Anda di halaman 1dari 6

Kewajiban anak kepada orang tua

Tentang kewajiban anak kepada orang tua, Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berbhakti
kepada kedua orang tua, setelah Allah SWT memerintahkan kepada kita supaya menyembah kepada-
Nya serta tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Firman Allah SWT :
ْ ‫ََّللا َوَل َت ُ ْش ِر ُكوا َ ِب ِه َش ْيئًا َۖ َو ِب ْالوا ِلدي ِْن َإِ ْحسانًا َو ِبذِي‬
َ‫َالقُ ْرب ٰى‬ ‫وَا ْعبُدُوا ه‬
ِ ‫ب َ ِب ْالجن‬
َ‫ب‬ ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ‫ب َوال ه‬ ْ ‫ار‬
ِ ُ‫َال ُجن‬ ِ ‫ِيَالقُ ْرب ٰى َو ْالج‬
ْ ‫ار َذ‬ ِ ‫ين َو ْالج‬ِ ‫و ْاليتام ٰى َو ْالمسا ِك‬
ً ‫بَمنَكانَ ُم ْخت ًاَلَف ُخ‬
‫ورا‬ ‫تَأيْمانُ ُك ْمََۖ ِإ هن ه‬
ُّ ‫ََّللاََلَيُ ِح‬ ْ ‫سبِي ِلَوماَملك‬ ‫واب ِْنَال ه‬
”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri
“ [QS. An-Nisaa' : 36]
ُ‫يا‬
‫ه‬ ‫ِا‬
‫إ‬ ‫ِا‬
‫َّل‬‫إ‬ ‫دوا‬ُُ
‫ْب‬‫تع‬َ ‫َا‬
‫َّل‬‫بكَ أ‬ َُّ
‫ر‬ ‫َى‬
ٰ ‫َض‬
‫َق‬‫و‬
َ
‫دك‬ ‫ا ع‬
َ‫ِن‬ ‫َن‬‫لغ‬ُْ َ ‫ما‬
‫يب‬ ‫ِا‬
‫ۚ إ‬ ً َ‫ْس‬
‫انا‬ ‫ِح‬
‫ينِ إ‬ َ‫ل‬
ْ‫د‬ ِ‫َا‬ ْ ‫َب‬
‫ِالو‬ ‫و‬
‫َا‬ ُ‫ُل ال‬
‫هم‬ ‫تق‬َ ‫َََل‬
‫َا ف‬ ‫هم‬ َ‫ْ ك‬
ُ‫َِل‬ ‫َو‬‫َا أ‬ ‫هم‬ َُ
ُ‫د‬ ‫َح‬‫َ أ‬
‫َر‬ ‫ِب‬ ْ
‫الك‬
‫ًا‬ ‫َر‬
‫ِيم‬ ‫َو‬
‫ًَّْل ك‬ ‫َا ق‬ ‫هم‬ُ‫ُل ال‬ ‫َق‬
‫َا و‬ ُْ
‫هم‬ َْ
‫هر‬ ‫تن‬ ََ
َ ‫َّل‬‫ُفٍّ و‬‫أ‬
َ
‫ِن‬‫ِ م‬ ُّ
‫الذل‬ ‫َاح‬
َ ‫َا ج‬
‫َن‬ ُ‫ِضْ َل‬
‫هم‬ ‫ْف‬‫َاخ‬‫و‬ )23(
‫ِي‬‫َان‬
‫بي‬‫َا‬
‫َا ر‬ ‫َم‬
‫َا ك‬ ‫هم‬ُْ
‫َم‬ ‫ابِ ار‬
‫ْح‬ ‫ُل ر‬ ‫َق‬
‫ِ و‬ ‫َة‬
‫ْم‬ ‫اح‬‫الر‬
‫ًا‬ ‫ِير‬‫َغ‬‫ص‬
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia
24. ” dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil ” [QS. Al-Israa' 24]
َ‫اَاْلنسان َبِوا ِلد ْي ِه َ ُح ْسنًاَۖ َو ِإنَجاهداك َ ِلت ُ ْش ِرك َبِيَماَليْس َلك َبِ ِه‬ ِ ْ ‫صيْن‬ ‫وو ه‬
َ‫يَم ْر ِجعُ ُك ْمَفأُن ِبئ ُ ُكمَ ِبماَ ُكنت ُ ْمَت ْعملُون‬
‫ِع ْل ٌمَفَلَت ُ ِط ْع ُهماََۖ ِإل ه‬
” dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan ” [QS. Al-'Ankabuut : 8]
َُ‫َاْلنسان َبِوا ِلد ْي ِه َ ِإ ْحسانًا َۖ َحملتْهُ َأ ُ ُّمهُ َ ُك ْر ًها َووضعتْهُ َ ُك ْر ًها َۖ َوح ْملُهُ َوفِصالُه‬ ِ ْ ‫صيْنا‬
‫وو ه‬
َ‫بَأ ْو ِز ْعنِيَأ ْنَأ ْش ُكرَنِ ْعمتكَالهتِي‬ ِ ‫شدههَُوبلغَأ ْرب ِعينَسنةًَقالَر‬ ُ ‫ثَلثُونَش ْه ًراََۖحت ه ٰىَ ِإذاَبلغَأ‬
َ‫ص ِل ْحَ ِليَ ِفيَذُ ِريه ِتيََۖ ِإ ِنيَت ُ ْبتُ َ ِإليْك‬
ْ ‫يَوأ ْنَأعْملَصا ِل ًحاَت ْرضاهَُوأ‬ ‫يَوعل ٰىَوا ِلد ه‬ ‫أ ْنع ْمتَعل ه‬
ْ ‫يَمن‬
َ‫َال ُم ْس ِل ِمين‬ ِ ِ‫وإِن‬

