Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. DEFINISI
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai
keinginan.
(Fitria, 2009).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat
evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam
mencapai keinginan.

B. TANDA DAN GEJALA


 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

C. ETIOLOGI
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,
2007).

D. JENIS – JENIS PERAWATAN DIRI


Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

E. RENTANG RESPON
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat
dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
maladaptif. Rentang respon
individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar 1.

Gb 1. Rentang respon konsep – diri (Stuart & Sundeen, 1998, hlm. 374 ).
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada
pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran
serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu
akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang
rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan
fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang
diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap
orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien
tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sundeen,
1998). Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang
lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

F. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).

G. FAKTOR PREDISPITASI
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
i. Mekanisme Koping
(Stuart & Sundeen, 1999. dikutip oleh kuliah, B. A., 1998 )
Jangka Pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : Pemakaian obat –
obatan, kerja keras, nonton TV terus – menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (Ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (Kompetisi olah raga kontes
popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (Penyalahgunaan obat).
Jangka Panjang :
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif : Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1999). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir
namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri (Keliat, 2001). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan
keperawatan.

III. DATA FOKUS PENGKAJIAN


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
5. Risiko perilaku kekerasan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias,
makan atau toileting).
b. Data obyektif
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Berkurang selera makan
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN


TINDAKAN
KEPERAWAT TUJUAN KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN
AN EVALUASI

Harga Diri TUM :


Rendah Kronik
Klien memiliki
konsep diri yang
positif

TUK 1 Setelah interaksi


1. Bina hubungan1. Hubungan saling
selama 1 x 15 menit saling percaya dengan percaya menjadi
Klien dapat diharapkan: menggunakan prinsip dasar keterbukaan
membina komunikasi terapeutik klien kepada
hubungan saling Ekspresi wajah klien : perawat.
percaya. bersahabat, a. Sapa klien dengan a. Memulai
menunjukkan rasa nama baik verbal pertemuan dengan
senang, ada kontak maupun non verbal. menyapa klien
mata, mau berjabat Perkenalkan diridengan sopan.
tangan,mau dengan sopan. b. Saling berkenalan
menyebutkan nama, Tanyakan nama akan menimbulkan
mau menjawab lengkap klien dan rasa keakraban
salam, mau duduk nama panggilan yang dengan klien.
berdampingan disukai klien. c. Menimbulkan rasa
dengan perawat, maud. Jelaskan tujuan kenyamanan klien
mengutarakan pertemuan saat berinteraksi.
masalah yang Jujur dan menepati d. Klien mengerti
dihadapi janji maksud perawat
Tunjukkan sikap melakukan interaksi
empati dan menerima dengannya.
klien apa adanya. e. Menambah rasa
Berikan perhatian percaya klien kepada
kepada klien dan perawat.
perhatikan kebutuhan f. Menimbulkan
dasar kenyamanan klien
karena perawat
menerima keadaan
mereka.
g. Dengan memberi
perhatian, klien akan
merasa nyaman saat
berinteraksi.
TUK 2 Setelah interaksi
1. Diskusikan1. Mengetahui
selama 1x15 menit kemampuan dan aspek kemampuan yang
Klien dapat diharapkan klien positif yang dimiliki dimiliki klien
mengidentifikasi menyebutkan aspek klien. 2. Mengetahui
kemampuan dan positif dan2. Bersama klien buat berbagai macam
aspek positif yang kemampuan yang daftar tentang aspek kemampuan yang
di milikinya. dimiliki klien positif dan dimiliki klien.
kemampuan yang3. Pujian akan
dimiliki klien. menambah motivasi
3. Beri pujian yang klien untuk
realistik dan hirdarkan mengungkapkan
memberi penilaian kemampuannya.
yang negatif.
TUK 3 Setelah interaksi
1. Diskusikan dengan1. Mengetahui
selama 1x15 menit klien kemampuan kemampuan apa saja
Klien dapat diharapkan klien yang masih dapat yang masih bisa
menilai menilai kemampuan digunakan selama dilakukan selama
kemapauan yang yang dapat sakit. dirawat.
digunakan. digunakan di RSJ, 2. Diskusikan2. Merencanakan
klien menilai kemampuan yang kemampuan yang
kemampuan yang dapat dilajutkan di akan dilakukan di
dapat digunakan rumah sakiT rumah
dirumah reinforcement positif 3. Pujian akan
menambah notivasi
klien beraktifitas.

TUK 4 Setelah interaksi


1. Meminta klien1. Merencanakan
selama 1 x 15 menit untuk memilih satu kegiatan yang dapat
Klien dapat diharapkan klien kegiatan yang mau dilakukan di rumah
menetapkan dan memiliki dilakukan di rumah sakit.
merencanakan kemampuan yang sakit. 2. Mempermudah
kegiatan sesuai akan dilatih, klien 2. Bantu klien klien dalam
dengan mencoba sesuai melakukannya jika memahami
kemampuan yang jadwal harian. perlu beri contoh. kegiatannya.
dimiliki. Beri pujian atas3. Menambah
keberhasilan klien. motivasi klien untuk
Diskusikan jadwal melakukan kegiatan
kegiatan harian atas lain
kegiatan yang telah4. Membuat jadwal
dilatih. kegiatan sesuai
kemampuan klien.
TUK 5 Setelah interaksi
1. Beri kesempatan1. Mengetahui
selama 1x30 menit pada klien untuk kemampuan klien
Klien dapat diharapkan Klien mencoba kegiatan dalam melakukan
melakukan melakukan kegiatan yang telah suatu kegiatan.
kegiatan sesuai yang telah dilatih, direncanakan. 2. Menambah
kondisi sakit dan mampu melakukan 2. Beri pujian atas motivasi klien untuk
kemampuannya. beberapa kegiatan keberhasilan klien. melalakuan kegiatan
secara mandiri Diskusikan lain.
emungkinan 3. Bertukar pikiran
pelaksanaan di rumah. tentang kegiatan
yang akan dilakukan
dirumah.
TUK 6 Setelah interaksi
1. Beri pendidikan1. Menambah
selama 1 x 15 menit kesehatan pada pengetahuan
Klien dapat diharapkan Keluarga keluarga tentang cara keluarga tentang cara
memanfaatkan memberi dukungan merawat klien dengan merawat klien
sistem pendukung dan pujian, keluarga harga diri rendah. dengan harga diri
yang ada. memahami jadwal Bantu keluarga rendah.
kegiatan harian klien memberikan 2. Membantu
dukungan selama keluarga untuk
klien dirawat. memotivasi klein
Jelaskan cara selama dirawat di
pelaksanaan jadwal rumah sakit jiwa.
kegiatan klien di3. Keluarga mengerti
rumah. tentang beberapa
kegiatan yang akan
dilakukan klien
4. Anjurkan keluarga dirumah
memberi pujian pada4. Pujian akan
klien setiap berhasil. menambah motivasi
klien untuk
melakukan berbagai
aktifitas lain.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St
Louis: Mosby Year Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai