Anda di halaman 1dari 8

Efektifitas Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Industri Gula di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Sidoarjo

Efectiveness Performance of Sugar Cane Industry Waste Water


Treatment (WWTP) in Kediri and Sidoarjo Regency
ERRY IKA RHOFITA, ALDENTIO EMIR RUSSO
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya,
Jalan A. Yani No 117 Surabaya 60237
Email: erryikarhofita@uinsby.ac.id

ABSTRACT
Wastewater from sugar industries has complex characteristics and depends on the production capacity.
The main aim of this study is to determine the effectiveness of the waste water treatment processes
(WWTP) of two sugar factories PG. Kediri and PG. Sidoarjo in reducing pH, BOD, COD, and TSS during
year 2016 and 2017. Wastewater influents in both factories exceeded the water quality standards of
Ministry of Environment Regulation Number 5 Year 2014. After treatments, water quality parameters of
the effluents including pH, BOD, COD and TSS were significantly decreased. The effectiveness of the PG
Kediri WWTP in reducing BOD, COD and TSS was 98.52%; 98.47% and 91.51% respectively. The
effectiveness of PG Sidoarjo WWTP in reducing BOD, COD and TSS was 5-20% lower than that of PG.
Kediri.

Keywords: effectiveness performance, WWTP, sugar industry, wastewater

ABSTRAK
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri gula memiliki karakteristik yang kompleks dan bergantung pada
kapasitas produksi. Pengolahan limbah cair dilakukan secara fisika dan biologi untuk mengurangi
konsentrasi bahan pencemar yang menjadi permasalahan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas kinerja IPAL di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo dalam menurunkan konsentrasi
pH, BOD, COD dan TSS selama tahun 2016 dan 2017. Sebelum pengolahan air limbah memiliki
konsentrasi tinggi melebihi ambang batas baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014. Setelah dilakukan pengolahan terjadi penurunan konsentrasi
pH, BOD, COD, dan TSS secara signifikan yang diukur di bagian outlet IPAL. Besarnya efektifitas kinerja
IPAL di PG Kediri dalam menurunkan konsentrasi BOD, COD, dan TSS sebesar 98,52%; 98,47%; dan
91,51%. Berbeda dengan nilai efektifitas kinerja IPAL di PG Sidoarjo yang lebih rendah 5 sampai 20%
dari efektifitas PG. Kediri.

Kata kunci: efektifitas kinerja, industri gula, IPAL, limbah cair

1. PENDAHULUAN dan beracun (LB3). Besarnya produk samping


yang dihasilkan dari kegiatan produksi
1.1 Latar Belakang
bergantung pada kapasitas produksi dan produk
Industri gula merupakan usaha dan/atau yang dihasilkan. Dari beberapa produk samping
kegiatan di bidang pengolahan tebu menjadi gula yang dihasilkan dari kegiatan produksi gula,
beserta turunannya yang digunakan untuk limbah cair adalah salah satu produk samping
konsumsi manusia dan pakan(1). Sedangkan yang menjadi perhatian dan memerlukan
proses produksi gula yang merupakan proses penanganan secara detail. Jika diasumsikan
mengubah tebu (bahan baku utama) menjadi nira rata-rata kapasitas produksi gula di Indonesia
melalui beberapa tahapan seperti proses sebesar 6.000 sampai 6.250 TCD (Ton Cane Per
ekstraksi, pembersihan kotoran, penguapan, Day), akan menghasilkan sekitar 800 sampai 900
kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan m3/hari limbah cair. Tingginya jumlah limbah cair
warna, dan terakhir pengemasan(2,3). Dari proses yang dihasilkan oleh industri gula dikarenakan
produksi gula dihasilkan produk samping berupa pemakaian air dalam proses produksi gula
limbah cair industri gula, limbah padat yang sangat tinggi. Untuk memproduksi 1 ton gula
berupa ampas tebu, blotong dan abu diperlukan air hingga 22,5 m3 air (4,5,6,7). Secara
pembakaran sisa ampas tebu, limbah gas yang terperinci besarnya konsumsi air di industri gula
berupa aerosol, dan limbah bahan berbahaya ditunjukkan oleh Tabel 1.

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No. 2, Juli 2019, 235-242. 235
yang berbeda-beda mengharuskan pihak industri
Tabel 1. Konsumsi air di industri gula gula untuk melakukan evaluasi kinerja tiap-tiap
unit IPAL yang dimilikinya. Evaluasi unit IPAL
Penggunaan air Konsumsi dilakukan mulai dari input dimana air mulai
(L air/ ton gula) masuk kedalam IPAL hingga air limbah dibuang
Flume water 5.000 – 8.000 ke lingkungan atau badan air. Evaluasi unit IPAL
Washing water 1.500 – 2.500 di indutri gula dapat dilakukan secara teknis
Earth transport water 150 – 250 terhadap bangunan IPAL beserta efektifitas
Ekstraksi jus tebu 300 – 400 kinerjanya. Pelaksanaan evaluasi unit IPAL harus
Purifikasi jus (sweet water) 120
dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk
Kondensasi 4.000 – 6.000
mengetahui apakah kondisi IPAL yang ada di
Steam generation 40
Cleaning 20 industri gula memiliki efektifitas kinerja yang
Pertukaran ion (thin juice 50 – 130 sesuai dengan standar atau tidak. Dalam hal ini
softening or desugarization kualitas air limbah yang dihasilkan harus
of molasses) memenuhi baku mutu yang tertulis dalam
Pendinginan dan 400 – 5.000 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5
pemompaan Tahun 2014 Lampiran XXII Tentang Baku Mutu
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Gula.
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa unit produksi yang mengkonsumsi air 1.2 Tujuan Penelitian
dan menghasilkan jumlah limbah cair dalam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
jumlah besar seperti unit pemurnian dan mengetahui efektifitas kinerja unit IPAL industri
penguapan. Limbah cair yang dihasilkan dari unit gula di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Sidoarjo
tersebut berasal dari boiler, kondensor dan sisa pada tahun 2016 dan 2017.
pencucian proses, evaporator, buangan ketel dan
peralatan lain, kegiatan pembersihan lantai 2. BAHAN DAN METODE
pabrik, tumpahan nira, tetes dan lain-lain(6).
Secara umum, karakteristik limbah air kondensor 2.1 Bahan
mengandung senyawa organik yang sangat Sampel air limbah diambil dari inlet dan
rendah. Berbeda dengan limbah cair yang outlet IPAL industri gula di Kabupaten Kediri dan
berasal dari boiler dan air bekas pencucian Kabupaten Sidoarjo selama masa giling secara
mengandung senyawa organik yang tinggi langsung. Masa giling biasanya dimulai dari
sehingga memerlukan pengolahan terlebih bulan Mei sampai bulan Oktober setiap
dahulu sebelum dibuang ke badan air maupun tahunnya. Pengambilan sampel air limbah
digunakan kembali dalam proses produksi. dengan menggunakan water sampler sebanyak
Pengolahan limbah cair di industri gula 100 ml dan dimasukkan ke dalam botol gelas
secara umum menggunakan metode fisika berwarna gelap sesuai dengan SNI 6989,59:
(primary treatment) dan metode biologi 2008 Bagian 59: Metode Pengambilan Contoh
(secondary treatment) tanpa bahan kimia Air Limbah. Selanjutnya sampel diawetkan dan
tambahan. Hal ini dikarenakan limbah cair yang di simpan sesuai dengan Lampiran B SNI
dihasilkan oleh industri gula tidak mengandung 6989.59: 2008.
bahan beracun dan berbahaya (B3). Potensi
pencemaran yang terkandung dari limbah yang 2.2 Metode
dihasilkan oleh industri gula hanya berupa
tingginya nilai BOD (Biological Oxygen Demand) Penelitian ini merupakan penelitian
dan COD (Chemical Oxygen Demand), nitrogen, komparatif yang bersifat membandingkan
fosfor dan derajat keasaman (pH). Penggunaan efektifitas kinerja IPAL di industri gula di
metode fisika dalam pengolahan limbah cair di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Sidoarjo
industri gula bertujuan untuk menghilangkan berdasarkan penurunan parameter kualitas air
padatan tersuspensi serta minyak yang limbah pada tahun 2016 dan 2017. Selanjutnya
terkandung dalam air limbah. Berbeda dengan air limbah diuji laboratorium sesuai dengan SNI
metode fisika, penerapan metode biologi 6989: 2011 tentang Air dan Air Limbah.
bertujuan untuk menghilangkan bahan organic Beberapa parameter yang menjadi tolok ukur
biodegradable(8). kualitas limbah antara lain debit, pH (derajat
Secara operasional pengolahan limbah cair keasaman), COD, BOD, TSS, dan (Total
di industri gula dilakukan oleh Instalasi Suspended Solid). Untuk mengetahui kualitas air
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sederhana yang limbah yang dihasilkan data hasil pengujian
terdiri dari ekualisasi, netralisasi, pra-sedimentasi laboratorium harus dibandingkan dengan baku
circular, bak aerasi, secondary clarifier dan mutu air limbah yang sesuai Peraturan Menteri
sludge drying bed. Adanya unit-unit dalam IPAL Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014

236 Efektivitas Kinerja Instalasi .... (Rhofita, E. I. et al.)


Lampiran XXII Tentang Baku Mutu Bagi Usaha bahwa penentuan bahan pencemar berdasarkan
Dan/Atau Kegiatan Industri Gula. kapasitas produksi/giling harian dalam TCD dan
Pengujian efektifitas kinerja IPAL yang ada di dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (1) industri
industri gula dapat diketahui dengan gula dengan kapasitas kurang dari 2.500 TCD;
menggunakan Persamaan 1, (9). (2) industri gula dengan kapasitas antara 2.500
TCD sampai 10.000 TCD; dan (3) industri gula
(1) dengan kapasitas lebih dari 10.000 TCD. Selain
pengelompokan berdasarkan kapasitas produksi
Dari Persamaan 1 data diketahui bahwa nilai untuk industri gula dengan kapsitas kurang dari
efektifitas dinyatakan dalam bentuk prosentase 2.500 TCD dan antara 2.500 TCD sampai 10.000
(%), dimana So merupakan konsentrasi air TCD pemisahan BMAL juga didasarkan pada 4
limbah di inlet dan Si meruapakan konsentrasi air (empat) sumber air limbahnya yaitu air limbah
limbah di outlet. proses, air limbah kondensor, air limbah abu
ketel dan air limbah gabungan(1,10).
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN oleh industri gula tidak terlepas dari jenis dan
kapasitas produksi, sehingga tidak terdapat
3.1. Hubungan antara Kapasitas Produksi ketentuan baku untuk menghitung jumlah dan
dengan Limbah Cair yang Dihasilkan di debit limbah yang dihasilkan. Karakteristik limbah
Industri Gula cair yang dihasilkan oleh kedua industri gula
tersebut secara tidak langsung juga digunakan
Kegiatan produksi di industri ditentukan oleh
untuk menentukan kualitas limbah yang
jenis dan jumlah bahan baku yang selanjutnya
dihasilkan dan jenis pengolahan yang tepat. Hasil
diproses dengan metode dan teknologi tertentu
observasi di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo
sesuai dengan kapasitas produksinya. Bahan
menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) jenis dan
baku yang digunakan dalam proses pembuatan
sumber limbah cair yang berasal dari unit
gula antara lain tebu sebagai bahan baku utama
produksi secara keseluruhan (Tabel 3).
dan bahan baku pendukung seperti gamping,
Selanjutnya keempat jenis limbah tersebut
belerang, asam fosfat dan floculant. Industri gula
dialirkan melalui saluran pembuangan air limbah
di Kabupaten Kediri (PG. Kediri) dan Kabupaten
(SPAL) yang berbeda dengan tujuan
Sidoarjo (PG. Sidoarjo) memiliki kapasitas
menghindari pencampuran limbah yang akan
produksi maksimal sebesar 6,200 TCD dan 2.400
mempersulit pengolahannya. Secara terperinci
TCD. Berdasarkan hasil penelitaian, tahun 2016
skema pengolahan limbah cair di kedua industri
dan 2017 kapasitas produksi gula rata-rata di
gula ditunjukkan oleh Gambar 1.
PG. Kediri dan PG. Sidoarjo berturut-turut
sebesar 608,71 TCD; 527,33 TCD; 2.097,19 TCD
Tabel 3. Jenis dan sumber limbah cair di industri
dan 1.902,28 TCD. Secara terperinci produksi
gula
gula di kedua industri gula ditunjukkan oleh Tabel
2. Jenis Sumber limbah Karakteristik
limbah cair limbah
Tabel 2. Produksi gula tahun 2016-2017 Jatuhan Mesin-mesin di unit Bewarna
minyak/oli penggilingan kehitaman
Data 2016 2017 Bocoran nira Pipa-pipa penyalur nira Berwarna hijau
pro- PG. Kediri PG. PG. PG. (pipa evaporator dan kekuningan
duksi Sidoarjo Kediri Sidoarjo juice heater) di unit
Produksi 1.044.897,4 5.944.895,8 969.259,0 4.333.409,9 pemurnian dan
tebu
penguapan
(ton/
tahun) Air abu Unit boiler dan wet Berwarna abu-
Produksi 109.568.3 377.495.1 79.099,4 342.410.1 scrubber abu
gula Air jatuhan Kondensor evaporator, Memiliki suhu
(ton/ kondensor vacuum pan, rotary tinggi mendekati
tahun) vacuum filter, dan air titik didih
pendingin boiler.
Besarnya kapasitas produksi harian industri
gula dalam bentuk TCD secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap nilai Baku Mutu Air Jumlah rata-rata limbah cair yang dihasilkan
Limbah (BMAL). Dalam Peraturan Menteri per ton produksi gula oleh kedua industri gula
Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang sebesar 0,15 m3. Hal tersebut diperkuat oleh
BMAL dan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
52 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas rata-rata limbah cair yang dihasilkan dari setiap
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun ton gula yang diproduksi berkisar 0,165 sampai
2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri 1,1 m3, (11–14).
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya dijelaskan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No. 2, Juli 2019, 235-242. 237
Tabel 4. Karakteristik limbah cair di inlet
Air dengan suhu tinggi Bak Kontrol
(Limbah Cair Non-
Polutan) Para- BMAL 2016 2017
Spray Pond I *
meter PG. PG. PG. PG.
Outlet Air Jatuhan
Spray Pond II Kondensor Kedi Sidoarjo Kediri Sidoarjo
ri
Clossed Loop System
pH 6-9 6,43 7,18 6,93 7,19
Minyak Oli
Bak Penangkap
Limbah Minyak BOD 60 319, 102,69 201,37 104,65
Cair Bocoran Nira
Industri (mg/L) 71
Gula Bak buffer dan
Air Abu COD 100 1.17 562,19 664,43 542,96
Ekualisasi
(mg/L) 1,41
Bak Penangkap Abu TSS 50 314 106,23 71,17 80,27
1
(mg/L)
Bak Penampung Abu Bak Penangkap Abu
(Sludge Drying Bed) 2 * sesuai dengan ketentuan Peraturan Gubernur
Cooling Tower Jawa Timur No. 52 Tahun 2014
Kolam Aerasi Outlet IPAL
Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik
Clarifier
limbah cair di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo
Bak buffer dan filter memiliki nilai BOD antara 200 sampai 320 mg/L
Kolam Penampung melebihi ambang batas maksimal BMAL sebesar
Awal
60 mg/L, COD antara 540 sampai 1200 mg/L
Kolam Penampung melebihi ambang batas maksimum BMAL
Akhir
sebesar 100 mg/L dan TSS anatara 80 sampai
314 mg/L melebihi ambang batas BMAL sebesar
Gambar 1. Skema pengolahan limbah cair di
50 mg/L. Berbeda dengan nilai pH air limbah
industri gula.
yang dihasilkan oleh kedua industri gula telah
3.2. Karakteristik Air Limbah di Inlet memenuhi BMAL yaitu antara 6 sampai 9.
Tingginya nilai COD, BOD dan TSS juga
dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Tahun 2016
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri
PG. Kediri dan PG. Sidoarjo memiliki kapasitas
gula secara umum dapat digolongkan menjadi
produksi lebih tinggi dari tahun 2017, sehingga
limbah polutan yang berasal dari proses produksi
secara tidak langsung akan berpengaruh
dan jatuhan kondensor. Limbah jatuhan
terhadap karakteristik limbah cair yang
kondensor menuju unit spray pond untuk
dihasilkan.
diturunkan temperaturnya. Unit spray pond di
Hampannavar dan Shivayogimath
PG. Sidoarjo terdiri dari 1) bak penampung air
menjelaskan bahwa secara umum karakteristik
jatuhan kondensor yang dilengkapi dengan bak
limbah cair yang dihasilkan oleh industri gula
kontrol dan filter, 2) spray pond 1, 3) filter, 4)
memiliki nilai pH antara 5,2-6,5, COD antara
buffer sebagai penampung air dan 5) spray pond
1.000-4.340 mg/L, BOD antara 350-2.750 mg/L
2, (Gambar 2).
dan TSS antara 760-800 mg/L, (15). Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shivayogimath dan Jahagirdar yang menjelaskan
bahwa konsentrasi COD yang terkandung di
limbah cair sangat tinggi (<6,000 mg/L) sehingga
memerlukan penanganan khusus melalui
electrocoagulation untuk menurunkannya.
Besarnya kandungan pencemar dalam limbah
cair di industri gula tersebut memiliki nilai pH 5.1,
COD 6.400 mg/L, BOD 2.250 mg/L, dan TSS
Gambar 2. Unit spray pond 1 dan 2.
1.008 mg/L, (16).
Limbah polutan selanjutnya diolah secara
langsung di unit IPAL secara terpusat (on side). 3.3. Karakteristik Air Limbah di Outlet
Sebelum masuk kedalam unit IPAL limbah cair
Pengolahan air limbah di industri gula
harus diukur karakteristiknya pada bagian inlet.
bertujuan untuk mengurangi kadar pencemar
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan oleh PG.
yang dihasilkan dari proses produksi gula sampai
Kediri dan PG. Sidoarjo pada bagian inlet
pada ambang batas yang telah ditentukan oleh
ditunjukkan oleh Tabel 4.
BMAL sebelum dibuang ke lingkungan maupun
dimanfaatkan kembali untuk keperluan
pendukung kegiatan di industri gula. Di Propinsi
Jawa Timur, BMAL di industri gula diatur dalam
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 52 Tahun

238 Efektivitas Kinerja Instalasi .... (Rhofita, E. I. et al.)


2014 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nilai BOD pada bagian outlet di PG.
RI No. 5 Tahun 2014. Setelah proses Sidoarjo lebih tinggi 600% bila dibandingkan
pengolahan air limbah yang dilakukan di unit dengan nilai BOD di PG. Kediri. Hal yang sama
IPAL diperlukan monitoring dan evaluasi secara juga dapat dilihat dari nilai COD yang
berkala pada bagian outlet untuk mengetahui menunjukkan PG. Sidoarjo memiliki nilai COD
kualitas air limbah hasil olahan dan tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan PG.
kinerja IPAL yang digunakan. Karakteristik air Kediri. Nilai BOD dan COD tahun 2016 lebih
limbah di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo pada tinggi dibanding nilai BOD dan COD tahun 2017.
bagian outlet setelah dilakukan pengolahan air Pengukuran nilai COD ini menunjukkan beban
limbah di unit IPAL ditunjukkan oleh Tabel 5. bahan organik dan menjadi indikasi kondisi toxic
(racun) yang terkandung dalam air limbah(21,23).
Tabel 5. Karakteristik limbah cair di outlet Nilai COD yang tinggi 3,140 mg/L tidak dapat
digunakan biji atau tanaman tumbuh akibat
Para- BMAL 2016 2017
meter *
PG. PG. PG. PG. rendahnya kadar oksigen untuk mengoksidasi
Kediri Sidoarjo Kediri Sidoar- material organik dalam memproduksi
jo karbondioksida dan air(24). Sedangkan BOD
pH 6-9 7,23 6,92 7,26 6,90
BOD 60 3,57 23,62 3,51 23,41
menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan
(mg/L) bakteri untuk menguraikan senyawa organik.
COD 100 14,24 98,65 12,22 95,93 Selain dipengaruhi oleh kapasitas produksi nilai
(mg/L) BOD juga dipengaruhi oleh debit limbah cair.
TSS 50 4,66 18,89 11,03 18,08
(mg/L) Berdasarkan data hasil observasi diketahui
*Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri bahwa besarnya debit limbah cair di PG. Kediri
Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 dan PG. Sidoarjo tahun 2016 dan 2017 berturut-
turut sebesar 467,37 m3/hari; 424,04 m3/hari;
Tabel 5 menunjukkan bahwa setelah 1.533,96 m3/hari; dan 1.505 m3/hari. Hasil
pengolahan air limbah yang dihasilkan oleh PG. observasi BOD yang dilakukan Poddar and Sahu
Kediri dan PG. Sidoarjo telah memenuhi BMAL (2017) di outlet IPAL menunjukkan nilai yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan bervariasi antara 635 sampai 950 mg/L
Hidup RI No. 5 Tahun 2014. Hal tersebut bergantung pada jarak alirannya(21).
menunjukkan bahwa unit IPAL memiliki kinerja Nilai TSS menunjukkan jumlah padatan
yang baik. Untuk mengetahui nilai kinerja IPAL tersuspensi yang mempengaruhi kekeruhan dan
tersebut perlu dilakukan perhitungan nilai transparansi serta berdampak pada intensitas
efektifitas kinerja untuk setiap parameter air cahaya yang dapat masuk dalam air limbah. Nilai
limbah yang dihasilkan oleh industri gula TSS dalam setiap air limbah selalu berbeda-beda
tersebut. bergantung pada jumlah dan kualitas bahan
Parameter pH pada industri gula tidak dapat organik dan anorganik dalam bentuk partikel
dilihat nilai keefektifitasannya. Nilai pH di PG. terendapkan, melayang, dan komponen
Kediri dan PG. Sidoarjo baik pada bagian inlet tersuspensi koloid. Tabel 5 menunjukan nilai TSS
maupun outlet masih menunjukkan nilai netral di PG. Kediri tahun 2016 dan 2017 lebih rendah
atau sesuai dengan BMAL yang ditentukan. dari PG. Sidoarjo. Nilai TSS PG. Kediri tahun
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa 2017 meningkat 120% dari tahun 2016, dari 4,66
nilai pH pada bagian outlet setelah limbah cair di mg/L menjadi 11,03 mg/L. Sedangkan di PG.
olah dalam IPAL menunjukkan nilai basa atau Sidoarjo nilai TSS cenderung tetap hanya terjadi
diatas 7, yaitu berkisar antara 8.1 sampai 9.5, penurunan 0,8 mg/L. Hal ini berarti pada tahun
(17). Tetapi ada beberapa peneliti yang 2017 PG. Sidoarjo terjadi penurunan padatan
menyatakan nilai pH pada bagian outlet setelah yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah di
limbah cair di olah dalam IPAL bersifat asam unit IPAL sebesar 0,008%. semakin tinggi nilai
berkisar antara 4.4 sampai 6(18). Di industri gula TSS yang terkandung dalam limbah semakin
pH air limbah bersifat asam karena penggunaan keruh kondisi air limbahnya. Nilai TSS pada
asam fosfat dan asam sulfat pada proses outlet di PG. Kediri dan Sidoarjo lebih rendah bila
pemurnian dan penguapan(19). Penurunan pH dibandingkan dengan beberapa kajian yang
yang terjadi di outlet disebabkan oleh efek dilakukan oleh Memon et al (2006), Doke et al
pengolahan limbah cair secara biologis dengan (2011), Saini and Pant (2014), dan Poddar and
menggunakan mikrorganisme(20,21). Adanya Sahu (2017) dengan nilai TSS antara 100 sampai
peningkatan jumlah amoniak yang terkandung 700 mg/L(19,21,23,25).
dalam air limbah akibat dari penguraian protein
dalam proses aerasi berdampak pada
penurunan pH air limbah (diatas nilai 7 netral)
dan menurunkan kualitas tanah(22,23).

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No. 2, Juli 2019, 235-242. 239
3.4. Efektifitas Kinerja IPAL Industri Gula Tabel 7. Dimensi kolam aerasi di PG. Kediri dan
PG. Sidoarjo
Efektifitas kinerja IPAL di PG. Kediri dan PG.
Sidoarjo merupakan salah satu indikator Detail Satuan PG. Kediri PG.
spesifikasi Sidoarjo
keberhasilan kegiatan pengolahan limbah cair. Panjang meter 59 58.30
Efektifitas dapat ditentukan dari nilai penurunan Lebar meter 28.8 7.5
konsentrasi pencemar yang terkandung dalam Kedalaman meter 2.5 3.5
limbah cair. Dalam hal ini tingkat penurunan Diffuser buah 180 100
karakteristik limbah dari inlet sampai ke outlet.
Besarnya efektifitas kinerja IPAL di PG. Kediri Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa volume
dan PG. Sidoarjo ditunjukkan oleh Tabel 6. kolam aerasi di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo
sebesar 4.248 m3 dan 1.530,375 m3. Sedangkan
Tabel 6. Efektifitas pengolahan limbah cair di debit maksimal air limbah di PG. Kediri dan PG.
industri Sidoarjo sebesar 4.000 m3/hari dan 1200 m 3/hari,
maka periode aerasi (HRT) di PG. Kediri dan PG.
Para- Satuan 2016 2017
meter PG. PG. PG. PG. Sidoarjo selama 25,5 jam dan 30,6 jam.
Kediri Sidoarjo Kediri Sidoarjo Direktorat Pekerja Umum Cipta Karya
BOD % 98,88 77,00 98,26 77,63 menentukan periode aerasi yang baik berkisar
COD % 98,78 82,45 98,16 82,33 antara 18 sampai 36 jam. Selain dipengaruhi
TSS % 98,52 82,22 84,50 77,48
oleh periode aerasi efektifitas penurunan
konsentrasi BOD juga ditentukan oleh kebutuhan
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai efektifitas
suplai oksigen yang berasal dari blower.
di PG. Kediri lebih tinggi bila dibandingkan
Kurangnya suplai oksigen akan menyebabkan
dengan PG. Sidoarjo. Hal ini menunjukkan
mikroorganisme dalam kolam aerasi mati,
bahwa penurunan konsentrasi BOD, COD dan
sehingga akan terjadi kenaikan rasio Food on
TSS melalui pengelolaan limbah cair di unit IPAL
Microorganism (F/M rasio).
berlangsung dengan baik dan sesuai dengan
Efektifitas kinerja IPAL dalam menurunkan
perencanaan alternatif pengolahan air limbahnya.
konsentrasi COD di PG. Kediri dan PG. Sidoarjo
Nilai efektifitas pengolahan limbah cair di PG.
pada tahun 2016 dan 2017 berturut-turut sebesar
Sidoarjo pada tahun 2016 dan 2017 tidak
98,78; 98,16; 82,45; dan 82,23 (Tabel 6). Terjadi
mengalami perbedaan yang signifikan. Nilai
perbedaan efektifitas kinerja IPAL sebesar 16%
efektivitas kinerja IPAL yang berkisar antara 77
antara PG. Kediri dengan PG. Sidoarjo dalam
sampai 82% dan dapat digolongkan efektif.
menurunkan COD pada air limbah. COD
Tingkat keefektifitas kinerja IPAL di PG. Sidoarjo
menunjukkan seberapa banyak senyawa organik
dapat dilihat dari penurunan konsentrasi
yang dapat dioksidasi secara kimia. Dalam air
pencemar dari inlet menuju outlet yang sesuai
limbah konsentrasi COD menunjukkan ukuran
dengan ketentuan BMAL. Begitu pula pada
tingkat pencemaran, semakin tinggi nilai COD
tingkat efektifitas kinerja IPAL PG. Kediri rata-
kebutuah oksigen akan semakin tinggi, sehingga
rata 98%.
kandungan polutan dalam air limbah semakin
Efektifitas kinerja IPAL dalam menurunkan
tinggi.
konsentrasi BOD di PG Kediri tahun 2016 dan
Efektifitas kinerja IPAL dalam menurunkan
2017 mencapai 98% lebih tinggi 20% persen dari
konsentrasi TSS di PG. Kediri pada tahun 2016
kinerja IPAL di PG. Sidoarjo pada tahun yang
lebih tinggi 14% dari tahun 2017. Tahun 2016
sama. Selain perbedaan konsentrasi BOD di inlet
nilai efektifitas sebesar 98,52% dan tahun 2017
dan outlet yang lebih tinggi PG. Sidoarjo
sebesar 84,50%. Sedangkan nilai efektifitas
daripada PG. Kediri. Adanya perbedaan
kinerja IPAL dalam menurunkan konsentrasi TSS
spesifikasi teknis (dimensi dan diffuser) kolam
di PG. Sidoarjo pada tahun 2016 dan 2017
aerasi yang merupakan unit IPAL utama dalam
memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan
pengolahan limbah secara biologis (secondary
dengan PG. Kediri. Selain perbedaan konsentrasi
treatment) untuk air limbah. Kolam aerasi secara
TSS di inlet dan outlet efektifitas penurunan TSS
umum berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
dipengaruhi oleh kinerja unit clarifier. Di industri
degradasi material organik air limbah oleh bakteri
gula unit clarifier digunakan untuk memisahkan
anerobik menjadi material yang lebih sederhana.
lumpur dengan air limbah dengan cara
Dibutuhkan suplai oksigen melalui diffuser dan
mengendapkan air limbah secara gravitasi
nutrien yang berupa senyawa nitrogen (N) dan
setelah air limbah diolah secara biologi pada
phosphor (P) ke dalam proses aerasi tersebut.
kolam aerasi. Perbedaan dimensi clarifier secara
Hasil observasi yang dilakukan di kedua industri
tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap
gula diketahui bahwa dimensi kolam aerasi di
efektifitas kinerja unit IPAL dalam menurunkan
PG. Kediri dan PG. Sidoarjo ditunjukkan oleh
TSS. PG. Kediri memiliki 2 (dua) buah clarifier
Tabel 7.
dengan bentuk tabung berdiameter 8 meter
dengan kedalaman 1,5 meter. Berbeda dengan

240 Efektivitas Kinerja Instalasi .... (Rhofita, E. I. et al.)


PG. Sidoarjo yang hanya memiliki 1 (satu) buah 8. Rais, M. dan Sheoran, A. (2015). Treatment
clarifier berbentuk balok dengan dimensi panjang of Sugarcane Industry Effluents. Int Journal
7,75 meter, lebar 7,75 meter dan kedalaman 4 of Engineering Research and Applications,
meter. Waktu pengendapan rata-rata di PG. 5(1), 11–19.
Kediri dan PG. Sidoarjo ini berkisar antara 2 9. Metcalf , Eddy, Tchobanoglous, G., Burton
sampai 6 jam tergantung pada debit limbah yang FL, dan Stensel, H.D. (2003). Wastewater
dihasilkan. Engineering  Treatment and Reuse:
McGraw-Hill Companies.
4. KESIMPULAN 10. Soekarwo. (2014). Peraturan Gubernur
Jawa Timur No 52 Tahun 2014 tentang
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan oleh Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
industri gula bergantung kepada kapasitas dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya, 1–15.
produksi. Karakteristik limbah cair di PG. Kediri 11. Cortés, M.G., Verelst, H, Pedraja, R.E.,
baik di inlet dan outlet memiliki nilai lebih rendah Suárez, E.G. (2011). Water and
bila dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan Wastewater Management in a Sugar
oleh PG. Sidoarjo. Secara umum parameter Process Production. Paper presented at the
fisika-kimia air limbah seperti pH, BOD, COD, 14th Integration, Modelling and
dan TSS air limbah di outlet sebelum dibuang ke Optimisation for Energy Saving and
lingkungan (badan air) maupun dimanfaatkan Pollution Reduction.
kembali telah memenuhi BMAL yang ditentukan 12. Deshmukh, G., dan Sonaje, N. (2017).
oleh Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 52 Water Conservation in Sugar Industry: A
Tahun 2014. Nilai efektifitas kinerja IPAL dalam Case Study of Lokmangal Sugar, Ethanol
menurunkan konsentrasi BOD, COD dan TSS and Co-Generation Industries LTD,
PG. Kediri lebih tinggi 16% bila dibandingkan Bhandarkavathe. International Journal Of
dengan efektifitas PG. Sidoarjo, sehingga perlu Innovations In Engineering Research And
adanya pengkajian kinerja teknis IPAL secara Technology, 4(8), 20–26.
berkala di kedua industri gula tersebut untuk 13. Sahu, O. (2018). Assessment of sugarcane
meningkatkan kinerjanya. industry: Suitability for production,
consumption, and utilization. Annals of
DAFTAR PUSTAKA Agrarian Science, 16(4), 389–395.
14. Sharma, C. dan Kumar, V. (2015). Analysis
1. Kambuaya, B. (2014). Peraturan Menteri of the Volume of the Main Water and
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Wastewater in a Sugar Manufacturing
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Process followed by the Suggestion
Air Limbah, 1–85. Regarding the Reutilization of the Waste
2. Moerdokusumo, A. (1993). Pengawasan Water. International Journal of Current
Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di Engineering and Technology, 5(3), 1757–
Indonesia: Institut Teknologi Bandung. 1761.
3. Santoso, B. (2011). Proses Pembuatan 15. Hampannavar, U. dan Shivayogimath, C.
Gula Dari Tebu pada PG X: Universitas (2010). Anaerobic treatment of sugar
Gunadarma. industry wastewater by Upflow anaerobic
