggi nilainya dalam hidup manusia dalam tiap kebudayaan minimal ada
lima hal, yaitu

1. Soal human nature atau soal makna hidup manusia


2. Soal man-nature, atau soal makna dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
3. soal time; yaitu persepsi manusia mengenai waktu.
4. Soal activity ; yaitu masalah makna dari pekerjaan, karya dan amal dari
perbuatanmanusia.
5. Soal relational, yaitu soal hubungan manusia dengan sesama manusia

Lima masalah inilah yang disebut value orientations atau “orientasi nilai
budaya”.

Kluckhohn (dalam Yussuwadinata : 1996), Mengenai masalah


hakekat karya manusia, ada kebudayaan-kebudayaan yang memandang
bahwa karya manusia itu pada hakekatnya bertujuan untuk
memungkinkannya hidup, ada pula kebudayaan yang menganggap hakekat
karya manusia itu untuk memberikannya suatu kedudukan yng penuh
kehormatan dalam masyarakat, sedangkan kebudayaan lain menganggap
hakekat karya manusia itu sebagai suatu gerak hidup yang menghasilkan
lebihbanyaklagi.
Menurut UU Hamidy seorang budayawan Melayu (dalam
Yussuwadinata: 1996), Ungkapan Melayu tidak tahu waktu merupakan
ugkapan yang ditujukan kepada orang yang melalaikan shalat bukan kepada
orang yang tidak mempergunakan waktunya secara ekonomis. Begitu
terpusatnya pada masalah kehidupan akhirat, maka tidak jarang mereka
mengabaikan masalah kualitas hidup didunia.

2. Teori Evolusi Sosiokultural-Paralel-Konvergen-Divergen Sahlins dan


Harris.
Istilah Evolusi gagsan bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang
berkembang dari suatu bentuk kebentuk lain melalui mata rantai
transformasi dan modifikasi yang tidak pernah putus diperkenalkan oleh
charles darwin dalam buku The Origin of Species.
Beberapa penganut evolusionisme berpendapat bahwa arah
kecendrungan utama dalam evolusi sosiokultural adalah bertambahnya
kompleksitas masyarakat, menurut dua antropolog (yang sebenarnya tidak
bersatu), yakni Marshall Sahlins (1960) dan Marvin Harris (1968) bahwa:
a. Evolusi sosiokultural meliputi seluruh sistem sosiokultural maupun
komponen-komponen yang terpisah dari dari sistem tersebut.
b. Evolusi sosiokultural bukan proses tunggal, unitary terjadi dengan
cara sama pasda seluruh masyarakat.
c. Perbedaan tersebut dapat dirinci sebagai evolusi paralel, evolusi
konvergen, dan evolusi divergen.
d. Evolusi konvergen, terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula
berbeda perkembangannya, namun akhirnya mengikuti pola yang
serupa kemajuannya.
e. Evolusi divergen, terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula
mengikuti banyakpersamaan yang serupa, namun akhirnya mencapai
tingkat perkembangan yang jaug berbeda.

3. Teori Perkembangan Kebudayaan Lewis H. Morgan


Lewis H. Morgan (1818-1881) adalah seseorang perintis antropolog
Amerika terdahulu, pada awal karirnya adalah seorang ahli hukum yang
banyak melakuakn penelitian suku Indian di hulu sungai St. Lawrence dekat
kota New york.

Karya terpentingnya berjudul Ancient Society (1987) yang memuat delapan


tahapan tentang evolusi kebudayaan secara Universal. Adapun delapan
tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Zaman Liar Tua
b. Zaman Liar Madya
c. Zaman Liar Muda
d. Zaman Barbar Tua
e. Zaman Barbar Madya
f. Zaman Barbar Muda
g. Zaman Peradaban Purba
h. Zaman Peradaban Masa Kini.

4. Teori Evolusi Animisme dan Magic dari Taylor dan Frazer


Edward Bernett Taylor (1832-1917) dan Sir James George Frazer
(1854-1941), adalah seorang perintis antrologi sosial budaya di Inggris
(Taylor) dan lagi folklor skotlandia yang banyak menggunakan bahan
etnografi yang sekaligus termasuk kelompok evolusioner (Frazer). Karya
kedua yang banyak berhubungan dengan teori agama, magis, dan sihir.
a. Animisme adalah suatu kepercayaan pada kekuatan pribadi yang
hidup di balik semua benda.
b. Asal mula religi adalah kesadaran akan adanya jiwa, disebabkan
oleh dua hal yaitu, perbedaan yang tampak pada manusia dan
peristiwa mimpi
c. Manusia memecahkan beberapa persoalan hidupnya selalu dengan
akal dan sistem pengetahuannya.
d. Ilmu gaib
e. Karena penggunaan magic selalu berhasil maka mulailah ia yakin
bahwa alam semesta dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang lebih
berkuasa.
f. Antar Agama dan Magic itu berbeda.
g. Magic memiliki dua prinsip utama, pertama like produce like
(persamaan menimbulkan persamaan), dan kedua pinsip magic
senggol (contagius magic)

5. Teori Evolusi Keluarga J.J Bachoven


J.J Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak
mempelajari etnografi berbagai bahasa (Yunani, Romawi, Indian, termasuk
juga Asia Afrika). Inti teori Evolusi dari Bachoven tersebut bahwa seluruh
keluarga di seluruh dunia mengalami empat tahap perkembangan;
a. Tahap Promiskuitas, manusia hidup serupa binatang berkelompok,
laki-laki dan perempuan berhubungan dengan bebas dan melahirkan
keturunan tanpa ikatan.
b. Lambat laun manusia sadar akan hubungan antara ibu dengan
anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat.
c. Tingkat berikutnya adalah sistem patriarchate, dimana ayah menjadi
kepala keluarga.
d. Pada tingkat yang terakhir, perkawinan tidak selalu dari luar
kelompok (exogami), tetapi dapat juga dari dala kelompok yang
sama (endogami).

6. Teori Upacara Sesaji Smith


W. Robertson Smith (1846-1894) adalah seorang ahli teologi, ilmu
pasti, serta bahasa dan sastra Semit yang berasal dari Universitas Cambrige.
Meurut Koentjaraningrat (1987:67-68) dikemukakan bahwa pada umumnya
terdapat tiga gagasan penting mengenai asas-asas religi dan agama berikut.
a. Gagasan pertama; disamping sistem keyakinan dan doktrin, sistem
upacarapun merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama
yang memerluakan suatu studi analisis khusus.
b. Gagasan kedua; upacara religi atau agama tersebut, biasanya
dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat (pemeluk religi atau
agama) dan memiliki fungsi sosial mengintensifkan solidaritas
masyarakat.
c. Pada prinsipnya, upacara sesaji, dimana manusia menyajikan
sebagian dari seekor binatang, terutama darahnya kepada dewa,
kemudian memakan sendiri sisa daging dan darahnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA
A. KESIMPULAN
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang
sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi mencakup banyak hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya
yang mencakup perilaku manusia, dan dapat dipelajari melalui pendekatan,
metode, dan juga penelitian. Antropologi juga memiliki ilmu bantu sebagai
penunjang pembelajarannya.
Antropologi juga memiliki sejarah perkembangan yang sangat lama
sehingga memunculkan teori-teori tentang Antropologi tersebut yang
memeliki Objektivitas dalam pembelajarannya sehingga kita dapat
mengetahui tujuan dan pengguaan antropologi tersebut

B. SARAN
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan

manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu

mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang

kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.


Daftar pustaka

Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung: Bumi Aksara.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Anda mungkin juga menyukai