Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS MINE DEWATERING PADA TAMBANG BATUBARA

DI PT. PRIMA DITO NUSANTARA, JAMBI

Proposal Tugas Akhir

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada


Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

SEPTIAR LULFI AKBAR


15 306 082

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan batubara di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat yang
ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengusahakan
pertambangan batubara di Indonesia. Salah satu perusahaan yang saat ini sedang
mengusahakan pertambangan batubara adalah PT. Prima Dito Nusantara.

PT. Prima Dito Nusantara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di
Kabupaten Tanjung Enim Provinsi Sumatra Selatan. Sistim penambangan yang
diterapkan adalah sistim tambang terbuka Pada tambang terbuka, penambangan
batubara merupakan suatu kegiatan untuk mengambil endapan batubara yang ada
di dalam bumi. Salah satu masalah yang selalu dihadapi dalam kegiatan
penambangan ini adalah masuknya air kedalam tambang, air yang masuk akan
menggenangi front-front penambangan yang akan sangat mengganggu proses
penambangan batubara jika tidak ditangani dengan benar yang mengakibatkan
produktivitas menurun.

Untuk mencegah hambatan kerja dan menunjang target produksi dalam rencana

aktivitas penambangan tahunan dibutuhkan analisis terhadap kebutuhan pompa

dalam kegiatan dewatering. Melalui upaya ini, maka diharapkan kebutuhan pompa

yang digunakan akan semakin efisien dan efektif.

Output dalam aktivitas dewatering adalah volume air yang dipindahkan, dan
sebagai parameter utama adalah debit yang dihasilkan. Faktor yang paling
berpengaruh untuk menghasilkan debit yang optimal adalah panjang pipa sampai
ke outlet.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis memilih judul ”Analisis
Mine Dewatering Pada tambang batubara di PT. Prima Dito Nusantara.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah proses mine dewatering pada tambang batubara di PT. Prima


Dito Nusantara?
2. Berapa Debit Limpasan yang masuk ke sump tambang batubara ?
3. Kapasitas volume sump vs debit limpasan ?
4. Kemampuan pompa menampung debit di sump secara efisien?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian analisis mine dewatering ini adalah :

1. Menghitung curah hujan dengan durasi hujan 5 tahun lalu


2. Menghitung kapasitas sump pada PT. Prima Dito Nusantara
3. Mengetahui kebutuhan pompa yang diperlukan oleh perusahaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah proses mine
dewatering pada perusahaan sudah di lakukan secara maksimal

1.4. Batasan Masalah


Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada:

1. Peneliti menganalisis data curah hujan 5 tahun kebelakang


2. Peneliti hanya memanfaatkan pompa yang ada di lapangan.

1.5. Manfaat Penelitian


Diharapkan penelitian Tugas Akhir ini bermanfaat bagi PT. Prima Dito Nusantara
untuk penanganan air sehingga kegiatan penambangan tidak akan terganggu yang
akan berujung pada target produksi yang terganggu. Dari hasil penelitian yang
diharapkan dapat memberi masukan terhadap permasalahan yang ada dan sebagai
masukan bahan pertimbangan dalam merencanakan sistim mine dewatering.
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Penyaliran

Sistem Penyaliran Teknik penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian


air masuk ke lokasi penambangan. Perusahaan cendrung memutuskan teknik
penyaliran dengan memepertimbangkan biaya yang dikeluarkan tanpa
mengurangi keselamatan kerja. Selain itu dalam pemilihan teknik penyaliran
harus memperhatikan prediksi cuaca ekstrim yang akan terjadi di front
penambangan agar mengurangi resiko bahaya akibat tingginya debit air limpasan
(Awang Suwandhi, 2004). Terdapat dua cara pengendalian air yang sudah telanjur
masuk ke dalam front penambangan, yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump)
atau membuat paritan dan memebuat adit. Sisitem penyaliran dengan membuat
kolam terbuka dan paritan biasanya ideal diterapkab pada tambang open cast atau
kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian
puncak atau lokasi yang tinggi ke tempat yang rendah. Pompa digunakan pada
posisi ini lebih efisien, efektif dan hemat energi. Pada tambang open pit
penggunaan pompa menjadi sangat vital untuk menaikan air dari dasar tambang
ke permukaan dan kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang tidak cukup
digunakan hanya 1 unit pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan
seri untuk membantu daya dorong dari dasar sampai permukaan. Artinya unsur
biaya pemompaan harus diperhatikan. Sedangkan sisitem adit lebih ideal
diterapkan pada tambang terbuka open pit denga syarat lokasi penambangan harus
mempunyai lembah tempat sumuran dan adit agar air dapat keluar.

2.2 Metode Penyaliran Tambang


Tujuan sistem penyaliran tambang adalah membuat lokasi kerja di areal
penambangan agar selalu terjaga dari genangan air yang mengganggu karena bila
tidak terkontrol akan menimbulkan masalah, salah satunya adalah menurunnya
efisiensi kerja karena kondisi kerja yang becek dan licin dan masalah-masalah lain
seperti terganggunya kestabilan lereng, peledakan dan kelembaban tinggi. Bentuk-
bentuk sistem penyaliran tambang antara lain saluran, paritan, sump, terowongan
air (tunnel), sumur dalam dan sumur pompa (Suwandhi, 2004). Sistem penyaliran
tambang sangat di perlukan di area penambangan agar air yang masuk dapat di
kelola dengan baik sehingga dapat terencana seluruh aktifitas penambangan tanpa
harus terganggu oleh genangan air.

2.3 Mine Drainage


Mine Drainage merupakan upaya untuk mencegah aliran air masuk ke lokasi
penggalian. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang
berasal dari sumber air permukaan. Ada beberapa cara untuk mencegah agar air
tidak masuk ke dalam lokasi penggalian, yaitu:

a. Metode Siemens
Pada setiap jenjang (bench) dari kegiatan penambangan dipasangi pipa ukuran 8
inch dan di setiap pipa tersebut di bagian ujung bawah diberi lubang – lubang
(perporasi) dimana pipa berlubang – lubang ini berhubungan dengan air tanah
sehingga pada pipa bagian bawah akan terkumpul air yang selanjutnya dipompa
ke atas untuk selanjutnya air dibuang.

b. Small Pipe with Vacuum Pump


Lubang bor dibuat dengan diameter 6 – 8 inch dimana lubang tidak diberi casing
tetapi dimasukkan pipa berdiameter 2 – 2,5 inch. Pasir dimasukkan sebagai
saringan sehingga yang masuk adalah material yang larut dalam air. Melalui small
pipe ini lubang bor dibuat vakum dengan menggunakan pompa

c. Deep Well Pump Method


Digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan bench yang
tinggi. Lubang bor dibuat dengan diameter 6 inch kemudian dipasang casing.
Pompa dimasukkan ke dalam lubang bor (submercible pump) yang digerakkan
dengan listrik.

Pompa ini ada yang otomatis dimana jika tercelup ke dalam air maka mesin
pompa akan hidup dengan sendirinya (Nurhakim, 2005).

d. Metode Elektro Osmosis


Apabila lapisan tanah terdiri dari lempung maka pekerjaan pemompaan sangat
sulit dilakukan karena adanya sifat kapilaritas yang terdapat pada jenis tanah
lempungan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dipergunakan cara elektro
osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bila elemen ini
dialiri listrik maka air pori yang terkandung dalam batuan akan mengalir menuju
katoda yang kemudian terkumpul dan dipompa keluar (Nurhakim, 2005)

2.4 Mine Dewatering


Mine Dewatering merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam
pit penambangan. Mine dewatering pada suatu daerah penambangan juga
berkaitan dengan sistem penyaliran air yang di keluarkan dari site penambangan
untuk diolah sehingga air tersebut layak untuk di alirkan kembali ke aliran yang
alami seperti sungai. Beberapa metode penyaliran Mine Dewatering yang
digunakan untuk meniriskan air yang masuk ke area pit penambangan adalah
sebagai berikut:

a. Sistem Kolam Terbuka


Air dipompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman
pengggalian. Bisa satu unit, dua unit atau beberapa unit. Kapasitas pompa harus
disesuaikan dengan debit air yang masuk ke daerah penambangan tersebut.

b. Sistem Adit
Penirisan dengan menggunakan sistem adit dilakukan untuk tambang terbuka
dengan sistem open cut yang mempunyai jenjang majemuk (multiple benches). Di
setiap jenjang dibuat adit dan dari adit ini air buangan diteruskan ke shaft dan dari
shaft dialirkan lagi ke adit akhir di bagian bawah, kemudian langsung dibuang ke
luar.

c. Cara Paritan
Dibandingkan dengan metode penirisan lainnya, cara ini adalah yang paling
mudah. Beberapa lubang paritan dibuat pada lahan penambangan guna
menampung aliran air limpasan (run off), sehingga tidak mengganggu pekerjaan
penambangan (Budiarto, 1997).

Pengolahan air yang dilakukan adalah dengan membuat kolam pengendapan


(settling pond) yang berguna untuk tempat mengendapnya material-material
lumpur yang terlarut dalam air yang berasal dari elevasi terbawah site
penambangan (sump), sampai air tersebut jernih kembali dan sudah layak untuk di
alirkan ke ekosistem alam sehingga air tersebut tidak merusak kehidupan di
ekosistem lingkungan tersebut.

Mine Dewatering dipengaruhi oleh debit air yang masuk ke dalam pit tambang
dan debit yang keluar oleh pemompaan. Debit air yang masuk pada site
penambangan memiliki sumber – sumber, seperti limpasan air hujan, air tanah dan
rembesan dari sumber air permukaan. Perkiraan debit air yang masuk dapat
dilihat dari intensitas hujan yang masuk ke dalam pit dalam suatu zona
catchnment area. Hal ini juga ditentukan oleh faktor curah hujan yang terjadi
pada daerah tersebut.

2.5 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas dan
dinyatakan dengan satuan mm. Curah hujan diukur dengan alat penakar hujan
yang terdiri dari alat penakar hujan biasa dan alat penakar hujan otomatis.
Berdasarkan Standard World Meteorogical Organization, jarak meletakan alat
penakar hujan adalah harus lebih besar dari empat kali tinggi pohon atau
bangunan.

Curah hujan yang diukur pada stasiun-stasiun curah hujan dicatat dan
diinformasikan dalam bentuk data curah hujan. Data ini dapat berupa curah hujan
harian, bulanan, tahunan atau jam-jaman. Data yang terbaik adalah data yang
diukur atau dicatat pada interval waktu yang pendek misalnya jam-jaman atau
harian. Hal ini disebabkan adanya siklus hidrologi sehingga ada kecendrungan
hujan yang berulang dan hujan yang sekarang dapat diperkirakan yang akan
datang. Jadi kita masih bisa mengantisipasi air hujan tersebut. Dan hujan itu
akan berulang dan semakin banyak data makin lebih baik.

Periode ulang hujan adalah jangka waktu suatu hujan dengan tinggi intensitas
yang sama atau lebih besar kemungkinan dapat terjadi lagi. Penentuan periode
ulang hujan untuk perencanaan sarana penirisan tambang dapat dilakukan
dengan berdasarkan pada acuan periode ulang. Untuk sumuran utama dalam
sistem penirisan tambang, harga acuan periode ulang hujan adalah 10-25 tahun.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan dating dengan anggapan bahwa
sifat statistic kejadian hujan yang akan dating masih sama dengan statistik
kejadian hujan masa lalu.

