Dan
Sebaik-baik manusia adalah orang yang selalu memberi manfaat kepada manusia
lain.” (H.R. Muttafaqun Alaih)
Semogakarya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak kalangan dan dapat
menghantarkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beriman dan berilmu.
Aamiin.
iv
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan karya ilmiah
akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar tugas akhir keperawatan
Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ice YuliaWardani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J. sebagai Pembimbing Akademik
dan yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
(2) Widya Lolita, S.Kp.,M.Kep. sebagai Pembimbing Klinik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
(3) Slamet Supriyanto dan Kusumaningsih selaku orang tua dan Arief Kusuma
Priyanto dan Intan Priyandini selaku kakak yang telah memberikan do’a dan
dukungan material maupun moral.
(4) Seluruh pimpinan dan staf Rumah Sakit Ketergantungan Obat yang telah
membantu saya dalam memperoleh data dan membantu dalam perizinan.
(5) Semua pihak yang telah membantu dan mendukung saya menyelesaikan
karya ilmiah akhir, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang
berlimpah.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Penulis
ABSTRACT
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Aplikatif .................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Teoritis ...................................................................... 5
1.4.3 Manfaat Metodologis ............................................................... 6
viii
BAB 5 Penutup
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 49
5.2 Saran ................................................................................................. 49
5.2.1 Bidang Keilmuan ..................................................................... 50
5.2.2 Bidang Pelayanan .................................................................... 50
ix
Bagan 3.1 Riwayat Hidup Klien Berhubungan dengan Pemakaian Zat ......... 27
xi
xii
xiii
Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau yang lebih
populer disebut narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) merupakan
masalah kompleks yang sudah menjadi tren atau gaya hidup masyarakat
perkotaan. Remaja memiliki risiko yang lebih tinggi pada masalah
penyalahgunaan NAPZA (Santoso, 2010 & Ritanti, 2010). Hal tersebut
tergambar dari penyalahgunaan NAPZA 97% berusia 13-25 tahun (Hawari,
2006 & Iswanti, et al, 2007 dalam Hidayati&Indrawati, 2012). Penelitian
lainnya juga pernah dilakukan Setyonegoro (1988); Alwady (1985); Hilman
(1996); Idris (1990) dalam Joewana (2005) dalam Santoso (2010) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna zat psikoaktif berusia kurang
dari 25 tahun. Santoso (2009) dalam Santoso (2010) mengemukakan bahwa
partisipan dalam penelitiannya pertama kali menggunakan NAPZA saat usia
13-17 tahun. Prevalensi bertambahnya pengguna NAPZA pada remaja sekitar
1,99% (BNN, 2008 dalam Ritanti, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyalahgunaan NAPZA masih di dominasi oleh remaja.
1
Universitas Indonesia
Remaja adalah tahapan transisi atau masa peralihan seseorang dari anak-anak
menuju dewasa (Mitra bintibmas, 2010 & Kompas, 2006, dalam Jaji, 2009).
Masa remaja ditandai dengan berbagai proses perubahan yang terjadi baik
secara fisik maupun psikologis (Santoso, 2010). Pada tahapan ini
pertumbuhan dan perkembangan remaja disiapkan untuk menjadi dewasa.
Karakteristik remaja yang penuh dorongan keingintahuan, penjelajahan,
petualangan, ingin menunjukkan keberanian, ingin ambil risiko, masa labil,
mudah terpengaruh, mudah meniru, mudah diiming-imingi (Mitra bintibmas,
2010) membuat remaja menjadi kelompok rentan dalam penyalahgunaan
NAPZA. Seperti yang dijelaskan Hawari (2006), terdapat tiga kutub sosial
yang dapat membuat remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA, yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua karakteristik dan faktor pendukung
pada pertumbuhan dan perkembangan remaja yang negatif dapat menjadi
pemicu remaja menyalahgunakan NAPZA.
Amfetamin menjadi salah satu zat yang tren digunakan pada tahun 1995an
keatas (Hawari, 2006). Hal tersebut dikarenakan efek pemakaiannya sehingga
dapat memunculkan rasa percaya diri pada remaja (Hawari, 2006 & Mitra
bintibmas, 2010). Efek yang timbul dari penggunaan amfetamin adalah
cenderung hiperaktif, merasa gembira, harga diri meningkat, namun
cenderung paranoid dan menimbulkan halusinasi (Hawari, 2006). Di sisi lain,
amfetamin memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang
negatif. Apabila pengguna mengalami putus zat, maka efek yang ditimbulkan
adalah perubahan alam perasaan, rasa lelah, letih, gangguan tidur, dan mimpi
yang bertambah sehingga mengganggu kenyamanan tidur (Hawari, 2006).
Efek pemakaian yang daat meningkatkan harga diri dan percaya diri, serta
dampak putus zat yang mengganggu fisik dan emosional dapat menjadi
sebagian besar alasan remaja menjadi ketergantungan terhadap amfetamin.
Ruang rawat Mental psikiatri evaluasi (MPE) dan rehabilitasi sebagai salah
satu tempat bagi pasien yang digunakan untuk mengurai gejala intoksikasi.
Ruang rawat MPE membantu pasien melalui fase withdrawal syndrom atau
Universitas Indonesia
sindrom putus zat sampai pada keadaan stabil. Fase stabilisasi di ruang MPE
berkisar antara 10-14 hari. Setelah pasien dapat dinyatakan stabil, keluarga
dan pasien yang menentukan dirinya melanjutkan untuk pulang atau
rehabilitasi. Rehabilitasi sebagai tempat pasien mempelajari dan mendapat
penyuluhan terkait NAPZA. Program rehabilitasi ditentukan oleh keluarga,
pasien, dan konselor. Pada setiap program, ketiganya berperan karena dapat
menentukan kasil akhir setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Universitas Indonesia
obat. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil terkait penerapan
teori asuhan keperawatan berduka disfungsional pada klien dengan
ketergantungan zat di ruang rawat MPE dan rehabilitasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Masalah kesehatan perkotaan yang sering muncul ialah penyakit infeksi dan
menular, kurang gizi, penyakit degeneratif, serta penyalahgunaan NAPZA dan
minuman keras (Efendi dan Makhfudli, 2009 dan Hitchcock, 1999 dalam
Santoso, 2010). Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah kompleks yang
sudah menjadi tren atau gaya hidup masyarakat perkotaan. Gaya hidup pada
masa remaja biasanya mengakibatkan perilaku berisiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok usia lain di masyarakat (Santoso, 2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan penyalahgunaan
NAPZA lebih berisiko pada remaja yang disebabkan oleh gaya hidup yang
cenderung timbul dari masyarakat perkotaan.
7
Universitas Indonesia
(2013). Remaja juga diartikan sebagai makhluk bio, psiko, sosial, dan
spiritual (Neuman, 1989 dalam Meleis, 1997, dalam Jaji, 2009),
berada pada masa transisi, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa (Kompas, 2006, dalam Jaji, 2009). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa remaja adalah individu pada rentan usia 10-19
tahun yang berada pada masa transisi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.1.1 Amfetamin
Amfetamin merupakan jenis turunan dari amfetamin.
Amfetamin dikenal dengan ice, di korea, glass di filipina, shabu,
di jepang (Kemenkes, 2010 dan Japardi, 2002). Shabu atau
amfetamin merupakan kelompok narkotika yang merupakan
stimulan sistem saraf dengan nama kini methamphetamine
hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin
(Japardi, 2002). Shabu berbentuk kristal putih mirip vetsin
(mitra bintibmas, 2010). Rumus kimia amfetamin adalah (S)-N-
methyl-l-phenylpropan-2-amine (C10H15N) (Japardi, 2002).