1
” Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang berserah diri” . [QS. Al-Ahqaaf : 15]
َ‫اَاْلنسان َ ِبوا ِلد ْي ِه َحملتْهَُأ ُ ُّمهَُو ْهنًاَعل ٰى َو ْه ٍن َو ِفصالُهَُ ِفيَعامي ِْن َأ ِن َا ْش ُك ْر‬
ِ ْ ‫صيْن‬ ‫وو ه‬
َ‫)َ وإِنَجاهداك َعل ٰى َأنَت ُ ْش ِرك َ ِبيَماَليْس َلك َ ِب ِه‬14(َ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ْ ‫ي‬
ِ ‫َالم‬ ‫ِليَو ِلوَا ِلديْك َإِل ه‬
َ‫يََۖث ُ هم‬ ِ ‫ِع ْل ٌمَفَلَت ُ ِط ْع ُهماََۖوص‬
‫اح ْب ُهماَفِيَالدُّ ْنياَم ْع ُروفًاََۖوات ه ِب ْعَس ِبيلَم ْنَأنابَ ِإل ه‬
(15 (‫يَم ْر ِجعُ ُك ْمَفأُنبِئ ُ ُكمَبِماَ ُكنت ُ ْمَت ْعملُون‬ ‫إِل ه‬
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Luqman 14 - 15]

Allah SWT menjadikan kedua orang tua kita sebagai perantara lahirnya kita di dunia ini, maka betapa
besar jasa keduanya kepada kita, dan bagaimanapun juga kita tidak akan bisa membalas jasa keduanya.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang sebagaimana hadits berikut :
‫ِى‬ ‫ن ل‬ ‫ِا‬
‫ل إ‬َ‫َا‬ ‫َق‬‫ابي ص ف‬ ‫َِلى الن‬ ‫تى إ‬ََ‫َُلً أ‬
‫َج‬‫ن ر‬‫َا‬‫أ‬
‫َََّل‬
‫ِى و‬ ‫هر‬َْ
‫لى ظ‬ ََ‫ها ع‬ ُِ
َ‫د‬ ‫ْع‬‫ُق‬ َُ
‫ها أ‬ ‫ات‬
‫ِي‬ َ ‫أنا‬
‫مت‬ َ ,‫ما‬ ًُّ
‫أ‬
‫ِى‬ ‫َسْب‬‫ها ك‬ َْ‫َِلي‬
‫د إ‬ ُُّ
‫َأضر‬ ‫ِى و‬ ‫َج‬
‫ْه‬ ‫ها و‬ َْ ‫ُ ع‬
‫َن‬ ‫ْر‬
‫ِف‬ ‫اص‬
.ٍّ ‫دة‬َِ‫َاح‬ ‫َة‬
‫ٍّ و‬ ‫َف‬
‫ْر‬ ‫َألَ ب‬
‫ِز‬ ‫ل ََّل و‬َ‫َا‬‫ها ق‬َُ َْ
‫يت‬ ‫ْ زج‬
‫َز‬ ‫هل‬ََ‫ف‬
َ‫مك‬ ُ‫د‬ َ ْ
ُْ‫تخ‬ َ َ
‫انت‬ ‫ها ك‬ َ‫ن‬‫َا‬
‫ِأ‬‫ إل‬: ‫ل‬َ‫َا‬
‫َ ؟ ق‬ َِ
‫لم‬ ‫ و‬: ‫ل‬ َ‫َا‬ ‫ق‬
ُّ
‫تحِب‬ ُ ‫ها‬ َ‫د‬ َ َ
ُْ‫تخ‬ ‫نت‬َْ
‫َأ‬‫ و‬.َ‫تك‬ َ‫َا‬‫َي‬‫ٌّ ح‬ ُ ِ‫ِي‬
‫تحِب‬ ‫َه‬‫و‬
‫ها‬ َْ
َ‫ت‬ ‫مو‬َ
Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya, “Sesungguhnya saya
mempunyai seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya tidak pernah bermuka masam
kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil pencaharian saya, apakah yang demikian itu saya
telah membalas budinya ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Belum, walau satu tarikan nafas
panjangnya”. Orang itu bertanya pula : “Mengapa demikian ya Rasulullah ?”. Jawab beliau,
“Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar kamu panjang umur, sedangkan kamu
memeliharanya itu dengan berharap ia lekas mati”. [HR. Abul Hasan Al-Mawardi]
Dan Rasulullah SAW juga pernah ditanya :

2
‫ِى‬
‫بت‬َ‫َا‬
‫َح‬‫ٌسْنِ ص‬
‫ِح‬‫ااسِ ب‬
‫ُّ الن‬
‫َق‬‫َح‬
‫ْ أ‬‫من‬ َْ
َ ‫ل هللا‬ ‫َسُو‬
‫يا ر‬ َ
‫ْ ؟‬ َ ‫ا‬
‫من‬ ُ .َ‫أمك‬
‫ثم‬ ُّ ‫ْ ؟‬ َ ‫ا‬
‫من‬ ‫ثم‬ُ .َ‫أمك‬
ُّ : ‫ل‬ َ‫َا‬
‫؟ ق‬

‫ْك‬‫بو‬ُ‫ْ ؟ أ‬‫من‬ َ ‫ا‬‫ثم‬ُ َ‫أمك‬
ُّ
“Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhaq saya santuni dengan baik ?”. Rasulullah SAW
bersabda, “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi : “Kemudian siapa ?”. Beliau menjawab, “Ibumu”.
Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya
lagi, “Kemudian siapa ?”. Jawab beliau, “Bapakmu”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Walaupun di dalam hadits tersebut disebutkan “Ibumu” sampai tiga kali, kemudian baru“Bapakmu”,
hanya satu kali, ini tidak berarti ibu itu harus lebih diistimewakan daripada bapak. Bisa juga Nabi
SAW menjawab demikian itu karena melihat kepada kejiwaan orang yang bertanya tadi, ia kurang
memperhatikan kepada ibunya, maka oleh Nabi SAW ia dinasehati agar berbhakti kepada ibunya
hingga tiga kali, baru kemudian kepada bapaknya, sebagaimana Nabi SAW juga pernah ditanya oleh
seseorang, “Amal apakah yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah ?”. Jawab beliau, “Jangan
marah”. Di lain waktu Rasulullah SAW juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh orang
lain, “Amal apa yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah ?”. Jawab beliau, “Katakanlah : Saya
beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”.

Dari dua jawaban Nabi SAW tersebut bukan berarti Nabi SAW tidak tetap dalam menjawab, tetapi
Nabi SAW dalam menjawabnya melihat kepada kejiwaan siapa yang dihadapinya itu, sehingga si
pemarah dinasehati untuk menahan marahnya, dan orang yang kurang kuat pendiriannya diberi nasehat
agar memperkuat keimanannya dan beristiqamah. Dan terbukti di dalam ayat-ayat Al-Qur’an selalu

