Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai atau kali (river) adalah aliran air yang besar dan memanjang yang
mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga
sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai "underground river".
Misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di Vietnam, sungai bawah
tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul (Indonesia).

Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke


dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan
cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau
tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian,
bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan
bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di
mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan
bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat
5.950 daerah aliran sungai (DAS).

Sungai dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut ini:

Menurut Jumlah Airnya, genetiknya, dan berdasarkan sumber airnya.

1
- Menurut Jumlah Airnya
1. Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan,
Barito, dan Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri
di Sumatra.
2. Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai
jenis ini banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan
Sungai Opak di Jawa Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah
Istimewa Yogyakarta, serta Sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang
mengalirkan airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim
kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di
Pulau Sumba dan Sungai Batanghari di Sumatra.
Ssungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat
musim hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan
jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya
belum tentu banyak.
- Berdasarkan Genetiknya
1. Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan
kemiringan lereng.
2. Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan
sungai konsekwen.
3. Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya
berlawanan arah dengan sungai konsekwen.
4. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat
oleh lereng daratan.
5. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah
dengan sungai konsekwen.

2
6. Sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu
mengimbangi pengangkatan lapisan batuan yang dilalui.
7. Sungai anaklinal yaitu sungai yang arah alirannya mengalami
perubahan karena tidak mampu mengimbangi pengangkatan lapisan
batuan.

- Berdasarkan Sumber Airnya


1. Sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai
di Pulau Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.
2. Sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Banyak
dijumpai di negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga
di India dan Sungai Rhein di Jerman.
3. Sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan
es. Dapat dijumpai di Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai
Mamberamo.

Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau


mengurangi dampak negatifnya terhadap kegiatan manusia.

1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan


air atau menghasilkan energi.
2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran
banjirnya.
3. Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer
air maupun navigasi
4. Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau
diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.

Sungai memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Secara umum, sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian atas (hulu), tengah, dan bawah (hilir). Setiap bagian ini memiliki ciri khas,
bentuk, dan aktivitasnya sendiri sendiri.

3
- Bagian Hulu
Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya
bagian ini terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki
bentuk menyerupai huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian
hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai sungainya lumayan
dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya yang di daerah pegunungan
yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air akan sangat cepat
untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah proses erosi.
Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras tadi.
Karena aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat cepat,
sehingga lembah sungai ini membentuk huruf V.

- Bagian Tengah
Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah
biasanya memiliki ciri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini
dikarenakan kondisi lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal
ini mengakibatkan aliran air tidak begitu deras. Karena air tidak terlalu
deras, maka proses erosi disini sidah tidak begitu dominan. Masih ada
proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang dominan terjadi di daerah
ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil dari erosi yang terjasi di
bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah bawahnya, kearah hulu.

- Bagian Hilir
Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini
akan mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah,
lembah sungai disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai
huruf U yang lebar. Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander
(Berliku liku). Di daerah ini proses yang dominan adalah sedimentasi.
Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu, yang kemudian di transportasi di
bagian tengah, akan di endapkan di bagian hilir ini. Jika sungai bermuara di

4
laut yangpermukaan bawah lautnya landai, dan arus / gelombangnya tidak
besar, maka kemungkinan akan terbentuk delta.

Gambar 1.1 Bagian-Bagian Sungai

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan


yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi sungai tersebut ?
2. Bagaimana permasalahan sedimentasi yang terjadi ?
3. Apa sajakah bangunan pengendali sungai yang sudah dibangun ?

1.3 Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui:

1. Mengetahui
2. Suatu informasi tentang deskripsi Sungai Citanduy

5
3. Mengetahui permasalahan yang diakibatkan dari adanya sedimentasi
Sungai Citanduy

1.4 Kegunaan Makalah

Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep dan


pemahaman bahwa sungai di Indonesia seringkali terjadi permasalahan mengenai
sedimentasi , dan memiliki jenis atau deskripsi yang berbeda.

1.5 Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan metode deskriptif, karena membaca dari


berbagai sumber dan mengumpulkan informasi melalui jaringan internet.
Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab yang akan dirinci
sebagai berikut:

- BAB I : Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
kegunaan makalah, prosedur makalah.
- BAB II : Pembahasan
Berisi menegenai penjelasan tentang apakah deskripsi sungai citanduy dan
permasalahan sedimentasi yang terjadi.
- BAB III : Penutup
Berisi mengenai simpulan dan saran

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis

Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air,


angin, maupun gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun
sungai. Material yang terbawa merupakan material yang berasal dari pengikisan
atau pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal dari pelapukan kimia, fisika, dan
mekanik. Pengendapan yang berlangsung lama, akan membentuk batuan
sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi.
Sebagian besar batu di bumi adalah batuan sedimentasi.

Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga


pengangkutnya, yaitu air, angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat
terjadinya sedimentasi itu sendiri. Yaitu sedimentasi fluvial, marine, glasial dan
teristis. Berikut ini yang akan dibahas tentang sedimentasi aquatis

1. Sedimentasi Aquatis

Sedimentasi aquatis adalah sedimentasi yang dilakukan oleh air.


Sedimentasi oleh air ini, membawa materi melalui aliran air. Proses ini
mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat aliran air kuat, maka materi akan
terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan mengendap didasar. Hal
ini bisa kita umpamakan saat sedang meminum kopi atau teh. Saat kita
mengaduk gelas, terjadi putaran pada air, yang menyebabkan ampas kopi dan
teh naik ke atas. Saat kita diamkan, dan pusaran air mulai melemah, maka ampas
kopi dan teh perlahan akan mengendap ke bawah. Hal inilah yang terjadi pada
proses sedimentasi oleh air.

7
Gambar 2.1 Proses Sedimentasi Aquatis

- Sedimentasi Fluvial
Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah
air sungai dan berlokasi di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya
terjadi di dataran rendah, akibat dari sifat air yang mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga menghasilkan
pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah muara sungai lebih
berpotensi banjir.

Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk


kepada sungai- sungai. Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok.
Pembagian ini terjadi karena perbedaan lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk
sedimen ini adalah:

a. Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami
perubahan kekuatan arus secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa,
terendap secara tiba- tiba di dasar. Endapan ini biasanya berbentuk
kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial biasanya terjadi di
sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.

8
b. Meander

Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini


terjadi akibat pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai.
Aliran sungai di sekitar tikungan sungai memiliki arus yang lebih lemah
dari pada aliran yang berada di luar tikungan. Akibatnya, pengendapan
terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar tikungan, sehingga
membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik

c. Dataran Banjir

Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di


sebelah kanan dan kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapat
materi yang dibawa oleh air secara terus menerus. Akibatnya, sekitar
bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Dataran ini disebut dataran banjir, karena saat volume air sedang tinggi,
dataran ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa
dataran yang lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan
muncul kembali. Saat air surut itulah, materi menjadi terendap di kanan
dan kiri sungai

d. Danau Tapal Kuda

Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat
adanya pengendapan terus menerus. Sungai ini, biasanya berbentuk
seperti tapal kuda. Pengendapan ini, menyebabkan salah satu dari
tikungan yang ada di sungai terputus, dan menyebabkan sungai baru
yang tersendiri.

e. Delta

Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk
dari hasil endapan material yang berlangsung secara terus menerus.
Terjadinya delta, akibat dari terendapnya pasir di dasar sungai,
sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke laut. Untuk

9
menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air,
muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.

f. Sedimentasi Marine

Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan
terjadi di laut. Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut,
yang mengendapkan materi kedalam dasar laut. Sedimentasi ini juga
terjadi akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang membawa
material, lalu saat surut, material itu mengendap. Pengendapan yang
terus bertumpuk, menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut.
Sehingga membentuk pulau- pulau atau dataran kecil yang indah. Ada
4 bentuk yang terjadi akibat dari sedimentasi marine.

 Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai.


Dataran ini terjadi akibat arus pantai yang membawa materi
endapan ke laut, dan mengendap di dasar laut. Materi ini, berasal
dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin
panjang, jika terus terjadi arus laut yang membawa materi
endapan ke laut.
 Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang
menghubungkan pulau besar dengan pulau kecil di dekatnya.
Proses terjadinya tombolo sama dengan spit. Tombolo biasa
dijadikan sebagai jembatan untuk menuju pulau di tengah laut
oleh masyarakat.
 Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami
yang terbentuk akibat sedimentasi. Penghalang pantai, pada
dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan mengitari bibir
pantai. Sehingga seperti tanggul.
 Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di
tengah- tengah laut. Gosong terjadi akibat perubahan arus laut
yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial yang
biasanya berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar,

10
rata, dan lebar. Biasanya gosong memiliki bentuk- bentuk yang
unik, dan beberapa kali menjadi lokasi untuk iklan rokok.
 Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar
pantai. Air laut yang menuju pantai, membawa materi, yang
kemudian mengendapkannnya di pantai.

