Anda di halaman 1dari 20

TUGAS RESUME

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM


(Dosen Pengampu : Dr. Zurifah Nurdin, M.Ag)
Oleh : Mhd.Rusydi
Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

1. Pemikiran Islam dalam Aspek Sejarah dan Historiografi

Berbicara mengenai historigrafi umum, tentuya ada macam dari historiografi itu sendiri,
yaitu historiografi Islam. Historiografi Islam merupakan penulisan sejarah yang dilakukan
oleh orang islam baik kelompok maupun perorangan dari berbagai aliran dan di pada
masa tertentu. Tujuan penulisannya adalah untuk menunjukkan perkembangan konsep
sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya
disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran
bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah.
Kebanyakan karya-karya Islam banyak ditulis dalam bahasa Arab, dan banyak pula
yang berbahasa lain seperti Persia dan Turki.

PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ISLAM

Kaum muslimin adalah pembawa Islam mencapai kemajuan dalam penulisan


sejarahnya. Mereka menempatkan sejarah sebagai sebuah ilmu yang bermanfaat, dan
sejarawannya telah menuliskan banyak buku. Pertama-tama, karya sejarah yang paling
banyak dikarang adalah dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan, karena mereka
mendapatkan hal yang sama dalam al-Quran tentang kisah-kisah umat-umat yang telah
lalu. Oleh karena itu, karya-karya sejarah pertama berisi berita penciptaan bumi,
turunnya Nabi Adam dan kisah para nabi, dan riwayat hidup Nabi Muhammad.
Historiografi Islam lebih mudah dipelajari dan dipahami dalam kerangka umum
peradaban Islam. Karena Islam sebagai suatu agama dunia telah menunjukkan suatu
perkembangan yang mengagumkan di dalam sejarah dunia. Lebih jauh lagi Islam
sebagai agama telah memancarkan pula suatu peradaban. Di dalam perkembangan
peradaban Islam, tradisi-tradisi kebudayaan asing diserap, dimodifikasi, kemudian yang
tidak sesuai dihilangkan. Peradaban Islam juga menyajikan suatu sistem yang lengkap
mengenai pemikiran dan tingkah laku yang berkembang sebagai suatu dorongan utama
yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan dengan manusia sendiri. Al-
Qur’an dan ilmu hadits juga mendukung berkembangnya penulisan sejarah dalam umat
Islam. Peristiwa sejarah masa lalu dalam seluruh manifestasinya, amat penting bagi
perkembangan peradaban Islam. Apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
semasa hidupnya merupakan kebenaran sejarah yang harus menjadi suri teladan bagi
umat Islam selanjutnya. Kesadaran sejarah yang besar ini, menjadi pendorong untuk
penelitian dan penulisan sejarah (Sirah).

Jika dilihat dari tahap perkembangannya, pada awalnya semua informasi disimpan
dalam ingatan, peristiwa sejarah itu diingat dan diceritakan berulang-ulang secara lisan.
Kemudian metode penyampaian lisan ini (oral transmission) dilengkapi dengan catatan
tertulis yang tidak dipublikasikan, yaitu semacam pelapor catatan. Pada saat itu tradisi
ini disebut dengan al-ayyam (arti semantiknya adalah hari-hari penting) dan al-ansab
(artinya silsilah).
Penulisan sejarah Islam pertama kali masih bersifat Arab murni, tidak ada peran Persia
atau Yunani, dan penulis sejarahnya pada generasi pertama adalah orang-orang Arab.
Akan tetapi, dalam perkembangannya kemudian mendapat pengaruh dari Ahli Kitab dan
Persia. Generasi pertama penulis sejarah, dalam menulis mencantumkan isnad
(rangkaian pemberi khabar). Biografi ini dengan cepat berkembang. Al-Zuhri adalah
orang pertama yang mengembangkannya. Dia berusaha mengaitkan satu hadits dengan
yang lain.

BENTUK DAN ISI KARYA SEJARAH ISLAM

Perlu diketahui bahwa historiografi Arab pra-Islam dimulai dari bentuk sejarah lisan.
Sejarah lisan itu tertuang dalam bentuk al-Ayyam dan al-Ansab. Kabilah-kabilah Arab
meriwayatkan al-Ayyam terdiri atas perang-perang dan kemenangan (Al Maghazi),
untuk tujuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain, baik dalam bentuk
syair maupun prosa yang diselang-selingi syair. Sementara al-Ansab adalah jamak dari
nasab yang berarti silsilah (genealogy).

Perhatian sejarah pra-Islam hanya terarah pada tradisi lisan itu. Gaya penyampaiannya
dilakukan secara berantai, oleh Danar Widiyanta membaginya menjadi bentuk khabar,
kronik, biografi, dan sejarah umum, sebagai berikut.

1. Khabar
Bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita perang
dengan uraian yang baik dan sempurna ditulis dalam beberapa halaman saja,
dinamakan khabar. Dalam konteks karya sejarah yang lebih luas, khabar sering
dipergunakan sebagai “laporan”, “kejadian” atau “cerita”. Seperti karya Ali ibn
Muhammad al-Madaini (wafat tahun 831). Diantara sejumlah karyanya muncul monograf
tentang pertempuran-pertempuran perorangan dan penaklukan-penaklukan yang
dilakukan oleh orang Islam.
2. Kronik
Penyusunan sejarah berdasarkan urutan penguasa dan tahun-tahun kejadian. Kronik ini
bisa ditambah dengan hal-hal baru dalam bentuk suplemen yang lazim disebut “dyal”
atau ekor. Seperti karya Khalifah ibn. Khayyat, dalam bahasa Arab, ditulis sampai tahun
847, kira-kira delapan tahun sebelum penulisnya meninggal. Ia memulai uraiannya
mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan
hayatnya.
3. Biografi
Biografi disusun dalam kelompok yang lazim disebut “tabaqah” . Karya ini mencakup
sejarah hidup orang-orang besar, tokoh-tokoh terkemuka serta orang-orang penting
yang telah meninggal dalam waktu yang kira-kira sama. Seperti biografi Nabi
Muhammad SAW yang banyak tertuang dalam buku-buku sejarah islam.
4. Sejarah Umum
Abad ke-9, kita hanya tahu dari judul-judul bukunya, menulis banyak sekali mengenai
arti politik dan peristiwa-peristiwa khusus. Pada akhir abad ke-9, sejarah politik dikaitkan
dengan sejarah pemikiran, dan mulai membicarakan berbagai gejala penting dari
peradaban-peradaban yang pernah dikenal. Seperti karya sejarah dari al-Yaqubi,
berjudul Tarikh al-Yaqubi yang disebarkan oleh Goutsma di Leiden tahun 1883 terdiri
atas dua jilid

Dalam perkembangan selanjutnya, historiografi Islam diwarnai oleh aliran Yaman,


Madinah dan aliran Irak. Aliran-aliran ini kemudian melebur menjadi satu. Peleburan ini
dinamakan “pertemuan tiga aliran”, yang ditempatkan setelah pasal-pasal yang berisi
pembahasan tiga aliran itu. Tiga aliran itu adalah sebagai berikut:

1. Aliran Yaman
Disebut juga Arab Selatan. Riwayat-riwayat tentang Yaman dimasa silam kebanyakan
dalam bentuk hikayat (al-qashash, cerita), sebagaimana al-Ayyam di kalangan Arab
Utara. Isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan. Aliran ini
merupakan kelanjutan dari corak sejarah sebelum Islam. Penulisnya dapat dijuluki
tukang hikayat (narator) dan kitab-kitabnya dapat dikatakan riwayat-riwayat sejarah
(novel sejarah). Oleh karena itu, para sejarawan tidak menilai hikayat-hikayat itu sebagai
memiliki nilai historis.Tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut: Ka’b al-Ahbar, Wahb ibn
Munabbih dan Abid Ibn Syariyyah al-Jurhumi

2. Aliran Madinah
Aliran ini muncul di Madinah, yaitu aliran sejarah ilmiah yang mendalam, yang banyak
memperhatikan al-Maghazi (perang-perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah
SAW) dan biografi nabi (al-Sirah al-Nabawiyah), dan berjalan di atas pola ilmu hadits,
yaitu sangat memperhatikan sanad.
Sejalan dengan riwayat perkembangannya, para sejarawan dalam aliran ini terdiri dari
para ahli hadits dan hukum Islam (fiqh). Mereka adalah Abdullah ibn al-Abbas, Said ib
al-Musayyab, Aban ibn Utsman ibn Affan, Syurahbil ibn Sa’ad, Urwah ibn Zubayr ibn al-
Awwam, Ashim ibn Umar ibn Qatadah al-Zhafari, Muhammad ibn Muslim ibn Ubaidillah
ibn Syihab al-Zuhri, dan Musa ibn Uqbah.

3. Aliran Irak
Aliran Irak merupakan aliran yang terakhir dengan bidang cakupan lebih luas dari dua
aliran sebelumnya. Langkah pertama yang sangat menentukan perkembangan
penulisan sejarah di Irak yang dilakukan oleh bangsa Arab adalah pembukuan tradisi
lisan. Hal itu dilakukan pertama kali oleh Ubaidullah ibn Abi Rafi, sekretaris Ali ibn Abi
Thalib ketika menjalankan kekhalifahannya di Kufah.Disamping itu, Ubaidullah telah
menulis buku berjudul Qadhaya Amir al-Mu’minin ‘Alayh al-Salam dan Tasmiyah man
Syahad Ma’a Amir al-Mu’minin fi Hurub al-Jamal wa Shiffin wa al-Nahrawan min al-
Shahahab Radhia allah Anhum. Oleh karena itu, ia dipandang sebagai sejarawan
pertama dalam aliran Irak ini. Pada penulisan sejarah ini, ia diikuti oleh Ziyad ibn Abih
yang menulis buku dengan judul Matsalib Al-Arab.

Cakupan bidang yang luas dalam aliran ini dikatakan sebagai kebangkitan yang
sebenarnya, tentang penulisan sejarah sebagai ilmu. Pada masa ini, pengaruh dari
hadits telah ditinggalkan dan bersamaan dengan itu, terlihat adanya upaya
meninggalkan pengaruh pra-Islam yang mengandung banyak ketidak-benaran, seperti
dongeng-dongeng dan cerita khayal. Aliran ini melahirkan sejarawan-sejarawan besar
dimasa kemudian, dan diikuti oleh hampir seluruh sejarawan yang datang kemudian.

Para sejarawan dari aliran Irak jumlahnya sangat banyak, yang terkenal adalah Abu Amr
ibn al-Ala, Hammad al-Rawiyah, Abu Mikhnaf, Awanah ib al-Hakam, Syayf ibn Umar al-
Asadi al0Tamimi, Nashr ibn Muzahim, al-Haitsam ibn Udi, al-Mad’ini, Abu Ubaydah
Ma’mar ibn Al-Mutsni al-Taymi, al-Ashma’I, Abu al-Yaqzhan al Nassabah, Muhammad
ibn al-Sa’ib al-Kalibi, dan Haisyim ibn Muhammad al-Sa’ib al-Kalibi. Yang terpenting
diantara mereka adalah Awanah ibn Al-Hakam, Sayf ibn Umar al-Asadi al-Tamimi, dan
Abu Mikhnaf.
2. Pemikiran Islam dalam Aspek Politik

Pemikiran Politik Islam Abad Klasik 622 1250 M dan Pertengahan 1250 1800 M

Pemikiran politik Islam abad klasik dimulai sejak Nabi Muhammad membangun
sebuah komunitas Islam di Madinah pada tahun 622 M Setelah Rasulullah wafat kendali
pemerintahan dipegang oleh Khulafaurrasyidin Masa ini ber lanjut sampai munculnya
dinasti Bani Umayah dan dilanjutkan oleh Bani Abbasiyah sampai kehancurannya akibat
serangan tentara Mongol sekitar tahun 1250M Adapun karakteristik yang paling menonj
ol dalam pemikiran politik Islam pada abad klasik dan pertengahan adalah sistem
khalifah dengan kepala negara atau khalifah memegang peranan penting dan memiliki
kekuasaan yang luas Rakyat dituntut untuk mematuhi kepala negara karena ketaatan
kepada Khalifah merupakan sesuatu yang diwajibkan dalam Islam Hal ini bertujuan
untuk menjaga stabilitas keadaan negara itu sendiri sehingga negara senantiasa dalam
keadaan aman dan penegakan hukum berjalan dengan baik Namun seiring berjalan nya
waktu sistem politik Islam mengalami perkembangan Pada masa Khulafaurrasyidin
pasca wafatnya Rasulullah kepala negara adalah sebagai Khadimul Ummah pelayan
umat yang lebih mengutamakan kepentingan umat tidak diangkat berdasarkan garis
keturunan Pasca Khulafaurrasyidin makna Khalifah berubah menjadi Zillullahfal Ardh
bayang bayang Allah di muka bumi yang diangkat secara turun temu run Konsep
tersebut muncul ketika Abu Ja far al Manshur salah seorang pendiri Dinasti Bani
Abbasiyah berhasil menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah Konsekuensi dari
perubahan konsep tersebut adalah kekuasaan dipandang suci dan mutlak yang harus
ditaati oleh seluruh rakyat karena kekuasaan merupakan mandat dari Tuhan dan bukan
merupakan hasil pilihan rakyat.
Akan tetapi pada abad pertengahan konsep semacam ini diinterpretasi ulang
oleh para pemikir Islam seperti A1 Farabi Al Mawardi Al Ghazali Ibnu Taimiyyah dan
Ibnu Khaldun Dalam pandangan Al Farabi kepala negara harus berasal dari golongan
kelas atas Pemikirannya tersebut tidak terlepas dari pengaruh filsafatYunani kuno
terutama pemikiran Plato.

Pemikiran Politik Islam Modern

Pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20 dunia Islam sebagian besar berada
dalam genggaman penjajahan Barat Dalam internal umat Islam sendiri terdapat
berbagai macam permasalahan berkaitan dengan pemahaman keagamaan yang
menyebabkan umat Islam tidak mampu meng hadapi kuatnya Hegemoni Barat Umat
Islam tenggelam dalam masa lalu mereka dan belum berani melakukan terobosan
terobosan baru untuk menjawab permasalahan permasalahan yang mereka hadapi Di
sisi lain penjajahan Barat terhadap dunia Islam membawa hikmah tersendiri bagi umat
Islam Adanya penjajahan tersebut telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka
mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat z Pada saat inilah dunia Islam
mulai bersen tuhan dengan gagasan dan pemikiran Barat pa dahal sebelumnya kaum
muslimin mendominasi percaturan politik dunia selama berabad abad mulai dari Dinasti
Bani Umayyah di Damaskus 661 750 M Bani Abbasiyah di Baghdad 750 1258 M Dinasti
Bani Umayyah II di Spanyol 756 1031 M Dinasti Safawi di Persia 1501 1736 M Mughal
di India 1526 1858 M hingga Kekhalifahan Turki Utsmani 1300 1924 M 3.
Dalam konteks hubungan Islam dengan negara serta penetrasi pemikiran politik
Barat ke dunia Islam Dr Muhammad Iqbal dalam bukunya Pemikiran Politik Islam
berusaha untuk memaparkan secara luas perkembangan pemikiran politik abad modern
yang terbagi kepada tiga arus pemikiran
Kelompok pertama mengembangkan gagas an kesempurnaan dan kemurnian
ajaran Islam dan menolak pengaruh pemikiran Barat Di antara para pemikir abad ini
antara lain Muhammad Rasyid Ridha Hasan Al Banna Al Maududi dan Sayyid Quthb
Bagi mereka Islam adalah agama terbaik dan meniru Barat adalah suatu kesalahan
Rasyid Ridha masih merindukan kebangkitan kekhalifahan Islam seperti juga Sayyid
Quthb yang menginginkan terbentuknya negara supranasional yang melepas batas
batas geografis Sementara itu Maududi menganggap sistem politik demokrasi sebagai
sistem musyrik clan bertentangan dengan ajaran Islam.
Kelompok kedua berusaha untuk me misahkan Islam dan politik yang keduanya
tidak boleh bersatu Urusan politik hams diatur dalam kerangka sekular Kelompok ini
meng haruskan pemikir pemikir Islam terlibat dalam topik sekularisme sebagi bagian
dari upaya merekonsiliasi nilai nilai agama mereka dalam bentuk pemerintahan yang
sekuler Sebagai contoh yang terjadi di Iran era Reza Pahlevi yang digulingkan pada
tahun 1979 Pahlevi memerintahkan pasukannya ke jalanjalan untuk membuka jilbab-
jilbab dan melarang perempuan di pemerintahan menggunakan jilbab Adapun tokoh
tokoh yang masuk dalam kelompok ini adalah Musthafa Kemal Ataturk Ali Abdur raziq
dan Thaha Husein Ali Abdurraziq dan Thaha Husein lebih banyak berbicara pada tata
ran pemikiran Raziq menolak khilafah sebagai bentuk ideal pemerintahan Islam Thaha
Husein menganjurkan adopsi mentah mentah pemikiran politik Barat Kemal Ataturk lebih
jauh lagi dia menolak peran serta agama dalam politik praktis dan membangun sebuah
negara Turki Modern yang sekuler Hal hal yang berbau agama tidak boleh dimasukkan
dalam tataran politik praktis Agama adalah urusan personal yang tidak diatur oleh
Negara.
Kelompok ketiga berusaha untuk menjembatani kedua arus pemikiran yang
bertentangan di atas Mereka tidak menolak pemikiran yang berasal dari Barat tetapi
juga tidak menerima begitu saja khazanah pemikiran Islam yang tidak sesuai dengan
kondisi dan situasi yang berkem bang Adapun tokoh tokohnya antara lain Sayyid
Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh Muhammad Iqbal dan Mahmud Syaltut
Mereka dapat menerima demokrasi dan sosialisme na mun di dalamnya disertakan nilai
nilai religius Mereka juga tidak sepenuhnya dapat menerima sistem pemerintahan
Khilafah universal yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman Oleh karena
itu kelompok ini berusaha untuk merunauskan sistem pemerintahan Islam dengan tetap
berpijak pada akar akar keislaman seperti pentingnya syura musyawarah namun tidak
menutup diri dari pemikiran pemikiran berkembang yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam Menurut kelompok ini Islam memberikan seperangkat nilai nilai yang harus
diterapkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi umatnya

