Anda di halaman 1dari 9

Abstrak

Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan penyebab paling umum nyeri pada tangan dan
pergelangan tangan selama kehamilan, yang paling sering didiagnosa pada trimester tiga. Prevalensi
CTS pada populasi dewasa berkisar antara 0,7% sampai 9,2% pada wanita dan 0,4% sampai 2,1%
pada pria. Insidensi CTS 2-3 kali lebih tinggi pada wanita hamil daripada yang tidak hamil. CTS
adalah suatu neuropati akibat kompresi pada nervus medianus didalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan yang mengakibatkan gejala seperti parestesia, nyeri, mati rasa, kesemutan dan
gejala lain pada sepanjang distribusi nervus medianus. Etiologi CTS saat kehamilan, belum diketahui
secara pasti. Fluktuasi hormon saat hamil berperan dalam terjadinya CTS. Fluktuasi hormon
menyebabkan retensi cairan sehingga terjadi kompresi pada nervus medianus. Faktor-faktor lain yang
berperan antara lain preeklampsia, diabetes melitus, hipertensi gestasional, hipersensitivitas saraf,
posisi tidur, peningkatan jaringan adiposa, perubahan ukuran uterus, dan hormon relaxin. Diagnosis
CTS ditegakkan melalui anamnesis berupa adanya gejala kompresi dari nervus medianus seperti
nyeri dan parestesia di sepanjang distribusi nervus medianus, kelemahan otot tenar dan gejala lebih
sering terjadi malam hari. Selain anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes tinel dan
tes phalen dan pemeriksaan penunjang yaitu electro diagnostic studies (EDS). Tatalaksana CTS
kehamilan melibatkan modifikasi aktivitas dan pemasangan bidai pada posisi netral sepanjang
malam. CTS memiliki prognosis yang baik dan gejala akan menghilang setelah melahirkan. Dapat
disimpulkan bahwa CTS pada kehamilan penyebabnya multifaktor dan sebagian besar disebabkan
karena fluktuasi hormon.
Pendahuluan
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah gejala neuropati kompresi pada nervus medianus
pada pergelangan tangan, ditandai dengan peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan
penurunan fungsi saraf. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah nyeri, mati rasa dan
kesemutan sepanjang distribusi nervus medianus.1,2 Prevalensi carpal tunnel syndrome pada
populasi dewasa berkisar antara 0,7% sampai 9,2% pada wanita dan 0,4% sampai 2,1% pada
pria.3 Wanita memiliki resiko terkena CTS 3 kali lebih besar daripada pria dan pada wanita usia
45-54 tahun, CTS lebih sering ditemukan. Insidensi CTS 2-3 kali lebih tinggi pada wanita hamil
daripada yang tidak hamil. Pada suatu penelitian dilaporkan bahwa di Inggris tahun 2002, rata-rata
insiden kejadian CTS adalah 329 kasus per 100.000 orang per tahun. Penyebab CTS sering tidak
diketahui (idiopatik), namun ada beberapa penyakit yang dikaitkan dengan terjadinya CTS seperti,
diabetes mellitus hipertensi, rheumatoid arthritis, hipotiroid, leukemia multipel mieloma. Selain
penyakit-penyakit diatas, CTS juga sering terjadi pada pekerja yang melakukan banyak gerakan
repetitif, dan pada saat hamil.
CTS yang terjadi pada saat hamil adalah umum terjadi. Biasanya terjadi pada trimester
ketiga atau bisa terjadi kapan saja saat kehamilan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Finsen tahun 2006 pada 35 wanita hamil, didapatkan bahwa tanda dan gejala CTS sudah muncul
sebelum minggu ketiga pada 30 wanita. Beberapa penelitian mengatakan bahwa, CTS pada
kehamilan akan sembuh sesudah melahirkan, atau menetap jika tidak ditangani dengan baik.
Namun belum ada pejelasan yang mendetail tentang hal tersebut. Penelitian oleh Finsen tahun
2006, didapatkan bahwa terjadi penurunan intensitas nyeri yang signifikan setelah melahirkan,
skor rata-rata nyeri berkurang hampir setengahnya dalam satu minggu setelah melahirkan dan
kemudian setengahnya lagi di minggu berikutnya. Sedangkan pada penelitian oleh Turgut dkk
tahun 2002 pada 46 wanita hamil, didapatkan bahwa 40% nya masih menunjukkan gejala setelah
satu bulan, 24% setelah tiga bulan, dan 11% setelah enam bulan. Berbeda dengan di Italia, pada
lebih dari 50% wanita hamil masih menunjukkan gejala setelah melahirkan. Tanda dan gejala akan
persisten jika CTS berkembang pada awal kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya.
Isi
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan pada nervus medianus
oleh ligamentum karpal transversal, di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan. Etiologi
terjadinya CTS selama kehamilan belum jelas, namun beberapa faktor yang dilaporkan
berhubungan adalah usia ibu, edema, hormon, peningkatan berat badan selama hamil, alkohol, dan
merokok. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan sering kali menyebabkan gangguan
muskuloskeletal dan neuropati pada wanita hamil. Faktor yang paling sering menyebabkan
terjadinya CTS pada kehamilan adalah karena retensi cairan. Pada saat hamil terjadi peningkatan
volume darah sebagai akibat peningkatan volume plasma dan eritrosit.
Gejala khas nya adalah nyeri dan gangguan sensoris pada malam hari di sepanjang
distribusi nervus medianus yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah, namun terkadang hal itu
bisa terjadi pada semua jari. Penyebab pasti CTS selama kehamilan masih belum diketahui.
Fluktuasi hormon seperti progesteron, estrogen, renin dan angiotensin yang terjadi selama
kehamilan dikatakan berperan dalam menyebabkan CTS. Akibat fluktuasi hormon terjadi retensi
cairan yang menyebabkan pembengkakan dan kompresi saraf pada terowongan karpal. Retensi
cairan terjadi pada trimester ketiga yang menyebabkan edema pada wajah, kaki dan tangan, hal ini
menyebabkan kekakuan sendi dan sindrom kompresi saraf seperti CTS. Edema lokal akibat retensi
cairan membuat wanita hamil melepas cincin pada jari nya karena jari tangan yang membengkak.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kenaikan berat badan juga beresiko terjadi CTS, tetapi
secara umum penyebabnya adalah edema pada tubuh yang menyebabkan pembengkakan lokal
pada tangan dan jari tangan. Selain karena retensi cairan, edema yang terjadi juga disebabkan
karena penekanan uterus pada vena cava inferior, progesteron yang menimbulkan hiperemi dan
peningkatan volume cairan tubuh.

Hormon estrogen dan progesteron juga dapat menyebabkan CTS. Penelitian oleh Toesca
tahun 2007 pada spesimen ligamentum karpal transversum ditemukan jumlah reseptor estrogen
dan reseptor progesteron lebih banyak pada penderita CTS (27,5) dibandingkan dengan yang
bukan penderita CTS (0.8). Hormon estrogen mengubah struktur dan komposisi dari ligamen
sehingga lebih mudah terkena cedera. Keberadaan kedua reseptor hormon tersebut berperan dalam
timbulnya gejala klinis CTS pada wanita hamil dan wanita menopause.10

CTS yang berhubungan dengan kehamilan bisa terjadi postpartum atau CTS laktasional,
hal itu bisa terjadi dikaitkan dengan posisi tangan yang salah atau gerakan repetitif saat menyusui.
Namun CTS pada saat menyusui akan sembuh setelah anak sudah menyapih. Wanita dengan CTS
laktasional, lebih tua, dan primipara lebih jarang mengalami edema perifer seperti pada CTS
selama kehamilan (CTS gestasional)
Faktor-faktor lain yang menjadi faktor resiko CTS selama kehamilan antara lain:
