Anda di halaman 1dari 25

Modul Praktikum

Dasar Budidaya Tanaman

1. MEDIA TANAM

1. Pendahuluan
Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan biji dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misalnya kualitas biji, tersedianya air dan jenis media
yang digunakan. Media perkecambahan yang efektif untuk pembibitan
adalah media yang berpori dan berdrainase baik serta mampu
mempertahankan kelembaban, kadar garam rendah tetapi
kemampuan menerima dan memasok unsur hara cukup baik, bebas
hama, penyakit, dan gulma.
Media tanam diartikan sebagai media yang digunakan untuk
menumbuhkan tanaman/bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar
tumbuh dan berkembanh. Media tanam juga digunakan tanaman
sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak
dan kokoh berdiri di atas media tersebut. Selain itu, media tanam
digunakan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman karena tanaman
mendapatkan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya
dengan cara menyerap unsur hara yang terkandung di dalam media
tanam.
Media tanaman yang paling umum digunakan adalah tanah.
Tanah mengandung butiran-butiran mineral dan bahan organik, air
dan udara. Bila komposisi unsur-unsur tersebut dalam keadaan yang
tepat, maka tanah tersebut dapat mendukung pertumbuhan suatu
jenis tanaman dengan baik. Selain tanah, terdapat beberapa jenis
media tanam yang lain yang dapat digunakan sebagai media tanam,
baik secara sendiri-sendiri atau sebagai campuran, antara lain sekam
padi, arang sekam padi, sabut kelapa, kompos, humus, arang kayu,
styrofom, vermikulit, pasir, kerikil, rockwool, serbuk gergaji, kayu, dan
peat moss. Bahan-bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang
berbeda-beda. Beberapa jenis media tanam memerlukan perlakuan
khusus selama digunakan budidaya tanaman, misalnya menyiram
larutan pupuk secara intensif agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik,
persiapan media tanam merupakan salah satu langkah awal yang
harus diperhatikan.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang
tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki
kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media
tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar,
menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara.

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu
sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan
media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit

1
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya


digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan
satu dengan lainnya.

Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu


hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan
pecahan batu bata.

berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan


menjadi bahan organik dan anorganik.

A. BAHAN ORGANIK
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya
berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu.
Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan
organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman.
Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro
yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup
baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi


yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan
dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral yang
dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman
sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat
dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya,
media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur
hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam
tersebut mengalami dekomposisi.

Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media


tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut
kelapa, pupuk kandang, dan humus.

1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini
sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan
kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu
mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang
adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi
kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.

Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit
ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman.
Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh

2
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa
aplikasi pemupukan.

Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah


menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga
memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang
ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam
serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang
memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan
arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan
2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang
juga harus lebih kecil.

2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu
batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut,
batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam.
Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua
sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk
menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.

Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai
media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat.
Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam
anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering
dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.

Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih


dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi
dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah
ditembus oleh akar tanaman.

3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya
berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti
jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari
penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang
mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat
tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga
menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman.

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting


untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2
peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil
Condotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah,
terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam hal
memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.

3
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Yang
telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan
perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak
berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.

4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-
pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss
sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian
sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak
rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan leluasa.

Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta
memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman
yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam
organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan
kering.

5. Pupuk kandang

Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk
kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N),
fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk
dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang
memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak
bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang
lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.

Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan
hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan,
serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.

Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang
sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang
hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan
untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat
merusak tanaman.

6. Sabut kelapa (coco peat)


Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang
dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media
tanam ,sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat
yang kuat.

Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di


daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat

4
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun
menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit.
Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih
dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media
lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering
dilakukan karena sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi
jamur.

Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan


karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium
(N), dan fosfor (P). Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah,
sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-
senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa
itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan,
sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat
dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian
dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan
rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu
lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah
yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam
dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff
Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam
cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang
dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml.
Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya
41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6

7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling.
Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau
sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah
memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam,
keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga
sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.

Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi


lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran.
Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang
tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun,
sekam bakar cenderung mudah lapuk.

Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu


mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium
(K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau
memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.
Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.

5
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh
Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut.
Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh
tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus
berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top
soil)

Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan


memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan
tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih
ketika terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim.
Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar
tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya
penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media
lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

B. BAHAN ANORGANIK
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi.
Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu
pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari
pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu
kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran
50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran
kurang dari 2u. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari
bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa
media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel,
pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan
perlit.

1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan
sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media
jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot
untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain
itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga
pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman.
Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan
keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang
kerja.

Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media
ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak cocok
untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias

6
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam


memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar
tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian
besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk
pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan
tanaman tetap terjaga.

Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding


dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen
terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat
memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.

2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan
sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.
Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke
media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media
tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang
dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan
sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro)


maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses
penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses
pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan
dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan
pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan


campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk
digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci
terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat
menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ
tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar
yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

3. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang
tidak jauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori

7
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai


media untuk budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media
ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada
prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah
dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.

Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis.


Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki
rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan
kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah
kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu,
sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat
mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.

4. Pecahan batu bata


Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media
tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga
berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang
akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil, seperti kerikil,
dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan
daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin
baik. Selain itu, ukuran yang semakin kecil juga akan membuat
sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung
lebih baik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini


adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan
kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena
itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang
yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah
melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan
sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan
drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan
pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.

5. Spons (floralfoam)
Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah
sering memanfaatkan spons sebagai media tanam anorganik. Dilihat
dari sifatnya, spons sangat ringan sehingga mudah dipindah-
pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media
jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau
disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman.

Kelebihan lain dari media tanam spons adalah tingginya daya serap
terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam

8
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena


bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spons sudah terlihat
tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera
diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya
tersebut, spons sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman
hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya cenderung
hanya sementara waktu saja.

6. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan
lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki
pori-pori berukuran kecil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada
pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki
kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah
pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori
makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang
mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat
sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi
lamban.

Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara.
Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain
seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media
penyemaian, cangkok, dan bonsai.

7. Vermikulit dan perlit


Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium
dan Halium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam
yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi,
terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat
menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika
digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai
campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan
meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap
oleh akar tanaman.

Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot


ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang
rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan
Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya
serap air.

Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya


dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan
tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.

9
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

8. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya,
styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian
diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi
tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan
berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.
.
Tujuan persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat untuk
tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, agar diperoleh struktur
dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan kata
lain, jika akar tanaman dapat memanfaatkan air, udara, dan unsur
hara yang terdapat di dalam media tanam, maka pertumbuhan
tanaman dapat mencapai tingkat optimum.

2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan:
1. Mempelajari sifat beberapa jenis media tanam dan komposisi
media tanam yang paling optimum untuk mendukung
pertumbuhan tanaman.
2. Mempelajari tipe perkecambahan tanaman

3. Metode
3.1 Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan
Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan


3.2.1 Perlakuan
Perlakuan praktikum adalah jenis media tanam dan jenis bahan
tanam. Media yang digunakan adalah tanah, kompos, cocopeat, arang
sekam, dan cacahan pakis.
Jenis bahan tanam yang digunakan adalah bibit palem wregu.

3.2.2 Persiapan media tanam


Persiapan dilakukan dengan menyiapan media sesuai dengan
perlakuan :
Perlakuan 1 : tanah + pupuk kandang + cocopeat
Perlakuan 2 : tanah + pupuk kandang + pakis
Perlakuan 3 : tanah + pupuk kandang + arang sekam
Perlakuan 4 : tanah + kompos + cocopeat
Perlakuan 5 : tanah + kompos + pakis
Perlakuan 6: tanah + kompos + arang sekam

Perbandingan volume media 1 : 1 : 1

Setiap perlakuan dibuat pada 2 pot plastic

10
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

3.2.3 Penanaman
Bibit palem wregu disiapkan. Setiap pot ditanam dua bibit
palem wregu

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman


Penyiraman dilakukan melihat kondisi media. Jika media yang
digunakan adalah pasir, penyiraman dilakukan setiap hari. Untuk
media yang lain, penyiraman dilakukan melihat kondisi tanaman.
Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, jika
ada benih busuk (terutama untuk tanaman buah)

3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan ketika bibit mulai bertunas , variable
pengamantan adalah:
1. Waktu bibit bertunas, dilakukan dengan cara mencatat waktu biji
berkecambah setelah ditanami.
.
4. Tinggi tanaman, dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari
permukaan media sampai titik tumbuh tanaman.