3. Pemikiran Islam dalam Aspek Ekonomi dan Pemberdayaan Umat

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KLASIK (ABAD VII-XV M)

Istilah ekonomi klasik yang digunakan ini sifatnya tentatif dan hanya diperlukan untuk
menandai masa perkembangan pemikiran ekonomi dalam islam sebelum Adam Smith. Di
samping itu, istilah ini juga digunakan sebagai penegasan identitas dalam sejarah pemikiran
ekonomi, oleh karena para fuqaha dan sarjana Muslim sendiri saat itu tidak menambahkan label
islam ke dalam pemikiran-pemikiran ekonomi mereka. Demikian juga, istilah ini digunakan
untuk membedakan ragam pemikiran ekonomi islam masa lalu dengan masa kini meskipun
tidak dimaksudkan untuk menyamai mazhab-mazhab pemikiran ekonomi islam modern yang
berkembang saat sekarang.
Pemikiran ekonomi klasik yang terbangun sejak abad ke VII hingga abad ke XV masehi.
Terutama penekanannya diarahkan pada masa masa pengembangan pemikiran ekonomi yang
dirumuskan oleh para fuqaha setelah kewafatan Nabi SAW hingga masa masa ketika pemikiran
ekonomi islam biasanya membuat periodisasi perkembangan pemikiran ekonomi islam dimulai
dari abad VII M. Sementara masa-masa sebelum itu, yakni ketika Nabi SAW masih hidup hanya
dipandang sebagai periode starting point bagi perkembangan pemikiran selanjutnya.

Periodisasi perkembangan pemikiran ekonomi klasik ini dibagi sebagai berikut :

1. Periode starting point, yaitu masa kehidupan Nabi SAW (569-632 M)

Disebut juga sebagai periode kewahyuan. Kendati pun Nabi SAW adalah orang
yang pertama kali mengajarkan ekonomi islam, namun karena masa itu merupakan masa
formasi wahyu maka periode ini tidak dilihat sebagai fase perkembangan atau pemikiran
ekonomi islam.

2. Fase Pertama: Periode Formasi (632-798 M)

Fase pertama atau periode awal formasi, adalah periode pengembangan pemikiran
islam pasca wahyu hingga masa-masa awal kehalifahan setelah para khulafa al-Rasyidin
(632-718 M). Ciri khusus dari fase ini adalah dominasi pemikiran fuqaha yang belum
bersentuhan dengan pemikiran atau filsafat Yunani. Oleh karena itu, kendati pun tokoh-
tokoh yang dimasukkan ke dalam periode ini sebagian hidup melampaui tahun 718 M, akan
tetapi karena sifat pemikiran ekonomi mereka yang belum tercampuri oleh pikiran-pikiran
asing, maka mereka pun dipandang sebagai peletak dasar ekonomi islam yang paling awal.

3. Fase Kedua: Periode Tranlasi dan Elaborasi (Abad VIII-XI M)

Fase kedua yaitu periode penerjemahan pemikiran-pemikiran dari luar ke dalam


bahasa arab yang selanjutnya dielaborasi oleh para sarjana muslim sebagai karya
intelektual yang bercorak islam (abad VIII-XI M). Sekali pun demikian, di fase ini banyak
juga pemikir-pemikir muslim yang mendiskusikan masalah ekonomi tanpa mengacu pada
warisan intelektualisme Yunani. Di antara mereka adalah Al-Ghazali dengan karya abadinya
Ihya Ulum al-Din.

4. Fase Ketiga: Periode Transmisi Global (Abad XII-XV M)

Fase ketiga adalah periode penerjemahan ulang dan transmisi oleh sarjana-sarjana
Eropa Barat, yaitu ketika peradaban Barat menjalin kontak yang intensif dengan peradaban
islam selama abad XII hingga abad XV M. Fase ini muncul setelah barat menyadari
ketertinggalannya dari peradaban islam, sehingga memacu mereka untuk menpelajari karya
karya ilmiah islam. Seiring dengan hal itu, rupanya dunia islam ini sendiri sedang
mengalami akhir kejayaannya yang ditutup oleh kelahiran ilmuwan muslim termasyhur,
yakni Ibn Khaldun. Melalui bukunya yang sangat fenomental, yaitu kitab Al-'Ibr dan Al-
Muqadimah, Ibn Khaldun pun dipandang sebagai peletak paling utama ilmu sejarah, sosial,
dan ekonomi modern.

.
PEMIKIRAN PARA TOKOH

Abu Yusuf (731 M)

Yaqub ibn Ibrahim Abu Yusuf lahir di kufah (irak) tahun 731 M menjelang saat-saat
akhir pemerintahan Dinasti Umayyah (661-750 M). Masa dewasanya dilalui selama periode
puncak dinasti Abasyiah, terutama ketika Harun Al-Rasyid memerintah kekhalifahan (763-
806 M).

Kitab Al-Kharaj ditulis Abu Yusuf sebagai jawaban atas persoalan kenegaraan yang
dihadapi oleh khalifah Harun Al-Rasyid yang sangat menginginkan terciptanya kebaikan
umum atas dasar syariat dan keadilan sosial. Al-Rasyid sering mengajikan pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan politik, administrasi, dan fiskal negara. Namun yang
menjadi konsentradi utamanya adalah perpajakan dan belanja negara. Oleh karena itu,
buku Abu yusuf ini dikenal sebagai Kitab al-Risalat fi al-Kharaj ila ar-Rashid atau kitab
tentang perpajakan yang ditulis untuk khalifah Harun al-Rasyid.

4. Pemikiran Islam dalam Aspek Peradaban Klasik dan Modern

Islam Klasik 650-1250 M

Sepeninggal nabi muncul problem tentang siapa yang pantas menggantikan


nabi, sebab nabi tidak meninggalkan wasiat mengenai pergantian kemimpinan.
Kelompok muhajirin dan anshar masing-masing mengklaim paling berhak menggantikan
posisi nabi. Ketika peristiwa itu berlangsung, umar bin khattab datang dan mengusulkan
abu bakar sebagai orang yang paling pantas menggantikan nabi karena kedekatan dan
senioritasnya. Lalu umar membaiat abu bakar dan diikuti oleh yang lainnya. Proses
pemilihan abu bakar dilakukan secara aklamasi oleh perorangan yaitu ummar bin
khattab lalu disetujui kaum muslimin. Pembaiatan abu bakar pun dilakukan sekali lagi di
masjid Nabawi.
Sayidina Ali bin abi thalib tidak membaiat abu bakar karena masih mengurus
jenazah nabi dan menenggang perasaan isterinya, fatimah, yang menurut tanah warisan
nabi tapi tidak dikabulkan abu bakar. Baru setelah fatimah wafat ali pun membaiat abu
bakar. pemilihan khalifah dilakukan secara demokratis. Cara ini dilakukan karena
rasulullah tidak menunjuk pengganti atau mewariskan kemimpinannya kepada
seseorang.
Periode klasik ini dapat pula dibagi dua ke dalam dua masa, masa kemajuan dan
masa disintegrasi. masa kemajuan islam 650-1000 M. Masa ini masa ekspansi, integrasi
dan keemasan islam. Dalam hal ekspansi, sebelum nabi muhammad wafat di tahun 623
M. Seluruh semenanjung arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi
kedaerah-daerah di luar arabia dimulai dizaman khalifah pertama, Abu bakar Al-Siddik.
Sayidina Abu bakar menjadi khalifah di tahun 632 M. tetapi dua tahun kemudian
meninggal dunia. Masanya yang singkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan perang
riddah, yang dimbulkan oleh suku-suku bangsa arab yang tidak mau tunduk lagi kepada
madinah. lalu dilanjutkan oleh khlifah kedua, Umar Ibn Al-Khattab (634-644 M). Di
zamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, kota damaskus jatuh di tahun 635 M.
Dan setahun kemudian, setelah tentara binzantium kalah pertempuran di yarmuk, jatuh
ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi di teruskan ke irak dan mesir. Irak jatuh di tangan
islam pada tahun 637 M sedangkan, mesir jatuh di tangan islam pada tauhn 640 M.
Setelah irak jatuh ke tangan islam, lalu dilanjutkan serangan di persia. Persia jatuh
ditangan islam pada tahun 641 M. Di zaman Sayidina Usman Bin Affan (644-656 M),
gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di kalangan umat islam terjadi
perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul usman mati
terbunuh.
Sebagai penganti Usman, Sayidina Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah
keempat (656-661 M) tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Usman terutam
Mu’awiah. Ali, sebagaimana usman mati terbunuh, dan mu’awiah menjadi khalifah
kelima. Mu’awiah selajutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan
ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman dinasti ini. Mu’awiah menerapkan
pemerintahan semacam monarki yakni kekuasaan turun- menurun di kalangan
keluarganya.
Jatuhnya dinasti bani umayyah adalah dari semenjak berdirinya, dinasti bani
umayyah telah menghadapi tantangan-tantangan. Kaum khawarij pada mulanya adalah
pengikut ali, tetapi tidak setuju dengan politik ali untuk mencari penyelesaian secara
damai dengan mu’awiah tentang soal khalifah[7] . Tantangan keras yang akhirnya
membawa kejatuhan bani umayyah datang dari pihak golongan Syi’ah. Golongan syi’ah
adalah pengikut-pengikut yang setia dari ali dan berkeyakinan bahwa alilah sebenarnya
yang harus menggantikan nabi untuk menjadi khalifah umat islam. Akhirnya yang
lansung membawa kepada jatuhnya kekuasaan bani umayyah ialah munculnya satu
cabang lain dari Quraisy, yaitu Abu Al-Abbas. Abu al-abbas mengadakan kerja sama
dengan kaum syi’ah. Serangan terhadap bani umayyah dimulai dari khurasan jatuh
tahun 750 M. Tidak lama kemudian khalifah bani umayyah pun jatuh digantikan oleh abu
al-abbas sebagai khalifah.
Keberhasilan menumbangkan dinasti umayyah tersebut tidak dapat dilepaskan
dari beberapa faktor yaitu pertama, gencarnya propaganda yang dilakukan oleh al-
abbas kepada setiap penduduk yang kecewa atas kemimpinan dinasti bani umayyah,
kedua, makin banyaknya pendukung dari segala lapisan masyarakat terhadap kaum
pemberontak sehingga kebencian mereka terhadap bani umayyah menjadi faktor yang
memundahkan mobilisasi massa, ketiga pemerintahan dinasti bani umayyah yang
dianggap zalim ikut mendorong kebencian di rakyat, keempat, kelemahan yang dialami
oleh dinasti bani umayyah sendiri. pada awal pemerintahan banyak masalah yang harus
dihadapi. Namun, berkat bakat kemimpinannya semua permasalahan dapat diatasinya
dengan baik. Kekuasaan khalifah makin lama makin tidak memilki pengaruh apa-apa.
Keadaan ini tidak dapat dihindari oleh para khalifah penggantin berikutnya, karena para
tentara keturunan turki yang makin lama makin banyak turut memberi dukungan bagi
asyinas. secara politis pada khalifah dinasti abbasiyah lemah dan mundur, di pihak lain
kemajuan intelektual, sains, dan filsafat terus berkembang. Bahkan kemajuan sains, dan
filsafat makin bertambah pada masa Buwaih dengan bermunculnya para ilmuwan dan
filosof dengan membawa pemikiran-pemikiran baru.
Masa disintegrasi (1000-1250 M) dalam bidang politik sebenarnya telah mulai
terjadi pada akhir zaman bani umayyah, tetapi memuncak di zaman bani abbasiyah.
khalifah-khalifah bani abbasiyah tetap diakui, tetapi kekuasaan dipengang oleh sultan-
sultan Buwaihi. Kekuasaan dinasti buwaihi atas bagdad kemudian dirampas oleh dinasti
Saljuk. Saljuk adalah seorang pemuka suku bangsa turki yang berasal dari Turkestan.
Saljuk dapat memperluas daerah kekuasaan mereka sampai ke daerah yang dikuasai
dinasti bawaihi. Dan semenjak itu sampai sekarang Asia kecil menjadi daerah islam.
Dengan jatuhnya asia kecil ke tangan dinasti saljuk, jalan naik haji ke palestina bagi
umat Kristen di eropa menjadi terhalang. Untuk membuka jalan itu kembali Paus Urban
II berseru kepada umat kristen di eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang
suci terhadap islam. Perang salib pertama terjadi antara tahun 1096 M dan 1099 M,
perang salib kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M yang diikuti lagi oleh beberapa
perang salib lainnya, tetapi tidak berhasil merebut palestina dari kekuasaan islam. Di
abad duapuluh inilah baru palestina jatuh ke tangan inggris sesudah kalahnya turki
dalam perang dunia pertama. Perpecahan di kalangan umat islam menjadi besar.
Ekspansi islam di zaman ini meluas ke daerah yang di kuasai binzatium di barat, ke
daerah pedalaman di timur dan afrika memalui gurun sahara di selatan. Dinasti saljikah
meluaskan daerah islam sampai ke asia kecil dan dari sana kemudian diperluas lagi
oleh dinasti usmani ke eropa timur. Di india Ekspansi islam diteruskan oleh dinasti
Gaznawi.

Islam Pertengahan 1250-1800 M

Keturunan Jengis Khan datang membawa penghancuran ke dunia islam. jengis


khan berasal dari mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M, ia mengalihkan
serangan-serangannya ke arah barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan islam di barat
jatuh ke tangannya di tahun 1219/1220 M. Dari sini ia meneruskan serangan-
serangannya ke eropa dan ke rusia. Pada permulaan tahun 1258 M ia sampai ke tepi
kota bagdad. Pemerintah untuk menyerah ditolak oleh khalifah Al-Musta’sim dan kota
bagdag di kepung. Pada tahun 1258 benteng bagdad ditembus dan dihancurkan hulagu.
Hulagu bukanlah beragama islam dan anaknya Abaga (1265-1281 M) masuk kristen.
Ghasan Mahmud (1295-1304 M) juga masuk islam dan demikian juga Uljaytun Khuda
Banda (1305-1316 M). Uljaytun pada mulanya beragama kristen adalah Raja Mongol
besar yang terakhir.
Pada itu Timur Link, seorang yang berasal dari keturunan Jengis Khan dapat
menguasai Samarkand di tahun 1369 M. Kedatangannya ke daerah-daerah di antara
Delhi dan laut Marmara membawa penghancuran. Mesjid-mesjid dan madrasah-
madrasah dihancurkan. Pasukan mongol pada tahun (1260-1277 M) melakukan
pengacuran di mesir, tetapi sebaliknya pasukan mongol dihancurkan oleh mesir. Pada
tahun 1250 M kekuasaan mesir dikuasai kaum Mamluk.
Di india juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan selalu terjadi
sehingga india senantiasa menghadapi perubahan penguasa. Kekuasaan dinasti
ghazanawi dipatahkan oleh pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu
suku bangsa Turki. Mereka masuk ke india di tahun 1175 M , dan bertahan samapai
tahun 1206 M.
Di spanyol timbul peperangan antara dinasti-dinasti islam yang ada di sana
dengan raja-raja kristen. Di dalam peperangan itu raja-raja kristen dapat memakai politik
Adu-Domba antara dinasti-dinasti islam. Raja-raja kristen mengadakan persatuan
sehingga satu demi satu dinasti islam dapat dikalahkan. Di tahun 1609 M boleh
dikatakan tidak ada lagi orang islam di spanyol. Di zaman inilah penghacuran khilafah
secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah, yang diakui oleh semua umat
sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai kerajaan usmani mengangkat
khalifah yang baru di istanbul di abad keenam belas.
Periode usmani (1299-1422) dimulai dari awal berdirinya perluasan pertama
sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada masa usman dilakukan
ekspansi islam dengan merebut wilayah dikuasai Bizantium. Orkhan menggantikan
usman, juga dapat menundukkan wilayah turkeman, nicaea, nicomedia, dan dapat
mengontrol wilayah antara teluk edremit meluaskan wilayah eropa. Bayazid, putra
murad, menggantikannya. Bayazid menaklukan wilayah yang belum ditundukkan sultan-
sultan sebelumnya. Di masanya terjadi peperangan besar antara pasukan usmani
melawan tentara sekutu eropa yang dimenangkan oleh pasukan usmani. Pasukan
bayazid juga harus menghadapi pasukan mongol dibawah komando Timur Link. Karena
jumlah pasukannya tidak seimbang, ia pun dikalahkan dan ditawan oleh timur lenk dan
wafat di tahun 1402.
Di Turki ada tiga kerajaan yaitu, Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M) dari
kerajaan usmani mengalahkan kerajaan bizantium dengan menduduki istanbul di tahun
1453 M. Ekspansi ke arah barat dengan demikian berjalan lebih lancar. Pengganti sultan
muhammad al-fatih adalah sultan salim (1512-1520 M) sultan salim memilki kemampuan
memerintah dan memimpin peperangan. Pada masa pemerintahannya wilayah usmani
bertambah luas menembus afrika utara, syiria, dan mesir. Kemajuan-kemajuan lain
dibuat oleh Sultan Sulaiman Al- Qanuni (1512-1566 M). Sultan sulaiman adalah sultan
usmani yang terbesar. Wilaya kekuasaannya mencakup tiga benua yaitu ASIA, AFRIKA,
dan EROPA. Pada di tahun (1556-1699 M) ditandai dengan kemampuan Usmani
mempertahankan wilayahnya sampai lepasnya Hungaria. Pada periode ini mulai
bermunculan pemberontakan dan usaha-usaha memisahkan diri dari pemerintahan
usmani. Di tahun (1699-1839 M) ditandai dengan surutnya kekuatan kerajaan dan
pecahnya wilayah di tangan penguasa wilayah. Tanda-tanda ini semakin tampak,
kekuatan asing seperti Rusia dan Australia mulai memainkan perannya dalam
memanfaatkan kelemahan militer usmani. Perang berakhir pada tahun 1774, dimana
turki kehilangan Crimea. Jelasnya di abad 18, Turki Usmani mengalami penurunan
kekuasaan. Wilayah-wilayah kekuasaannya di berbagai benua satu persatu mulai
menunjukkan ketidakloyalannya.
Pada di tahun (1839-1922) ditandai dengan kebangkitan kultural dan
administratif dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Pada periode ini dilakukan
pembaharuan politik, administratif dan kebudayaan hingga kejatuhannya di tahun 1924
dan berganti menjadi Republik. Khilafah Turki Usmani dihapuskan oleh Kemal Attaturk,
dan turki dirombak menjadi negara Nasional Republik Turki.

Islam Modern

Pada zaman modern itu memang muncul dan dimulai di Eropa barat laut, yakni
Inggris dan Prancis. Eropa barat laut, bahkan seluruh eropa, adalah daerah pinggiran.
Maka timbul persepsi bahwa daerah pinggiran tidak semestinya menjadi tempat lahirnya
suatu terobosan sejarah yang begitu dasyat seperti zaman modern ini. Zaman modern
itu tidak muncul dari eropa barat alut, tentu akan muncul dalam waktunya yang tepat,
entah di negeri China ( karena industrialismenya) atau di dunia islam (karena etos
intelektualnya). Dan dari dua kemungkinan itu, dunia islam memiliki peluang lebih besar,
sebab etos intelektual atau keilmuan adalah dasar dari pengembangan peradaban
modern ini.
Agama islam berkepentingan untuk memacu pembaruan, peningkatan dan
pengembangan kehidupan. ia berkepentingan mendorong seluruh potensi manusia agar
dapat berkreasi, agar membesar dan meningkat. Islam bukan hanya sebagai ritus-ritus
yang haruskan dilaksanakan, bukan hanya da’wah akhlak,bukan hanya sebagai suatu
sistem pemerintahan, sistem perekonomian atau sistem hubungan internalsional. islam
merupakan gerakan inopatif dan kreatif. Untuk mewujudkan sebuah kehidupan yang
belum pernah ada sebelumnya dan belum pernah diatur oleh perundang-undang yan
dibuat orang pada zaman sebelum maupun sesudah datangnya islam. Daya inopasi dan
kreasi yang dibawa oleh islam itu ditunjukan kepada setiap hati atau kalbu, dan kalbu
selanjutnya mengejawatahkannya dalam kenyataan.
Dalam memahami kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dan informasi-
informasi ilmiah (terutama di zaman sekarang yang sering disebut era informasi),
pengertian Qur’ani tentang “ayat” itu perlu dipahami dengan baik dan direnungkan
secara mendalam. tetapi dalam telaah lebih lanjut, perkataan “ayat” juga mengandung
makna “sumber pelajaran” atau” sumber mencari dan menemukan kebenaran”, seperti
perkataan itu digunakan dalam rangkaian frase “ayat al-qur’an”.
Gerakan kebangkitan yang dipelopori al-jabarti di atas terputus beberapa tahun
ketika terjadi penduduk Napoleon dari prancis atas mesir (1798-1802 M). Namun
pendudukan itu sendiri memberikan saham yang tidak dapat dikatakan kecil bagi
kebangkitan mesir pada masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah. Setelah
prancis meninggalkan mesir, penguasa baru mesir Muhammad Ali Pasya bertekad
untuk memulai pembangunan mesir dengan meniru barat. Sekolah-sekolah baru dibuka
dan para mahasiswa dikrim ke eropa. Pada masa ini gerakan penulisan sejarah yang
dipelopori al-jabarti disusul oleh Isma’il al-Kasyasyaf dan al-athathar yang mulai
mendapat pengikut di al-azhar juga terhenti sebagaimana pada masapendudukan
napoleon tersebut. Di awal paroan kedua abad ke-19, muncul dua kelompok yang
menjadi pelopor kedua setelah al-jabarti dalam kebangkitan penulisan sejarah.

5. Pemikiran Islam dalam Aspek Sain dan Ilmu Pengetahuan

Ilmu dalam Islam merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang


sungguh-sungguh dari para ilmuwan muslim atas persoalanpersoalan duniawī dan
ukhrāwī dengan berlandaskan kepada wahyu Allah. Pengetahuan ilmiah diperoleh
melalui indra, akal, dan hati/intuitif yang bersumber dari alam fisik dan alam metafisik.
Hal ini berbeda dengan epistemologi ilmu di Barat yang hanya bertumpu pada indra dan
akal serta alam fisik. Dalam sejarahnya, perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam
mengalami pasang surut. Suatu ketika mencapai puncak kejayaan, dan di saat yang lain
mengalami kemunduran. Era klasik (650-1250 M) merupakan masa keemasan Islam
yang ditandai dengan tingginya etos keilmuan serta pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang kehidupan. Setelah itu, perkembangan ilmu di kalangan
umat Islam menjadi redup dan ganti Barat yang berada dalam garda depan dalam
pengembangan ilmu. Kemajuan ilmu di Barat memunculkan banyak ekses negatif
seperti sekularisme, materialisme, hedonisme, individualisme, konsumerisme, rusaknya
tatanan keluarga, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan obat terlarang

Relasi Struktural Agama dan Sains

Agama dan sains, merupakan dua bagian penting dalam kehidupan sejarah
umat manusia. Bahkan pertentangan antara agama dan sains tak perlu terjadi jika kita
mau belajar mempertemukan ide-ide spiritualitas (agama) dengan sains yang
sebenarnya sudah berlangsung lama. Mehdi Golshani sebagaimana dikutip Hujair
Sanaky menilai, pihak skeptis ilmiah selalu menuduh bahwa agama hanya bergantung
pada asumsi-asumsi apriori atau sesuatu yang hanya didasarkan pada keyakinan.
Selain itu, kelompok sains, juga tidak dapat menerima begitu saja segala sesuatu
sebagai kebenaran. Kaum teolog (agamawan) kemudian banyak menuai kritik karena
terlalu bertumpu pada “imajinasi liar”, sementara para scientist harus berdasarkan fakta
secara empiris. Ini adalah tantangan yang dihadapi, dan apabila pemahaman yang
kurang tepat terdapat dalam persoalan ini, dapat menjebak umat beragama pada upaya-
upaya yang tak produktif atau bahkan kontra produktif.

Peacock sebagaimana dikutip Zainul Arifin menggambarkan sains dan agama


sebagai suatu entitas yang memiliki persamaan dan perbedaan, dan relasi diantara
keduanya terjadi hanya dalam tataran intelektual. Hal ini didasarkan pada sebuah
keyakinan bahwa manusia pada saat ini sedang menjalani hidupnya dalam konteks
sains. Artinya, segala pola pikir dan tingkah laku manusia dalam hidupnya telah dikuasai
oleh cara pandang sains terhadap dunia.
Kendatipun demikian, pergulatan antara agama dan sains telah mewarnai
sejarah kehidupan manusia. Kasus eksekusi Gereja Roma atas Galileo Galilei dan
perdebatan panjang antara pendukung teori revolosi dan teori penciptaan menjadi bukti
nyata betapa konflik yang saling menegasikan telah mewarnai hubungan antara agama
dan sains. Untuk menghindari konflik antara keduanya, banyak kalangan sejak tahun
1990-an telah mencari model hubungan yang paling sesuai. Gregory R. Peterson
mencatat beberapa lembaga, penerbitan, seminar dan konferensi yang diidentifikasi
sebagai upaya membangun model hubungan antara agama dan sains yang ideal dan
ramai di pasaran, seperti tulisan Ian G. Barbour lewat karyanya, Religion in an Age of
Science (1990), Nacey Murphy, Theology in the Age of Scientific Reasoning (1990),
Philip Hefner, The Human Factor (1993), Arthur Peacock, Theology for a Scientific
Age (1993), dan lainnya.
Upaya untuk menghubungkan dan memadukan antara sains dan agama, tak
harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukkan, karena identitas atau watak
dari masing-masing kedua entitas itu tak mesti hilang, atau sebagian orang bahkan akan
berkata, harus tetap dipertahankan. Jika tidak, mungkin saja yang diperoleh dari hasil
hubungan itu “bukan ini dan bukan itu”, dan tak jelas lagi apa fungsi dan manfaatnya.
Integrasi yang diinginkan adalah integrasi yang “konstruktif”, hal ini dapat dimaknai
sebagai suatu upaya integrasi yang menghasilkan konstribusi baru (untuk sains
dan/atau agama), yang dapat diperoleh jika keduanya terpisahkan.
Mencari titik temu antara agama dan sains mungkin dapat dimulai dari
mengafirmasi fungsi keduanya. Agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup
tenang dan bahagia di dunia dan akherat. Adapun sains dan teknologi berfungsi sebagai
sarana mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan dunia menurut agama
merupakan prasyarat mendapatkan kebahagiaan akherat. Sains adalah sarana untuk
membahagiakan dan mempermudah manusia dalam beraktifitas di dunia. Adanya mobil
membuat manusia lebih cepat sampai ke tujuan yang jauh. Adanya teknologi arsitektur,
membuat manusia mampu membangun rumah yang nyaman dan indah. Adanya
teknologi internet membuat manusia lebih cepat mendapatkan informasi. Dalam
pandangan agama, semua hal tersebut penting, karena ketenangan dan kenyamanan
membuat manusia lebih leluasa menjalankan aktifitas keagamaannya, dan
mengantarkan kepada kebahagiaan akherat. Dalam kaidah ushul fiqh disebutkan : (apa-
apa yang mengantarkan kepada kewajiban, hukumnya wajib).
Jika mendudukkan agama dan sains dalam posisi masing-masing, tanpa
"memaksakan" keterikatan antara satu dengan yang lain, maka dapat dipastikan, dalam
posisinya seperti itu amat sukar mengharapkan terjadinya integrasi. Hal ini sama
susahnya dengan menggabungkan antara normatifitas dan historisitas-nya M. Amin
Abdullah. Walaupun kemudian M. Amin Abdullah sendiri dalam karyanya yang lain
menawarkan metode "interkoneksitas" dalam menjawab pertentangan berkepanjangan
antara normatifitas dan historisitas.
Meminjam metode pendekatan yang dilakukan M. Amin Abdullah dalam
mendamaikan perselisihan berkepanjangan antara normatifitas dan historisitas, maka
interkoneksitas, menurut hemat penulis, juga "cukup" tepat untuk digunakan dalam
mencari titik temu antara agama dan sains. Interkoneksitas berbeda tipis dengan
"integrasi" kailmuan. Integrasi keilmuan bercita-cita ingin melumatkan, menggabungkan,
meleburkan yang satu ke yang lainnya. Seperti mencampur gula dengan kopi dalam
satu gelas.
Sementara paradigma "interkoneksitas" berasumsi bahwa untuk memahami
kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia, setiap bangunan
keilmuan apapun, maupun kealaman, tidak dapat berdiri sendiri. Ketika ilmu
pengetahuan tertentu mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa dapat menuntaskan
persoalan sendiri, tidak memerlukan sumbangan dan bantuan ilmu lain, maka
"kesombongan" ini cepat atau lambat akan berubah menjadi fanatisme-partikularitas
disiplin keilmuan.
Agama dan sains dalam pendekatan ini tidak harus bertegur sapa, keduanya
tidak harus mengambil posisi berhadap-hadapan dan bersifat dikhotomis, tetapi memiliki
hubungan yang terjalin oleh suatu konektor nilai fundamental, yaitu tauhid. Hubungan
antara agama dan sains ibarat dua permukaan koin yang tidak dapat dipisahkan, tetapi
secara tegas dan jelas dapat dibedakan. Konektornya adalah koin itu sendiri, yang
permukaannnya berbeda-beda.
Dalam pemaparan Osman Bakar, Islam sebagai agama, sebagaimana hadits
Nabi s.a.w. memiliki struktur, yaitu Islam, iman, dan ihsan. Sifat masing-masing dimensi
tersebut tampak dalam kandungan linguistik dan religiusnya. Islam mengacu pada
berbagai tindak ketundukan dan kepasrahan kepada kehendak Ilahi, dll. Iman merujuk
pada segenap kebenaran dan realitas fundamental yang harus diimani dan diketahui.
Ihsan tak lain adalah pengamalan islam dan perwujudan iman pada tataran terbaiknya.
Sebelum merumuskan hubungan yang komprehensip antara Islam dan sains,
Osman Bakar memaparkan struktur Islam sebagai agama, sebagaimana tersebut, dan
menyebutkan empat struktur sains : Komponen pertama, adalah pokok-pokok bahasan
yang dirumuskan dengan baik atau objek kajian berkenaan dengan himpunan
pengetahuan akumulatif dalam bentuk berbagai konsep, fakta, teori dan hukum, dan
hubungan-hubungan logis yang ada di antara semuanya itu. Himpunan pengetahuan itu
merupakan kandungan utama sebuah sains.

6. Pemikiran Islam dalam Aspek Pengobatan dan Terapi

Sebenarnya pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis,


merupakan bentuk yang paling tua. Telah beberapa abad lamanya, para Nabi atau para
penyebar agama melakukan perananperanan therapeutic, terutama dalam
menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniah umatnya. Seperti Nabi Muhammad Saw
telah menyembuhkan penyakit mental atau gangguan psikologis orang-orang jahiliyah
Quraisy dengan melalui agama Islam, sehingga mereka menjadi manusia yang
berakhlak mulia (bermental sehat). Indikator dari gangguan psikologis mereka itu
nampak dalam penyimpangan perilaku seperti: a) mengubur hidup-hidup (ngaruang
kerepes) anak wanita, karena mereka inferior, rendah diri, merasa terhina, apabila
memiliki anak wanita, b) prostitusi atau perzinahan, c) meminum minuman keras, d)
musyrik, menyembah kepada berhala bukan kepada Allah, e) saling memusuhi,
peperangan, atau tawuran antar suku, dan f) melakukan perbudakan (pelecehan
terhadap nilai-nilai atau harkat dan martabat manusia). Semakin kompleks kehidupan,
semakin dirasakan pentingnya penerapan psikoterapi yang bersumber dari agama
dalam rangka megembangkan atau mengatasi kesehatan jiwa manusia (masyarakat).
Ada kecenderungan bahwa orang-orang di zaman modern ini semakin rindu akan nilai-
nilai agama, sehingga tausiah, nasihat, atau kesempatan dialog dengan para kyai atau
ustadz sangat diharapkannya.
Mereka merindukan hal itu dalam upaya mengembangkan wawasan
keagamaan, atau mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sulit diatasinya tanpa
nasihat keagamaan tersebut. Sejumlah Ayat-ayat dalam Alquran menjadi landasan
menegakan psikoterapi Islam. Salah satu ayat al-Quran yang berisikan aspek
penyembuhan jiwa adalah yang terdapat dalam Surat Yunus ayat 57: Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman. (QS. Yunus []: 57).
Ayat ini menunjukan bahwa agama itu sendiri berisikan aspek terapi bagi
gangguan jiwa. Bukankah penderitaan batin biasanya menyesakkan dada seperti yang
tersirat dalam ayat di atas. Banyak ayat al-Quran yang sejalan dengan ayat di atas
seperti dalam surat Fushilat ayat 44, al-Isra ayat 82, dan al-Baqarah ayat 153 dan 156.
Ayat-ayat ini memberi petunjuk bahwa agama mempunyai sifat terapeutik bagi
gangguan kejiwaan. Cara berpikir negatif yang menekankan kepada persepsi stressor
sebagai sesuatu yang mengancam dan merugikan, perlu diubah menjadi berpikir positif
yang menekankan kepada pengertian stressor sebagai sesuatu yang tidak perlu
dicemaskan. Bahkan individu perlu melihat Islam dan Psikoterapi adanya peluang-
peluang untuk mengatasi stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat stressor
musibah datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul rasa kehilangan sesuatu
dari dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa percaya (keimanan) bahwa diri kita ini bukan
siapasiapa, diri ini adalah milik Allah Swt, dan apa pun yang ada pada sekeliling kita
adalah milik-Nya. Dalam teori kognitif sosial, belief adalah keyakinan seseorang
terhadap sesuatu akan mempengaruhi bagaimana seseorang mengantisipasi dan
menyesuaikan diri terhadap kondisi yang dihadapinya. Jika seseorang yakin bahwa
sesudah kesulitan ada kemudahan (QS. al-Insyirah: 3-4), tentu akan menghadapi
masalah dengan lebih tenang dari pada mereka yang tidak meyakini hal tersebut. Akan
tetapi, belief ini tidak sama dengan knowledge yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Misalnya walaupun seseorang tahu bahwa agama mengajarkan bahwa sesudah
kesulitan ada kemudahan, tidak mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya kecuali
ia telah meyakininya. Oleh karena itu, salah satu keunikan psikoterapi Islam adalah
keberadaannya sangat subyektif.

