diselesaikan dalam II (dua) semester selama setahun yang terdiri dari 13 mata kuliah
total perawat 296.876 orang, dan perawat Ners merupakan perawat lulusan S1
(Kemenkes, 2017).
mengaplikasikan dan menerapkan konsep teori sehingga mahasiswa dituntut lebih aktif
dalam tindakan agar terampil dan mampu berpikir kritis dalam pengambilan keputusan
berbagai macam metode pembelajaran yang interaktif dan inspiratif untuk memotivasi
peserta didik untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat dan minat (Wicaksono, 2014;
demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan
keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi profesional yang berpijak pada
menerima orang lain sebesar 13,81%, empati sebesar 16,73% dan kemampuan
belajar siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor; dan juga peningkatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan modul praktik. Sehingga dapat
salah satu gangguan mental dan lebih dari 260 juta orang hidup dengan gangguan
kecemasan di dunia. Prevalensi gangguan mental sering mulai terjadi pada usia muda dari
pada populasi usia lain (WHO, 2016). Dalam penelitian (Seidi, 2017) di Universitas
Pelaksanaan pembelajaran klinik saat ini masih banyak dijumpai hambatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, seperti kecemasan dengan lingkungan belajar klinik. Hal
ini disebabkan karena mahasiswa merasa adanya beban secara fisik dan psikis sehingga
mahasiswa mengalami kegagalan mengaplikasikan proses keperawatan dalam
(Hardisman, 2009; Nelwati, 2012; Atti, 2015). Selain memiliki hambatan, (Khoiriyati,
2016) juga memberi pendapat bahwa mahasiswa juga akan memperoleh pengetahuan,
ketrampilan dan karakteristik sikap profesi serta belajar berespon kepada lingkungan
Ners PSIK UNAND pada siklus ke VIII yaitu KGD dan KMB lingkungan klinik di
rumah sakit (RSUP. Dr. M. Djamil & RS. Siti Rahmah) yang sedang melaksanakan
pembelajaran praktik klinik keperawatan pada tanggal 2 Agustus 2011 yaitu mahasiswa
merasa lebih tegang dalam belajar praktik dibandingkan dengan belajar teori dan pernah
gagal lebih dari 2 kali dalam melakukan tindakan klinis (memasang infus) yaitu sebanyak
81%. Mahasiswa khawatir jika akan masuk ke lahan praktik dengan lingkungan yang
baru yaitu sebanyak 63%. Mahasiswa tidak konsentrasi ketika melakukan tindakan
perawatan tanpa didampingi pembimbing klinik dan panik ketika melakukan pengkajian
keperawatan langsung kepada pasien yaitu sebanyak 36% (Jurnal Keperawatan Nelwati,
dkk 2012). Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat yang turut serta
pasien sedini mungkin untuk mencegah kesalahan yang dapat menyebabkan insiden
keselamatan pasien.
keselamatan pasien menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit diseluruh dunia, tidak
hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan keselamatan pasien untuk menjamin
mutu pelayanan yang baik, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang seperti
Indonesia.
Join Commision International (2015) dan WHO juga telah mengeluarkan “Nine
Life-Saving Patient Safety Solutions”. Dengan diterbitkannya Nine Life Saving Patient
Safety oleh WHO, maka Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendorong
Pasien Rumah Sakit, langsung atau bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS
masing-masing.
Sembilan Solusi Keselamatan Pasien, isinya sama dengan yang telah disepakati
oleh WHO, diantaranya: Pertama; Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar. Kelima; Kendalikan Cairan
Pengalihan Pelayanan. Ketujuh; Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Menurut Safety Attitudes Questionnaire (SAQ) (2016) ada 6 domain yang di nilai
yaitu; Team work climate, kepuasan kerja, persepsi manajemen, budaya keselamatan,
lingkungan kerja dan stress recognition. WHO (2017) mengungkapkan berbagai faktor
faktor organisasi dan manajemen, lingkungan kerja, kerjasama tim, petugas, beban kerja,
bahwa: “Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang
Safety pada beberapa rumah sakit didunia yang telah terakreditasi JCI. Penelitian
patient safety yaitu Hongkong 31%, Australia 25%, India 23%, Amerika 12% dan
Kanada 10%. Sementara di Brazil kejadian adverse event di rumah sakit diperkirakan
Jumlah seluruh mahasiswa program profesi Ners yang sebanyak 44 orang yang
sedang menjalani dinas di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik, masing-masing
diantaranya memiliki bentuk kecemasan dan persepsi tentang lingkungan belajar linik
lingkungan belajar klinik, dimana tidak semua tempat praktek klinik mampu memberikan
lingkungan pembelajaran yang positif bagi mahasiswa. Ini dikarenakan oleh berbagai
faktor yang terdiri dari, persepsi suasana ruang perawatan, gaya kepemimpinan kepala
dari 44 orang mahasiswa profesi Ners, 15 orang diantaranya mengalami kecemasan saat
sedang menjalani praktek belajar lingkungan klinik. Kecemasan dalam hal ini berbentuk,
kecemasan akan pembuatan laporan yang harus dibuat setiap seminggu sekali, tidak
adanya cuti/hari libur, waktu, tenaga, mental dan fisik yang semakin berat. Sebagian juga
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada mahasiswa profesi Ners,
mengenai persepsi dalam implementasi Patient Safety, beberapa tindakan Patient Safety
yang telah diterapkan diantaranya five moment, benar cara pemberian obat, dan tindakan
yang benar pada sisi tubuh yang benar serta indentifikasi pasien. Dalam penerapan
patient safety, tentunya juga masing-masing mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda-
penelitian, apakah ada hubungan tentang “Hubungan Lingkungan Belajar Klinik dengan
Kecemasan dan Persepsi dalam Implementasi Patient Safety pada Mahasiswa Program
Profesi Ners”.
2.1. Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik
(Stuart, 2015). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki
firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi. Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya
Kecemasan pada mahasiswa seringkali di hubungkan pada situasi ujian, dimana ujian
merupaka sala satu cara mengevaluasi mahasiswa terhadap suatu materi belajar dan juga menjadi
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Menurut Peplau
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta
lapang persepsinya meluas, menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar
dan mampu memecahkan masalah serta efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
dengan demikian individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir pada hal lain. Semua
4. Tingkat Panik
Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut, dan teror. Hal yang rinci
terhadap proporsinya karena mengalami hilang kendali, individu yang mengalami panic
Gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek antar lain
pikiran, dimana keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran
kosong, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak berdaya. Reaksi biologis yang
tidak dapat dikendalikan, seperti berkeringat, gemetar, pusing, jantung berdebar-debar, mual, dan
mulut kering. Perilaku gelisah keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup, kewaspadaan
Menurut Hawari (2011) seorang akan mengalami gangguan cemas manakala seseorang tidak
mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Secara klinis selain gejala cemas yang
biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung
a. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive expectasion)
oleh beberapa faktor yaitu sikap pengawas ujian, suasana ujian, keterampilan mahasiswa, ujian
itu sendiri dan perasaan intern yang dialami oleh mahasiswa itu sendiri (tidak yakin lulus).
Menurut Stuart (2013), faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Teori psikoanalitik
Teori psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang terjadi antar dua
impuls primitive seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
adalah mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan datang (Stuart, 2013).
Menurut Yang et al (2014), penyebab kecemasan dalam ujian skill lab yaitu
mahasiswa tidak yakin akan standar kelulusan dan mahasiswa khawatir tentang
b. Teori interpersonal
kecemasan.
yang mengawasi saat ujian skill lab dan mahasiswa juga khawatir akan adanya
c. Teori perilaku
Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus lingkungan spesifik,
pola berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan perilaku
maladaptif. Menurut Stuart (2013), penilaian yang berlebihan terhadap adanya bahaya
dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi
d. Teori biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang dapat
kecemasan.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal
Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan, dan perubahan status
b. Faktor internal
1. Usia
Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang mempunyai usia lebih
muda dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2010).
2. Stressor
Kaplan dan Sadock (2010) mendefinikan stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap
individu yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan. Sifat stresor dapat
dialami mahasiswa, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi
3. Lingkungan
Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami kecemasan dibanding
bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Stuart, 2013).
Dari faktor lingkungan, menurut Yang et al (2014), yang menyebabkan kecemasan dalam
ujian skill lab yaitu mahasiswa khawatir tentang suasana lingkungan selama skill tes
keperawatan.
4. Jenis kelamin
Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita memiliki tingkat
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih
peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya (Kaplan
5. Pendidikan
tersebut biasanya dikenal dengan Intelligence Quotient (IQ) atau disebut juga tingkat
adalah persiapan mahasiswa tentang pemahaman materi dan kemampuan skill yang
didapat sebelum menghadapi ujian. Jika persiapan yang dilakukan mahasiswa baik maka
Cheung dan Sim (2014) menyatakan bahwa tes kecemasan telah dikonseptualisasikan
dalam berbagai cara sepanjang tahun. Beberapa peneliti merujuk pada gangguan kognitif yang
terlibat dan orang lain untuk reaksi emosional. Ada kesepakatan bahwa kecemasan dapat
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) atau lebih di ringkas sebagai Depression
Anxiety Stress Scale 21 (DASS 21) yang dipelopori oleh Lovibond (1995) merupakan alat uji
instrumen yang telah baku dan tidak perlu diuji validitasnya lagi. DASS terdiri dari 42 item
pertanyaan yang menggambarkan tingkat stress dan kecemasan (Lovibond, 1995;2). DASS
adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari
item dengan isi yang serupa. Skala depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi hidup, sikap
menilai gairah otonom, efek otot rangka, kecemasan situasional, dan pengalaman subjektif dari
mempengaruhi cemas. Skala stress sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini
menilai kesulitan santai, gairah saraf dan menjadi mudah marah/gelisah, mudah
keparahan/skala frekuensi.
Normal : 0-7
Panik : >20
dimana peserta didik berpraktik pada situasi nyata melalui penumbuhan dan pembinaan
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal (Nursalam dan Effendi, 2008). Karakteristik
dari pendidikan keperawatan adalah hubungan yang sangat erat antara teori dengan prakik. Hal
ini dapat diartikan bahwa salah satu aspek dalam pendidikan keperawatan, baik teori saja
ataupun praktik saja tidak dapat berdiri dan dipelajari sendiri (Papastavrou et al., 2010).
Pembelajaran klinik atau praktik klinik keperawatan adalah suatu proses transformasi
mahasiswa menjadi seorang perawat professional yang memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat professional dalam melaksanakan praktik
keperawatan professional disituasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas
(Nursalam, dkk 2017). Praktik klinik keperawatan diharapkan bukan hanya sekedar kesemptan
untuk menerap kan teori yang dipelajari dikelas kedalam praktik professional.
Menurut Reily & Obermann (2002) komponen dalam lingkungan belajar klinik adalah
sebagai berikut:
Pengajaran klinis yang efektif mengajukan banyak tuntutan bagi staf pengajar
yaitu tuntutan akan pengetahuan dan keahlian klinis, keterampilan dalam berinteraksi
dengan peserta didik dan yang lainnya didalam lingkungan dan karakteristik personal
2. Kesempatan Belajar
Lingkungan klinis lebih dari sekedar suatu tempat untuk menerapkan teori-teori
untuk kolaborasi dengan disiplin ilmu dalam menemukan solusi suatu masalah klinis.
3. Dukungan Belajar
dan akibatnya banyak kesempatan untuk maju hilang. Demikian juga, suatu
kebutuhan perawatan kesehatan yang baru dan cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Praktek klinis bersifat menekan (stressful) peserta didik. Lingkungan tidak dapat
Metode pembelajaran klinik merupakan suatu metode untuk mendidik peserta didik di klinik
yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan
tujuan dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran
(Nursalam dan Efendi 2007). Menurut Widyawati dan Aulawi (2008), dalam menentukan
metode pembelajaran klinik ada beberapa kriteria yang baru diperhatikan yaitu:
pada masalah nyata dalam konteks praktik professional. Mahasiswa termotivasi oleh
sedangkan pemikiran, tindakan, dan sikap professional di perankan oelh pembimbing klinik
(Clinical Instruction-CI). Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar
yang di ajarkan dan di pelajari sebgai satu kesatuan. (Penelitian; Dewi Purnama Sari, dkk
2013).
(Hidayat, 2015):
dan keterampilan yang telah di pelajari dikelas dari berbagai disiplin ilmu
kesehatan.
c. Memberi peluang pengalaman belajar bagi peserta didik bekerja dengan tim
professional.
a. Pembimbing klinik.
adalah suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
memahami diri sendiri, menerima diri sendiri, memriksa diri sendiri dan
c. Kriteria pemilihan.
metode yang dipilih. Kriteria dan pemilihan metode pengajaran dan pemilihan
5. Filosofi keperawatan.
dibuat oleh Saarikoski dan Leino-Killi pada tahun 2008 (Saarikoski et al, 2008)
2.3. Persepsi
Sebuah proses internal yang dinamakan persepsi, yang bermanfaat sebagai sebuah alat
penyaring (filter) dan sebagai metode untuk mengorganisasi stimuli yang memungkinkan
melalui seleksi stimuli dan di kelompokkan dalam wujud yang berarti. Akibatnya adalah
bahwa kita lebih dapat memahami gambaran mengenai lingkungan yang diwakili oleh
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek
tertentu. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian
a. Faktor internal : perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau
harapan, perhatian (focus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai
b. Faktor eksternal : latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan
Menurut Bimo Walgito (2004:70), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor.
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu
juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat ke sasaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi
seseorang.
c. Perhatian.