11
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

2. TANAM DAN POLA TANAM

1 Pendahuluan
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau
bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah
dalam suatu bentuk pola tanam. Pola tanam tumpangsari (
Intercropping ) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu
yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang
sama (Suryanto, 1995). Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan
lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik - baiknya agar
diperoleh produksi maksimal (Jumin, 1991). Pola penanaman ini
dimaksudkan agar diperoleh hasil panen yang maksimal.
Tumpangsari sebagai usaha intensifikasi ruang dan waktu banyak
dilakukan terutama pada pertanian berlahan sempit dan lingkungan
kering/tadah hujan. Sebagai suatu pola produksi, tumpangsari
digunakan karena mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja,
menekan serangan hama, penyakit, dan gulma, serta masih
berpeluang mendapatkan hasil jika salah satu komponen tanaman
gagal panen. Pemilihan pola tanam tumpangsari dalam budidaya
tanaman disebabkan hasil total yang diperoleh persatuan luas lahan
lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam secara monokultur
pada luas lahan dan tingkat pengelolaan yang sama.
Dengan demikian, pola tanam memiliki arti penting dalam pola
produksi tanaman. Melalui pengaturan pola tanam, berarti
memanfaatkan dan memdaukan berbagai komponen yang tersedia
yang meliputi : agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,
teknik budidaya, dan sosial ekonomi. Pola tanam di daerah tropis
seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan
memperhatikan curah hujan ( terutama pada daerah/lahan yang
sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka pemilihan jenis/varietas
yang ditanampun perlu disesuaikan dengan ketersediaan air ataupun
curah hujan.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai
berikut : Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih
dari 1 tanaman ( umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari
sama umur seperti jagung dan sawi; tumpangsari beda umur seperti
jagung, ketela pohon, dan padi gogo. Tumpang gilir ( Multiple cropping
), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor - faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh : jagung muda, padi gogo, kacang tanah, dan ubi
kayu.

2. Tujuan
Praktikum bertujuan untuk:
1. Mahasiswa mengetahui, memahami serta mempraktekkan pola
tanam monokultur dan tumpangsari
2. Mahasiswa membandingkan pola pertumbuhan tanaman pada
pola tanam monokultur dan tumpangsari.

12
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

3. Mahasiswa membandingkan produksi tanaman persatuan luasan


pada pola tanam monokultur dan tumpangsari.

3. Metode
3.1 Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan
Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan


3.2.1 Perlakuan Pola Tanam
a. Monokultur jagung manis
b. Tumpangsari jagung manis dan sawi

3.2.2 Persiapan media tanam


Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan
menggunakan hand traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya
dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering
agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan
dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu hingga
gembur.
Luas petak setiap kelompok = 3 m x 6 m

3.2.3 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam ditugal
sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang tanam,
kemudian ditutup dengan sedikit tanah. Jumlah benih per lubang 2 – 3
benih per lubang. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 x 30 cm
(jarak antar baris 75 cm dan jarak dalam baris 30 cm). dengan jumlah
2 – 3 benih per lubang. Setelah berumur 2 minggu tanaman
dijarangkan menjadi 2 tanaman per lubang.
Pola tanam tumpangsari, tanaman sawi ditanam dalam baris
jagung diantara benih tanaman jagung atau setiap 30 cm.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan,
pengairan, penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan
penyakit.
1. Penjarangan
Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam, disisakan dua
tanaman per lubang.
2. Pemupukan
a. Dosis pupuk :
- Pupuk N (urea) : 145 kg N/ha,
- Pupuk P (SP-36): 144 kg P2O5/ha
- Pupuk K (KCl) : 60 kg K2O/h
b. Pemupukan dilakukan 3 kali, pertama pada saat tanam yaitu
1/3 dosis N dan semua dosis P dan K, pemuoukan kedua pada
umur 21 HST yaitu 1/3 dosis N dan pemupukan ketiga adalah
1/3 dosis N.

13
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

Cara pemupukan adalah dengan membuat lubang di samping


tanaman dengan jarak sekitar 5 cm, pupuk ditaruh dalam
lubang kemudian ditutup dengan tanah.
3. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya,
kecuali apabila tanah telah lembab. Pengairan dilakukan 1
minggu sekali atau melihat kondisi tanah. Menjelang tanaman
berbunga, kebutuhan air tanaman lebih banyak sehingga perlu
dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
4. Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 14
hari setelah tanam dan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat
dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat.
Penyiangan kedua pada 35 hst. Penyiangan harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak mengganggu dan merusak perakaran
tanaman.
5. Pembumbunan
Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan. Pembubunan bertujuan untuk untuk memperkokoh
posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas tanah, mengendalikan gulma serta
memperbaiki aerasi tanah.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis
dan tingkat serangan hama dan penyakit yang ada. Apabila
tingkat serangan hama ringan, pengendalian hama bisa dilakukan
secara mekanik, namun bila tingkat serangan agak luas
pengendalian hama menggunakan insektisida. .

5) Panen
Pemanenan dilakukan pada umur 60 – 70 hari setelah tanam.
3.3 Pengamatan
3.3.1 Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
- Variabel pengamatan antara lain:
1. Jumlah daun, dihitung daun yang sudah membuka sempurna
2. Tinggi Tanaman
- Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst
- Interval pengamatan adalah 7 hari
- Diukur dari permukaan tanah
3.3.2 Pengamatan organ generatif
- Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan variabel
pengamatan antara lain:
1. saat berbunga, dicatat saat tanaman berbunga (hari setelah
tanam)
2. jumlah tongkol per tanaman, dihitung jumlah tongkol per
tanaman

14
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

3. bobot tongkol pertanaman, ditimbang bobot tongkol per tanaman


tanpa pembungkus tongkol jagung (”kelobot”).
4. Bobot segar tanaman sela, ditimbang tanaman sela (sawi dan
kangkung) pada saat panen
5. produksi per ha, dihitung bobot tongkol yang sudah dikonversi
dari petak panen ke hektar.

3. BAHAN TANAM

15
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

1. Pendahuluan
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Ada
yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada yang rendah. Hal ini sangat
bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang
dipilih, jenis tanaman, wakru memperbanyak, keterampilan pekerja,
dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun
vegetative. Perbanyakan vegetatif diperlukan untuk tanaman dan
kultivar yang tidak menghasilkan biji secaara teratur atau tidak
menghasilkan biji sama sekali. Perbanyakan vegetatif adalah
perbanyakan yang menggunakan organ vegetatif tanaman dan
memungkinkan untuk dilakukan, sebab organ vegetatif dari beberapa
tanaman mempunyai kemampuan bergenerasi, misalnya cabang,
pucuk, daun umbi dan akar. Contoh dari perbanyakan vegetatif ialah
stek, cangkok, okulasi, grafting, dan kultur jaringan. Perbanyakan
tanaman dengan cara stek ialah perbanyakan dengan cara
menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman
seperti akar, batang atau daun untuk menjadi tanaman baru.
Perbanyakan generatif merupakan usaha memperbanyak jumlah
tanaman dengan biji yang terbentuk dari persatuan dua gamet (sel
kelamin). Cara perbanyakan dengan biji telah umum dilakukan di
berbagai Negara, baik digunakan untuk tanaman menyerbuk sendiri
maupun tanaman menyerbuk silang.
Perbanyakan secara generatif mempunyai keuntungan dan
kerugian. Keuntungan adalah:
a. Biji merupakan cara yang paling murah dalam pembiakan.
b. Pada keadaan penyimpanan yang cocok, biji dapat tetap
mempunyai viabilitas dalam jangka waktu yang lama.
c. Pertumbuhan tanaman kuat, karena pola perakarannya dalam,
sehingga lebih tahan terhadap kekeringan.
d. Masa hidup atau umur tanaman lebih panjang dibandingkan dengan
tanaman yang berasal dari pengembangan vegetatif.
Sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tanaman baru
dengan sifat yang tidak sama dengan induknya. Bibit yang
dikembangkan dari cara generatif memerlukan waktu yang lama untuk
memasuki fase reproduktif.

2. Tujuan
Tujuan praktikum adalah :
1. Mahasiswa mempelajari, memahami dan mempraktekan cara
perbanyakan tanaman secara vegetaif dan generatif.

3. Metode
3.1 Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan
Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan

16
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

3.2.1 Perlakuan
Perlakuan praktikum adalah :
a. Bahan Tanam Vegetatif (Perlakuan)
i. Stek batang (V1) : Ubi kayu
ii. Stek daun (V2) : Sansiviera, cocor bebek
iii. Umbi/Corm/Rhizome (V3) : Bawang merah, gladiol
iv. Stolon (V4) : Stroberi
b. Bahan Tanam Generatif : jadi satu dengan materi pola
tanam
3.2.2 Persiapan media tanam
Persiapan dilakukan dengan menyiapan media yang digunakan
yaitu campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3:1. Media
dimasukkan dalam tempat pembibitan sebanyak 2/3 bagian.

3.2.3 Penanaman
Cara penanaman:
1. Stek batang dan daun:
 Bahan tanam dipotong 10 – 15 cm, pada bagian bawah
dipotong miring 45 º, Stek ditancapkan ke media sedalam 3 –
5 cm.

2. Rhizome/Corm/Stolon:
 Bahan tanam di tanam pada media, kemudian bahan tan am
ditutup dengan media.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman


Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban
tanah.
3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan ketika benih akan berkecambah, variable
pengamantan adalah:
1. Persentase keberhasilan/stek hidup, dihitung dengan
membandingkan bahan tanam yang hidup dengan jumlah bahan
tanam.
2. Saat tumbuh tunas, di catat waktu bahan tanam tumbuh tunas
3. Panjang tunas (cm), diukur panjang tunas yang tumbuh dari bahan
tanam
4. Jumlah daun, dihitung daun yang sudah membuka sempurna.

17
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

4. PEMUPUKAN

1. Pendahuluan
Tanah sebagai media tumbuh tidak selamanya mampu
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman.
Ketidakmampuan tanah untuk menyediakan unsur hara salah satunya
dapat disebabkan o leh penanaman yang sama secara terus menerus
pada lahan yang sama dan sisa-sisa hasil panen jarang sekali
dikembalikan pada lahan tersebut. Kadang-kadang petani juga kurang
melakukan pemupukan dalam melakukan usaha taninya. Pemupukan
dengan pupuk anorganik merupakan salah satu cara untuk menambah
unsur hara ke dalam tanah, sehingga tanah mampu mensuplai unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
Jumlah pupuk yang seharusnya diberikan pada tanaman
berbeda-beda disetiap tempat. Oleh karena itu, usah penentuan dosis
pupuk merupakan suatu langkah untuk mencapai tingkat efisiensi
pemupukan. Selain itu, bertujuan menghindari pemberian berlebihan
yang justru dapat merugikan.
Tanaman jagung tidak hanya membutuhkan nitrogen, tetapi
juga unsur lainnya seperti phosphate dan kalium. Setiap fase
pertumbuhan tanaman dibutuhkan sejumlah nutrisi tertentu bagi
pertumbuhan optimumnya. Pengambilan unsur hara selama periode
pertumbuhan suatu tanaman tidaklah sama banyaknya, hal ini
bergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Kebutuhan
unsur hara pada tanaman jagung paling banyak kira-kira 10 hari
sebelum keluar malai sampai dengan 25-30 hari setelah keluar malai.
Pupuk dapat dibagi menjadi:
1. Pupuk Organik, yaitu pupuk yang berasal dari tanaman, kotoran
hewan, seresah atau residu tanaman
2. Pupuk An-Organik yaitu pupuk yang dibuat oleh manusia
dengan formulasi tertentu
Pupuk An-Organik
1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu
mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai
rekomendasi.
2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara
manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur,
keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk
tanaman menghasilkan.
3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara
utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah
disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman
menghasilkan.

Contoh Pupuk An-Organik


1. Pupuk Tunggal
a. Urea, kandungan unsur hara N (46%)

18
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

b. Ammonium Nitrat (AN), kandungan unsure hara N (35%)


c. Sulphate of Ammonia (SOA - ZA), kandungan unsure hara N (21%)
dan S (24%)
d. Rock Phosphate (RP), kandungan unsure hara P2O5 (30%) Ca (45%)
e. Triple Super Phosphate (TSP), kandungan P2O5 46% dan CaO 20%
f. Single Super Phosphate (SSP), kandungan P2O5 (18%), CaO (25%)
dan S (11%)
g. Muriate of Potash(MOP-KCl), kandungan K2O (60%)

Hara
Sumber Hara Utama N P2O5 K2O MgO CaO B Cu S Cl
1. Pupuk Tunggal
- Single Super
Phosphate (SSP) P, Ca, S 18 25 11

- Muriate of Potash
(MOP - KCl) K, Cl 60 35
- Sulphate of Potash
(SOP-ZK) K, S 50 17
- Kieserite Mg, S 27 23
- Dolomit Mg, Ca 22 30
- Sulfur S 97
- Borate B 11
- Copper Sulphate
(CuSO4.H2O) Cu 25 13
- Langbeinite K, Mg, S 22 18 22
2. Pupuk Majemuk
- Diammonium
Phosphate (DAP) N, P 18 46
- NPK (12-12-17-2) N,P,K,Mg 12 12 17 2
- NPK (15-15-6-4) N,P,K,Mg 15 15 6 4
- NPK (15-15-15) N,P,K 15 15 16
3. Sisa - sisa Tanaman
K, Mg,
- Abu tandan kosong Ca 4 40 6 5
- Tandan kosong N, K <1 0,1 1,2 0,1 0,1
- Pelepah hasil tunas
an N, P, K 0,5 0,1 0,8 0,1 0,1
- Limbah cair
Perkebunan Kelapa
Sawit N, K, Mg 0,4 0,2 1,3 0,4

19
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

Karakteristik Pupuk Urea dan ZA

Jenis Pupuk
Keterangan
Urea ZA
Kadar N (%) 46 21
Hara lain (%) - 24 % S
Kelarutan dalam air
1.030 750
(gr/ltr)
Reaksi agak masam masam
Higroskopisitas tinggi kurang
Pencucian/penguapan tinggi sedang
Ketersediaan mudah mudah

Karakteristik Pupuk Phosphate

Jenis Pupuk
Keterangan RP- RP-
CIRP TSP SP-36
Gafsa Maroco
P2O5
(larut asam sitrat 2 26,7 33,1 28 46 36
%)
Hara Lain :
- CaO (%) 49,8 48,2 35,7 18,3 -
- Al2O3 + Fe2O3 (%) 0,2 0,18 9,3 0 -
- S (%) - - - - 5
Kelarutan dalam air
0,125 - - > 99 -
( gr/ltr )
Netral - Netral - Netral - Agak
Reaksi Masam
basa basa basa masam
Higroskopisitas - - - - -
Kehalusan :
 Mesh 80 (%) 63 29 60 - -
 Mesh 100 (%) 91 80 99 - -
Tidak
Ketersediaan Mudah Mudah Mudah Mudah
tersedia

20
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

Karakteristik Pupuk ZK dan KCl/MOP

Jenis Pupuk
Keterangan
ZK MOP/KCl
Kadar K2O (%) 49 - 53 21
Hara lain (%) 18 % S 47 % Cl
Kelarutan dalam air larut larut
Reaksi netral netral
Higroskopisitas - -
Ketersediaan mudah mudah

Karakteristik Pupuk Magnesium

Jenis Pupuk
Keterangan
Kieserite Dolomit Dolomit - Lokal
Kadar MgO (%) 27 18 - 22 2,9 - 37,7
0,9 - 48 % CaO
Hara lain (%) 22 % S 40 % CaO 0,04 - 4,21 % Fe2O3
35 - 45 % SiO2
Kelarutan dalam
Agak sukar sukar -
air
Reaksi Agak masam Basa -
Higroskopisitas - - -
Bervariasi
Bervariasi
Kehalusan - > 95 % (mesh
> 90 % (mesh 80)
100)
Ketersediaan mudah mudah mudah

Pencampuran Beberapa Jenis Pupuk

Urea ZA RP SP-36 ZK MOP Kieserite Dolomit

Urea a N a a a N
ZA N a N x x a
RP a
SP-36 a N a x a N
ZK a x x a a a
MOP a x a a a a

21
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

Kieserite a
Dolomit N a N a a a
Keterangan :
 a = Dapat dicampur
 N = Pupuk dapat dicampur segera sebelum digunakan
 x = Pupuk tidak dapat dicampur

2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari macam pupuk anorganic
2. Kandungan dan formulasinya
3. Menghitung kebutuhan pupuk
4. Teknik aplikasi pada budidaya tanaman jagung manis

3. Metode
3. 1 Penghitungan kebutuhan pupuk tanaman jagung manis.

Rekomendasi kebutuhan pupuk anorganik untuk jagung manis per


hektar adalah:

135 kg N/Ha, 144 kg P2O5/Ha dan 60kg K2O/Ha

a. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik per Ha


b. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik per Ha apabila
diasumsikan lahan yang terpakai untuk luasan drainase dan
jalan ± 10 %.
c. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik per luasan petak
praktikum
d. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik per tanaman
e. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik per tanaman pada saat
tanam, 15 hst dan 35 hst.

(catatan : kandungan urea dibulatkan = 45 % N)

a. Jika pupuk yang tersedia adalah pupuk majemuk NPK 100 kg


dengan kadar 15:15:15, dan dosis pupuk yang digunakan
mengacu pada dosis anjuran yang tersebut di atas. Maka,
hitunglah apakah persediaan pupuk majemuk tersebut cukup
untuk memupuk jagung manis pada lahan seluas 1 ha? Jika
kurang, berapa pupuk tunggal (Urea, SP-18, dan KCl) yang harus
ditambahkan?
b. Selain ditanam di lahan, jagung manis juga bisa ditanam di
polybag volume 5 kg. Dengan mengacu pada dosis anjuran yang
tersebut di atas, hitunglah:
1. Kebutuhan pupuk Urea per polybag…gram
2. Kebutuhan pupuk SP-18 per polybag…gram
3. Kenutuhan pupuk KCl per polybag…gram

22
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

5. PASCA PANEN PRODUK

1. Pendahuluan
Tanaman mempunyai waktu panen yang tidak sama, tergantung
jenis tanaman dan kebutuhannya. Demikian juga dengan criteria
panennya, beberapa tanaman ada yang dipanen bagian bunga, buah,
batang, pucuk/tunas batang, umbi/akar dan bagian lainnya. Produksi
pertanian sangat mudah mengalami kerusakan apalagi jika
penanganan pra-panen dan pasca panennya tidak tepat. Mutu buah
setelah panen tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama.
Produksi pertanian sebelum jatuh ke tangan konsumen sering
kali mengalami masa tunggu, agar produk tersebut tidak cepat rusak.
Perlu diketahui cara-cara yang tepat sebagai penanganan pasca panen
agar kualitas dapat dipertahankan. Perlakuan pasca panen yang
diberikan pada setiap produk pertanian berbeda-beda. Salah satu
perlakuan pasca panen yang biasa diberikan pada hasil pertanian
adalah pembungkusan dengan plastic atau pengemasan (wrapping).
Pengemasan merupakan salah satu bidang kegiatan yang aktivitasnya
menangani sayuran pasca panen untuk kemudian disiapkan menjadi
satu produk sesuai dengan criteria yang diharapkan pelanggan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dipengemasan meliputi penerimaan,
pembersihan, penyimpanan dan pengepakan. Pengemasan
menggunakan bahan yang disebut dengan film plastic bertujuan:
tampilan akan tampak bersih dan mewah, mengurangi penguapan
yang berlebihan (mengurangi kehilangan air/mencegah dehidrasi)
untuk memperpanjang shelf life, melindungi sayur dari kontaminasi.
Dengan demikian akan dapat memperpanjang umur simpan komoditas
sayuran, karena turunnya kandungan air akan menyebabkan kelayuan
sayuran yang merupakan penyebab hilangnya kesegaran dan turunnya
nilai ekonomis.
Selain dengan metode pengemasan, umur simpan sayuran dapat
diperpanjang dengan metode penyimpanan yang benar. Penyimpanan
dilakukan pada ruang pendingin dengan temperature yang optimal
sesuai dengan daya simpan (Shelf Life) sayuran tersebut. Untuk
sayuran jenis dedaunan (kol, sawi putih, seledri, lettuce, selada dan
lain-lain) biasanya disimpan pada ruang pendingin bertemperatur 4-
7°C. sedangkan sayur-sayuran yang berjenis buah-buahan (tomat,
paprika, daikon dan lain-lain) ditempatkan pada pendingin
bertemperatur 7-10°C.

2. Tujuan
Praktikum adalah bertujuan :
1. Mahasiswa dapat mengetahui criteria panen tanaman
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami pengemasan dan
penyimpanan beberapa jenis sayuran.
3. Mahasiswa dapat membandingkan umur simpan sayuran dengan
teknik pengemasan dan penyimpanan yang berbeda.

23
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

3. Metode
3.1 Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan
Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan


3.2.1 Perlakuan
1. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar
2. Dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar
3. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)
4. Dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)
Komoditi : Jagung manis, sawi,

3.2.2 Pelaksanaan
1. Sayuran dikemas dengan sterofoam, kemudian dibungkus dengan
plastic wrapping sesuai dengan perlakuan.
2. Sayuran disimpan disuhu dingin sesuai dengan perlakukan selama
14 hari.
3. Jagung dipotong ujung dan pangkalnya
4. Dibuang kulit tongkol (kelobot) terluar
5. Jagung diwraping setiap 5 tongkol

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari, variable pengamantan adalah:


1. Warna sayuran
2. Kondisi sayuran
3. Aroma

24
Modul Praktikum
Dasar Budidaya Tanaman

6. DISPLAY PRODUK PERTANIAN

1. Pendahuluan
Praktikum Dasar Budidaya Tanaman yang berbobot 2 SKS
diharapkan akan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
keterampilan dalam membentuk profil lulusan, khususnya di bidang
pertanian. Pada materi praktikum ini akan digali potensi dan
kreatifitas mahasiswa yang kemungkinan dapat dikembangkan dalam
penelitian lebih lanjut atau pengabdian kepada masyarakat.
Display atau Pameran Produk Pertanian merupakan rangkaian
kegiatan dalam praktikum Dasar Budidaya tanaman yang memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk memamerkan ide-ide,
kreatifitas atau keterampilannya yang terkait dengan proses produksi
pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Dengan
demikian, praktikan diarahkan untuk memiliki keberanian dan
kemampuan untuk memulai berpartisipasi menangani masalah atau
menemukan ide baru dalam proses produksi pertanian.

2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memacu dan mengembangkan
ide serta daya kreatifitas mahasiswa terhadap proses produksi
pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Selanjutnya
mahasiswa dapat mengembangkan idenya dalam forum yang lebih
luas.

3. Pelaksanaan
a. Kelompok sesuai dengan kelompok praktikum, selanjutnya
tentukan tema. Dalam kegiatan ini, praktikan dipersilakan diskusi
dengan asisten masing-masing.
b. Setiap kelompok hanya diberikan kesempatan untuk memamerkan
satu ide/tema, tetapi boleh lebih dari satu komoditi, namun tetap
dalam satu tema.
c. Susun ide menjadi satu alur pemikiran yang jelas.
d. Siapkan materi yang akan dipamerkan. Waktu pajang hanya 3
(tiga) hari. Setelah itu produk boleh dijual atau dibagi.
e. Selama waktu pajang berlangsung, tim juri akan melakukan
penilaian.
f. Setiap kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan ini akan
mendapat nilai, bagi kelompok yang tidak berpartisipasi tidak
mendapat nilai (kosong).
g. Tiga (3) kelompok yang mendapat skor nilai tertinggi akan
mendapatkan reward.
h. Setiap kelompok akan mendapatkan subsidi dana praktikum.

25

Anda mungkin juga menyukai