Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

Peran Mahasiswa Dalam Revolusi


Mental Untuk Mewujudkan
Indonesia Yang Berdaulat Melalui
Sektor Pajak

(Rayun Wilanda)
Peran Mahasiswa Dalam Revolusi Mental Untuk Mewujudkan Indonesia Yang
Berdaulat Melalui Sektor Pajak

Oleh :
Rayun Wilanda

Revolusi mental, demikian sang pemimpin bangsa Jokowi sampaikan dalam sebuah
audensi sejak masa kampanye pemilu presiden tahun 2014. Revolusi mental, sebuah
ungkapan keprihatinan seorang pemimpin bangsa terhadap budaya bangsa. Kalimat tersebut
lahir dari kontemplasi pemimpin bangsa melihat karakter budaya bangsa yang mulai
memudar. Revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal
bangsa Indonesia, yang merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah,
dan bergotong royong. Keprihatinan Jokowi tersebut sangat beralasan dikarenakan
didukung oleh fakta yang terjadi pada berbagai kalangan dalam melakukan kecurangan,
seperti contoh pada kalangan perusahaan yang sengaja merekayasa hutang untuk
mengurangi besaran pajak dengan memperbesar hutang sehingga bunga hutang besar dan
beban pajaknya turun, tidak hanya itu saja kecurangan lain yang dilakukan perusahaan
yaitu mengecilkan pendapatan perusahaan supaya tarif pajak yang dikenakan semakin
kecil. Hal-hal seperti ini seharusnya tidak terjadi, disini peran mahasiswa diperlukan karena
mahasiswa merupakan generasi penerus yang merupakan bibit pendukung Indonesia
khususnya dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat yaitu dengan kesadaran dari diri
sendiri serta mahasiswa juga dapat berperan sebagai knowledge transfer dari dunia kampus
menuju luar kampus seperti bekerja sama dengan pihak perpajakan untuk mengadakan
penyuluhan tentang pajak yang bersih dan menuju Indonesia yang lebih baik. “Beri aku 10
pemuda (mahasiswa) akan kugoncangkan dunia,” itulah sepenggal pidato Soekarno,
founding father bangsa ini, yang mengisyaratkan begitu penting peran mahasiswa dalam
mengubah kehidupan bangsa ini.
Peran Mahasiswa Dalam Revolusi Mental Untuk Mewujudkan Indonesia Yang
Berdaulat Melalui Pajak

Revolusi mental, demikian sang pemimpin bangsa Jokowi sampaikan dalam sebuah
audensi sejak masa kampanye pemilu presiden tahun 2014. Revolusi mental, sebuah
ungkapan keprihatinan dari seseorang pemimpin bangsa terhadap budaya bangsa. Kalimat
tersebut lahir dari kontemplasi pemimpin bangsa melihat karakter budaya bangsa ini,
karakter bangsa yang mulai memudar. Menurut beliau dengan menyebutkan tentang sebuah
keharusan, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal
bangsa. Indonesia, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan
bergotong royong. Beliau mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang
seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.

Berbicara soal Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional
Revolusi Mental dimana Inpres itu ditandatangani oleh jokowi pada 6 Desember 2016.
Revolusi mental, menurut Jokowi terminologi "revolusi" tidak selalu berarti perang
melawan penjajah. Menurut beliau, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter
bangsa harus dikembalikan pada aslinya. Apabila ada kerusakan di nilai kedisiplinan,
seharusnya dilakukan serangan nilai-nilai ke arah itu, bisa mengubah pola pikir/mindset
titik itulah yang diserang. Tidak berlebihan apabila beliau menggunakan kata revolusi
mental, patut bila seorang jokowi sedih melihat budaya kita yang semakin jauh dari tradisi
bersih terutama tentang pajak. Tidak heran bila tokoh kemerdakaan bangsa ini memiliki
pemikiran yang visioner dalam membangun bangsa.
Seperti kita perlu ketahui bahwa pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak meliputi pajak penghasilan (PPH) seperti keuntungan usaha, gaji, honorarium, dan
hadiah, kemudian pajak pertambahan nilai (PPN) seperti barang kena pajak atau jasa kena
pajak. serta pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), Bea Materai, Bea perolehan ha
katas tanah dan bangunan (BPHTB), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Selama 72
tahun sampai saat ini, kita mengetahui kewajiban untuk taat membayar pajak di kalangan
masyarakat. Namun, berbeda halnya yang terjadi pada masyarakat dimana pajak hanya
menjadi sekedar informasi atau anjuran, himbauan, dan ajakan. Kepribadian jokowi
tersebut sangat beralasan didukung oleh fakta dari masyarakat disekitar yang kurangnya
kesadaran terhadap pajak, seperti pada kalangan perusahaan yang merekayasa hutang untuk
mengurangi besaran pajak seperti memperbesar hutang sehingga bunga hutang besar dan
beban pajaknya turun, tidak hanya itu saja terkadang perusahaan mengecilkan pendapatan
supaya tarif pajak yang dikenakan semakin kecil. Perusahaan berusaha untuk menghemat
pajak yang harus dibayarnya untuk memperoleh laba yang optimal.
Hal seperti ini bisa dikatakan suatu tragedi, sama halnya dengan musibah-musibah
terjadi belakangan ini seperti tsunami yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Nanggroe
Aceh Darussalam atau bahkan gempa yang dirasakan masyarakat Baturaja. Apabila
bencana tsunami dapat memakan korban fisik lebih besar, dan gempa dapat merusak
bangunan maka tragedi lunturnya budaya Indonesia dapat menghancurkan mindset generasi
muda atau mahasiswa yang dapat menimbulkan pergejolakan semakin mendalam bagi
Indonesia.
Masyarakat perlu menyadari bahwa sektor pajak menjadi salah satu pilar penting
dalam membangun revolusi mental. Dimana seperti kita ketahui kasus mafia pajak Gayus
Halomoan P Tambunan, atau yang sering disebut Gayus Tambunan. Kasus mengenai
penggelapan uang pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan telah menjadi perhatian
publik. Kasus ini menjadi menarik, karena selain Gayus Tambunan yang disebut-sebut
sebagai mafia pajak, ternyata menyeret sejumlah nama petinggi-petinggi di pemerintahan.
Seperti Susno Duadji, Brigjen Edmond Ilyas, serta Brigjen Raja Erisman. Kategori beratnya
kasus ini karena bukan hanya menyangkut aparat pajak, melainkan juga terkait dengan
aparat penegak hukum lainnya, seperti kepolisian dan kejaksaan. Kasus ini menjadi contoh
bobrok dan tidak adanya revolusi mental yang baik. Bayangkan saja apabila para petinggi
petinggi dari pemerintahan saja banyak yang terseret dalam krisisnya revolusi mental
tersebut? Lalu siapa lagi yang akan membuat Indonesia lebih baik apabila bukan peran kita
sebagai mahasiswa yang menjadi generasi penerus bangsa dalam revolusi mental.
Pajak, demikian besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya itu saja,
pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak memiliki fungsi-fungsi
menurut Mardiasmo (2006:10) bahwa, fungsi pajak terbagi dua, yaitu : yang pertama
adalah fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Sebagai contoh dimasukannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri. Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan pemasukan dana ke kas negara melaui cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak dengan penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.
Yang kedua yaitu fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh
dikenakan pajak lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan dan demikian pula
dengan barang mewah. Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat yang
digunakan pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang
sosial dan ekonomi maupun tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, serta dapat
mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan
pemerintah.
Mahasiswa adalah tingkatan tertinggi dari pelajar dimana mahasiswa dituntut untuk
lebih mandiri, dimana mahasiswa memiliki struktur unik di dalam masyarakat yang mampu
menjadi orator ulung ditengah krisis yang menggunung. Karakter yang kuat dari mahasiswa
sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Makna mahasiswa
bukan hanya terdaftar di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, tetapi makna mahasiswa
tidak sesempit itu. Menyandang gelar mahasiswa adalah suatu kebanggan sekaligus
tantangan. Ekspektasi dan tanggung jawab yang besar bagi mahasiswa.
Mahasiswa merupakan makhluk sosial yang juga insan akademis dengan tingkat
intelektual yang dimiliki, mahasiswa diharapkan dapat memberikan perubahan yang berarti
terhadap kemajuan perekonomian di Indonesia salah satu nya yaitu bekerjasama dalam
membangun ketaatan dalam menjalankan pajak. Tugas mahasiswa bukan sekedar duduk
belajar di bangku perkuliahan tetapi juga menerapkan dan menyebarkan ilmu yang
dimilikinya serta terus mengajak dan menggerakan masyarakat kepada perubahan revolusi
mental melalui pajak. Mahasiswa sebagai bibit yang menjadi generasi penerus untuk
mendukung Indonesia lewat revolusi mental supaya mewujudkan Indonesia yang berdaulat
yaitu dengan kesadaran dari diri sendiri dan tidak hanya itu saja mahasiswa juga dapat
berperan sebagai knowledge transfer dari dunia kampus menuju luar kampus seperti
bekerja sama dengan pihak perpajakan untuk mengadakan penyuluhan dan sosialisasi
tentang pajak yang bersih, kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mengajak masyarakat untuk
membantu perubahan revolusi mental bagi Indonesia adalah salah satunya tepat membayar
pajak-pajak sesuai ketentuan dengan cara yang bersih dan tidak mengotori citra revolusi
mental sehingga menuju Indonesia yang lebih baik.
Mahasiswa juga tidak boleh melupakan tugas utamanya yakni belajar. Karena dari
belajar, mahasiswa dapat membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu dan
pengetahuan, mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dengan tetap berpegang
teguh pada nilai dan norma yang ada, serta memperkuat IQ (Intelektual Quotient), EQ
(Emosional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Dengan berbagai bekal-bekal yang
diperoleh selama mengenyam di bangku pendidikan, revolusi mental mantap serta
semangat jiwa muda yang dimilikinya diharapkan mahasiswa dapat memainkan perannya
sebagai bibit penerus bangsa dan menuju perubahan sebagai kaum intelek, kritis, dan
idealis sehingga dapat mengkritisi kondisi bobrok pada bangsa ini dan melakukan gerakan-
gerakan yang dapat memulihkan kondisi kurang dan bahkan tidak baik serta mendukung
hal-hal sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma bangsa kita yaitu salah satunya melalui
pajak.
Dengan terbebasnya bangsa ini dari kondisi dimana seperti nilai-nilai budaya yang
luntur maka pembangunan dari suatu bangsa dapat berjalan dengan lancar serta membawa
kondisi bangsa ini pada kesejahteraan dan kejayaan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
nantinya kita akan menggantikan posisi-posisi pemimpin bangsa yang menjalankan nilai-
nilai, peran dan fungsi mahasiswa sesuai dengan budaya Indonesia, sehingga diharapkan
nantinya mahasiswa dapat berperan menjadi bibit penerus, knowledge transfer, serta
pengontrol ketika menggantikan posisi para pemimpin bangsa yang mana pentingnya peran
mahasiswa dalam revolusi mental untuk mewujudkan Indonesia berdaulat melalui sector
pajak.

Anda mungkin juga menyukai