2.6 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana dengan Kala Ulang


Analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran peristiwa ekstrim
berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi probabilitas.
Data hidrologi yang dianalisi diasumsikan tidak bergantung dan terdistribusi
secara acak dan bersifat stokastik.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Sebaliknya, kala ulang merupakan waktu hipotetik dimana hujan
dengan besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak
terkandung bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang
tersebut.

a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal (PDF= probability density function) yang paling dikenal
adalah bentuk bell dan dikenal sebagai distribusi normal. PDF distribusi normal
dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan
bakunya, sebagai berikut :
XT = ų + K Tσ ......….……………………………………………………….(2.1)
Yang dapat didekati dengan :
XT = 𝑋̅ + K…….……………………………………………………….......(2.2)
TS

KT = …………………………...……………………….…………………(2.3)
𝑋𝑇−𝑋̅
𝑆

Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan.
𝑋̅ = Nilai rata- rata hitung variate.
S = Deviasi standar nilai variate.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.

b. Distribusi Log Normal


Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, jika
variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti
distribusi Log normal. PDF (probably density function) untuk distribusi Log
Normal dapat dituliskan daalam bentuk rata- rata dan simpangan bakunya, sebagai
berikut :
1 (𝑌− 𝜇 ………………………………...……………......(2.4)
𝑌)²
P(X) = 𝑋𝜎√2𝜋 𝑒𝑥𝑝 [− 2𝜎𝑌²

Dimana
P(X) = Peluang log normal
X = Nilai variate pengamatan.
σY = Deviasi standar nilai variate Y.
𝜇Y = Nilai rata-rata populasi Y.
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang logaritmik merupakan
persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik
dengan persamaan :

YT = 𝜇 + KTσ………...…………………………………….............................(2.5)
Yang dapat didekati dengan :
….
YT = 𝑌̅+ K TS .…….…………………………………………………………(2.6)

K
Type equation
𝑌𝑇−𝑌̅
here.
KT = 𝑆 ...……………………………………………………………….(2.7)

Dimana :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan.
Y = Nilai rata-rata hitung variate.
S = Deviasi standar nilai variate.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.

c. Distribusi Gumbel
Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum, seperti untuk
analisis frekuensi banjir. Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk
menunjukkan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X₁, X2, X3, ...., Xn
mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda. Dalam penggambaran pada
kertas probabilitas, Chow (1964) menyarankan penggunaan rumus berikut ini :

X = 𝜇 + 𝜎𝐾 ……………………………………………...…………….. (2.8)
Dimana :
𝜇 = Harga rata-rata populasi.
σ = Standar deviasi (simpangan baku).
K = Faktor probabilitas.
Apabila jumlah populasi yang terbatas (sampel), maka persamaan dapat didekati
dengan persamaan :

X = 𝑋̅ + SK ………………………………………………………...…(2.9)
Dimana :
X = Harga rata-rata sampel.
S = Standar deviasi (simpangan baku) sampel.
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam
persamaan :

𝑌𝑡𝑟………...……………………………………………………...(2.10)
−𝑌𝑛
K= 𝑆𝑛
Dimana :
Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data.
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah
sampel/data.
YTr = Reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
ini
𝑇𝑟−1
Ytr = - ln {– ln }……….……………………………………….......(2.11)
𝑇𝑟

2.7 Intensitas Curah Hujan


Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan per satuan waktu tertentu dan
dinyatakan dengan satuan mm/jam. Untuk mengelola data curah hujan menjadi
intensitas hujan di gunakan cara statistik dari data pengamatan curah hujan yang
terjadi.

Panjang waktu di mana hujan turun disebut dengan durasi hujan. Bila tidak
dijumpai data untuk setiap durasi hujan, maka diperlukan pendekatan secara
empiris dengan berpedoman kepada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan
harian maksimum yang terjadi setiap tahun.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It),
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑡
𝐼𝑡 = ..……………………………………………………………..……(2.12)
𝑡

dimana Rt adalah curah hujan selama t hujan.

Hubungan antara derajat, keadaan dan intensitas hujan dapat dilihat pada t abel
berikut.
Tabel 3.4. Keadaan dan Intensitas Curah Hujan

Curah Hujan ( mm )
Keadaan Curah Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan Sangat Ringan <1 <5
Hujan Ringan 1–5 5 – 10
Hujan Normal 5 – 10 10 – 50
Hujan Lebat 10 – 20 50 – 100
Hujan Sangat Lebat >20 >100

2.8 Catchment Area


Catchment area merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana batas
wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya
merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya disesuikan dengan kondisi
topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah gerak air.

Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang
tertangkap dan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment tersebut.
Pembatasan catchment area biasa dilakukan pada peta topografi dan untuk
perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang (Suwandhi, 2004).

Pada daerah tangkapan air, komponen masukan daur hidrologi daerah tangkapan air
adalah berupa presipitasi yang disalurkan melalui rangkaian penyimpanan (storage)
air, sebelum air tersebut terbebaskan keluar dari daerah tangkapan sebagai
limpasan. Masukan daerah tangkapan air, penyimpanan, pemindahan dan
pengeluaran bisa dikatakan sebagai air yang terjadi di atas zona jenuh atau di atas
muka air tanah seperti pada zona aerasi. Limpasan atau aliran air permukaan yang
meninggalkan daerah tangkapan air melalui pengeluaran biasanya dihitung sebagai
keluaran daerah tangkapan air (catchment discharge).

2.9 Air Limpasan


Limpasan adalah bagian dari presipitasi (juga kontribusi-kontribusi permukaan dan
bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran
permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus. Jika intensitas curah
hujan melebihi laju ilfiltrasi, maka kelebihan air mulai berakumulasi sebagai
simpanan permukaan. Bila kapasitas simpanan permukaan dilampaui, maka
limpasan permukaan muncul berupa suatu aliran yang tipis, yang pada akhirnya
aliran ini terkumpul ke dalam saluran sungai. Dapat juga dikatakan bahwa air yang
mengalir pada saluran-saluran sungai yang kecil, parit-parit, sungai-sungai dan
aliran-aliran merupakan kelebihan curah hujan terhadap evapotranspirasi. Macam-
macam limpasan adalah sebagai berikut:

a. Limpasan murni, yaitu limpasan yang tidak dipengaruhi oleh pengaliran


buatan, simpanan, maupun tata guna lahan oleh manusia.
b. Limpasan permukaan, yaitu bagian limpasan yang melintas di atas permukaan
tanah menuju saluran sungai. Limpasan permukaan dapat juga dikatakan
sebagai limpasan di atas lahan.
c. Limpasan bawah permukaan, yaitu bagian limpasan permukaan yang
disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan
bergerak secara lateral melalui horison-horison tanah bagian atas menuju
sungai.
d. Limpasan permukaan langsung, yaitu bagian limpasan permukaan memasuki
sungai secara langsung setelah curah hujan maupun lelehan salju (Budiarto,
1997).
Hujan yang terjadi menyebabkan adanya air hujan yang kemungkinan sebagian
besar menggenang dan mengalir di permukaan tanah (run off) dan sebagian kecil
meresap (infiltrasi) ke dalam lapisan tanah. Jika pada permukaan terjadi genangan
yang lebih besar dari ilfiltrasi, maka pengaturan air digunakan drainase muka
tanah.Metode yang digunakan untuk menghitung debit limpasan air permukaan
suatu daerah adalah menggunakan persamaan rasional sebagai berikut:

𝑄 = 0,278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴 …………………………………………………..(2.13)
Keterangan:
Q = Limpasan permukaan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (km2)
2.10 Debit Evaprotranspirasi
Evaprotranspirasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan turc dapat dilihat
sebagai berikut:

P
Et = P
………………………………………………………………………………(2.14)
[0.9+(
L(T)
)2]0.5

Keterangan:

E = Evapotranspirasi actual (mm/thn)


P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata-rata (oC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3
BAB III METOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode sesuai data


pengambilan di lapangan. Sehingga diharapkan pendekatan penyelesaian masalah.
Adapun urutan penelitian yaitu:

1. Studi literatur
Melakukan studi atau mencari referensi di perpustakaan dengan membaca
literatur yang berkaitan dengan sistem penyaliran pada tambang. Literatur yang
digunakan berasal dari buku, jurnal penelitian, laporan, internet serta makalah-
makalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Penelitian di Lapangan
Melakukan pengambilan data langsung di lapangan terhadap sistim mine
dewatering. Pengambilan data di lapangan melalui pengukuran parameter-
parameter yang di butuhkan untuk penelitian.