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah utama yaitu sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun
objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh
berbeda dengan persespi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
dalam motivasi.
b. Registrasi.
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik
kepadanya tersebut.
c. Interpretasi.
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting
kepribadian seseorang.
tertutup. Kueioner tertutup ini dalam arti yang sudah disediakan jawabannya
menggunakan skala sikap, yaitu skala likert. Skala Likert menurut Sugiyono
(patient safety) itu sendiri. Rumah sakit sebagai institusi pemberi pelayanan
kesehatan harus dapat menjamin pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
karena keselamatan pasien di sebuah rumah sakit merupakan bagian dari sistem
rumah sakit untuk membuat asuhan pasien lebih aman (Permenkes RI 2011).
program pencegahan sehingga tidak terjadi kembali kejadian yang tidak diharapkan
(KTD).
rumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan
kepada pasien. Menurut Depkes RI (2011), ada tujuh standar keselamatan
pasien yaitu:
1. Hak pasien
pasien.
syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi
akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau
variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilaksanakan.
Hipotesa merupakan salah satu jawaban sementara atau masalah pernyataan dari
peneliti (Nursalam, 2015). Hipotesa pada penelitian ini ada Hubungan Lingkungan
Belajar Klinik Dengan Kecemasan Dan Persepsi Dalam Implementasi Patient Safety
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Pada
penelitian ini, peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel, yaitu untuk mengetahui
“Hubungan Lingkungan Belajar Klinik Dengan Kecemasan Dan Persepsi Dalam Implementasi
3.3.1. Populasi
Menurut (Sugiyono, 2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa program profesi Ners Institut Kesehatan Sumatera Utara Medan yang sedang
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono 2015). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi < 100. Jadi, sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa program profesi Ners Institut Kesehatan Sumatera Utara
Medan yang sedang menjalani dinas di RSUP Haji Adam Malik sebanyak 44 orang.
2. Kecemasan adalah suatu hal yang dirasakan seseorang dimana indidvidu tersebut merasa
3. Persepsi adalah suatu cara pandang atau penilaian individu terhadap suatu objek/subjek.
Instrument adalah alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada
menggunakan alat pengumpul data berupa data demografi, kuesioner persepsi, kuesioner
Teacher)
(Depression Anxienty Stress Scales). Alat ukur ini terdiri dari 14 pernyataan. Dengan interpretasi
penilaian:
Keterangan :
0 : Tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Setiap saat
Indikator Penilaian
Tingkat Skor
Normal 0-7
Ringan 8-9
Sedang 10-14
Parah 15-19
Sangat parah/panik >20
Aspek pengukuran lingkungan belajar klinik dengan menggunakan alat ukur metode
CLES+T (Clinical Learning Environtment, Supervision And Nurse Teacher). Kuesioner ini
terdiri dari 35 pernyataan. Lingkungan belajar klinik (9 item), gaya kepemimpinan manajer
lingkungan (4 item), keperawatan peduli pada lingkungan (4 item), isi hubungan pengawasan (8
item), dan peran PB (10 item). Untuk setiap pernyataan / item, responden diinstruksikan untuk
memilih opsi yang paling baik menggambarkan pendapat mereka sendiri pada 5 poin. Skala
LIKERT, dengan nilai yang lebih tinggi mewakili kesepakatan yang lebih tinggi tentang
pernyataan.
3 : Netral
3.6.3. Persepsi
hanya memilih salah satu alternative jawaban yang dianggap sesuai. Kuesioner ini terdiri dari 25
pernyataan, dimana pernyataan positif terdiri atas 20 dan pernyataan negatif terdiri atas 5.
Memeriksa apakah data yang diisi oleh responden sudah lengkap, agar hasil yang
2. Coding (Kode)
pengkodean atau koding atas jawaban dari responden pada lembar kuesioner yang
Yaitu jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka
4. Tabulating (Tabulasi)
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa
tahap yaitu dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data
responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian memberi
a. Analisa Univariat
pengetahuan.
𝐹
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistic dengan
Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistic,
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai alpa (0,05)
Masalah etika penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu sentral
yang berkembang saat ini. Pada ilmu keperawatan, karena hamper 90% subjek yang
penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak
Nursalam (2014) secara umum prinsip etika dalam penelitian pengumpulan data dapat
1. Prinsip bermanfaat
b. Bebas dari eksploitasi artinya subjek penelitian harus dihindarkan dari keadaan
pada subjek.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclousure)
3. Prinsip keadilan
b. Hak dijaga kerahasiaanya (right privacy) untuk itu perlu adanya tanpa nama