4. Bantacut, T., dan Novitasari, D. (2016). sludge blanket reactor at ambient
Energy and water self-sufficiency temperature. International Journal Of
assessment of the white sugar production Environment, 1(4), 631–639.
process in Indonesia using a complex mass 16. Shivayogimath C. dan Jahagirdar R.
balance model. Journal of Cleaner (2013). Treatment of Sugar Industry
Production, 126, 478–492. Wastewater Using Electrocoagulation
5. Morar, F., Rus, D., dan Lung, BI. (2016). Technique. International Journal of
The Influence of Sugar-Processing Effects Research in Engineering and Technology,
on Water in Treatment Plants. Procedia 262–265.
Technology, 22, 486–492. 17. Akbar, N.M., dan Khwaja, M.A. (2006).
6. Rahmani, A. (2019, Monday, 11 Mar 2019). Study on Effluents from Selected Sugar
Pengelolaan Air dalam Industri Pangan. Mills in Pakistan: Potential Environmental,
Retrieved from Health, and Economic Consequences of an
https://www.researchgate.net/publication/28 Excessive Pollution Load. (Research
7583632. report), Islamabad Sustainable
7. Ramjeawon, T. (2000). Cleaner Production Development Policy Institute.
in Mauritian Cane-Sugar Factories. Journal 18. Jadhav, P., Vaidya, N., dan Dethe, S.
of Cleaner Production, 8, 503–510. (2013). Characterization and Comparative
study of Cane Sugar Industry Waste Water.

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No. 2, Juli 2019, 235-242. 241
International Journal of Chemical and Pemrosesan Limbah Cair Organik Pada
Physical Sciences, 2(2), 19–25. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Jurnal
19. Saini, S, dan Pant, S. (2014). Physico- Riset Geologi dan Pertambangan, 24(1),
chemical analysis of Sugar Mill Effluent and 65–76.
their Impact on Changes of Growth of 23. Doke, K.M., Khan, E.M., Rapolu, J., Shaikh,
Wheat (Triticum aestivum) and Maize (Zea A. (2011). Physico-Chemical Analy- Sis Of
mays L.). IOSR Journal of Environmental Sugar Industry Effluent And Its Effect On
Science, Toxicology and Food Seed Germination Of Vigna Angularis,
Technology.8(4):57–61. Vigna Cylindri- Cal And Sorghum Cernum.
20. Deepthi, T., dan Prabhakaran, J. (2016). Annals of Environmental Science, 5, 7–11.
Physico–Chemical Analysis Of Sugar Mill 24. Samuel, S, dan Muthukkaruppan S. (2011).
Effluents And Its Effect On Seed Physico-Chemical Analysis of Sugar Mill
Germination Of Paddy (Oryza sativa) and Effluent, Contaminated Soil and its Effect
Green gram (Vigna radiata). International on Seed Germination of Paddy (Oryza
Journal of Science Engineering and sativa L.). International Journal of
Advance Technology, 4(1), 71–80. Pharmaceutical & Biological Archives, 2(5),
21. Poddar, P.K., dan Sahu, O. (2017). Quality 1469–1472.
and management of wastewater in sugar 25. Memon, A.R., Soomro, S.A., Anshari, A.K.
industry. Applied Water Science, 7(1), 461– (2006). Sugar Industry Effluent-
468. Characteristics and Chemical Analysis. J
22. Agustinus, E.T.S., Sembiring, H., dan App Env Sci, 1(2), 152–157.
Effendi (2014). Aplikasi Material Preservasi
Mikroorganisme (Mpmo) Dalam

242 Efektivitas Kinerja Instalasi .... (Rhofita, E. I. et al.)

Anda mungkin juga menyukai