2.2 Deskripsi Sungai Citanduy

Wilayah Sungai (WS) Citanduy memiliki sungai induk dari DAS Citanduy
yaitu sungai Citanduy yang melintasi dua wilayah provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah bagian selatan. WS Citanduy bagian hulu sungainya bersumber dari
Gunung Cakrabuana di Kabupaten Tasikmalaya, dan bagian hilirnya bermuara
di Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap. Segara Anakan sebagai lingkup
dalam kegiatan ini merupakan laguna dari outlet utama yaitu Sungai Citanduy
dan Sungai Cibeureum. Segara Anakan termasuk dalam kawasan strategis
nasional yang disebut dengan Kawasan Pancangsanak (Pangandaran –
Kalipucang – Segara Anakan – Nusa Kambangan) dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan yang meliputi seluruh WS Citanduy dan
Kabupaten Pangandaran. Sungai Citanduy berada pada sungai bagian tipe B.
Sungai Tipe B memiliki beberapa ciri diantaranya, sebagai berikut:
 Tipe sungai B umumnya terdapat pada tanah dengan kemiringan yang
curam dan sedikit miring.
 Dengan bentukan lahan utama sebagai kolom belerang yang sempit, banyak
sungai tipe B adalah hasil dari zona struktural, patahan, sambungan, dan
bagian lereng lembah yang terkontrol secara struktural menjadi lemah yang
sempit yang membatasi pengembangan dataran banjir.
 Tipe sungai B mempunyai saluran berparit rasio lebar per kedalaman (W/D
ratio) (<2), sinousitas saluran rendah dan didominasi oleh saluran deras
(super kritis).
 Morfologi bentuk dasar yang dipengaruhi runtuhan dan perbatasan lokal,
Umumnya menghasilkan air kantung (scour pool) dan aliran deras serta
tingkat erosi pinggir sungai yang relatif rendah.

11
Sungai ini mengalir di sepanjang wilayah barat daya pulau Jawa yang
beriklim muson tropis. Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas
adalah Maret, dengan suhu rata-rata 23 °C, and terdingin Februari, sekitar
20 °C. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3547 mm. Curah hujan tertinggi ada
di bulan Desember, dengan rata-rata 533 mm, dan yang terendah September,
rata-rata 56 mm.

Debit air sungai yang meningkat selama musim hujan sering menyebabkan
banjir yang tidak jarang mengakibatkan kerusakan tanggul, jembatan dan tanah
pertanian, serta korban jiwa. Pada tanggal 10 Oktober 2016 jembatan
Ketapangjaya, yaitu Jembatan Nasional yang menghubungkan Jabar-Jateng,
amblas akibat tergerus anak sungai Citanduy di Kampung Purwaharja, Kota
Banjar. Guna menangani bencana alam banjir ini, pemerintah terus
mengupayakan perbaikan tanggul di sepanjang sungai Citanduy secara
bertahap, antara lain di Desa Sukanagara, Kacamatan Padaherang, Kabupaten
Pangandaran.

2.3 Permasalahan Sedimentasi yang terjadi

Peristiwa banjir dan sedimentasi merupakan bagian dari inventarisasi


permasalahan pokok di lingkup Wilayah Sungai Citanduy. Banjir yang terjadi
tidak menutup kemungkinan membawa material-material padat pembentuk
sedimen di sepanjang alur sungai yang mengakibatkan penyempitan badan
sungai dan Laguna Segara Anakan semakin dangkal yang kemudian
mengakibatkan banjir kembali. Seperti pada Gambar 2.3 menggambarkan
hubungan permasalahan banjir dan sedimentasi.

Permasalahan utama yang ada di wilayah Segara Anakan adalah penyusutan


luasan Laguna Segara Anakan menyebabkan fungsi laguna menjadi tidak
efektif akibat peningkatan volume sedimentasi di muara Sungai Citanduy.
Penyempitan Segara Anakan akan memberikan dampak banjir tahunan yang
terjadi di kawasan hilir Sungai Citanduy. Namun selain dari permasalahan
tersebut, sebagian besar warga di Segara Anakan terutama wilayah Kampung
Laut memanfaatkan sedimentasi muara dari Sungai Cimeneng sebagai mata

12
pencaharian misalnya pemanfaatan lahan untuk persawahan (TKPSDA, 2014).
Sebagai upaya mitigasi untuk menangani permasalahan banjir kawasan hilir dan
lainnya di kawasan Segara Anakan salah satunya dengan metode pendekatan
Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam proses pengambilan keputusan yang
pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif penanganan yang diantaranya
adalah pengerukan laguna+konservasi DAS Hulu; pengerukan+reklamasi
Kawasan Segara Anakan; dan pengerukan laguna+sudetan Citanduy.