Shabu termasuk jenis stimulan, yang bekerja merangsang sistem
saraf pusat otak (mitra bintibmas, 2010). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa amfetamin merupakan jenis zat turunan
amfetamin berbentuk kristal putih mirip vetsin dengan efek
stimulan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
•Menggunakan
Inex,
Recreational 2012-2013
2005-2006 •Menggunakan
•Lahir Shabu,
•Tumbuh dependence, 4- •Ganja, coba-
kemban •Ayah 5x/Hari, 1/4 Ji coba, hanya
g anak Meningg •Dikeluarkan dari 3x
usia al sekolah kelas 2 •Menggunaka
normal •Pertama STM n Shabu,
1994 Kali •Kasus dependence,
merokok Pencabulan, 4-5x/Hari,
dipenjara 1/4 Ji
•Bandar shabu
2011
27
Universitas Indonesia
Di rumah, orang terdekat klien adalah ibu. Namun, ibu klien sibuk bekerja
pagi hingga malam. Rumah klien 2 lantai, dimana kamar tidur klien berada di
lantai 2, sementara kamar tidur seluruh anggota keluarga yang lain di lantai 1.
Seluruh anggota keluarga masih tinggal di satu rumah yang sama. Pola asuh
yang diterapkan oleh ibu klien adalah permisif. Dimana, ibu selalu
memberikan apa yang diminta oleh klien. Menurut ibu klien, jika tidak
diberikan klien akan marah.
Klien yang memiliki 3 mantan pacar dan sudah 2 kali melakukan hubungan
seksual. Klien pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pacar
keduanya. Klien sempat terlibat kasus kriminal perkara pencabulan. Klien
sempat dipenjara di Polres Kampar selama 3 hari. Kedua kalinya klien
melakukan hubungan seksual dengan pacar ketiganya, namun menggunakan
kondom. Klien mengaku saat itu dirinya melakukan hubungan seksual
dibawah pengaruh penggunaan zat amfetamin.
Klien mulai mengenal amfetamin saat berusia 17 tahun, saat klien kelas 2
Sekolah Teknik Menengah (STM). Klien mengenal amfetamin dari kebiasaan
pekerja di tempat magang yang selalu menggunakan shabu sebelum bekerja.
Klien mengatakan pekerja yang menggunakan shabu lebih giat, kreatif, dan
bersemangat. Ketika klien ditawari untuk mencoba, klien menerima. Klien
menggunakan shabu setiap hari. Awalnya hanya 1x per hari, namun karena
efek lemas yang ditimbulkan jika penggunaan dihentikan akhirnya pemakaian
meningkat sampai 4-5x per hari sebanyak ¼ ji atau gram per hari. Hal
tersebut menjadi rutinitas klien selama magang, namun ketika magang
selesai, efek kantuk dan lemas yang ditimbulkan membuat klien menjadi
malas untuk berangkat ke sekolah. Sehingga, klien sering bolos dan akhirnya
diberhentikan dari sekolah.
Universitas Indonesia
Klien bekerja membantu orang tua di toko orangtua setelah berhenti sekolah.
Namun, aktivitas klien lebih banyak bermain dengan teman lainnya pada
malam hari. Klien juga sempat mencoba ektasi 3 kali tahun 2011, saat
berkumpul bersama teman di malam hari. Selain itu, sempat mencoba ganja
pada tahun 2012. Klien hobi melakukan balapan motor, atau lebih dikenal
dengan drug race.
Selain itu, karena perkembangan shabu yang cukup menjanjikan dan sangat
mudah ditemui di Riau, klien akhirnya menjadi bandar. Sistem yang
digunakan adalah bagi hasil, dimana barang yang didapat kemudian di
edarkan oleh klien, kemudian hasilnya 1/3 untuk kembali modal, 1/3 untuk
klien, dan 1/3 untuk penyedia barang. Pendapatan yang dihasilkan berkisar
100-200 juta, namun uang tersebut digunakan klien untuk bersenang-senang.
Awalnya orang tua klien tidak mengetahui klien menggunakan napza.
Akhirnya ketika orang tua klien mengetahui bahwa klien menjadi target
operasi, orang tua klien langsung membawa klien ke RSKO.
Klien mulai di rawat di ruang MPE pada tanggal 09 mei 2013. Pemakaian
terakhir klien adalah malam hari sebelum klien berangkat ke Jakarta sebanyak
¼ ji/gram. Awal perawatan di ruang MPE, selama 3 hari klien hanya berada
di kamar, dan keluar untuk mengambil obat. Klien tampak sering dikamar
dan menonton televisi, atau tidur. Ketika ditanya saat beberapa kali
mengambil obat dan makanan, klien mengatakan badannya pegal dan lemas,
mengantuk, malas beraktivitas. Tidur pagi, siang, dan malam. Saat diajak
interaksi klien tampak sering menguap dan ingin segera mengakhiri interaksi
untuk tidur.
Pengkajian baru pertama dilakukan pada hari keempat. Hari itu, klien sudah
mulai sering terlihat keluar kamar, berkumpul dengan pasien lainnya, dan
beraktivitas dengan alat yang disediakan oleh rumah sakit, seperti billiard,
tenis meja, dan alat fitness. Klien mengatakan selama 3 hari di kamar, klien
menangis, sampai sebelum klien berinteraksi klien menangis. Klien merasa
Universitas Indonesia
Beberapa interaksi sudah dilakukan terhadap klien, dan yang masih tergambar
dalam diri klien adalah rasa penyesalan karena dirinya telah menggunakan
NAPZA, sehingga dirinya berada di RSKO. Klien mengandai-andaikan
dirinya jika tidak menggunakan NAPZA tentu akan menjadi kebanggan
orangtua dan jika klien tidak menggunakan NAPZA pasti dirinya tidak akan
ada di RSKO. Selama 2 minggu perawatan di MPE, sudah didiskusikan
terkait cara klien menolak penggunaan zat. Setelah 2 minggu, keluarga klien
berkonsultasi dan keputusan terkait klien mengikuti rehabilitasi tidak
dijelaskan terperinci oleh keluarga klien. Klien melakukan percobaan bunuh
diri. Percobaan bunuh diri dilakukan di kamar klien di rehabilitasi dengan
menggunakan daun pintu. Percobaan tersebut segera didapati oleh teman
klien. Di ruangan perawat, klien menangis, dan marah-marah meminta
pulang. Klien mengatakan dirinya stres jika harus lama direhabilitasi,
sehingga lebih baik mati saja.
Universitas Indonesia
waktu”. Terlebih lagi, sudah sebulan lebih klien berada di RSKO, tidak
pernah dijenguk oleh ibu dan keluarga, membuat klien merasa stres.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Data Objektif :
Klien hanya tersenyum dan menggelengkan kepala ketika ditanya
kembali terkait materi yang pernah disampaikan.
Klien tampak berusaha mengingat.
Universitas Indonesia
Berduka disfungsional
Koping individu
tidak efektif
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Fase bargaining cukup lama dialami klien. Pada fase ini klien
mengungkapkan penyesalan karena menggunakan napza, sehingga
membuatnya berada pada perawatan dan kehilangan dari lingkungan
nyaman klien. Perawat mendengarkan klien dan menerima fase
bargaining klien sebagai proses berduka. Perawat membantu klien agar
dapat membuat keputusan terkait proses perawatan yang dialaminya
dengan menunjukkan realitas situasi dalam area-area dimana kesalahan
presentasi diekspresikan.
Universitas Indonesia
perasaan klien serta persepsi klien pada hal yang perlu diklarifikasi
terkait proses perawatan yang perlu dijalani oleh klien. Koping adaptif
yang awalnya ditangkap sebagai alat klien memenuhi tahapan berduka
ternyata tidak mampu diterapkan oleh klien. Sehingga fase depresi
ditampilkan dalam bentuk yang maladaptif. Pada fase ini, depresi
ditampilkan dengan percobaan bunuh diri dan kabur sebagai bagian dari
koping maladaptif pasien dalam melewati proses berduka.
Depression
Bargaining
Anger
Denial
Gambar diatas menjelaskan tahapan berduka yang dialami klien selama enam
minggu proses pemberian asuhan keperawatan. Gambar tersebut
menunjukkan minggu pertama hingga minggu ke enam pemberian asuhan
keperawatan, klien belum menyelesaikan tahapan berduka yang dialaminya.
Universitas Indonesia
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang diberikan pada klien adalah
bina hubungan saling percaya terjalin anatara perawat dan klien. Klien mampu
mengidentifikasi posisi dirinya dalam proses kehilangan dan mengekspresikan
perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan konsep kehilangan secara
jujur. Pada setiap fase, klien memiliki tanda yang dapat diidentifikasi oleh
perawat, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang sesuai dan klien
mampu melewati tahap berduka.
Pada fase denial, anger, bargaining, dan depresi klien menampilkan koping
maladaptif, sehingga berduka yang dialami klien merusak fungsional klien.
Hal tersebut tampak dari klien yang cenderung menarik diri selama proses
denial, selalu mengulangi penyesalan dan penawaran terhadap keberadaan
dirinya pada fase bargaining. Fase depresi yang cukup lama dialami klien
selama perawatan, dan berakibat pada perkembangan perawatan yang lambat
serta perilaku maladaptif yang dilakukan klien.
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Kasus
terkait
Penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah salah satu bentuk dari masalah
kesehatan yang banyak muncul pada masyarakat perkotaan. Hal tersebut
tergambar dari beberapa kasus penyalahgunaan NAPZA terjadi pada remaja
dengan berbagai lapisan masyarakat perkotaan (Efendi dan Makhfudli, 2009
dan Hitchcock, 1999 dalam Santoso, 2010). Teori Spradley (1985); Logan and
Dawkin (1987) dalam Anderson (2006) menjelaskan bahwa pemberian asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan yang profesional salah satunya
ditunjukkan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok dengan
risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain dari faktor psikologi dan keluarga, faktor yang mendukung klien pada
kasus ini menggunakan NAPZA adalah faktor sosial. Allender&Spradley
(2005); Joewana (2003) dalam Nuraini (2013) menjelaskan bahwa faktor
sosial remaja menyalahgunakan NAPZA ialah nilai-nilai sosial yang
menjadikan kompetisi, produktivitas, dan keharusan untuk ikut serta menjadi
tekanan tersendiri bagi remaja, selain itu kebutuhan pada penerimaan remaja
dalam pergaulan. Pada kasus ini tergambar bahwa setelah penggunaan
NAPZA, efek yang ditimbulkan sesuai dengan harapan klien, yaitu
peningkatan produktivitas. Selain itu, penggunaan NAPZA juga dilakukan
saat klien berkumpul dengan teman sebaya, sehingga kebutuhan akan
penerimaan dalam pergaulan tergambar pada kasus ini.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berduka disfungsional adalah salah satu bentuk berduka yang dialami oleh
seseorang dan diatasi dengan koping ang maladaptif, sehingga muncul
kerusakan pada fungsional klien. Hal tersebut sesuai dengan teori Dyer
(2001), Kozier, et al, dalam Ritanti (2010), dan NANDA (2011) yang
menjelaskan bahwa kehilangan sebagai pengalaman perpisahan kepada objek
yang bernilai. Berduka menjadi proses dalam penerimaan seseorang terhadap
kehilangan yang terjadi. Berduka menurut potter&perry (2005) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi empat, yaitu
patofisiologis (kehilangan fungsi atau kemandirian sekunder akibat
kardiovaskuler, trauma, muskloskeletal, dan lain-lain); tindakan: dialisis
jangka panjang, operasi (mastektomi, kolostomi, histerektomi); disfungsional:
penyakit terminal, kematian, perpisahan, perceraian, pensiun, anak akan
meninggalkan rumah, dan maturasional. Pada kasus ini berduka ditampilkan
sebagai bentuk kehilangan yang digolongkan pada disfungsional, dimana
klien merasa kehilangan terhadap lingkungan nyaman (keluarga dan teman)
yang dialami oleh remaja. Kehilangan timbul akibat dari proses perawatan
selama di ruang rawat MPE dan Rehabilitasi.
Universitas Indonesia
Respon klien dari intervensi yang diberikan pada tahap denial adalah
menghasilkan koping yang adaptif. Hal tersebut tergambar dari klien mampu
menceritakan semua perasaannya, sehingga klien tidak lagi tampak
mengurung diri di kamar selama menjalani perawatan. Sebelum intervensi
diberikan, klien tampak lebih sering berada di kamar. Pada beberapa kali
interaksi yang dilakukan antara klien dan perawat membuat klien merasa
meluapkan apa yang dirasakan dibutuhkan untuk dirinya. Teknik yang
dilakukan membuat klien merasa percaya dan mampu menceritakan semua
yang dirasakannya kepada perawat (NANDA, 2011 dan Videbeck, 2008). Hal
tersebut membantu klien dalam menstabilkan emosinya.
Universitas Indonesia
Tahapan bargaining tampak jelas pada kasus dan teknik yang dilakukan
perawat adalah menyadarkan klien pada realitas. Hal ini efektif dilakukan,
karena klien akan berusaha berfikir positif terhadap situasi yang dialaminya.
Hal ini sesuai dengan intervensi keperawatan NANDA (2011) dimana
perawat mendorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep
kehilangan yang dialaminya. Dengan dukungan dan sensitivitas,
menunjukkan realita situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi
diekspresikan (NANDA, 2011 & Videbeck, 2008). Rasionalnya adalah klien
harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek
positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka
selesai seluruhnya (NANDA, 2011). Respon yang ditimbulkan klien dari
pemberian intervensi pada tahap bargaining adalah klien akhirnya sadar pada
realita bahwa dirinya harus mengikuti program perawatan. Klien menyadari
bahwa program perawatan yang diberikan kepada klien adalah untuk
kebaikan klien.
Universitas Indonesia
dapat terjadi akibat dari koping berduka yang maladaptif. Penerapan beberapa
diagnosa dapat dijadikan sebagai teknik yang dapat digunakan pada klien
untuk menyelesaikan tahapan ini. Hal ini sesuai dengan intervensi
keperawatan NANDA (2011) dimana perawat membantu pasien dalam
memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda
koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan
balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan. Rasionalnya
adalah umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong
pengulangan perilaku yang diharapkan (NANDA, 2011). Selain itu, perawat
membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang telah diabaikan atau
dilalaikan. Beri dukungan untuk menyelesaikan atau mengikuti program yang
diadakan.
Universitas Indonesia
Alternatif pada pemecahan masalah proses berduka yang dialami klien remaja
yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan keluarga secara utuh sebagai
suatu support system bagi remaja dalam menjalani program perawatan yang
diberikan. Perawat dapat berperan sebagai mediator bagi remaja dan keluarga
dalam proses pemberian intervensi berduka.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian dari masalah
keperawatan yang perlu diselesaikan dengan intervensi keperawatan.
Pelayanan keperawatan profesional dapat ditujukan kepada masyarakat
dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal. Kelompok risiko tinggi pada masyarakat
perkotaan adalah remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja adalah masa
transisi dari anak menuju dewasa. Pada proses transisi ini, karakteristik kuat
pada remaja adalah mencoba hal baru untuk membuktikan rasionalitasnya.
Penyalahgunaan NAPZA menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
perkotaan yang rentan pada remaja.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
memberikan saran terkait hasil pemberian asuhan keperawatan berduka
disfungsional pada klien remaja dengan ketergantungan amfetamin sebagai
berikut:
49
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Allender, J.A., Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concepts and
practice, ed.5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anderson, Elizabeth T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas : teori dan
praktik; alih bahasa, Agus Sutarna, Ed 3. Jakarta : EGC
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. (2006).
Pedoman penyuluhan masalah narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) bagi petugas kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan. (2010).
Keputusan menteri kesehatan kesehatan republik Indonesia nomor
420/MENKES/SK/III/2010 tentang pedoman layanan terapi dan rehabilitasi
komprehensif pada gangguan penggunaan NAPZA berbasis rumah sakit.
Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan. (2011).
Keputusan menteri kesehatan kesehatan republik Indonesia nomor
421/MENKES/SK/III/2010 standar pelayanan terapi dan rehabilitasi
gangguan penggunaan zat. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan
Jiwa
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan. (2010).
Keputusan menteri kesehatan kesehatan republik Indonesia nomor
422/MENKES/SK/III/2010 tentang pedoman penatalaksanaan medik
gangguan penggunaan NAPZA. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Effendi & Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Fatmawati, Widya. (2005). NAPZA ditinjau dari segi kesehatan. Yogyakarta : RS
grhasia
Hariyanto. (2012). Dampak penyalahgunaan NAPZA.
(http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba/). Diunduh
15 Juli 2013.
51
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas Pribadi
1. Nama lengkap : Klien
2. Tempat, tanggal lahir : Malaysia, 11 Januari 1994
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
5. Pendidikan terakhir : 2 STM
6. Agama : Islam
7. Status perkawinan :
Menikah V Belum
Bercerai menikah
8. Frekuensi menikah : - kali
9. Usia saat pertama kali menikah : Belum Menikah
10. Sumber pemasukan :
Gaji Pensiunan Lainnya,
V Keluarga V Jadi bandar ________
Teman
11. Status tempat tinggal saat ini :
V Bersama orangtua Tidak punya tempat tinggal
Bersama teman Tinggal sendiri
Bersama sanak family
12. Pekerjaan sebelum masuk RS : Bandar, Karyawan Toko
Keluarga
13. Anggota keluarga yang juga memakai NAPZA : Tidak ada
14. Jenis zat yang pernah dipakai keluarga : Tidak ada
15. Daftar anggota keluarga : Anak ke 4 dari 5 bersaudara
(ayah, ibu, saudara kandung, istri/suami, anak)
No. Nama Hubungan Usia Status Kesehatan
1 X Kakak 27 Tak ada keluhan
2 X Kakak 24 Tak ada keluhan
3 X Kakak 21 Tak ada keluhan
4 X Adik 19 Tak ada keluhan
5 X Ibu 17 Riwayat asam urat
6 X Keponakan 4 Tak ada keluhan
7
Universitas Indonesia
Pola Hidup
1. Mandi : 3 kali / hari
2. Tidur siang :
V Ya, jam 13.30 – 15.00 Tidak
3. Jam tidur malam : 21.30 WIB
4. Jam terbangun di pagi hari : 05.00 WIB
5. Aktivitas harian sebelum masuk RSKO : Bangun tidur, nyabu, tidur, nyabu,
tidur, main
6. Aktivitas harian setelah masuk RSKO : Bangun, tidur, mandi, sholat,
ngerokok, nonton tv, makan,
7. Makan : 3 kali / hari
8. Makanan selingan : 1 kali / hari
9. BAB (buang air besar) : 1 kali / hari
10. BAK (buang air kecil) : 3 kali / hari
Universitas Indonesia
Kondisi Psikis
1. Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan dengan :
Ibu, jelaskan
