Chapter II
Chapter II
Ekosistem Tanah
komplek dan satu sama lain saling tergantung. Sebagai suatu ekosistem, tanah
terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri dari
kelembaban, suhu/udara tanah, CO2, unsur hara, sinar matahari, bahan organik
kehidupan. Sementara komponen biotik terbagi atas produsen yang dalam hal ini
biota heterotrof seperti mikroba, herbivora dan karnivora. Fungsi ekosistem dapat
meliputi a). Alur energi yang melalui ekosistem dan siklus biogeokimia dan
b). Regulasi biologi dan ekologi termasuk regulasi biota oleh lingkungan dan
mikrofauna (ukuran tubuh < 0.1 mm seperti protozoa dan nematoda), mesofauna
makrofauna (ukuran tubuh > 2 mm seperti cacing tanah dan kaki seribu. Fauna-
fauna tanah ini menduduki tingkatan trofik tertentu pada jaring-jaring makanan
mikrobia, pendegradasi bahan organik, ada juga yang memakan akar tanaman
yang hidup atau yang dalam proses pelapukan serta terdapat beberapa jenis yang
µm mm
Ukuran tubuh
Gambar 1. Klasifikasi biota tanah berdasarkan ukuran tubuhnya (Bardgett, 2005)
Struktur jaringan makanan di dalam tanah lebih kurang sama seperti jaring
konsumen dan detritivor. Jumlah dan biomassa organisme tanah per volume
menurun besarnya dari posisi rantai makanan atas ke bawah. Berbeda dengan
jaring-jaring makanan lain, yang lebih sering terjadi predasi dan kemungkinan
memiliki kompleksitas yang lebih dari jaring-jaring makanan yang lain. Lebih
singkat, semua fauna tanah tergantung oleh produsen primer, contohnya sisa
Akar
Tungau Tungau
Cryptostigmata Predator
Nematoda Nematoda
Fungivor Predator
Nematoda
Jamur
Omnivor
Detritus Flagelata
Amuba
Nematoda
Bakteri
Bakteriofag
Gambar 2. Struktur jaring-jaring makanan didalam tanah (Bardgett, 2005)
Mesofauna Tanah
tergolong serangga tanpa sayap dengan enam bagian abdomen dan tipe mulut
menggigit, serta satu kelompok lagi adalah Acari (tungau) yang memiliki tubuh
seperti kantung dan tubuh terbagi dalam dua alur, yakni anterior dan posterior. Di
alam, kelimpahan populasi mesofauna tanah terutama untuk tanah hutan yang
tinggi kandungan bahan organiknya dapat mencapai hingga 300.000 individu m-2
(Bardgett, 2005).
Acari atau hewan yang lebih dikenal dengan istilah tungau adalah
golongan Arachnida kecil dengan bagian posterior yang tidak bersegmen, kecuali
tubuhnya. Acari terbagi dalam lima sub-order berdasarkan stigmata mereka atau
keseluruhan mereka tersebar atas 1200 famili dan kemungkinan sampai 500.000
spesies yang mana banyak terdapat di dalam tanah dan serasah. Beberapa dari
golongan ini bersifat sebagai predator dalam tanah (Lavelle and Spain, 2001).
tanah yang penting. Mereka memakan substrat seperti serasah tanaman, fungi,
partikel mineral, atau feses dari biota tanah lainnya. Mereka sangat mudah
metabolisme yang lebih tinggi dalam biomassa yang sama. Potworm terdapat
hampir pada semua jenis tanah jika kelembabannya sesuai (Meyer, 1996).
21 famili dan sudah mencapai dua puluh ribu spesies yang sudah jelas. Namun
diperkirakan jumlah spesies yang ada mendekati angka tiga ratus ribu spesies.
Mereka adalah hexapoda tanpa sayap yang lebih mirip ke golongan insecta yang
sempurna seperti spesies yang sudah merayap di permukaan tanah, mereka dapat
dari 1-20 µg berat kering per individu. Collembola merupakan indikator yang
yang besar jumlahnya dan beragam fungsinya. Rekolonisasi dapat terjadi dengan
cepat meskipun spesies yang eudaphic memerlukan waktu rekolonisasi yang lebih
lama daripada spesies yang bersifat epidaphic (Lavelle and Spain, 2001).
sebagian besar terdapat di daeah vegetasi, permukaan tanah, atau pada serasah
tergolong kedalam kelas arachnida dan sebagai tambahannya, terdapat dua grup
lagi yakni scorpions dan solifugae yang mana terdapat di daerah tropis - semi
yang umum yang sering kita jumpai dalam tanah. Namun demikian masih banyak
diantara grup minor tersebut adalah protura dan diplura yang tergolong dalam
serangga apterygota
berkisar dari nol sampai hanya beberapa ribu individu. Jumlah yang
terbanyak yang pernah dilaporkan adalah berkisar 790 individu m-2 pada
hutan di Tennessee.
3. Pauropoda yang ukurannya kecil (<1 mm), buta dan tidak berpigmen serta
masih hidup ataupun yang sudah mati serta beberapa jenis adalah predator
biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam
tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tersebut, maka
Sacket et al., (2010 dalam Djuna, 2013) menyatakan bahwa fauna tanah
yang berkontribusi terhadap kesuburan tanah pada tanah tropis dan menciptakan
populasi maupun kepadatan relatif dari mesofauna pada lahan kelapa sawit
intensif
seperti hutan dan padang rumput yang dikelola tidak seintensif daripada lahan
pertanian ataupun perkebunan. Para ahli ekologi telah memberi perhatian khusus
pada funsgsi ekosistem dari mikro dan mesofauna, sedangkan ilmuan di bidang
pertanian sudah mulai meningkat, namun banyak penelitian yang dilakukan hanya
mesofauna sendiri menduduki semua tingkatan trofik pada jaring makanan dalam
tanah dan mempengaruhi produksi primer secara langsung melalui memakan akar
(root feeding) dan secara tidak langsung melalui kontribusi mereka dalam
collembola yang berhasil ditemukan adalah mencapai 199 spesies yang terdiri
ditemukan pada daerah Amazon dan Rio de Jenairo yang sebagian besar
wilayahnya berupa hutan. Sementara hasil penelitian dari Indriyati dan Wibowo
(2008) menyatakan bahwa kelimpahan jenis Collembola pada lahan sawah semasa
bera mencapai 7 famili. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa kelimpahan biota
tanah pada hutan alami lebih tinggi daripada lahan yang digunakan oleh praktik
budidaya.
Kelapa sawit adalah tanaman yang memiliki akar serabut, dimana susunan
akar kelapa sawit terdiri atas: a). Akar serabut primer yang tumbuh ke bawah dan
primer yang bercabang ke atas dan ke bawah, c). Akar serabut tersier yang
membentuk bulu-bulu akar (pilus radicalis). Inilah yang aktif menyerap hara
makanan dan berfungsi sebagai alat pernafasan serta yang terakhir d). Tudung
akar (calyptra) yaitu bagian paling ujung letaknya dari akar, terdiri dari jaringan
yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah (Pahang,
2010)
Hasil penelitian Nazari dan Sota (2012) mengenai sebaran akar kelapa
penyebaran akar tersier dan kwartet dominan dalam arah horizontal antara
2,5 – 4,0 m dari piringan batang dengan kedalaman maksimum 0,3 m. Sedangkan
akar sekunder umumnya berada pada kedalaman antara 0,3 – 0,5 m dan sebagian
kedalaman 0,5 – 1,08 m, dan cenderung arah vertikal ke bawah. Sehingga dari
hasil tersebut kita dapat mengetahui keberadaan akar yang aktif dalam penyerapan
perkebunan kelapa sawit dengan umur tanaman yang sudah tua (mature palm oil).
Zona piringan kelapa sawit memiliki kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan zona gawangan, zona panen, zona antara piringan dengan jalan panen,
serta zona antara piringan dengan gawangan. Hal ini diakibatkan kandungan C-
organik dan N tanah di daerah piringan kelapa sawit lebih tinggi. Penyebabnya
adalah adanya pelapukan dari akar tanaman (rhizosfer) kelapa sawit yang sudah
tua yang merupakan sumber makanan bagi fauna tanah, terutama cacing serta
tidak lebih tinggi dikarenakan sukarnya pelepah tersebut untuk didegradasi oleh
biota tanah.
sebagai bahan organik. Bahan organik terbagi atas bahan humik dan bahan
Sebagian besar tanah mengandung stok bahan organik dalam jumlah besar dan
stok bahan organik yang siklusnya aktif dalam jumlah lebih kecil, yang berasal
dari input tanaman, mikrobia dan residu hewan. Identifikasi stok bahan organik
yang aktif maupun labil secara biologi adalah langkah yang esensial untuk
mengetahui siklus nitrogen dan karbon didalam tanah. Perubahan ukuran stok
bagian, yakni secara fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik, bahan organik
dikombinasikan dengan mineral liat. Secara kimia, bahan organik berfungsi dalam
keseimbangan didalam tanah dan pertukaran kation. Sementara dari aspek biologi,
Kandungan umum bahan organik dalam tanah dan laju penguraian dari
terbesar dari bahan organik segar. Komponen lignin lebih sulit terdekomposisi,
namun setelah terdekomposisi, maka beberapa unsur hara yang awalnya terikat
dengan cepat dalam tanah dan karena itu berfungsi sebagai sumber C bagi
Hemiselulosa 5-35%
glukosa C6H12O6 Sedang-lambat
galaktosa
mannosa
xylosa C5H10O5 Sedang-lambat
R
Lignin (penyl-propana) Lambat 15-35%
HO CH2CH2CH3
R’
Polysakarida
Kitin (C6H9O4.NHCOCH3)n Cepat
Pati Rantai glukosa Cepat
Pektin Asam galakturonid Cepat
Inulin Unit fruktosa
*dekomposisi lebih cepat dengan adanya N
**asam amino glisin (salah satu dari banyak kelompok protein)
amandemen berupa bahan organik yang berasal dari sayuran, buah-buahan serta
sampah kebun yang telah dikomposkan dalam rentang waktu selama tujuh tahun
ataupun golongan tungau. Hal ini dikarenakan peningkatan populasi mikroba dari
Begitu juga dengan populasi tungau yang bersifat fungivor atau phytophagus,
Salah satu jenis bahan organik yang banyak terdapat di daerah perkebunan
adalah tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah
limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan
1 ton TBS menghasilkan 230 kg tandan kosong kelapa sawit. Pengolahan dan
pemanfaatan TKKS oleh pabrik kelapa sawit masih sangat terbatas. Alternatif lain
pada tahun 2012 menyatakan bahwa TKKS mengandung sejumlah unsur hara dan
karbon serta asam-asam organik yang dapat dimanfaatkan oleh biota tanah.
dalam tanah. Adapun kandungan kimia yang terdapat dalam TKKS yang telah
produksi (bobot TKKS yang dihasilkan setara dengan 20% dari bobot tandan buah
segar) (Purnamayani, 2012). Namun TKKS cukup sukar untuk terdegradasi secara
alamiah di alam, terutama jika bentuknya masih utuhdan segar. Hal ini disebabkan
menurunkan kadar C/N dari TKKS, Mukhlis et al. (2013) menguji potensi
sampai nilai 17,60 dalam masa inkubasi selama enam minggu. Hal ini juga
selulase.
Enzim Selulase
komponen sintetik seperti residu pestisida dan polusi limbah industri yang masuk
pada suatu lahan. Banyak enzim yang dapat bereaksi jika ada terdapat
aktivitas enzim yang tertinggal setelah populasi mikroba menurun atau ketika
mikroba tersebut mati. Enzim tersebut dinamakan enzim ekstraseluler atau enzim
dan komposisi bahan organik. Faktor fisika yang paling penting dan
mempengaruhi produksi enzim dan metabolit adalah suhu dalam periode inkubasi
karena aktivitas enzim sangat sensitif terhadap suhu (Reddy et al., 2014).
Enzim dapat dijerap oleh permukaan mineral liat dan diantara lamellae liat. Enzim
yang berasosiasi dengan bahan organik akan lebih resisten terhadap degradasi.
Asosiasi enzim dengan permukaan padat seperti partikel liat akan dapat merubah
kelompok mikrobia yang penting dalam degradasi selulosa pada kondisi aerob.
Pada kondisi anaerob, selulosa didegradasi oleh bakteri genus Clostridium. Dalam
kajian enzimologi tanah, penentuan aktivitas selulase cukup sulit, karena selulosa
merupakan hal yang sering digunakan. Seperti penentuan aktivitas xyanase dan
invertase. aktivitas selulase dapat ditentukan dari reduksi gula yang terjadi