Bentuk dan Teknik Psikoterapi dalam Islam

Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi


Islam dalam dua kategori, pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-
teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua,
bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.
Model pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan
psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia, seperti
neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, manic depressive psychosis,
kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya (Mujib, 2002).
Adapun bentuk pengobatan psikoterapi Islam, Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi
membagi obat (syifa’) ke dalam dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat
menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan madu, air buah-buahan yang
disebutkan dalam al-Quran. Sunnahnya digunakan untuk menyembuhkan kelainan
jasmani. Kedua, obat ma’nawi, obat yang sunnahnya menyembuhkan penyakit ruh dan
kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Quran. Kepribadian
merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi
kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena itu,
kelainan kepribadian disembuhkan dengan pengobatan ma’nawi. Demikian juga
kelainan jasmani sering kali disebabkan oleh kelainan ruhani maka cara pengobatannya
pun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi.
Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik
yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Pada umumnya disebutkan beberapa bentuk
psikoterapi hati itu ada lima macam yaitu membaca al-Quran sambil mencoba
memahami artinya, melakukan shalat malam, bergaul dengan orang yang baik atau
salih, puasa dan zikir malam hari yang lama.

1. Membaca al-Qur’an
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab di
dalamnya memuat resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa
manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat
sugesti keimanan seseorang.
2. Shalat
Dalam kajian Islam disebutkan shalat memiliki banyak hikmah, antara lain
memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu
dekat (taqqarub) kepada Allah Swt, terhapus dosanya dan terhindar dari
perbuatan munkar, jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu
dan ketenteraman, bahkan Allah Swt menjanjikan kenikmatan surga baginya;
doanya diterima, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah
diberikan oleh Allah Swt sebagai rasa syukur. Shalat merupakan terapi psikis
yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat
membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan
komprehensif. Hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat
menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu
untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi
syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Ketiga,
shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dan penyakit
batin. Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)- nya
adalah taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena
dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya. Islam dan
Psikoterapi satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa
yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk
penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk
kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan
dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis
seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari
semalam. Melalui shalat maka individu akan mampu merasakan betul
kehadiran Allah SWT. Segala kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan
emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan
demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul
dari stressor yang dihadapi. Selain itu, shalat secara teratur dan khusyuk
akan mendekatkan individu kepada penciptanya. Hal ini akan menjembatani
hubungan Allah, dengan bahasa yang berbeda, Wallace (2007) menyebutkan
beberapa cara menghadapi tekanan hidup atau masalah yang menyebabkan
stres, yaitu: a. Cognitive restructuring, yaitu mengubah cara berpikir negatif
menjadi positif yang dilakukan melalui pembiasaan dan pelatihan. b. Time
management, yaitu mengatur waktu secara efektif untuk mengurangi stress
akibat tekanan waktu. Ada waktu dimana individu melakukan teknik relaksasi
dan sharing secara efektif dengan psikolog dalam membentuk kepribadian
yang kuat. c. Relaxation technique, yaitu mengembalikan kondisi tubuh pada
homeostatis, yaitu kondisi tenang sebelum ada stressor. Ada beberapa teknik
relaksasi, antara lain yaitu yoga, meditasi dan bernafas diphragmatic. Model
pengelolaan stres ini sebenarnya sejalan dengan strategi mengelola tekanan
hidup dalam Islam. Sebagai contoh adalah berpikir positif, termasuk ke dalam
semua strategi dalam Islam. Niat ikhlas, sabar, bersyukur dan berserah diri
memiliki unsur berpikir positif ini. Unsur relaksasi muncul dalam proses shalat
dan doa. Shalat, doa dan dzikir juga memiliki unsur manajemen waktu,
mengingat manusia membutuhkan waktu-waktu khusus dalam proses shalat,
doa dan dzikir.
3. Puasa
Puasa ada dua, yaitu puasa pisik, yaitu menahan lapar, haus, dan
berhubungan seks dan puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala
perbuatan maksiat. Puasa juga mampu menumbuhkan efek emosional yang
positif, seperti menyadari akan Kemahakuasaan Allah SWT, menumbuhkan
solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai
positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin.
4. Zikir
Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam
berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala
keagungan dan kasih sayang Allah Swt yang telah diberikan,serta dengan
menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Ada dua makna yang
terkandung dalam lafal zikir menurut AtThabathabai: a. Kegiatan psikologis
yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini
berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya b. Hadirnya
sesuatu pada hati dan ucapan seseorang. Zikir dapat mengembalikan
kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong
seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi
dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang
membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah semata, sehingga
zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya. Melakukan zikir sama
nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan
upaya mengantarkan pasien bagaimana ia harus beristirahat dan bersantai
melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama
keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir. Firman Allah swt.
5. Doa dan Munajat
Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat,
puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima
maka diperlukan syarat-syarat khusus, di antaranya dengan membaca
istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan
kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat. Do'a
ternyata tidak terikat oleh dimensi ruang. Dossey (1996) adalah profil dokter
lain yang banyak mengungkapkan penelitian tentang pengaruh do'a. Dari
berbagai penelitian yang dikumpulkannya disimpulkan bahwa do'a secara
positif berpengaruh terhadap berbagai macam penyakit. Misalnya tekanan
darah tinggi, luka, serangan jantung, sakit kepala dan kecemasan. Proses-
proses fisiologis yang dapat dipengaruhi doa antara lain adalah proses
kegiatan enzim, pertumbuhan sel darah putih leukimia, laju mutasi bakteri,
pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai macam benih, laju
penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya gondok dan
tumor, waktu yang dibutuhkan untuk bangun dari pembiusan total, efek
otonomi seperti kegiatan elektrodermal kulit, laju hemolisis sel-sel darah
merah dan kadar hemoglobin. Dengan adanya bukti-bukti ilmiah seperti itu,
maka dokter Dossey (1996) sendiri selanjutnya menulis: "...setelah
mempertimbangkan faktor-faktor ini selama beberapa bulan, saya
menyimpulkan bahwa saya akan berdoa bagi pasien-pasien saya."
Berdasarkan landasan-landasan filosofis inilah, teknik-teknik psikoterapi
Islam bermula dan berkembang dengan luas.