3. Pengambilan Data
Data-data yang akan diambil dibagi menjadi data primer dan data skunder

a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mengukur secara
langsung di lapangan, yaitu :
 Debit Aktual Pompa
Pengukuran debit aktual pompa dilakukan dengan menggunakan alat current
meter sebanyak 3 kali percobaan.
 Panjang dan Diameter Pipa
Panjang Pipa diukur dengan melakukan plotting koordinat beberapa titik dari
daerah penempatan pompa ke daerah pembuangan air atau saluran terbuka
sedangkan diameternya diukur menggunakan pita meter.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Sumber
data sekunder dapat diperoleh dari pustaka, laporan penelitian, jurnal. Data
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini, yaitu :
 Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah data tahunan,dan data hari hujan.
Selama 5 tahun yang didapat dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi
 Luas Catchment Area
Luas catchment area didapatkan dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi
 Spesifikasi pompa
Data spesifikasi pompa didapatkan dari Bengkel pompa Limoa, Satuan
Kerja Pengelolaan Lingkungan
 Volume Sump
Volume Sump didapatkan dari Satuan Kerja Perencanaan Sipil dan
Hidrologi

4. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh diolah dengan analisa matematis, dan statik serta
disajikan dalam bentuk tabel, dan perhitungan penyelesaian. Pengolahan data-data
yang telah diperoleh meliputi perhitungan:

 Menghitung data curah hujan dengan analisa frekunesi curah hujan untuk
mendapatkan metode distribusi yang cocok, kemudian menganalisa
seberapa besar intensitas hujan dalam 5 tahun terakhir.
 Menghitung jumlah debit total air yang masuk yaitu debit air limpasan dan
debit evapotranspirasi.
 Menghitung head total dengan jenis pompa yang sesuai dengan klasifikasi
pompa yang ada.
 Menghitung waktu dan jumlah pompa yang dibutuhkan untuk
mengeringkan sump
Untuk diagram alir rencana penelitian dapat di lihat pada gambar 3.1

ANALISIS MINE DEWATERING PADA TAMBANG BATUBARA DI


PT. PRIMA DITO NUSANTARA ,JAMBI

Studi Pustaka

Orientasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Sekunder : Data Primer :


• Data curah hujan 5 tahun lalu • Debit aktual air yang keluar dari
• Luas chatchment area pompa
• Spesifikasi pompa • Jumlah dan Jenis Pompa
• Volume sump • Panjang dan diameter pipa

Pengolahan Data

• Perhitungan data curah hujan 5 tahun menggunakan gumbel


• Perhitungan debit air limpasan
• Perhitungan debit evapotranspirasi
• Mencari efisiensi pompa dan kebutahan pompa
• Volume pemompaan dan menghitung waktu

Debit Pemompaan menjadi


optimal
Kesimpulan dan Saran
3.2 Jadwal Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan Tugas Akhir penulis merencanakan di bulan oktober 2019


sampai dengan november 2019 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian

Minggu ke Minggu ke
N
Uraian Kegiatan Oktober November
O
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Orientasi Lapangan

Pengumpulan Referensi dan


2
Data

Pengolahan Data,
3
Konsultasi dan Bimbingan

Penyusunan dan
4
Pengumpulan Laporan

Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan pihak Perusahaan


PT. Prima Dito Nusantara, Jambi

3.3 Penutup

Demikianlah proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan bagi


Bapak/Ibu agar dapat menerima saya untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.
Prima Dito Nusantara, Jambi. Dan untuk selanjutnya saya mohon bimbingan
dan arahan dari Bapak/Ibu dalam pelaksanaannya nanti.
Pengusul Tugas Akhir

Adapun pengusul Tugas Akhir ini adalah dari Mahasiswa Jurusan Teknik
Pertambangan, Intitut Teknologi Medan dengan data sebagai berikut :

Nama : Septiar Lulfi Akbar


Nim : 15 306 082
Jurusan : Teknik Pertambangan
No. HP : 0822-8537-8928
E-mail : lulfiakbar@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai