Oleh :
PT. Prima Dito Nusantara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di
Kabupaten Tanjung Enim Provinsi Sumatra Selatan. Sistim penambangan yang
diterapkan adalah sistim tambang terbuka Pada tambang terbuka, penambangan
batubara merupakan suatu kegiatan untuk mengambil endapan batubara yang ada
di dalam bumi. Salah satu masalah yang selalu dihadapi dalam kegiatan
penambangan ini adalah masuknya air kedalam tambang, air yang masuk akan
menggenangi front-front penambangan yang akan sangat mengganggu proses
penambangan batubara jika tidak ditangani dengan benar yang mengakibatkan
produktivitas menurun.
Untuk mencegah hambatan kerja dan menunjang target produksi dalam rencana
dalam kegiatan dewatering. Melalui upaya ini, maka diharapkan kebutuhan pompa
Output dalam aktivitas dewatering adalah volume air yang dipindahkan, dan
sebagai parameter utama adalah debit yang dihasilkan. Faktor yang paling
berpengaruh untuk menghasilkan debit yang optimal adalah panjang pipa sampai
ke outlet.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis memilih judul ”Analisis
Mine Dewatering Pada tambang batubara di PT. Prima Dito Nusantara.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah :
a. Metode Siemens
Pada setiap jenjang (bench) dari kegiatan penambangan dipasangi pipa ukuran 8
inch dan di setiap pipa tersebut di bagian ujung bawah diberi lubang – lubang
(perporasi) dimana pipa berlubang – lubang ini berhubungan dengan air tanah
sehingga pada pipa bagian bawah akan terkumpul air yang selanjutnya dipompa
ke atas untuk selanjutnya air dibuang.
Pompa ini ada yang otomatis dimana jika tercelup ke dalam air maka mesin
pompa akan hidup dengan sendirinya (Nurhakim, 2005).
b. Sistem Adit
Penirisan dengan menggunakan sistem adit dilakukan untuk tambang terbuka
dengan sistem open cut yang mempunyai jenjang majemuk (multiple benches). Di
setiap jenjang dibuat adit dan dari adit ini air buangan diteruskan ke shaft dan dari
shaft dialirkan lagi ke adit akhir di bagian bawah, kemudian langsung dibuang ke
luar.
c. Cara Paritan
Dibandingkan dengan metode penirisan lainnya, cara ini adalah yang paling
mudah. Beberapa lubang paritan dibuat pada lahan penambangan guna
menampung aliran air limpasan (run off), sehingga tidak mengganggu pekerjaan
penambangan (Budiarto, 1997).
Mine Dewatering dipengaruhi oleh debit air yang masuk ke dalam pit tambang
dan debit yang keluar oleh pemompaan. Debit air yang masuk pada site
penambangan memiliki sumber – sumber, seperti limpasan air hujan, air tanah dan
rembesan dari sumber air permukaan. Perkiraan debit air yang masuk dapat
dilihat dari intensitas hujan yang masuk ke dalam pit dalam suatu zona
catchnment area. Hal ini juga ditentukan oleh faktor curah hujan yang terjadi
pada daerah tersebut.
Curah hujan yang diukur pada stasiun-stasiun curah hujan dicatat dan
diinformasikan dalam bentuk data curah hujan. Data ini dapat berupa curah hujan
harian, bulanan, tahunan atau jam-jaman. Data yang terbaik adalah data yang
diukur atau dicatat pada interval waktu yang pendek misalnya jam-jaman atau
harian. Hal ini disebabkan adanya siklus hidrologi sehingga ada kecendrungan
hujan yang berulang dan hujan yang sekarang dapat diperkirakan yang akan
datang. Jadi kita masih bisa mengantisipasi air hujan tersebut. Dan hujan itu
akan berulang dan semakin banyak data makin lebih baik.
Periode ulang hujan adalah jangka waktu suatu hujan dengan tinggi intensitas
yang sama atau lebih besar kemungkinan dapat terjadi lagi. Penentuan periode
ulang hujan untuk perencanaan sarana penirisan tambang dapat dilakukan
dengan berdasarkan pada acuan periode ulang. Untuk sumuran utama dalam
sistem penirisan tambang, harga acuan periode ulang hujan adalah 10-25 tahun.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan dating dengan anggapan bahwa
sifat statistic kejadian hujan yang akan dating masih sama dengan statistik
kejadian hujan masa lalu.
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal (PDF= probability density function) yang paling dikenal
adalah bentuk bell dan dikenal sebagai distribusi normal. PDF distribusi normal
dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan
bakunya, sebagai berikut :
XT = ų + K Tσ ......….……………………………………………………….(2.1)
Yang dapat didekati dengan :
XT = 𝑋̅ + K…….……………………………………………………….......(2.2)
TS
KT = …………………………...……………………….…………………(2.3)
𝑋𝑇−𝑋̅
𝑆
Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan.
𝑋̅ = Nilai rata- rata hitung variate.
S = Deviasi standar nilai variate.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.
Dimana
P(X) = Peluang log normal
X = Nilai variate pengamatan.
σY = Deviasi standar nilai variate Y.
𝜇Y = Nilai rata-rata populasi Y.
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang logaritmik merupakan
persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik
dengan persamaan :
YT = 𝜇 + KTσ………...…………………………………….............................(2.5)
Yang dapat didekati dengan :
….
YT = 𝑌̅+ K TS .…….…………………………………………………………(2.6)
K
Type equation
𝑌𝑇−𝑌̅
here.
KT = 𝑆 ...……………………………………………………………….(2.7)
Dimana :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan.
Y = Nilai rata-rata hitung variate.
S = Deviasi standar nilai variate.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.
c. Distribusi Gumbel
Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum, seperti untuk
analisis frekuensi banjir. Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk
menunjukkan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X₁, X2, X3, ...., Xn
mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda. Dalam penggambaran pada
kertas probabilitas, Chow (1964) menyarankan penggunaan rumus berikut ini :
X = 𝜇 + 𝜎𝐾 ……………………………………………...…………….. (2.8)
Dimana :
𝜇 = Harga rata-rata populasi.
σ = Standar deviasi (simpangan baku).
K = Faktor probabilitas.
Apabila jumlah populasi yang terbatas (sampel), maka persamaan dapat didekati
dengan persamaan :
X = 𝑋̅ + SK ………………………………………………………...…(2.9)
Dimana :
X = Harga rata-rata sampel.
S = Standar deviasi (simpangan baku) sampel.
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam
persamaan :
𝑌𝑡𝑟………...……………………………………………………...(2.10)
−𝑌𝑛
K= 𝑆𝑛
Dimana :
Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data.
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah
sampel/data.
YTr = Reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
ini
𝑇𝑟−1
Ytr = - ln {– ln }……….……………………………………….......(2.11)
𝑇𝑟
Panjang waktu di mana hujan turun disebut dengan durasi hujan. Bila tidak
dijumpai data untuk setiap durasi hujan, maka diperlukan pendekatan secara
empiris dengan berpedoman kepada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan
harian maksimum yang terjadi setiap tahun.
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It),
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑡
𝐼𝑡 = ..……………………………………………………………..……(2.12)
𝑡
Hubungan antara derajat, keadaan dan intensitas hujan dapat dilihat pada t abel
berikut.
Tabel 3.4. Keadaan dan Intensitas Curah Hujan
Curah Hujan ( mm )
Keadaan Curah Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan Sangat Ringan <1 <5
Hujan Ringan 1–5 5 – 10
Hujan Normal 5 – 10 10 – 50
Hujan Lebat 10 – 20 50 – 100
Hujan Sangat Lebat >20 >100
Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang
tertangkap dan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment tersebut.
Pembatasan catchment area biasa dilakukan pada peta topografi dan untuk
perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang (Suwandhi, 2004).
Pada daerah tangkapan air, komponen masukan daur hidrologi daerah tangkapan air
adalah berupa presipitasi yang disalurkan melalui rangkaian penyimpanan (storage)
air, sebelum air tersebut terbebaskan keluar dari daerah tangkapan sebagai
limpasan. Masukan daerah tangkapan air, penyimpanan, pemindahan dan
pengeluaran bisa dikatakan sebagai air yang terjadi di atas zona jenuh atau di atas
muka air tanah seperti pada zona aerasi. Limpasan atau aliran air permukaan yang
meninggalkan daerah tangkapan air melalui pengeluaran biasanya dihitung sebagai
keluaran daerah tangkapan air (catchment discharge).
𝑄 = 0,278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴 …………………………………………………..(2.13)
Keterangan:
Q = Limpasan permukaan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (km2)
2.10 Debit Evaprotranspirasi
Evaprotranspirasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan turc dapat dilihat
sebagai berikut:
P
Et = P
………………………………………………………………………………(2.14)
[0.9+(
L(T)
)2]0.5
Keterangan:
1. Studi literatur
Melakukan studi atau mencari referensi di perpustakaan dengan membaca
literatur yang berkaitan dengan sistem penyaliran pada tambang. Literatur yang
digunakan berasal dari buku, jurnal penelitian, laporan, internet serta makalah-
makalah yang berhubungan dengan penelitian.
2. Penelitian di Lapangan
Melakukan pengambilan data langsung di lapangan terhadap sistim mine
dewatering. Pengambilan data di lapangan melalui pengukuran parameter-
parameter yang di butuhkan untuk penelitian.
3. Pengambilan Data
Data-data yang akan diambil dibagi menjadi data primer dan data skunder
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mengukur secara
langsung di lapangan, yaitu :
Debit Aktual Pompa
Pengukuran debit aktual pompa dilakukan dengan menggunakan alat current
meter sebanyak 3 kali percobaan.
Panjang dan Diameter Pipa
Panjang Pipa diukur dengan melakukan plotting koordinat beberapa titik dari
daerah penempatan pompa ke daerah pembuangan air atau saluran terbuka
sedangkan diameternya diukur menggunakan pita meter.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Sumber
data sekunder dapat diperoleh dari pustaka, laporan penelitian, jurnal. Data
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini, yaitu :
Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah data tahunan,dan data hari hujan.
Selama 5 tahun yang didapat dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi
Luas Catchment Area
Luas catchment area didapatkan dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi
Spesifikasi pompa
Data spesifikasi pompa didapatkan dari Bengkel pompa Limoa, Satuan
Kerja Pengelolaan Lingkungan
Volume Sump
Volume Sump didapatkan dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi
4. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh diolah dengan analisa matematis, dan statik serta
disajikan dalam bentuk tabel, dan perhitungan penyelesaian. Pengolahan data-data
yang telah diperoleh meliputi perhitungan:
Menghitung data curah hujan dengan analisa frekunesi curah hujan untuk
mendapatkan metode distribusi yang cocok, kemudian menganalisa
seberapa besar intensitas hujan dalam 5 tahun terakhir.
Menghitung jumlah debit total air yang masuk yaitu debit air limpasan dan
debit evapotranspirasi.
Menghitung head total dengan jenis pompa yang sesuai dengan klasifikasi
pompa yang ada.
Menghitung waktu dan jumlah pompa yang dibutuhkan untuk
mengeringkan sump
Untuk diagram alir rencana penelitian dapat di lihat pada gambar 3.1
Studi Pustaka
Orientasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Minggu ke Minggu ke
N
Uraian Kegiatan Oktober November
O
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Orientasi Lapangan
Pengolahan Data,
3
Konsultasi dan Bimbingan
Penyusunan dan
4
Pengumpulan Laporan
3.3 Penutup
Adapun pengusul Tugas Akhir ini adalah dari Mahasiswa Jurusan Teknik
Pertambangan, Intitut Teknologi Medan dengan data sebagai berikut :