Pemikiran Para Tokoh

Pada bidang aromaterapi, Stanley Finger dalam karyanya berjudul


“Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function”,
mengungkapkan bahwa penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter
Muslim bernama Ibnu Sina (980 M - 1037 M). Ibnu Sina menggunakan
penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan
untuk mengobati pasiennya. Metode pengobatan ini disebut aromaterapi.
Ibnu Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang mengenalkan
aromaterapi. Saat ini Aromaterapi dikenal sebagai salah satu jenis
pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang
mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik
lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati
atau kesehatan seseorang.
Pada bidang kemoterapi, al-Razi alias Rhazes (865 M-925 M) adalah
dokter Muslim yang pertama kali memperkenalkan. Dalam sebuah tulisan
bertajuk “The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of
Pharmacy”, disebutkan Al-Razi adalah dokter yang pertama kali
memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam
pengobatan pada abad ke-10 M. Zat-zat kimia itu adalahalkohol, belerang,
tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat kapur,
tanah liat, karang, mutiara, ter, dan aspal. Kini, Kemoterapi digunakan
sebagai metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia. Dalam
kedokteran modern, kemoterapi merujuk kepada penggunaan obat sitostatik
untuk merawat penyakit kanker.
Pada bidang Hirudoterapi, Ibnu Sina adalah peletak dasarnya dan
dikembangkan oleh Abd-el-latif pada abad ke-12 M. pada abad pertengahan,
Terapi Lintah menjadi salah satu metode yang disukai masyarakat Eropa.
Ibnu Sina juga mengenalkan penggunaan lintah sebagai perawatan untuk
penyakit kulit dalam kitabnya The Canon of Medicine. Pada Journal of the
International Society for the History of Islamic Medicine,Nurdeen Deuraseh,
dalam karyanya berjudul "Ahadith of the Prophet on Healing in Three Things
(al-Shifa' fi Thalatha): An Interpretational", Hirudoterapi adalah penyembuhan
penyakit dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan
pengobatan. Lintah harus dibersihkan sebelum digunakan. Setelah lintah
menghisap lalu darah keluar, harus diteteskan garam padabagian tubuh
manusia.
Pada bidang Fitoterapi, Ibnu Sina (Avicenna) memperkenalkan
pertama kali pengobatan menggunakan Taxus baccata L. dalam
kitabnya The Canon of Medicine. Ramuan obat ala Ibnu Sina bernama
"Zarnab" digunakan untuk menyembuhkan sakit jantung. Seorang sarjana
Barat memberikan pengakuan atas karya Ibnu Sina yakni Yalcin Tekol "The
Medieval Physician Avicenna Used an Herbal Calcium Channel blocker,
Taxus baccata L”. Menurut Yalcin Tekol, di dunia barat hingga tahun 1960
belum menggunakan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk
tujuan medis (Fitoterapi).
Pada bidang Psikoterapi, Ibnu Sina dan Al-Razi dikenal sebagai
dokter pertama yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi untuk mengatasi
gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Saat itu, Ibnu Sina menerapkan
ilmu nafs atau kejiwaan pada dunia Islam yang selanjutnya disebut Psikologi
Islam yang digunakan mulai Abad ke-8 M hingga Abad ke-15 M. Pada Abad
ke-20/21, ilmu nafs dari Ibnu Sinaberhubungan erat dengan psikologi,
psikiatri dan neurosciences.
Dalam bidang Urologi, Al-Razi adalah peletak dasarnya. Rafik Berjak
dan Muzaffar Iqbal, dalam karyanya “Ibn Sina - Al-Biruni correspondence,
Islam & Science”, mencatat bahwa Muhammad ibnu Zakariya Razi
memperkenalkan metode-metode pengobatan saluran air kencing. Al Dayel
juga dalam karyanya "Urology in Islamic medicine" menempatkan Al-Razi
sebagai orang pertama yang menghasilkan obat penguji untuk perawatan
berbagai penyakit saluran kencing. Hingga kini ahli fisika/dokter modern
masih menggunakan metode Al-Razi.
Dalam bidang Litotomi, Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi
atau Abulcasis (936 M- 1013M) adalah orang yang pertama yang berhasil
melakukan pencabutan saluran kencing dan batu ginjal dari saluran air
kencing menggunakan instrumen/peralatan baru. Penobatan Al-Zahrawi
dalam bidang lithotomi disebutkan oleh Abdul Nasser Kaadan PhD dalam
karyanya "Albucasis and Extraction of Bladder Stone".
Dalam bidang terapi kanker, Ibnu Sina alias Avicenna adalah dokter
pertama yang berhasil melakukan terapi kanker. Patricia Skinner dalam
bukunya “Unani-tibbi: Encyclopedia of Alternative Medicine” mengakui
keberadaan Ibnu Sina yang pertama melakukan metode bedah yang disertai
pemotongan atau pembersihan pembuluh darah. Sementara Prof Nil Sari dari
Cerrahpasha Medical School, Universitas Istanbul, Turki, dalam tulisannya
berjudul "Hindiba: A Drug for Cancer Treatment”, mengungkapkan temuan
ilmuwan Muslim bernama Ibnu al-Baitar atas ramuan obat kanker atau tumor
bernama "Hindiba" pada abad ke-12 M.Obat kanker warisan peradaban
Islam itu kemudian dipatenkan oleh Prof Nil Sari pada 1997 (Abad ke-20).
Dalam sejarah Islam, dikenal beberapa tokoh penemu dibidang
kesehatan dan kedokteran. Ibnu Sina (980-1037 M) atau dikenal di Barat
dengan nama Avicenna adalah tokoh yang paling terkemuka atas karya
monumentalnya “Qanun fit Al-Thib” (The Canon of Medicine), sebuah
ensiklopedia pengobatan (pharmacopedia) yang berisi satu juta kata. Ibnu
Sina memberi sumbangan pada Bakteriologi yakni Ilmu yang mempelajari
kehidupan dan klasifikasi bakteri. Ibnu Sinajuga digelari Bapak Kedokteran
Modern atas rekomendasinya pada tujuh aturan dasar dalam uji klinis atas
suatu obat. Selama dua abad (Abad ke-15 dan Abad ke-16) karya tersebut
dicetak ulang sebanyak 35 kali dan menjadi rujukan kedokteran Eropa dan
dunia hingga abad ke-18.
Abu al-Qasim al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat dengan
nama Abulcasispada tahun 1000 M (Abad 11) mempublikasikan temuannya
dalam ilmu bedah seperti 200 alat bedah dan plester sehingga digelari Bapak
Ilmu Bedah Modern. Ada empat buah buku yang dihasilkannya, salah
satunya adalah berjudul, ‘Al-Tastif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’.Buku tersebut,
sebuah ensiklopedi terdiri atas 30 jilid memuat alat-alat bedah yang belum
pernah ditemukan sebelumnya dalam karya-karya kedokteran kuno seperti
Hippocrates maupun kedokteran Yunani (seperti Unani) dan Persia (Akademi
Gundishapur). Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan
pendarahan,menggunakan alkohol dan lilin untuk menghentikan pendarahan
dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi adalah dokter
istana pada masa Khalifah Abdel Rahman III dan pernah menempuh
pendidikan di Universitas Cordoba, Spanyol. Selama hidupnya
mendedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dengan spesialisasi
masalah bedah, meski salah satu bukunya mengupas tentang operasi gigi.
Pada abad ke-9, tokoh Islam lainnya Ishaq bin Ali Rahawi menulis
kode etik kedokteran pertama kali di dunia bernama Kitab Adab al-Tabib.
Kitab tersebut terdiri atas 20 bab yang menganjurkan pertama kali diadakan
Peer-Review atas setiap pendapat baru dalam dunia kedokteran. Didalam
bukunya dianjurkan untuk memeriksa catatan medis sang dokter apabila
ditemukan pasien meninggal dunia guna memastikan tindakan dokter sesuai
dengan standard layanan medic atau tidak. Rekomendasi Rahawi hingga kini
digunakan dalam kode etikkedokteran, termasuk pemeriksaan pasien dalam
rumah sakit dengan penggunaan rekam medis (medical record). Masih pada
abad ke-9, Al-Kindi menunjukkan aplikasi matematik untuk kuantifikasi di
bidang kedokteran seperti untuk pengukuran derajat penyakit dengan
menggunakan sejenis thermometer, mengukur kekuatan obat dan
kemampuan menaksir saat-saat kritis pasien.
Pada Abad ke-12, Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M)
memberikan kontribusinya dalam ilmu kesehatan berupa karya berjudul ‘Al-
Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet) berisi rangkuman ilmu kedokteran serta buku
berjudul ‘Al-Taisir’ mengupas praktik-praktik kedokteran. Ibnu Rusdy adalah
seorang dokter kelahiran Granada, Spanyol dan dikagumi oleh banyak
sarjana di daratan Eropa hingga kini. Dari dataran Eropa, khususnya Spanyol
dikenal beberapa nama dokter Muslim terkemuka seperti Al-Ghafiqi, seorang
tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika; Ibnu Wafid
Al-Lakhm, seorang dokter yang terkemuka di Spanyol; dan Ibnu Tufails, tabib
yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M.
Kemudian pada abad ke-10 Abu-BakrMuhammad ibn Zakariya Ar-
Razi (841-926 M)dikenal di Barat dengan nama Razesmemulai eksperimen
dan observasi klinis sehingga berhasil membangun dasar-dasar penyakit dari
analisis urin dan menemukan kemoterapi. Metode yang dilakukan Ar-Razi
sangat berbeda dengan metode Aristoteles dan Galen yang membangun
pemikiran dan pendapatnya bukan melalui eksperimen sehingga tidak dapat
diverifikasi. Buku kedokteran yang ditulisnya berjudul ‘Al-Mansuri’ (Liber Al-
Mansofis) yang menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain:
kesehatan publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus.
Buku lain yang dihasilkannya berjudul ‘Al-Murshid’ yang membahas tentang
pengobatan berbagai penyakit seperti pengobatan cacar air, sementara
bukunya berjudul ‘Al-Hawi’ menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di
Paris yang terdiri dari 22 volume. Al Razi adalah dokter istana Pangeran Abu
Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan kemudian menjadi dokter pribadi
khalifah sekaligus dokter kepala di RS Baghdad.
Pada tahun 1242 (Abad 13), Ibnu An-Nafis (1208 – 1288 M) merintis
bedah pada manusia sehingga digelari Bapak Fisiologi peredaran darah.
Sementara di negeri-negeri Barat, nanti pada tahun 1628 baru ditemukan
oleh William Harvey. Ibnu An-Nafistercatat menghasilkan sejumlah buku
kedokteran diantaranya adalah berjudul ‘Mujaz Al-Qanun’berisi kritik dan
penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina. Ibnu An-Nafisjuga
pernah menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Namun kelahiran berada
pada era awal meredupnya perkembangan kejayaan kesehatan Islam.
Setelah abad ke-13 M, perkembangan ilmu kesehatan yang
dipelopori para cendekiawan dan sarjana Muslim memasuki masa
stagnasi.Meski berada pada era keredupan pemikiran kesehatan Islam, pada
Abad ke-15 diberitakan pada sebuah rumah sakit Khalifah Ustmani sudah
terdapat seorang dokter bedah perempuan pertama kali di dunia.
Sumbangsih para ilmuwan Islam beberapa abad lalu hingga sekarang
memiliki kontribusi besar pada Ilmu Kedokteran Modern.

Anda mungkin juga menyukai