Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat
yang dapat timbul beberapa saat setelah seseorang benar telah meninggal.1
Perubahan yang terjadi dalam menentukan suatu kematian dapat diperiksa
dan diperhatikan untuk dapat membantu dan menemukan berapa lama setelah
mati, posisi korban saat mati, dan dapat juga menentukan cara dan penyebab
kematian.1
Kematian manusia dapat dibedakan atas 2 bentuk yaitu kematian somatik
dan kematian seluler. Dalam peristiwa kematian somatik akan lebih dahulu
dialami daripada kematian seluler. Oleh karena kematian somatik terjadi
sesungguhnya tubuh masih melakukan aktivitasnya secara molekuler. Dengan
persediaan oksigen yang terbatas di dalam setiap sel-sel maupun jaringan-jaringan
tubuh. Dan bila oksigen benar-bear habis, barulah metabolisme sel akan berhenti
secara bertahap.1,4
Segala hal yang berhubungan dan mempengaruhi proses kematian itu
sendiri, sangatlah penting untuk diketahui dan dimengerti yang kesemuanya itu
dapat dipelajari di dalam salah satu cabang ilmu pengetahuan kedokteran forensik
yaitu Tanatologi.1,4
Entomology adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga (classic
insecta). Serangga merupakan spesies terbanyak di dunia, lebih dari 50%
keberadaannya di dunia dengan lebih dari 900.000 spesies serangga sudah
terdefinisi. Peran Serangga dalam ekosistem alami, dalam agroekosistem, dalam
kesehatan dan dalam forensik.
Serangga memiliki jumlah spesies beragam lebih besar dari spesies lain

1
dengan kemampuan bertahan hidup (survive) tinggi. Dalam ekosistem alami
Fluktuasi pertumbuhannya sendiri di pengaruhi oleh lingkungan biotik dan
abiotik. Serangga merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm) yang berarti
dalam laju metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan, seperti suhu. Pada
serangga spesies yang sama, jika ditempatkan di dua wilayah berbeda dengan
suhu yang satu lebih hangat dari pada suhu wilayah lain, ada kemungkinan hal ini
juga memberi pengaruh pada life cyclenya. Hal ini disebabkan laju metabolisme
merupakan reaksi enzimatis dimana pada reaksi ini, enzim bekerja pada suatu
suhu dan apabila berada pada wilayah hangat maka dapat mendukung enzim dapat
bekerja secara optimal.
Berbagai spesies serangga memiliki peran tersendiri dalam agroekosistem.
Dalam agroekosistem: Ditinjau dari kebutuhan manusia terhadap serangga:
Sebagai hama, Sebagai , predator, Sebagai vector. Dapat berperan sebagai vektor.
Sebagai contoh, vektor Plasmodium sp. Sebagai hospes penyakit malaria adalah
salah satu dari spesies nyamuk Anopheles. Dalam bidang kesehatan: Dalam
bidang forensik: Entomology forensic digunakan pertama kali pada abad ke-13
dan digunakan serta dikembangkan secara besar-besaran pada abad ke-
19. Memahami dan mendalami kitar hayat sesuatu spesies lain, ahli entomologi
forensic boleh menganggarkan waktu kematian berdasarkan suhu persekitaran di
tempat kejadian jenayah, jenis spesies lalat dan peringkat instar larva lalat yang
berad pada mayat dengan lebih tepat. Jika mayat dijumpai di luar rumah, maka
lalat betina dianggap meletakkan telurnya pada mayat dalam masa yang singkat,
iaitu dalam lingkungan satu jam selepas kematian berlaku. Namun, masa bertelur
akan berubah jika mayat dijumpai di dalam rumah atau di dalam bilik yang
tertutup. Hal ini demikian kerana terdapat halangan fizikal (contohnya, pintu dan
dinding) untuk lalat betina bertemu dengan mayat. Begitu juga dengan factor
cucaca, jika hari hujan lebat semasa kematian berlaku, maka lalat betina akan

2
terlewat ke mayat jika mayat berada di dalam perigi, ditanam bawah tanah, di
dalam gua, disimpan dalam kereta, direndam di dalam air ataupun dijumpai di
tingkat 20 di sebuah bangunan tinggi di Kuala Lumpur. Jika kematian berlaku
pada waktu malam, adakah lalat betina akan terus bertelur pada mayat atau
bertelur pada keesokan hari? Lalat adalah serangga yang bersifat diurnal, yaitu
aktif pada waktu pagi dan bertelur pada waktu siang. Namun, oviposisi nokturnal
masih dalam keadaan kontroversi kerana sesetengah lalat bertelur dalam keadaan
gelap.6

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanatologi


Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi
sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dimana dengan adanya
perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan
respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi
kematian batang otak (Brain death is death). Mati adalah kematian batang otak.4
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan
kematian) logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau
batasan mati. Perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.4

2.1.1 Manfaat
Ada tiga macam manfaat tanatologi antara lain:
1. Dapat menetapkan hidup atau matinya korban
2. Memperkirakan lama kematian korban
3. Menentukan wajar atauu tidak wajarnya kematian korban
Menetapkan korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari
masih adanya kehidupan dan tanda-tanda kematian, dimana tanda kehidupan
dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh
korban, sebaliknya tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian.3

4
2.1.2 Tanda - Tanda Kematian
Jenis kematian ada dua yaitu tanda kematian yang tidak pasti dan tanda
kematian yang pasti antara lain:
1. Tanda-tanda kematian yang tidak pasti :
a. Terhentinya pernafasan, selama lebih dari 10 menit
b. Terhentinya sirkulasi, selama 15 menit nadi karotis tidak teraba.
c. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,
karena mungkin terjadi spasme aginal sehingga wajah tampak
kebiruan.
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot - otot wajah
menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang - kadang membuat
orang menjadi tampak lebih muda. Tanda kematian tidaj pasti ini
muncul atau dapat dinilai pada kematian somatik.4

2. Tanda-tanda kematian yang pasti


Tanda-tanda kematian yang pasti, terjadi pada tingkat kematian
molekuler. Tanda-tanda kematian yang pasti dapat dinyatakan, jika
ditemukan perubahan pada tubuh mayat sebagai berikut :
1) perubahan temperature tubuh
2) lebam mayat
3) kaku mayat
4) proses pembusukan
5) adiposere
6) mumifikasi

5
2.1.3 Kematian
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka definisi kematian berubah
mengikuti ilmu pengetahuan yang berlaku. Umumnya, mati dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai berikut: berhentinya tiga penunjang kehidupan yaitu
sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan secara permanen, yang disebut
sebagai mati klinis atau mati somatik.4

Pernyataan IDI tentang mati mencakup hal-hal sebagai berikut:


1. Mati adalah suatu proses yang berangsur-angsur. Tiap sel dalam tubuh
manusia mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap tidak adanya
oksigen dan oleh karenanya mempunyai saat kematian yang berbeda pula.
2. Bagi dokter, kepentingan bukan terletak pada tiap butir sel tersebut, tetapi
pada kepentingan manusia itu sebagai suatu kesatuan yang utuh.
3. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang penting yang selalu
dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru, dan
otak (khususnya batang otak).
4. Di antara ketiga organ tersebut, kerusakan permanen pada batang otak
merupakan tanda bahwa manusia itu secara keseluruhan tidak dapat
dinyatakan hidup lagi.
5. Oleh karena itu, setelah mendengar pertimbangan dari para ahli
kedokteran, agama, hukum, dan sosiologi, IDI berpendapat bahwa
manusia dinyatakan mati jika batang otak tidak berfungsi lagi.
6. Sadar bahwa pernyataan tentang kematian ini akan mempunyai implikasi
teknis dilapangan, dengan ini IDI mengajukan usulan perubahan terhadap
PP No. 18Tahun 1981, terutama yang berkenaan dengan definisi mati
seperti yang tercantum dalam pasal 1 ayat g dari peraturan tersebut.
7. Perlu diingatkan sekali lagi kepada setiap dokter bahwa pada dasarnya

6
tugas dokter adalah untuk mengurangi penderitaan pasien dan jika
mungkin menyembuhkan kembali secara sempurna dan bertindak demi
kepentingan pasien tersebut. Meskipun dokter menghadapi penyakit-
penyakit yang belum dapat disembuhkan atau adanya cacat yang tidak
dapat dipulihkan, dokter tetap harus bertindak demi kebaikan pasiennya,
sampai saat pasiennya dapat kembali ke keluarganya atau dinyatakan mati.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, batasan mati telah
diangkat dalam peraturan pemerintah yaitu pada PP No. 18 Tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinik dan Bedah Mayat Anatomis serta transplantasi alat dan/atau
jaringan tubuh manusia. Pada Bab 1 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum Ayat g,
dijelaskan bahwa “Meninggal dunia adalah insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan atau denyut
jantung seseorang telah berhenti”. Ayat g diatas mengenai definisi meninggal
dunia kurang jelas; oleh karena itu IDI dalam seminar nasionalnya telah
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yang dituangkan dalam SK PB IDI No.
336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang disusul dengan SK PB IDI No.
231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seseorang dinyatakan
mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau
ireversibel, atau bukti telah terjadi kematian batang otak5.

A. Jenis-Jenis kematian lainnya yaitu :


1. Mati suri (suspended animation, apparent death)
Terhentinya ketiga sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan
tenggelam.

7
2. Mati serebral
kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
3. Mati otak (mati batang otak)
Bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati
otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan
tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.3

B. Kematian dapat dibedakan atas 2 golongan, yaitu :


1. Kematian somatik
Kematian somatik atau sistemik adalah kematian yang dinulai dari
terhentinya sistem sirkulasi, respirasi dan inervasi. Ketiga sistem ini disebut
sebagai 3 pilar atau tonggak kehidupan. Bila salah satu sistem tersebut
berhenti maka sistem yang lain ikut terhenti.Pada kematian somatik sel-sel
tubuh masih hidup. Otot-otot masih dapat dirangsang dan masih memberikan
reaksi terhadap rangsangan listrik, peristaltik usus kadang-kadang masih
terdengar, pupil mata masih bereaksi terhadap penetesan midriatikum atau
myotikum seperti atropin dan fisostigmin. Sel-sel sperma masih hidup dalam
testis. Pada masa ini bila diperlukan organ atau sel tubuh korban, seperti
kornea, ginjal, jantung dan lain- lain masih dipindahkan atau transplantasikan
kepada orang yang memerlukan.4

8
Tanda - tanda kematian somatik
1. Berhenti sirkulasi
Untuk menyatakan bahwa sirkulasi darah absolut berhenti, harus
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, dan auskultasi yang teliti terus menerus
selama 5 menit. Pada masa kinu bila terjadi di rumah sakit bisa dilakukan
pemeriksaan EKG. Beberapa test tambahan (subsidiary test) dapat
dilakukan walau dari segi pemeriksaan medis kurang begitu berguna untuk
dilakukan :
a. Test Magnus : dengan mengikat salah satu ujung jari tangan /kaki,
yang menjadi bengkak dan sianose pada orang hidup.
b. Test ujung jari : dengan menekan ujung kuku sehingga timbul warna
pucat dan akan kembali menjadi warna semula bila dilepaskan.
c. Test diaphanous (translumination) : dengan menyenter telapak tangan
akan terlihat warna merag muda di pinggir telapak tangan.
d.
Bila dipotong arteri : maka darah masih memancar pada orang hidup
sementara pada orang mati mengalir pasif.3

2. Berhenti respirasi
Pada pemeriksaan dengan stetoskop selama 5 menit dapat
memastikan respirasi telah berhenti, tidak terlihat gerakan pernafasan. Test
tambahan untuk henti nafas :
a. Test bulu ayam : dengan meletakan bulu ayam arau kapas di taruh di
muka lobang hidung akan bergerak secara ritmis sesuai ekspirasi dan
inspirasi.
b. Test cermin : dengan melihat uap pernafasan di cermin yang diletakan
di muka lobang hidung
c. Test Winslow : dengan melihat pergerakan air di permukaan mangkok

9
yang penuh berisi air akibat gerakan pernafasan yang lemah
sekalipun.3

3. Berhenti inervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihatnya dari
hilangnya semua refleks, tidak ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan
tidak ada refleks cahaya pada pupil mata dan pupil mata melebar, kecuali
pada keracunan morfin menjadi sangat kecul (pint point).3

2. Kematian molekuler
Terjadi sesudah kematian somatik. Jarak antara mati somatik dan
mati molekuler tidak serentak pada semua sel dan jaringan tubuh, tetapi
tergantung pada jenis sel. Sel-sel otak paling cepat mati oleh karena
kekurangan O2, dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapatkan O2,
ia akan segera mati dan tidak dapat diperbaiki lagi. Otot masih dapat
dirangsang dengan listtik dibawah 3 jam. Sementara kornea mata masih dapat
ditransplantasikan di bawah 6 jam kematian, sperma dapat bertahan sampai
24 jam.3
Tanda - tanda kematian molekuler dimana ada 4 tanda kematian molekuker
yang selalu di dapati, yaitu :
1. Penurunan suhu
Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti
temperatur sekitarnya sesuai dengan hukum fisika. Banyak peneliti
menggunakan proses ini untuk menentukan lama kematian. Dari penelitian
di Medan, rata-rata penurunan suhu mayat 0,4-0,5 0C per jam. Segera
setelah korban mati, metabolisme yang memproduksi panas terhenti,
sedangkan pengeluaran panas berlangsung terus sehingga suhu tubuh

10
akanturun menuju suhu udara atau medium disekitarnya. Penurunan suhu
pada saat pertama kematian sangat lambat karena masih adanya proses
gilogenolisis tetapi pada saat kemudian suhu tubuh menurun denagn
cepat. Setelah mendekati suhu lingkungan penurunan suhu lambat lagi.
Penurunan ini karena adanya radiasi , konduksi dan pancaran panas.
 Penentuan lama kematian dapat di tentukan melalui rumus sederhana
yaitu :
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (37C) - suhu rektal (saat diperiksa)
+3
Rumus perkiraan saat kematrian berdasarkan penurunan suhu adalah :

98,6 𝐹−𝑠𝑢ℎ𝑢
= Saat kematian
1,5

Ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam penetuan lama


kematian, yaitu :
a. suhu sekitar: Suhu mayat akan turun lebih cepat bula perbedaan suhu
tubuh dan suhu sekitarnya besar.
b. Umur: Anak-anak dan orang tua suhu lebih cepat turun dibandingkan
dengan dewasa dan remaja
c. kelamin:Penurunan suhu lebih lana pada perempuan karena umumnya
mengandung lemak lebih banyak.
d. Gizi : Orang kurus lebih cepat turun dibandingkan dengan orang gemuk.
e. Penutup tubuh :Tubuh yang terbungkus lebih lambat menurun suhunya.
f. Ruangan:Mayat dalam ruangan tertutup akan lebih lambat turun
suhunya dibandingkan mayat yang terletak di ruang terbuka.

11
Untuk korban yang berada dalam media air atau dalam tanah, perlu
diperhitungkan bahwa penurunan suhu akan berbeda dengan penurunan di udara
terbuka. Penurunan paling cepat dalam media air (tenggelam) dan terlama dalam
media tanah (dikubur). Sebagai pedoman perbedaan penurunan rata-rata adalah :
Media air : Udara : Tanah = 4 : 2 : 1.4

2.1.4 Lebam Mayat(Livor Mortis)


Sesudah sirkulasi berhenti, maka cairan tubuh terutama cairan darah akan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Darah akan bergerak ke bagian tubuh yang
terendah. pada awalnya darah masih berkumpul dala sistem pembulu
darah,kemudian zat warna darah yang timbul karena hemolisis dapat menembus
dinding pembuluh darah, penekanan di daerah lebam manyat membuat warnanya
akan kembali seperti semula, tetapi padaperiode dimana zat warna darah telah
masuk kejaringan, maka pada penekanan tidak terjadi perubahan warma lagi atau
disebut lebam mayat menetap. kedua periode tersebut dipisahkan oleh waktu lebih
kurang 6 jam. Oleh karena itu, bila posisi mayat dirubah pada sebelum 6 jam,
makan lebab mayat akan didapati posisi barukarena darah umumnya lebih gelap
dari pada kulit, apalagi pada orang yang kulitnya kurang bewarna, akan terlihat
perubahan warna dibagian tubuh tersebut akibat zat warna darah, biasanya
berwarna merah gelap, perubahan warna akibat berkumpulnya darah ke bagian
terendah dari tubuh disebut lebam mayat, lebam manyat baru dapat terlihat setelah
setengah sampai satu jam sesudah kematian, warna lebam mayat pada keracunan
sianida atau keracunan CO2 berwarna merah terang.Dengan demikian dari lebam
mayat dapat diperoleh manfaat bagi kepentingan medikolegal :
a. Tanda pasti kematian
b. Lama kematian
c. Posisi mayat waktu mati

12
d. Posisi mayat telah dirubah sesudah mati
e.Sebab kematian ( seperti pada keracunan CO, sianida ).2

2.1.5 Kaku Mayat( Rigor Mortis )


Perubahan lain yang didapati pada mayat adalah terjadinya kekakuan pada
otot-otot tubuh, ini disebut kaku mayat rigor mortis atau cadaveric rigidity. Pada
awal kematian seluruh otot-otot tubuh dalam keadaan lemas. Ini disebut masa
relaksasi primer, pelan-pelan secara bertahap otot-otot tubuh baik volinter maupun
otot involunter akan menjadi kaku, keadaan ini bertahan untuk beberapa jam.

13
setelah periode ini kekakuan menghilang kembali memasuki periode relaksasi
sekunder bersamaan dengan periode relaksasi sekunder tubuh akan mengalami
pembususkan.
Belum ada suatu penelitian yang pasti yang dapat menerangkan terjadinya
proses kaku mayat. salah satu teori menyatakan pada dasarnya bahwa ini
berkaitan dengan adanya filament actin dan myosin yang mempunyai sifat untuk
berkontraksi dan relaksasi dengan adanya suatu konsentrasi dari ATP atau (
adenocintrit fosfat ) dan kalium klorida. kelenturan atau relaksasi primer sesudah
kematian masih dapat dipertahankan karna adanya metabolisme sel yang masih
berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen secara anaerob dalam otot yang
menghasil energi,energi ini digunakan untuk mengubah ADP ( adenosinedi fosfat
) menjadi ATP, selama masih ada ATP, maka serabut actin dan myosin tetap lentur
dan dapat berkontraksi terhadap stimulus dari luar.Bila cadangan glikogen habis
makan energi tidak terbentuk lagi, pada tahap ini actin dan myosin otot-otot
berubah menjadi masa seperti jelly yang kaku (stiffgek) sehingga terjadilah
keadaan rigiditas, pada fase ini otot tidak memberikan respon atau reaksi terhdap
stimulus dari luar. Perubahan kimiawi juga terjadi didalam otot-otot pada waktu
yang sama seperti meningkatnya asam laktat akibat proses glikogenilisis secara
anaerob, perubahan ph, jaringan, dan lain-lain.2
Rigor mortis biasanya mulai setelah 2-3 jam sesudah kematian dan proses
terjadinya rigor mortis berlanjut 8-12 jam setelah kematian, kaku mayat ini
berlangsung beberapa jam dan kemuadian pelan-pelan akan menghilang kembali
dalam 24-36 jam.2,4
Karena reaksi biokimiawi ini terjadi serentak diseluruh tubuh, maka yang
mula-mula kaku adalah kumpulan otot-otot kecil yang mempunyai cadangan
glikogen yang relative sedikit, seperti pada m.orbicularis palbebrae, oto-otot
muka, rahang, berlanjut ke leher, otot-otot dada, tungkai atas, otot-otot perut, otot-

14
otot pinggang, dan akhirnya tungkai bawah, selanjutnya rigo mortis menghilang
sesuai urutan terjadinya semula yaitu dari atas kebawah, kecuali pada otot rahang,
otot rahang ini ternyata termasuk yang awal mengalami proses kekakuan, tetapi
otot ini pula yang terakhir kehilangan kaku mayat. kenapa hal ini terjadi, belum
ada penjelasan ilmiahnya.2,4
Perjalanan kaku mayat yang seakan-akan bergerak dari atas kebawah tidak
selama demikian, karna dapat pula terlihat sentrivetal, artinya proses kakumayat
seakan bergerak dari pinggir ke tengah tubuh.4
Otot jantung dan otot pada organ lain seperti usus,uterus, prostat, dan lain-
lain juga mengalami rigor mortis. Otot jantung yang mengalami rigor mortis
tampak lebih padat, anak dalam kandungan orang mati bisa keluar selain karena
proses rigor mortis, juga karena proses pembusukan, demikian pula halnya urin
dan seminofirt dapat terdorong keluar.4
Ereksi karena proses rigor mortis dari m.erector pilie bisa menimbulkan
permukaan kulit yang kasar, seperti kulit angsa (cutis anserine). Hal yang sama
terjadi pada orang mati tenggelam. 4
Pada umumnya jika proses rigor mortis maka hilangnya jugak cepat,
sebaliknya jika proses rigor mortis terjadi lambat maka hilangnya jugak lambat,
jika pada awal proses rigor mortis otot-otot direnggangkan (otot-otot dalam
keadaan bengkok di luruskan) maka rigor mortis akan hilang, tetapi akan timbul
kembali. keadaan ini perlu diperhatikan pada penentuan lama kematian dari kaku
mayat, bila pada proses kaku mayat diganggu seperti pada pembukaan pakaian,
biasa menimbulkan kesalahan interpretasi seolah-olah rigor mortis telah hilang.1

1. Faktor yang mempengaruhi kaku mayat


Ada berbagai factor yang mempengruhi awal dan perjalanan (onset
andduration ) dari kaku mayat, di antarany yang penting adalah :

15
a. Suhu
Di daerah panas rigor mortis mulai dengan cepat dan hilang kembali
dalam waktu cepat, sebaliknya pada daerah dingin rigor mortis mulai dengan
lambat dan hilang kembali dalam waktu yang lambat.
b. Keadaan otot
Pada otot-otot yang sudah lemah dan capek seperti kematian akibat
penyakit kolera, keracunan opium dan lain-lain, rigor mortis berlangsung
cepat. Demikian juga otot yang terkuras tenaganya seperti sesudah
perkelahian. rigor mortis terjadi lambat dan otot-otot yang kuat dan begitu
juga pada kematian yang tiba-tiba, seperti : apoleksia serebri, asfiksia dan
lain-lain.
c. Umur
Rigor mortis terjadi dengan cepat pada anak-anak dan orang tua. pada
anak-anak mulainya cepat dan hilangnya juga cepat rigor mortis terjadi
dengan lambat pada orang dewasa yang sehat.

Keadaan yang mirip dengn rigor mortis


Bila didapati mayat menjadi kaku, harus diingat bahwa keadaan itu tidak
selamanya karena kaku mayat.Ada 3 keadaan lain di mana mayat menjadi kaku,
tetapi bukan kaku mayat.4
a. Kaku karena panas (Heat Stiffening)
Pada orang mati terbakar atau badan masuk di dalam cairan panas akan
menyebabkan penggumpalanprotein dari otot-otot. Otot menjadi keras, kaku ,dan
memendek, pada otot persendian , karena otot fleksor lebih banyak dari otot
ekstensor maka akan terlihat sendi-sendi mengalami fleksi (melipat) dan tangan
sedikit menggenggam seperti sikap bertahan pada petinju ini disebut pugilistic
attitude. Heat stiffening berlangsung tetap sampai pembusukan.4

16
b. Kaku karena dingin (Cold Stiffening)
Kaku pada tubuh ditempat yang sangat dingin seperti di pegunungan,
lemari es dan lain-lain, terjadi karena cairan, otot dan lemak tubuh membekutetapi
bila tubuh demikian diletakkan di tempat panas maka proses rigor motis akan
terjadi kembali.4
c. Kejang mayat (Cadaveric spasme)
Ini adalah suatau kekakuan yang timbul segera setelahmati (instantaneous)
disini otot-otot yang telah berada didalam keadaan kontraksi waktu hidup,
menjadi kaku setelah kematian tanpa melalui fase relaksasi. Oleh Karena itu sikap
korban waktu meninggal dipertahankan setelah kematian. Kejang mayat ini terjadi
karena ketegangan syaraf (nervus tension) sebelum kemstian. Keadaan ini terlihat
pada korban mati tenggelam dan pada korban bunuh diri dengan senjata api atau
dengan luka tusuk. Secara medikolegal kedua hal terakhir ini sangat penting
karena ini pasti menunjukkan perbuatan bunuh diri . Terlihat korban masih
menggenggam pistol atau pisau ditanganya yang sangat sukar untuk dilepaskan.
Pada korban yang mati dibunuh dan pelaku mencoba untuk menyesatkan orang
dengan meletakkan senjata di tangan korban, senjata tidak akan menggenggam
erat. Pada mati tenggelam, bila didapati korban menggenggam sesuatu di
tangannya seperti rumput atau benda lain, itu menunjukkan korban waktu masuk
ke air masih hidup dan sebab mati pasti karena tenggelam. Kejang mayat hanya
melibatkan sebagai otot volunter, kontraksinya sangat kuat dan mekanismenya
sampai sekarang belum diketahui.4

17
2.1.6 Pembusukan(Decomposition)
Pembusukan adalah perubahan yang terjadi ( late pose mortem periode )
pada tubuh setelah kematiaan, dimana terjadi pemecahan protein komplek
menjadi protein lebih sederhana disertai timbulnya gas-gas pembusukan yang bau
dan terjadinya perubahan warna. hal ini disebabkan kerja bakteri komensalis yang
biasanya hidup dalam usus dan bakteri yang berasal dari luar seperti bakteri Cl,
Welchii, B. Colli, Streptokokus, Stafilokokus, Diphteroid, Poeus, dan lain lain.
Akibat pembusukan ini terjadi gas-gas pembusukan diantaranya gas belerang
hydrogen (H2S) yang menimbulkan bau seperti telur busuk, phosphorated
hydrogen, CO2, CO. dan lain-lain. fermen tubuh juga menyebabkan autolysis
pada jaringan tubuh. Selain itu binatang-binatang seperti: larva, lalat, semut,

18
anjing, tikus, belalang, ikan, udang, dan lain-lain dapat turun dan menghancurkan
tubuh mayat.1
Pembusukan yang yang dimulai dari usus manifestasinya terlihat didaerah
perut terutama daerah caecum (karena relative banyak kuman dan dekat ke
permukaan kulit) terlihat berwarna kehijauan. Kemudian menyebar keseluruh
tubuh melalui pembulu darah dan kejaringan sebelah (contuniutatum). Oleh
karena itu dalam dua hari terlihat garis-garis pembusukan sepanjang aliran darah.
Warna hitam kehijauan di sepanjang aliran darah disebabkan cairan dan butir
darah yang mengalami proses pembusukan dan darah keluar dari pembuluh darah
memasuki jaringan disekitar pembuluh darah. Dalam 2-3 hari pembusukan yang
menghasilkan gas pembusukan menyebabkan perut gembung demikian juga
kantong pelir pada laki-laki, prolaps uterus dan anus dan akhirnya diseluh tubuh :
kulit, otot dan organ dalam. Kulit akan mudah terkelupas dan mudah dilepaskan
dengan sedikit tekanan saja. Seluruh organ mengalami pembusukan dan paling
lambat terjadi pada uterus dan prostat. Jantung tidak terlalu cepat membusuk
sehingga sesudah beberapa hari kematian masih dapat diperiksa apakah ada
kelainan pada valpula atau arteri koronaria, sehingga sebab kematian masih dapat
diketahui. Mayat menjadi besar karena gas pembusukan memasuki jaringan,
apalagi perut yang mengandung kuman pebusukan menjadi sangat bengkak.
Mulut terbuka karena bibir atas dan bawah menjadi bengkak.1,4
Pembusukan merubah bentuk wajah seseorang sehingga sulit untuk
mengenalinya. Gas pembusukan juga terjadi di sendi-sendi, sehingga bila tekanan
cukup tinggi dapat membuat persendian menjadi bengkok. Sendi utama adalah di
lutut, siku, dan pangkal paha, sehingga terjadi posisi seperti sikap petinju atau
sikap koitus.1
Untuk kepentingan identifikasi pada mayat yangsudah mengalami proses
pembusukan sidik jari masih dapat diperiksa yaitu dengan menyuntik jari yang

19
terkelupas dengan cairan.1
Dalam 3-5 hari perut mengecil kembali karena gas pembusukan akan
keluar melalu jaringan yang rusak karena proses pembusukan. proses pembusukan
berlangsung terus sehingga jaringan lunak menjadi hancur. 4

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan


a. Temperatur
Temperatur optimum di mana bakteri-bakteri mudah berkembang adalah
26-38 0C. Di daerah tropis maka akan berubah dalam 3hari dan sesudah 15
hari jaringan lunak akan menjadi hancur
b. udara lembab akan menyebabkan terjadinya pemusukan
c. ruangan dan pakaian
Mayat yang terletak dialam terbuka membusuk lebih cepat. Baju yang
ketat, perut di bawah korset, ikat pinggang, kaus atau sepatu yang dipakai,
memperlambat pembusukan didaerah tersebut.
d. Umur
Orang tua dan anak lebih lama membusuk sebab lebih sedikit mengandung
H2O. Apalagi pada bayi yang baru lahir, karena kuman di usus dan tempat
lain masih sedikit.
e. Penyakit
Penyakit infeksi seperti septikaemi, [eritonitis dan lain-lain mempercepat
jalan pembusukan. Anemia dan penyakit kronis memperlambat
pembusukan karena kurangnya darah di otot-otot dan jaringan tubuh
kematian oleh racun arsenic dan HGg memperlambat pembusukan karena
hancurnya sebagai bakteri-bakteri.
f. Keadaan tubuh
Tubuh yang luka akan cepat mengalami pembusukan karena masuk bakteri

20
bakteri melalui luka. Bila anggota tubuh dipotong terutama darah masih
segar, maka bagian yang terpotong (kaki atau tangan) akan lambat
membusuk dibandingkan bagian tubuh lainnay. Ini disebabkan hilangnya
darah pada bagian tersebut.

2.1.7 Adiposera
Adiposera adalah fenomena yang terjadi pada mayat yang tidak
mengalami proses pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan
adiposera. Adiposera merupakan suatu substansi yang mirip seperti lilin yang
lunak, licin, dan warnanya bervariasi dari mulai putih keruh sampai coklat tua,
adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa
dan hidrogenasi setelah kematian disebut safonifikasi yaiu adanya enzim bakteri
dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian
maka adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau
rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi mulai dari 1 minggu
sampai 10 minggu. Waktu terkecil pembentukan adiposera adalah daerah tropis 1-

21
3 minggu. Untuk perubahan seluruhnyapada orang dewasa diperlukan 3-6 bulan
bahkan sampai 12 bulan tergantung tempat, kelembapan dan suhu sekitarnya
(daerah dingin lebih lama). Warna keputihan dan bau tengik seperti bau minyak
kelapa, bahan ini terbakar dengan nyala api kuning, terapung di dalam air, larut
dalam alkohol dan eter, seluruh tubuh dan sebagian dapat dirubah menjadi
adiposera tapi perubahan yang nyata pada tubuh yang banyak mengandung lemak,
pada wanita terutama di dada, pipi, uterus paha dan bagian tubuh yang berlemak,
organ-organ internal yang tidak dirubah mnjadi adiposera, adiposera dapat
bertahan lama sehingga mayat yang mengalami adiposera dapat dikenali setelah
kematian yang lama, juga digunakan sebagai kepentingan identifikasi ataupun
pemeriksaan luka-luka. Oleh karena proses pengawetan alami. Meskipun

kematian telah lama.4

2.1.8 Mumifikasi
Mumifikasi adalah mayat yang mengalami pengawetan akibat proses
pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan
menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan terhadap
pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang. Fenomena ini
terjadi pada daerah yang panas dan lembab, dimana mayat dikuburkan tidak
begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat

22
penguapan cairan tubuh. Jangka waktu yang diperlukan sehingga terjadi
mumifikasi biasanya lama, bisa dalam waktu 3 bulan atau lebih, mayat relative
masih utuh, maka identifikasi lebih mudah dilakukan. Begitu pula luka-luka
tubuh korban kadang masih dapat dikenali. 1

Tanda-tanda mumifikasi:

 Mayat jadi mengecil.


 Kering, mengkerut atau melisut.
 Warna coklat kehitaman.
 Kulit melekat erat dengan tulangnya.
 Tidak berbau.
 Keadaan anatominya masih utuh.
Sehingga dapat dikatakan, mumifikasi merupakan proses pengawetan
mayat secara alami, dan dapat digunakan sebagai identifikasi korban.Jadi
kepentingan medikolegal dari mumifikasi adalah dapat menunjukkan tempat
kematian apakah kering, panas, atau tempat basah.1

2.1.9 Penentuan Waktu Kematian

23
Dalam kasus tertentu, terutama yang berkaitan dengan kasus pembunuhan
dimana tidak ada saksi, diperlukan penentuan saat kematian korban untuk
mengetahui siapa yang mungkin terlibat dalam tersebut dan ini berkaitan dengan
alibi seseorang. Berbagai usaha dan penelitian sudah dicari untuk mendapatkan
cara penentuan saat kematian yang lebih tepat. Penelitian berbasis perubahan
fisik, kimia, biokimia, histologi dan perubahan enzim telah banyak dilakukan,
tetapi belum ada cara atau metode yang handal. Ini disebabkan faktor yang
mempengaruhi sangat banyak, baik dari pengaruh luar tubuh (iklim, suhu,
kelembapan, ruang terbuka/tertutup, aliran udara) maupun dari tubuh korban
(jenis kelamin, umur perawakan, gizi, penyakit, sebab kematian dan lain-lain).
Oleh karena itu walaupun digabung seluruh carapemeriksaan untuk mendapatkan
post-mortem interval, tidak akan didapat waktu yang tepat. Yang mungkin dicapai
hanyalah menentukan perkiraan lama kematian. Apalagi bila yang dilakukan
dokter hanya menggunakkan perubahan fisik berdasarkan kaku mayat, lebam
mayat, penurunan suhu dan pembusukan.
Penentuan lama kematian secara kasar dengan menggunakkan perubahan
temperature dan kaku mayat dapat di pedomani table berikut:
Temperature Tubuh Kaku Mayat Lama Kematian

Hangat Tidak kaku Di bawah 3 jam

Hangat Kaku 3-8 jam

Dingin Kaku 8-24 jam

Dingin Tidak kaku Lebih 24 jam

Bila memakai suhu rectal dapat dipakai:


1. Ambil dua kali suhu mayat dengan jarak1/2 atau 1 jam untuk melihat
penurunan rata-rata.

24
2. Penurunan rata-rata 0,500C setiap jam.
3. Lama kematian = 37 – (suhu rektal) + 3
4. Menggunakan nomogram yang dibuat oleh Henssege dan kawan-kawan.
Penentuan saat kematian dari nomogram ini dapat diaplikasikan dengan hanya
sekali penentuan suhu rectal korban.

2.1.10 Petunjuk Lain


Beberapa petunjuk lain dapat juga di pergunakan untuk membantu
penentuan lama kematian seperti: isi saluran pencernaan, saluran kemih, arloji
tangan dan pakaian korban.4
Isi Saluran Pencernaan
Makanan masuk kedalam saluran pencernaan akan mengalami proses
pencernaan hingga akhirnya akan di keluarkan dari tubuh. Proses yang
mempunyai pola waktu yang tetap ini dapat pula dijadikan petunjuk.4
Isi Lambung
Dalam 1 jam pertama separuh makanan yang masuk ke lambung sudah
dicernakan dan masuk ke pylorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke
pylorus pada jam kedua. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar
dari lambung pada jam ke 3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan
yang mengandung banyak karbohidrat akan mudah dicerna (cepat keluar dari
lambung); yang mengandung protein lebih lama dan yang paling lama yang
mengandung lemak. Tetapi perlu diperhitungkan tonus dan keadaan lambung,
seperti gangguan fungsi pylorus dan keadaan fisik korban sebelum mati. Syok,
koma, geger otak, depresi mental menghambat gerakan pencernaan.4
Usus
Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8
jam, di colon transversum dalam waktu 9-10 jam, colon pelvis 12-14 jam,

25
dikeluiarkan dalam waktu 24-48 jam. Penentuan lama kematian dari isi
pencernaan ini dinilai dari saat korban makan dan tidak ada hubungan langsung
dengan waktu pemeriksaan dilakukan.Kapan korban makan terakhir biasanya
diketahui oleh orang terdekat atau disesuaikan dengan kebiasaan jam makan
seseorang. Artinya penilaian akan berguna bila diketahui kapan terakhir korban
makan sebelum didapati mati.4
Kandung Kemih
Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur isi
kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan
kandung kemih kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari dan bila
masih penuh tentu meninggalnya lebih awal. Penentuan kematian dari isi kandung
kemih tidak sebaik dari isi pencernaan, sebab ada penyakit dan kebiasaan yang
mempengaruhi. Lagi pula kapan seseorang buang air kecil umunya jarang
diketahui orang lain. Produksi urine tidak sama pada setiap orang, tergantung dari
cuaca, banyak cairan masuk, penyakit korban dan lain-lain. Oleh karena itu
penilaian berdasarkan isi kandung kemih jarang di pakai.4
Pakaian
Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai kibiasaan
menggunakan pakaian sesuai dengan waktu. Pakaian kantor/sekolah, pakaian
tidur, pakaian renang, olahraga dan lain-lain, kadang dapat dipakai sebagai
petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur tentu perkiraan
waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi. Demikian juga isi
kantong, misalnya karcis parker, karcis pertunjukan, tanda bukti pembayaran
melalui kasir dan lain-lain.4
Jam
Bila korban memakai jam tangan pada waktu cedera maka saat kematian dapat
di tunjukan secara tepat dari jarum jam berhenti .begitu juga dengan peristiwa

26
kebakaran.4

2.1 Pengertian Forensik Entomologi


Bidang forensik, serangga digunakan untuk mengetahui lama waktu
kematian suatu mayat. Untuk mengetahuinya, digunakan 2 metode yaitu:

a. Using successional waves of insects


Metode ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi
serangga yang ada pada mayat tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis
serangga yang menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang
menyukai mayat yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke
mayat setelah terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang
mati dan masih baru, serangga yang menyukainya akan langsung menuju mayat
tersebut, melakukan reaksi enzimatis pada mayat tersebut (dapat berupa proses
fermentasi) dan apabila sudah selesai, maka gelombang serangga yang berikutnya
akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.
b. Using maggot age and development
Adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat
diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada
serangga, tiap perubahan dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu
tertentu yang pasti, sehingga dapat mengidentifikasi mayat dengan metode
tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan tidak akurat karena adanya berbagai
faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang
berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut.
Pembagian serangga yang ditemukan pada entomology forensic:
a. necrophages
b. omnivores
c. parasites and predators

27
d. incidentals
Poin-poin penting serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina
karena mayat digunakan sebagi tempat untuk telur serangga. Di tiap daerah,
serangga yang digunakan sebagai sebagai entomology forensik dapat berbeda
spesies, bergantung pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada
mayat yang sudah membusuk. Serangga pada entomology forensik ini digunakan
untuk mengetahui lama waktu kematian si mayat.
Belatung sebenarnya adalah larva lalat, kutu dan kumbang. Umumnya larva hidup
sebagai parasit dan merusak jaringan makhluk lain, dan kebanyakan belatung
yang terdapat pada mayat yang terpapar berasal dari larva lalat. Karena mayat
mengeluarkan bau busuk terutama ketika terpapar udara bebas, maka lalat, kutu
atau kumbang sebagai makhluk yang paling doyan dengan bau-bau busuk merasa
terpanggil untuk mendekat dan melekat kemudian meletakkan telurnya pada
bagian tubuh mayat, nah telur tersebut menetas dan mengeluarkan larva yang
lazim disebut belatung.

Bukan hanya mayat yang digemari para larva ini, mahkluk yang masih hiduppun
bisa menjadi rumah favorit bagi belatung.

28
2.1.1 Langkah- langkah Forensik Entomologi
1. Saat menghembuskan nafas terakhir
Memastikan waktu kematian tanpa ada saksi tentu sangat sulit, paling
tidak memperkirakan dengan melihat keadaan mayat. Misal kekakuan mayat,
lebam pada mayat dan lain-lain. Belatung dapat memberikan kontribusi untuk
perkiraan waktu kematian. Caranya memeriksa alat pernafasan belatung, sebab
alat pernafasan ini terus mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tentu saja
yang bisa mengetahuinya adalah para ahli forensik.

2. Perpindahan mayat
Belatung dapat membantu menentukan apakah lokasi ditemukannya mayat
sama dengan lokasi kematian. Caranya mencocokkan jenis belatung atau serangga
lain yang ditemukan di tubuh mayat dengan tipe lalat atau serangga lain yang
hidup di sekitar lokasi ditemukannya mayat.

3. Identitas mayat
Seringkali ditemukan tubuh mayat sudah tak berbentuk, sulit dikenal atau
tanpa petunjuk identitas yang jelas. Sebagai contoh, mayat yang harus digali dari
kuburan untuk sebuah visum. Untuk memastikan identitas mayat tersebut,
belatung sangat berperan. Caranya : karena kebisaan belatung yang mencerna
jaringan tubuh mayat, maka saluran cerna belatung diperiksa melalui tes DNA
untuk proses identifikasi. Selain itu belatung juga memakan cairan sperma atau
cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat juga digunakan
untuk mencari identitas pelaku dalam kasus kekerasan seksual.

4. Mencari Penyebab Kematian

29
Untuk yang satu ini, belatung benar-benar unjuk gigi, sebab mengungkap
misteri penyebab kematian bukanlah hal yang mudah. Caranya bagian tubuh
mayat yang menjadi tempat paling favorit berkumpulnya belatung merupakan
sebuah petunjuk penting. Belatung umumnya paling menyukai hidup dibagian
mata, hidung, telinga, mulut. Intinya bagian berlobang dari tubuh, karena belatung
suka kegelapan di lobang.
2.1.3 Proses Terjadinya Pembusukan
1. Suhu Tubuh
Cara yang paling umum bagi seorang Ahli Forensik ketika datang ke TKP
adalah mengukur suhu tubuh mayat korban, patut diketahui hal yang dapat diukur
pada awal kematian adalah suhu tubuh (mayat) korban mulai menurun, Suhu
tubuh manusia normal adalah 36 derajat C, suhu tubuh menurun 1 derajat per jam,
namun sangat dipengaruhi oleh besar badan korban, tebal pakaian korban, dan
udara disekitar korban. Dalam 12 jam kedepan suhu tubuh mayat sudah berkurang
setengahnya. Namun apabila korban tenggelam di air suhu tubuh akan turun lebih
cepat.

2. Kaku Mayat
Kaku Mayat disebut juga Rigor Mortis dalam bahasa latinnya, hal ini
terjadi karena efek kimia dalam tubuh dari asam menuju basa, biasanya sekira 2
jam setelah waktu kematian. Otot manusia yang lemas menjadi keras dan kenyal,
proses kekakuan ini dimulai dari kelopak mata kemudian otot muka dan rahang,
kemudian kebagian tangan dan terakhir kaki. Rigor Mortis merupakan proses
yang berkelanjutan dan setelah 12 jam mayat berubah menjadi kaku seperti balok
kayu. Mayat akan tetap dalam kondisi ini selama 12 sampai 48 jam sampai kimia
tubuh berubah kembali menjadi asam dan tubuh kembali menjadi lemas. Kejang
otot ternyata dapat juga terjadi pada kematian tiba – tiba, memang cirinya hampir

30
sama dengan Rigor Mortis namun hanya bertahan beberapa jam. Sering terjadi
pada saat kematian, korban memegang sesuatu, hal itu akan berlangsung beberapa
jam. Apabila penyidik beruntung, pegangan erat korban terhadap tersangka pada
saat menjelang kematian menyisakan rambut, kulit atau bahan pakaian tersangka,
hal ini bisa dikembangkan di laboratorium forensik untuk mencari TSK nya.
3. Lebam Mayat
Lebam mayat atau bahasa latinnya disebut Livor Mortis, terjadi ketika
jantung berhenti berdetak dan darah berhenti bersirkulasi, sel darah merah turun
ke bawah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah karena kekuatan
gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan lebam pada mayat sekira 2 jam setelah
kematian, ini disebabkan karena tubuh tidak bergerak, terjadinya warna pada kulit
karena sel darah merah pecah dan terpisah dan masuk ke dalam serat otot. lain
halnya dengan kasus keracunan, korban yang mati karena gas karbon monoksida
akan terlihat merah terang pada bagian bawah tubuh, sedangkan kalau teracuni
cyanida akan terlihat warna pink.
4. Menentukan Waktu Kematian yang sudah lama terjadi
Pada kasus mayat yang ditemukan setelah beberapa waktu, kerusakan
yang terjadi pada mayat akan menjadi indikator lamanya peristiwa kematian telah
terjadi. Pada umumnya bakteri bekerja merusak darah menghasilkan noda
berwarna hijau setelah 2 hari, setelah 2 hari noda hijau itu menyebar ke tangan,
kaki, leher dan tubuh mulai membengkak dan setelah seminggu kulit sudah mulai
melepuh. Pada cuaca panas atau tropis banyaknya serangga menentukan waktu
rusaknya mayat, lalat hitam dan lalat hijau biasanya menaruh telur mereka pada
daging yang masih segar, dan telur menetas antara 8 hingga 14 jam kemudian
tergantung suhu disekitarnya. Belatung berkembang dalam 3 tahap, selalu berganti
kulit hingga berkembang sempurna menjadi lalat setelah 10 sampai 12 hari.
Setelah itu lalat meninggalkan mayat itu untuk melanjutkan perkembangbiakan

31
ditempat lain. Lalat mempunyai siklus yang selalu sama sehingga para ahli
Forensik bisa menduga waktu kematian walaupun mayat baru ditemukan setelah
beberapa hari.
4. Dekomposisi

1. pembusukan

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang


terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme. autolisis
adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril
melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga
organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autilisis lebih
cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pancreas
akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung.

2. Utolisis
Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu
pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini
tetap terjadi. Auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang
dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena ailah nukleoprotein yang terdapat
pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan
mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan
mencair. mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh
suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada
suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan
sehingga proses ini akan terhambat pula.
Pembusukan adalah proses penghancuran jaringan pada tubuh yang
disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal dari traktus

32
gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium Welchii merupakan
penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti Streptococcus,
Staphylococcus, B.Proteus,jamur dan enzim-enzim seluler juga memberikan
kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan pada fase akhir dari
pembusukan. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh
akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera
masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan
media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak.
Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi
sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-
jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan
destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl.
Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat
dinding perut yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi
oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar)
dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb.
Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam
pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih
sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, menngandung lebih
banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. Perubahan warna ini secara
bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau
busukpun mulai tercium. Perubahan warna juga dapat dilihat pada permukaan
organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung
kontakdengan kolon transversum.
Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang
biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas

33
pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran
pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga
pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon
gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling.
Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru
bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran
marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan
paha. Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka sitoplasma
dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan dirusak
sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga
jaringan kehilangan strukturnya. Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat
menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak
memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat
cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat
pertama kali pada hati .
Permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan
jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’. Skin slippage ini
menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas
yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula
yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk.
Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat
menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum yang berukuran 5 - 7.5cm
dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna
kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga
cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari
dalam(9). Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah
dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut.

34
Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung
udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam
jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini
menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam
sikap pugilistic attitude. Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak,
leher dan muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”,
Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat
sulit dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh
tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57 - 63 kg sebelum mati
menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.
Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas
pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran
udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan bronchus terdorong
keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung.
Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan
dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.
Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra
abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus
dapat lahir dari uterus yang pregnan. Pada anak-anak adanya gas pembusukan
dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi mudah
terlepas. Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-
beda dalam. Jaringan intestinal,medula adrenal dan pancreas akan mengalami
autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti
hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan.
Perubahan warna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24
jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu kejaringan
sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi

35
coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs appearance,
limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak.
Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai
kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non
gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan
karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan
fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ lain sudah
mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam penentuan identifikasi
jenis kelamin. Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah
pembentukan granula-granula milliary atau ‘ milliary plaques’ yang berukuran
kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak
pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan
endocardium. ‘Milliary plaques’ ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang
secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial,
massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering dikacaukan
dengan proses peradangan atau keracunan.
Orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan
mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang
mengisi rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit
dilakukan dan juga tidak menyenangkan. Disamping bakteri pembusukan insekta
juga memegang peranan penting dalam proses pembusukan sesudah mati.
Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-
telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang
pada daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan
telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah
genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian.
Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini

36
mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat penghancuran jaringan
pada tubuh.
Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga
memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat
dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa
tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda
pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam
pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk specimen standart juga sudah
mengalami pembusukan. Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi
jaringan pada tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak
faktor.Aktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°-
100°F (21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C)
atau pada suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C).
Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses
pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada
suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. Pada mayat
yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang
kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya panas tubuh dan
kelebihan darah merupakan media yang baik untuk perkembangbiakkan
organisme pembusukan. Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang
cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru
lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung
lebih lambat.
Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi
sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru. Disini
gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat. Media di mana
mayat berada juga memegang peranan penting dalam kecepatan pembusukan

37
mayat. Kecepatan pembusukan ini di gambarkan dalam rumus klasik Casper
dengan perbandingan tanah : air : udara = 1 : 2 : 8 artinya mayat yang dikubur di
tanah umumnya membusuk 8 x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di udara
terbuka. Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama
bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang dan
insekta, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya organisme
aerobik.
Bila mayat dikubur didalam pasir dengan kelembaban yang kurang dan
iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan menjadi kering sebelum
terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses pembusukan ini di sebut
mumifikasi. Mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah lebih
besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat tenggelam
diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air, sehingga mayat
berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua anggota gerak berada di
bawah sedangkan badab cenderung berada di atas akibatnya lebam mayat lebih
banyak terdapat di daerah kepala sehingga kepala menjadi lebih busuk
dibandingkan dengan anggota badan yang lain. Mayat yang tenggelam di dalam
air proses pembusukan umumnya berlangsung lebih lambat dari pada yang di
udara terbuka. Pembusukan di dalam air terutama dipengaruhi oleh temperatur air,
kandungan bakteri di dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air
sebagai predator. Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup
bervariasi. Penghancuran tulang terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan
oleh akar tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga berpengaruh
terhadap kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang yangn dikubur pada
tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat terjadi
penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat basa.

38
5. Penganggaran waktu kematian
Banyak kajian telah membuktikan bahawa lalat adalah serangga pertama
yang sampai kepada mayat untuk tujuan pengovipositan. Lalat dikatakan
mempunyai organ deria yang amat sensitif dengan bau autolisis sel-sel badan dan
amat peka terhadap penurunan suhu badan orang yang baru mati. Lalat betina
akan meletakkan telurnya dalam longgokan (lebih kurang 300 biji telur) pada
bahagian lubang hidung, orbit mata, rongga mulut, bahagian genitalia (jika
bahagian tersebut terdedah tanpa pakaian). ataupun luka-luka yangbberdarah.
Kitar hayat lalat bermula dengan telur, larva, kemudian pupa dan seterusnya
menjadi dewasa. Jenis kitar hayat ini deikenali sebagai holometabolus atau
metamorfosis lengkap. Telur lalat akan menetas dalam jangka masa antara 12-24
jam. Larva lalat yang baru menetas daripada telur dikenal sebagai instar pertama.
Larva ini bersaiz kecil (kurang 2.5mm) dan aktiviti pemakanannya sangat aktif.
Selepas 12 jam, larva instar pertama akan menyalin kulitnya (ekdisis) dan menjadi
larva instar kedua yang bersaiz 8 mm. Larva ini meneruskan proses tumbesaran
dengan pemakanan yang aktif dan selepas 18 jam, larva instar kedua akan menjadi
instar ketiga yang bersaiz 15 mm.
Selepas 72 jam, larva instar ketiga akana mengalamai transformasi kepada
peringkat pupa. Pupa ialah satu peringkat yang larva lalat dibaluti dengan kulit
kitin yang keras dan larva tersebut adalaha pegun dan tidak menjalankan sebarang
aktiviti pemakanan. Selepas 90 jam, lalat dewasa akan menetas daripada pupa.
Lalat dewasa merupakan peringkat yang matang dari segi seksualnya dan
berupaya untuk melahirkan generasi seterusnya.
Biasanya, jangka hayat seekot lalat dewasa islah selama satu bulan hingga
dua bula. Secara amnya, kitar hayat keseluruhan untuk telur lalat menjadi lalat
dewasa ialah selama 9-14 hari, bergantung peada suhu dan jenis spesiesnya. Hal
ini demikian kerana suhu memainkan peranan yang penting dalam kadar

39
perkembangan lalat. Jika suhu persekitarannya tinggi, maka kadar perkembangan
lalat akan menjadi lebih cepat dan sebaliknya. Spesies lalat yang berlainan juga
mempunyai kitar hayat yang agak berbeza, disebabkan oleh unsure genetic dan
cirri-ciri biologi yang berbeza antara satu sama lain. Contohnya, lalat daging
(famili Sarcophagidae), kebanyakan lalat betina ini bersifat larviparus, iaitu
melahirkan larva secara hidup tanpa melalui peringkat telur, maka tempoh kitar
hayatnya lebih singkat berbanding dengan lalat langau dalam famili Calliphoridae
yang bersifat oviparous (melahirkan telur).

6. Punca kematian
Pengambilan dadah, racun atau ubat yang terlebih dosnya boleh membawa
kematian. Jika mayat dijumpai dalam keadaan segar, maka doktor patologi
forensik masih boleh mengesan jenis dadah atau racun daripada sampel darah,
urin, specimen hati dan tisu ginjal untuk analisis jenis racun dan kandungan
dadah. Jika mayat dijumpai selepas seminggu dan berada dalam keadaan
pereputan lanjut, maka tiada lagi sampel darah, urin ataupun tisu hati boleh
didapati untuk ujian pengesanan dadah.
Walaupun begitu, larva lalat yang berada di atas mayat atau sekelilingnya
boleh digunakan untuk tujuan tersebut. Contohnya, dalam kes bunuh diri, selepas
si mati mengambil racun rumpai, racun tersebut akan dibawa ke seluruh badan
oleh system peredaran darah dan diserap ke dalam tisu badan. Apabila larva lalat
memakan daging mayat untuk tumbersaran, secara tidak langsung sisa-sisa racun
ini juga dimakan oleh larva lalat. Dengan adanya teknologi canggih dan sensitif
seperti kromatografi gas (GC) dan kromatografi cecair berprestrasi tinggi (HPLC),
maka kehadiran racun dalam tisu si mati dpat dikesan dengan cara mengekstrak
daripada usus larva lalat, walaupun racun tersebut dalam kuantiti yang sangat
kecil. Bidang ini dikenali sebagai entomotoksikologi dan banyak kajian sedang

40
dijalankan tentang kesan dadah seperti heroin dan morfin akan melambatkan
kadar perkembangan lalat dan dadah seperti kokain dan metamfetamin akan
mempercepatkan kadar perkembangan lalat. Selain itu, penyemburan insektisid
seperti malation pada badan mayat akan melambatkan masa ketibaan lalat kepada
mayat selama satu minggu.

BAB III
KESIMPULAN

Kehidupan hanya dapat dialami oleh organisme hidup, secara medis


kematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-organ
internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu : mati somatic,
mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak.
Bila seseorang meninggal dunia maka siklus oksigen akan terhenti, tubuh akan
mengalami berbagai perubahan jaingan yang disebut perubahan awal kematian
atau tanda kematian tidak pasti dimana susunan saraf pusat akan mengalami
kemunduran dengan cepat ini akan menyebabkan perubahan pada tubuh menjadi
insensible, reflek cahaya dan reflek kornea hilang, aliran darah, gerakan nafas
berhenti, kulit pucat dan otot akan mengalami relaksasi.
Setelah beberapa waktu akan timbul tanda-tanda berupa lebam mayat,
kaku mayat, penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposere, yang
dapat membantu dalam penentuan waktu kematian.
Selain itu terdapat juga metode penentuan cara kematian terkini yaitu,
berdasarkan entamologi forensik, pengosongan isi lambung dan penelitian tulang.
Namun walaupun dimanfaatkan semua sarana yang ada, penentuan saat kematian
yang tepat adalah tidak mungkin hanya untuk memperkirakan saat kematian yang
mendekati ketepatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A, 2016. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2, Medan: Penerbit


Ramadahan. h: 45-71.
2. Idries A, 2014. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Penerbit: Binarupa Aksara
Publisher. h: 73-80.
3. Idries A dan Tjiptomartono, 2013. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Dalam Proses Penyidikan, Penerbit: CV Sagung Seto.
4. Singh S, 2014. Ilmu Kedokteran Forensik, h: 46-82
5. Senduk E, dkk. 2013. Tinjauan Medikolegal Perkiraan Saat Kematian, Jurnal
Biomedik (JBM),volume5, nomor 1, h: s37-s41, Maret 2013.
6. Riana Susi, 2011. Forensik Entomologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Darussalam : Banda


Aceh.

42

Anda mungkin juga menyukai