disebutkan : ‫َو ِبالوا ِلدي ِْن َ ِإ ْحسانًا‬


“dan hendaklah berbhakti kepada kedua orang tua”, tanpa
membedakan antara ayah dan ibu. Dan lagi pula walaupun yang mengandung dan menyusui itu adalah
ibu, namun ayah tidaklah kalah berat tanggungjawabnya, melihat orang laki-laki itu sebagai pemimpin
bagi kaum wanita dan keluarganya, sebagaimana Firman Allah SWT :
ِ ‫ض َو ِبما َأنفقُوا‬
َ‫َم ْن‬ ‫اء َ ِبما َفضهل ه‬
ٍ ‫ََّللاُ َب ْعض ُه ْم َعل ٰى َب ْع‬ ِ ‫الرجا ُل َق هوا ُمون َعلى َالنِس‬ ِ
َ‫الَلتِي َتخافُون‬ ‫ََّللاُ َۖ َو ه‬
‫ب َ ِبما َح ِفظ ه‬ِ ‫ات َِل ْلغ ْي‬
ٌ ‫ات َحافِظ‬ ٌ ‫صا ِلحاتُ َقانِت‬ ‫أ ْموا ِل ِه ْم َۖ َفال ه‬
َ‫اجعِ َواض ِْربُو ُه هن َۖ َفإِ ْن َأط ْعن ُك ْم َفَل‬ ِ ‫َالمض‬ ْ ‫ظو ُه هن َوا ْه ُج َُرو ُه هن َفِي‬ ُ ‫شوز ُه هن َف ِع‬ُ ُ‫ن‬
‫يرا‬ ‫يَلََۖ ِإ هن ه‬
ً ‫ََّللاَكانَع ِليًّاَك ِب‬ ً ‫ت ْبغُواَعل ْي ِه هنَس ِب‬
” kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar
“ [QS. An-Nisaa' : 34]
Allah SWT juga berfirman :
َُ‫اس َو ْال ِحجارة‬
ُ ‫اراَوقُودُهاَالنه‬ ً ‫ياَأيُّهاَالهذِين َآمنُواَقُواَأنفُس ُك ْم َوأ ْه ِلي ُك ْم َن‬
َ‫َّللا َما َأمر ُه ْم َوي ْفعلُون َما‬
‫صون َ ه‬ ُ ‫ظ َ ِشدادٌ هََل َي ْع‬ ٌ ‫عليْها َمَلئِكةٌ َ ِغَل‬
َ‫يُؤْ م ُرون‬

3
” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan” [QS. Tahrim : 6]

Ayat-ayat tersebut, menunjukkan bahwa seorang laki-laki adalah bertanggungjawab dalam memimpin
dan mengarahkan istri dan anak-anaknya, oleh karena itu kewajiban berbhakti seorang anak kepada
ayah maupun ibunya adalah sejajar. Kita wajib berbhakti kepada kedua orang tua, meskipun kedua
orang tua kita belum mau masuk Islam, sebagaimana riwayat berikut :

‫ليا‬ ََ
‫ُ ع‬ ‫مت‬ِْ‫َد‬‫ ق‬: ْ َ َ
‫الت‬ ‫ٍّ رض ق‬ ‫ْر‬ َ ‫ِى‬
‫بك‬ ‫َي‬
‫ْتِ أ‬‫ِن‬‫ء ب‬ َ‫َسْما‬ ‫ْ أ‬ ‫َن‬
‫ع‬
ُ
‫ْت‬ ‫َي‬
‫ْت‬‫َف‬‫َاسْت‬‫ِ هللا ص ف‬ ‫َسُل‬
‫ِ ر‬ َْ
‫هد‬ ‫ِى ع‬ ‫ٌ ف‬ ‫َة‬
‫ِك‬‫مشْر‬
ُ َ‫ِي‬ ‫َه‬‫ِى و‬ ُ
‫أم‬
ْ‫َى‬ ‫ة ( ا‬ ًَ‫ِب‬‫َاغ‬‫ْ ر‬ َِ
‫مت‬ ‫َد‬‫ِى ق‬‫ُم‬
‫ن أ‬ ‫ِا‬
‫ إ‬: ُ ُْ
‫لت‬ ‫ ق‬.‫ِ هللا ص‬ ‫َسُو‬
‫ْل‬ ‫ر‬
: ‫ل‬ َ‫َا‬ ‫ِى ؟ ق‬ ‫ُم‬‫ُ ا‬ ‫َاص‬
‫ِل‬ ‫َف‬‫ٍّ ) ا‬
‫ِر‬ ‫ْ ب‬‫ِن‬
‫ِى م‬ ‫ْد‬
‫ِن‬‫َا ع‬ ‫ْم‬ ‫ِي‬ ‫َة‬
‫ٍّ ف‬ ‫َام‬
‫ِع‬ ‫ط‬
‫ُم‬ َْ َ : ‫ل هللا‬ ََ َ
ْ‫َأ‬ ُ ‫َا‬ َ
ِ‫َن‬ ‫ُ هللا ع‬ ‫هاك‬ َ ‫َّل‬
‫ين‬ ‫نز‬ ‫ ف‬.ِ‫مك‬‫لى أا‬ ‫ ص‬,ْ ‫َم‬‫نع‬
‫ُم‬
ْ ‫ْك‬
‫ُو‬‫ِج‬‫يخْر‬ُ ْ ‫ََلم‬
‫ينِ و‬ ِْ
‫ِى االد‬ ‫ْ ف‬‫ٌم‬‫ْك‬ ُ‫يقات‬
‫ِلو‬ ُ ْ ‫َ َلم‬ ‫ين‬ ‫ا‬
ْ‫الذ‬
َ‫ن هللا‬‫ِا‬‫ إ‬,ْ ‫ِم‬‫ْه‬‫َِلي‬
‫ْ إ‬ ‫ُو‬ ‫ْس‬
‫ِط‬ َُ
‫تق‬‫ْ و‬ ‫هم‬ُْ ‫َر‬
‫ُّو‬ َ ‫ن‬
‫تب‬ َْ‫ْ ا‬ ‫ُم‬‫ِك‬‫يار‬َِ‫ْ د‬ ‫ِن‬
‫م‬
َ
‫ْن‬‫ِي‬‫ِط‬‫ْس‬‫ُق‬‫ُّ الم‬ ُ
‫يحِب‬
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, ia berkata, “Pada masa Nabi SAW masih hidup ibuku datang
kepadaku sedang dia itu masih musyrik. Lalu saya meminta pertimbangan atau fatwa kepada
Rasulullah SAW, Sesungguhnya ibuku datang kepadaku dengan mengharapkan kebhaktianku
kepadanya. Maka apakah aku boleh berbuat baik kepadanya ?”. Beliau SAW bersabda, “Ya, tetaplah
kamu menyambung-nya dan berbuat baik kepadanya”. Kemudian Allah menurunkan ayat (yang
artinya), “Allah tidak melarang kepadamu untuk berbuat baik dan berlaku adil dengan orang-orang
yang tidak memerangi kamu sebab agama, dan tidak mengusir kamu dari kampungmu. Sesungguhnya
Allah itu senang kepada orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al-Mumtahanah : 8). [HR. Bukhari,
Muslim, Abu Dawud dan Baihaqi]

Apabila kedua orang tua sudah meninggal dunia, anak pun masih bisa berbhakti kepada keduanya
dengan jalan mendoakan dan memohonkan ampun untuk keduanya, apabila kedua orang tuanya itu
muslim (orang Islam), sebagaimana riwayat berikut ini :
: ‫ل‬ َ‫َا‬
‫ِى ق‬ ‫ة السااع‬
‫ِد‬ ََ
‫ْع‬ ‫ِي‬‫َب‬‫بنِ ر‬ ْ ِ ِ‫ما‬
‫لك‬ َ ٍّ
‫ْد‬‫ُسَي‬
‫ِى ا‬ ‫َب‬
‫ْ أ‬‫َن‬‫ع‬
ْ
‫ِن‬ ‫ٌ م‬ ‫َج‬
‫ُل‬ ‫ء ر‬ َ‫َا‬‫ْ ج‬
‫ِذ‬‫ إ‬.‫ِ هللاِ ص‬ ‫َسُل‬
‫د ر‬ َْ
‫ِن‬ ُُ
‫لسٌ ع‬ ‫ُ ج‬‫ْن‬‫نح‬َ ‫َا‬‫َم‬‫ْن‬
‫بي‬َ
‫ِر‬
ِ ‫ْ ب‬‫ِن‬
‫ِيَ م‬ َ ْ
‫بق‬ َ , ِ‫ل هللا‬
‫هل‬ َْ‫َسُو‬‫يا ر‬ َ : ‫ل‬ َ‫َا‬‫َق‬
‫ة ف‬ ََ ََ‫ِى س‬
‫لم‬ ‫بن‬َ
: ‫ل‬ َ‫َا‬‫َا ؟ ق‬ ‫ِه‬
‫ِم‬ ‫ْت‬
‫مو‬َ ‫د‬ َْ
‫بع‬ َ ِ ‫َا ب‬
‫ِه‬ ُُّ
‫هم‬ ‫بر‬َُ
‫ْئٌ ا‬ ‫َيَ شَي‬ ََ
‫بو‬ ‫أ‬
َُ
‫ذ‬ ْ‫َا‬
‫ِنف‬ ‫َا و‬ ُ‫ُ َل‬
‫هم‬ ‫ْف‬
‫َار‬ ‫ِسْت‬
‫ِغ‬ ‫َاإل‬‫ و‬,‫َا‬ ‫ِم‬‫ْه‬
‫لب‬ََ
‫ة ع‬ ََ
ُ‫َل‬ ً .ْ
‫الص‬ ‫َم‬
‫نع‬َ
‫ُ اا‬
‫َِّل‬ ‫َل‬
‫تص‬َُ‫ِى أل‬ ‫ِ ا‬
‫الت‬ ‫َحِم‬
‫ة الر‬ ُ‫ِل‬
َ‫َص‬‫َا و‬ ‫ِم‬
‫ِه‬‫ْد‬
‫بع‬َ ْ‫ِن‬‫َا م‬ ‫ِم‬
‫ِه‬ َْ
‫هد‬ ‫ع‬
‫َا‬
‫ِم‬‫َه‬
‫يق‬ ‫َد‬
ِْ ‫ُ ص‬‫َم‬‫ْر‬
‫ِك‬‫َا‬‫َا و‬ ‫ِه‬
‫ِم‬ ‫ب‬
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idiy, ia berkata : Pada suatu waktu kami duduk di samping
Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah masih ada kesempatan berbhakti kepada kedua orang tua saya yang bisa saya
lakukan sesudah keduanya meninggal dunia ?”. Beliau SAW menjawab, “Ya, masih ada. Yaitu
menshalatkannya, memohonkan ampunan bagi mereka berdua, menyempurnakan (melaksanakan)

4
janji-janjinya sesudah mereka meninggal, menyambung persaudaraan yang kamu tidak
menyambungnya kecuali melalui keduanya, dan memulyakan shahabat-shahabat keduanya “. [HR.
Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam hadits shahihnya]

.‫ل هللاِ ص‬ َْ‫َسُو‬ ‫ن ر‬ ‫َا‬


‫ أ‬.‫لكِ رض‬ ِ‫ما‬َ ِ‫بن‬ ْ ِ‫نس‬ََ
‫ْ أ‬‫َن‬‫ع‬
‫َو‬
ْ ‫ه ا‬ ُ‫د‬َ‫ل‬ ِ‫َا‬‫ُ و‬ ‫ْت‬ ‫َم‬
‫ُو‬ ‫د َلي‬
َْ‫َب‬ ْ
‫الع‬ ‫ِا‬
‫ن‬ ‫ إ‬: ‫ل‬ َ‫َا‬‫ق‬
ْ
‫ُو‬‫دع‬ْ‫ي‬
َ ‫ل‬ َُ ‫يز‬َ‫َََل‬
‫ٌ ف‬ ‫َاق‬‫َا َلع‬
‫هم‬ُ‫ه ل‬ ُ‫ن‬‫َا‬
‫َأ‬‫َا و‬ ‫هم‬ َُ
ُ‫د‬ ‫َح‬
‫أ‬
‫ًّا‬
‫بار‬َ ُ‫ه هللا‬ُُ‫ُب‬ ‫ْت‬
‫يك‬َ ‫اى‬‫َت‬‫َا ح‬
‫هم‬ُ‫ُ َل‬
‫ِر‬‫ْف‬
‫َغ‬ ََ
‫يسْت‬ ‫َا و‬‫هم‬ُ‫َل‬
Dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ada seseorang hamba
yang ibu-bapaknya telah meninggal dunia atau salah satunya, hamba itu (dahulunya) durhaka dan
tidak berbhakti kepadanya. Lalu ia selalu mendoakan kebaikan kepada ibu-bapaknya dan selalu
memohonkan ampunan untuk mereka berdua, sehingga Allah mencatatnya sebagai orang yang
berbhakti “. [HR Baihaqi di dalam Syu'abul Iman]

‫َال‬
َ ‫ ق‬.‫ل‬ َ‫َا‬ ‫ ق‬.‫رض‬ ََ
‫ة‬ ‫ُر‬
‫َار‬ ‫بنِ ز‬ْ ِ‫ِك‬‫مال‬ َ ْ‫َن‬‫ع‬
ْ
‫ِن‬ ‫ْه‬
‫ِ م‬ ‫ِ ِألَب‬
‫ِي‬ ‫ََلد‬ ْ
‫الو‬ ‫َار‬
ُ ‫ْف‬
‫ِغ‬‫ِسْت‬ ُْ
‫ إ‬.‫ل هللاِ ص‬‫َسُو‬‫ر‬
‫ِر‬
ِ ْ َ
‫الب‬ ‫ِن‬ ‫َو‬
‫ْتِ م‬ ْ ِ
‫الم‬ ‫ْد‬
‫بع‬َ
Dari Malik bin Zurarah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Permohonan ampunan dari anak
untuk orang tuanya sesudah meninggalnya adalah termasuk berbhakti”. [HR. Ibnu Najjar]
ِ‫َيِت‬ ْ‫ل‬
‫ِلم‬ ُ‫َع‬ ‫ْف‬
‫تر‬ُ ‫ل‬ َ‫َا‬
‫ ق‬.‫ة رض‬ ََ َْ
‫ير‬ ُ ‫ِى‬
‫هر‬ ‫َب‬
‫ْ ا‬ ‫َن‬
‫ع‬
‫ِ ؟‬‫ِه‬ َ
‫هذ‬ ٍّْ‫َيُّ شَي‬
‫ء‬ ‫ أ‬,ِ‫َب‬‫َىْ ر‬
‫ه أ‬ ُُ
‫َت‬‫َج‬
‫در‬َ ِ ‫ْت‬
‫ِه‬ ‫مو‬ َْ
َ ‫د‬ َ
‫بع‬
.َ‫َ َلك‬
‫َر‬‫ْف‬
‫ِغ‬ ‫َ ا‬
‫ِسْت‬ ُ‫ََل‬
‫دك‬ ‫ و‬: ‫ل‬ ُ‫َا‬
‫ُق‬‫َي‬
‫ف‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ada seorang yang telah meninggal dunia terangkat derajatnya
setelah dia meninggal, maka orang tersebut bertanya, “Apa ini wahai Tuhanku?”. Lalu dikatakan
kepadanya, “Anakmu memohonkan ampun untukmu”. [HR. Bukhari, di dalam Adabul Mufrad hal. 33,
sanadnya hasan]
ُْ
.‫ل هللاِ ص‬ ‫َسُو‬
‫ل ر‬َ‫َا‬‫ن ق‬‫َا‬‫ أ‬.‫ة رض‬ ََ َْ
‫ير‬ ُ ‫ِى‬
‫هر‬ ‫َب‬‫ْ ا‬‫َن‬ ‫ع‬
ُ‫ل‬
‫ه‬ َُ
‫َم‬‫ه ع‬ُْ‫َن‬‫َ ع‬ ‫َط‬
‫َع‬ ْ‫ن ا‬
‫ِنق‬ ْ‫األ‬
ُ‫ِنسَا‬ْ َ ‫مات‬َ ‫َا‬ ‫ِذ‬
‫ل إ‬َ‫َا‬ ‫ق‬
‫ِلم‬ْ‫ْ ع‬ ‫َو‬
‫ٍّ ا‬ َِ
‫ية‬ ‫َار‬ ‫َة‬
‫ٍّ ج‬ ‫دق‬ ‫ْ ص‬
ََ ‫ِن‬‫َِّلَ م‬
‫ٍّ ا‬
‫ثة‬َ‫ثََل‬
َ ْ
‫ِن‬‫إَّلَ م‬
ٍّ
ُ‫ْ َل‬
‫ه‬ ‫ُو‬
‫دع‬ْ‫ي‬
َ ٍّ‫ِح‬
‫َال‬ ‫ََلد‬
‫ٍّ ص‬ ‫ْ و‬ ‫َو‬
‫ِ ا‬‫ِه‬ ‫َع‬
‫ُ ب‬ ‫َف‬
‫ْت‬‫ين‬ ُ
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia itu meninggal
dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal. Yaitu kecuali sedeqah jariyah, atau ilmu yang
dimanfaatkan orang, atau anak shalih yang mendoakannya”. [HR. Muslim di dalam kitab Washiyat]

Berbakti kepada Ibu dan Bapak untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat.

5
ًَ‫ظ ُر َإِلى َو ْج ِه َوا ِلد ْي ِه َنظر َر ْحم ٍة َكتب َهللاُ َلهُ َبِها َح هجةً َم ْقبُ ْولة‬
ُ ‫ج ٍل َي ْن‬
َُ ‫َم ْن َر‬
ِ ‫ما‬
)‫َ(الحديث‬.ً‫مب ُْر ْورة‬
1. Setiap kali seorang anak memandang orang tua dengan pandangan kasih sayang maka
pasti Allah menulis baginya pahala haji yang baik lagi diterima. (Hadits)

ْ ‫طَهللاَِفِ ْيَسخ ِط‬


)‫َ(الحديث‬.‫َالوا ِلدي ِْن‬ ْ ‫َرض‬
ُ ‫اَالوا ِلدي ِْنَوسخ‬ ِ ‫ِرضاَهللاَِفِ ْي‬
2. Keridhoan Allah kepada seseorang bersamaan dengan keridhoan orang tua kepada
anaknya. Begitu juga kemarahan Allah mengikuti kemarahan orang tua kepada anaknya .
(Hadits)

َ.ِ‫ص ْو ِم َو ْالحجِ َو ْالعُ ْمرةِ َو ْال ِجها ِد َفِ ْي َسبِ ْي ِل َهللا‬


‫صَلةِ َوال ه‬ ْ ‫بِ ُّر‬
ِ ‫َالوا ِلدي ِْن َأ ْفض ُل‬
‫َمن َال ه‬
)‫(الحديث‬
3. Berbakti kepada orang tua itu adalah lebih utama dari ibadah sholat, shodaqoh, puasa,
haji, umroh, dan perang di jalan Allah. (Hadits)

ِ ‫َُم ْن َم ِسيْرةِ َأ ْل‬


َ‫َوهللاِ ََل َي ِجدُها‬،‫ف َع ٍام‬ ْ ‫َريْح‬
ِ ‫َالجنه ِة َيُ ْوجد‬ ْ ‫عقُ ْوق‬
ِ ‫َالوا ِلدي ِْن َفإِ هن‬ ُ ‫إِيها ُك ْم َو‬
)‫َ(الحديث‬.‫اط ُعَر ِح ٍم‬ ِ ‫اقَوَلَق‬ ٌّ ‫ع‬
4. Hati-hatilah kalian jangan sampai durhaka kepada orang tua, karena anak yang durhaka
kepada orang tuanya tidak bisa mendapatkan bau surga padahal bau surga itu dapat dicium
dari jarak perjalanan 1000 tahun. Dan begitu juga orang yang memotong famili tidak bisa
mendapati bau surga. (Hadits)

‫س ْول َهللاِ َه ْل َب ِقي َعل ه‬


َ‫ي‬ ُ ‫س ْول َهللاِ َصلهىَهللاُ َعل ْي ِه َوآ ِل ِه َوسلهم َفقال َيار‬ ُ ‫َسأَل َر ُج ٌل َر‬
ُ ‫صَلة ُ َعل ْي ِهماَواْ ِْل ْستِ ْغف‬
َ‫ار‬ ‫َقال َنع ْم َال ه‬،‫ي َش ْي ٌء َأ ِب ُّر َ ُهماَبِ ِه َب ْعد َوفاتِ ِهما‬‫ِم ْن َ ِب ِر َأبو ه‬
َ.‫َالر ِح ِم َالهتِي ََل َت ُ ْوص ُل َ ِإَله َبِ ِهما‬
‫صلةُ ه‬ ِ ‫ل ُهما َو ِإ ْنفاذُ َع ْه ِد ِهما َو ِإ ْكرا ُم َص ِد ْي ِق ِهما َو‬
)‫(الحديث‬
5. Bertanya seseorang kepada Rosulullah, Wahai Rosulullah apakah saya masih bisa
berbakti kepada kedua orang tua saya sepeninggal mereka? Rosulullah menjawab : Ya bisa
berbakti kepada orang tua setelah mereka meninggal dengan cara :
1. Mensholatinya (mendoakan orang tua)
2. Memintakan ampun untuk orang tua.
3. Menunaikan dan melaksanakan janji-janji atau wasiat atau nadzar
orang tua.
4. Menghormati teman-teman orang tua.
5. Menyambung famili yang berkaitan dengan orang tua dari keluarga

bapak dan ibu.

Anda mungkin juga menyukai