1. Hipertensi gestasional dan preeklampsia;
2. Diabetes melitus;
3. Hipersensitivitas saraf;
4. Hormon relaxin;
5. Posisi tidur;
6. Peningkatan jaringan adiposa pada kehamilan;
7. Perubahan ukuran uterus.
8. Hipotiroidisme
CTS pada kehamilan paling banyak disebabkan karena fluktuasi hormon yang
menyebabkan edema. Selain edema, faktor resiko lain pada wanita hamil adalah gangguan
endokrin berupa diabetes melitus dan hipotiroidisme. Hipotiroidisme adalah gangguan endokrin
yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon tiroid bebas (FT4). Hormon tiroid memegang
peranan penting dalam regulasi metabolisme. Pada pasien hipotiroid, CTS disebabkan karena
mixoedema pada terowongan karpal sehingga mengakibatkan neuropati. Selama hamil, kadar FT4
menurun. Pada penelitian Pop dkk tahun 2014 dalam Meems (2016), ditemukan bahwa terdapat
hubungan antara kenaikan berat badan dengan penurunan kadar FT4 selama kehamilan. Namun
demikian belum dapat dijelaskan, apakah kenaikan berat badan berkontribusi terhadap penurunan
kadar FT4 atau kadar FT4 yang rendah yang menyebabkan retensi atau edema pada saat
kehamilan.13 Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadnya CTS. Gangguan kadar gula
darah puasa, dan resistensi insulin dikatakan sebagai faktor yang dapat meningkatkan terjadinya
CTS, terutama tipe bilateral. Pada wanita hamil terjadi penurunan kadar gula darah puasa,
penurunan sensitivitas insulin, dan peningkatan kadar insulin puasa. Hal ini sebagai kompensasi
peningkatan metabolisme oleh ibu dan janin. Adaptasi endokrin ini berkontribusi terhadap
terjadinya CTS pada wanita hamil yang menderita diabetes melitus.3
Pada fase awal tanda dan gejala yang dirasakan adalah nyeri, kesemutan, rasa terbakar atau
tertusuk pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah dan sebagian jari manis. Nyeri terutama
dirasakan pada malam hari, karena sistem limfatik dan peredaran darah statis pada saat tangan
tidak bergerak dan menyebabkan pasien sering terbangun pada malam hari. Kualitas hidup pasien
menurun karena tidak dapat menggerakkan tangan. Gejala klasik yang sering dikeluhkan antara
lain kesulitan mengancingkan baju, menulis, menyisir rambut dan menyetir. Keadaan ini akan
terus bertambah berat dan nyeri akan dirasakan hampir tiap hari, disertai mati rasa pada kedua
tangan dan bahu. Pada fase lanjut, bisa tejadi hipotrofi otot, kelumpuhan, deformitas, dan distrofi
kuku.
Diagnosis CTS ditegakkan melalui anamnesis berupa adanya gejala kompresi dari nervus
medianus seperti nyeri dan parestesia di sepanjang distribusi nervus medianus, kelemahan otot
tenar dan gejala lebih sering terjadi malam hari. Lebih dari 50% wanita hamil mengalami
eksaserbasi pada malam hari dan merasakan gejala lebih nyeri dibandingkan dengan CTS
idiopatik. Pada anamnesis hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain, usia ibu, usia kehamilan,
jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, pekerjaan riwayat CTS pada kehamilan, dan komplikasi
seperti preeklamsia dan hipertensi gestasional. Beberapa hal tentang keluhan nyeri yang dirasakan
antara lain, lokasi, onset, frekuensi, durasi, karakteristik nyeri, tingkat keparahan, gejala lain selain
nyeri, faktor yang memperburuk dan memperingan, riwayat operasi, riwayat pengobatan dan
riwayat penyakit dahulu. Onset kejadian pada awal trimester kedua bersifat akut dan progresif
sehingga sering gagal pada terapi konservatif sedangkan onset kejadian pada trimester ketiga,
gejala lebih lambat berkembang, berespon baik pada terapi konservatif dan biasanya akan pulih
setelah melahirkan. Selain anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pemeriksaan fisik dilakukan tes provokasi nervus medianus yaitu tes tinel dan tes phalen.
Tes tinel, diperiksa dengan cara perkusi ringan pada nervus medianus pada pergelangan tangan
dengan reflex hammer. Tes phalen diperiksa dengan cara memfleksikan pergelangan tangan pada
sudut 900 selama 1 menit. Dengan adanya kompresi pada nervus medianus, dikatakan positif jika
timbul rasa nyeri dan kesemutan melalui kedua pemeriksaan tadi. Kedua tes ini bertujuan untuk
membantu menegakkan diagnosis namun tidak 100% sensitif. Sensitivitas tes tinel berkisar antara
45% - 75% dan tes phalen berkisar antara 49% - 89%. Uji diagnostic eletrodiagnostic studies
(EDS), digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan tingkat keparahan CTS. Tes
ini mempunyai sensitivitas 49-84% dan spesivitas 95%.7 Interpretasi EDS pada wanita hamil sama
saja dengan pasien umumnya. Pada EDS dievaluasi masa laten nervus sensorik dan motorik
melalui kompresi nervus medianus. Masa laten sensorik lebih sentifif daripada masa laten motorik
dan ini merupakan indikator awal CTS. Adanya latensi sensoris lebih besar dari 3,5 ms dikatakan
sebagai CTS.
Tatalaksana CTS kehamilan melibatkan modifikasi aktivitas dan pembidaian. Modifikasi
aktivitas termasuk hindari menggerakkan pergelangan tangan berulang-ulang atau gerakan fleksi
dan ekstensi pergelangan tangan, jangan mengangkat beban terlalu berat, duduklah di kursi dengan
sandaran tangan dan hindari tidur mengarah pada sisi tangan yang sakit. Pada CTS ringan, terapi
yang paling sederhana adalah menggunakan bidai pada malam hari. Immobilisasi akan
menurunkan tekanan disekitar jaringan lunak pada terowongan karpal, yang akan meningkatkan
sirkulasi darah dan menurunkan tekanan pada nervus medianus. Pembidaian sangat membantu
mengurangi gejala, setelah 2 minggu penggunaan. Untuk mengurangi edema, dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi garam dan meluruskan kaki sewaktu duduk. Selain itu, injeksi steroid lokal
juga diberikan karena terbukti dapat mengurangi gejala pada 80% pasien, dibandingkan dengan
steroid oral. Meskipun efeknya sementara, injeksi lokal steroid berguna bagi pasien yang masih
mempertimbangkan untuk tindakan bedah. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum nomor 23 atau no 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan
tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila berhasil, suntikan dapat diulangi
setelah 2 minggu atau lebih.Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.16,17 Jika CTS persisten atau kronis perlu dilakukan
tindakan pembedahan. Prinsip dasarnya adalah untuk meningkatkan volume terowongan karpal
dengan membagi ligamentum karpal transversal untuk membebaskan tekanan pada saraf median.

CTS memiliki prognosis yang baik dan gejala akan menghilang setelah melahirkan. Namun
hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang. Penelitian yang dilakukan oleh Wand tahun 1990,
menemukan pada 95% wanita hamil, gejala akan menghilang 2 minggu setelah melahirkan dan
masih dapat dirasakan dalam 1 bulan setelah melahirkan. Penelitian lain mengatakan sebanyak
50% pasien masih memiliki gejala hingga 1 tahun setelah melahirkan. Perpanjangan masa
penyembuhan lebih sering ditemukan pada ibu menyusui dibandingkan yang tidak menyusui.
Wanita hamil harus diedukasi untuk menghindari aktivitas yang dapat memperberat gejala atau
memperpanjang masa penyembuhan CTS setelah melahirkan dan diyakinkan bahwa gejala akan
segera hilang setelah melahirkan.
Ringkasan
CTS adalah suatu neuropati akibat kompresi pada nervus medianus didalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan yang mengakibatkan gejala seperti nyeri, mati rasa dan kesemutan pada
sepanjang distribusi nervus medianus. Etiologi CTS saat kehamilan, belum diketahui secara pasti.
Namun secara umum, kebanyakan penyebabnya adalah fluktuasi hormon yang menyebabkan
retensi cairan sehingga terjadi kompresi pada nervus medianus. CTS dapat terjadi kapan saja
selama kehamilan, tetapi sebagian besar kasus terjadi saat trimester ketiga. Penegakan diagnosis
didasarkan pada gambaran klinis, di dukung dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Gejala yang dialami wanita hamil lebih berat daripada yang tidak hamil, lebih sering
terjadi pada malam hari dan bersifat bilateral. Pemeriksaan fisik dilakukan tes tinel dan tes phalen
lalu dikonfirmasi dengan electrodiagnostic test (EDS). Tatalaksana CTS saat kehamilan adalah
terapi konservatif yaitu modifikasi gaya hidup atau aktivitas, pembidaian dan injeksi steroid. Pada
sebagian besar wanita hamil, Gejala CTS akan segera hilang setelah melahirkan namun hal
tersebut berbeda-beda tiap orang. Faktor-faktor yang dapat memperberat gejala sebaiknya
dihindari agar mempercepat masa pemulihan.
Simpulan
Penyebab CTS yang terjadi saat hamil bersifat multifaktor, tetapi sebagian besar kasus CTS
disebabkan karena retensi cairan akibat fluktuasi hormon. Penegakan diagnosis CTS berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan CTS saat kehamilan,
sama dengan terapi pada CTS lainnya bergantung pada tingkat keparahan. Namun pada umumnya
pada wanita hamil, CTS nya ringan sehingga penanganan dengan terapi konservatif gejalanya
sudah membaik. CTS tidak langsung sembuh setelah melahirkan, namun membutuhkan waktu
beberapa minggu hingga gejala benar-benar hilang.
Daftar pustaka
1. Nandar S. Carpal tunnel sindroma. Dalam: Rianawati SB, Munir B, editor. Buku ajar neurologi.
Jakarta: Sagung seto; 2016:379 -85.
2. LeBlanc KE, Cestia W. Carpal Tunnel Sindroma. Am Fam physician. 2011; 83(8):379-85.
3. Osterman M, Ilyas AM, Matzon JL. Carpal Tunnel Syndrome in Pregnancy. Orthop Clin North
Am. 2012;43(4):515-20.
4. Jurjević A, Bralić M, Antoncić I, Dunatov S, Legac M. Early onset of carpal tunnel syndrome
during pregnancy: case report. Acta Clin Croat. 2010;49(1):77-80.
5. Finsen V, Zeitlmann H. Carpal tunnel syndrome during pregnancy. Scand J Plast Reconstr Surg
Hand Surg. 2006;40(1):41-5.
6. Sax T, Rosenbaum R. Neuromuscular disorders in pregnancy. Muscle Nerve. 2006;34(5):559–
71.
7. Khosrawi S, Maghrouri R. The prevalence and severity of carpal tunnel syndrome during
pregnancy. Adv Biomed Res. 2012;1(3):1-4
8. Gahlot P, Vyas N, Sheth M. Subclinical incidence of carpal tunnel syndrome during third
trimester of pregnancy. International Journal of Therapies and Rehabilitation Research.
2015;4(4):223-30.
9. Thabah M, Ravindran V. Musculoskeletal problems in pregnancy. Rheumatol Int.
2015;35(4):581-7.
10. Toesca A, Pagnota A, Zumbo A, Sadun R. Estrogen and progesterone receptors in carpal tunnel
syndrome. Cell Biol Int. 2008 ;32(1):75-9.
11. Massey EW, Stolp KA. Peripheral Neuropathy in Pregnancy. Phys Med Rehabil Clin N Am.
2008;19(1):149-62.
12. Massey EW, Guidon AC. Peripheral neuropathies in pregnancy. Contin Lifelong Learn Neurol.
2014;20(1):1
13. Meems, M. Carpal tunnel syndrome during pregnancy and the postpartum period and the effect
of mechanical traction treatment [tesis]. Ridderkerk: Ridderprint; 2016.
14. Costantino M, Guaraldi C, Costantino D, De Grazia S, Unfer V. Peripheral neuropathy in
obstetrics: efficacy and safety of alpha-lipoic acid supplementation. Eur Rev Med Pharmacol Sci.
2014;18(18):2766-71.
15. Hamdan TA, Saeed MAM, Allawi WA. Musculoskeletal considerations during pregnancy.
Basrah Journal Of Surgery 2014;10-6.
16. Bahrudin M. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). J Staff Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadyah Malang. 2011;7(14):78-87.
17. Shah S, Banh ET, Koury K, Bhatia G, Nandi R, Gulur P. Pain Management in Pregnancy:
Multimodal Approaches. Pain Res Treat. 2015;2015:1-5.
18. Abdelnabi K. Carpal tunnel syndrome during pregnancy. Middle East J iInternal Med.
2014;7(1):3-5.

Anda mungkin juga menyukai