Banjir Sedimentasi

Penyempitan dan
Pendangkalan Laguna Segara
Anakan

Gambar 2.3 Hubungan Permasalahan Banjir dan Sedimentasi

2.4 Bangunan Pengendali Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy adalah salah satu dari enam DAS
kritis dan prioritas penanganan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sub-DAS
Citanduy Hulu dengan luas 270.918,26 ha terdapat permasalahan sedimen dan
penurunan kualitas air yang semakin hari semakin meningkat, sehingga memicu
permasalahan lain seperti banjir, kekeringan dan kekurangan air baku serta
permasalahan kesehatan penduduk sekitar yang memanfaatkan aliran air Sungai
Citanduy. Studi ini menerapkan Model Soil and Water Assessment Tool
(SWAT) dengan menggunakan data historis aliran dan meteoroli untuk
mengevaluasi kondisi sedimentasi Sub-DAS Citanduy Hulu sekaligus
menyusun strategi pengendalian sedimen dengan menggunakan bangunan
pengendali sedimen. Kalibrasi model dilakukan secara manual dengan metode

13
coba-coba. Hasil kalibrasi menunjukkan 13 parameter yang sensitif terhadap
debit aliran dan sedimen. Berdasarkan hasil perhitungan model SWAT
diperkirakan volume sedimen di outlet Sub-DAS Citanduy Hulu sebesar
81.351.783,23 ton/tahun. Sedimen di outlet Sub-DAS Citanduy Hulu ini dapat
direduksi hingga mencapai 29.557.556 ton/tahun atau menurun lebih dari 64%
dengan menggunakan check dam sebagai bangunan pengendali sedimen.

- Check Dam

Gambar 2.4 Bangunan Pengendali Sungai (Check Dam)

Check Dam merupakan bangunan pengendali sedimen, bangunan ini


biasanya terdapat di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan
dan berangsur-angsur mengurangi volume sedimen. Dibutuhkan bangunan
check dam yang kuat untuk menahan aliran air dan menahan benturan dari
sedimen yang terangkut. Check dam biasanya digunakan pada chat ment
area yang kecil karena mempunyai daya tampung yang sangat kecil dan
umur layan check dam sangat pendek. Check dam adalah bangunan yang
berfungsi menampung atau menahan sedimen dalam jangka waktu
sementara maupun tetap dan harus tetap melewatkan air baik melalui mercu
maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur
kemiringan dasar sungai sehingga mencegah terjadinya penggerusan yang
membahayakan stabilitas bangunan di sepanjang sungai. (Boguslaw
Michalec, 2014) Estimasi sedimen yang mengendap di check dam untuk
setiap jumlah material yang dapat tererosi, selain longsoran yang sudah ada,

14
material sisa longsoran lama dan erosi sekunder secara praktis dilaksanakan
dengan perhitungan pada suatu daerah yang termasuk dalam suatu DAS.
Pada beberapa lokasi, variasi komposisi sedimen pada potongan
memanjang dan melintang sungai dapat berupa pasir halus, pasir kasar, pasir
kerikil, maupun batuan, hal ini menunjukan bahwa proses pengendapan
sedimen tergantung pada gradasi, yang meliputi variasi ukuran, kepadatan,
bentuk, dan kebulatan butiran.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas ada beberapa kesimpulan
diantaranya:
1. Sungai Citanduy adalah sungai yang tergolong dalam sungai tipe b.
2. Pergeseran penggunaan lahan di kawasan resapan air sehingga
kawasan resapan air berkurang.
3. Pendangkalan Segara Anakan yang berada di hilir Sungai Citanduy
menyebabkan berkurangnya luas laguna Segara Anakan akibat
endapan lumpur dan batu kerikil dari daerah hulu Wilayah Sungai
Citanduy. Hal ini disebabkan perubahan fungsi lahan di daerah hulu
sungai yang menyebabkan proses tingginya sedimentasi di daerah
hilir
4. Dalam mengatasi terjadinya sedimentasi, maka dibangunlah suatu
bangunan pengendali sungai berupa check dam
3.2 Saran
Sebagai makhluk hidup butuh akan adanya air, maka lakukan dari hal
kecil dengan menjaga keberadaan sungai. Menjaga sumber-sumber
mata air untuk kedepannya. Karena ini merupakan tanggung jawab kita
semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai

http://harirustianto.blogspot.com/2010/12/bagian-bagian-sungai.html

https://ilmugeografi.com/geologi/proses-sedimentasi

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76263

http://sda.pu.go.id/pages/balai_detail/13/Balai-Besar-Wilayah-Sungai-Citanduy

17

Anda mungkin juga menyukai