____________________________________________________________
Ayah, jelaskan
___________________________________________________________
Adik / kakak, jelaskan
________________________________________________________
Suami / istri, jelaskan
________________________________________________________
Keluarga lain yang berarti, jelaskan
_________________________________________________________
Pacar , jelaskan Sering berantem
Teman akrab, jelaskan
__________________________________________________________
Tetangga, jelaskan
__________________________________________________________
Teman sekerja, jelaskan
__________________________________________________________
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Psikiatrik
1. Pemeriksaan status mental
V Terorientasi Tidak terorientasi
2. Penampilan keseluruhan
V Rapi V Bersih
Tidak rapi Kotor
Universitas Indonesia
Fungsi Kognitif
1. Konsentrasi:
V Baik Buruk,
____________________
2. Daya ingat: Buruk,
V Baik ____________________
3. Pikiran obsesif:
Ya, _______________ V Tidak
4. Halusinasi:
Ya, _______________ V Tidak
5. Waham:
Ya, _______________ V Tidak
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100 / 70
mmHg
Nadi : 89 / menit
RR : 20 / menit
Suhu : 36,8 oCelcius
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUK 2 : Setelah 1x45menit interaksi, Kaji kontak pertama klien dengan Pengetahuan penyebab
Menyebutkan klien dapat menyebutkan zat, penyalahgunaan zat akan
penyebab masalah penyebab awal Bantu klien menilai penyebab utama memudahkan klien melakukan
penyalahgunaan penyalahgunaan zat. memakai zat. antisipasi jika penyebab itu suatu
zat. Beri reinforcement positif atas apa saat muncul.
yang telah diungkapkan klien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUK 5 : Setelah 1x45menit interaksi, Tanyakan kepada klien, cara baru Untuk mengetahui kemampuan
Mendemonstrasika klien dapat yang biasa digunakan atau dilatih klien dalam menerapkan cara baru
n cara baru untuk mendemonstrasikan cara klien selama di RS. menolak keinginan zat.
menolak keinginan baru untuk menolak Beri reinforcement positif atas usaha Reinforcement positif akan
menggunakan zat. keinginan menggunakan zat, yang telah dilakukan klien. meningkatkan rasa percaya diri dan
yaitu; harga diri klien.
Membiasakan
mengucapkan slogan Minta klien untuk menyusun jadwal Klien dapat terbiasa mengontrol
positif minimal 3 x per kegiatan harian, mingguan, dan perilakunya dengan aktivitas yang
hari. bulanan. terstruktur dengan baik.
Mengemukakan perasaan Motivasi klien untuk melatih atau Dengan telah berlatih selam di
terutama jika ada masalah menggunakan cara baru untuk rumah sakit akan memebiasakan
kepada orang dekat atau menolak keinginan menggunakan klien untuk menerapkannnya di
kepada orang yang ada di zat. rumah setelah pulang dari rumah
RS. sakit.
Membuat jadwal kegiatan
yang terstruktur dan
mengisi kegiatan harian
yang positif.
Membuat rencana masa
depan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. dapat
Selama 1x45 menit interaksi, Kaji masalah-masalah yang sering Diharapkan klien dapaat
Universitas Indonesia
3. Mengungkapk Selama 1x45 menit interaksi, Kaji cara yang biasa klien gunakan Untuk mengetahui mekanisme koping
an klien menyebutkan sedikitnya untuk mengungkapkan klien.
perasaannya empat cara yang biasa perasaannya. Meningkatkan kepuasan klien dalam
dengan cara digunakan untuk Diskusikan bersama klien alternatif mengemukakan perasaannnya.
yang mengungkapkan apa yang lain untuk mengungkapkan Menciptakan lingkungan yang
konstruktif. dirasakan. perasaannya. kondusif bagi klien untuk berbagi
Berikan kondisi yang nyaman perasaannya.
seperti, ruangan tertutup, tenang, Meningkatkan harga diri dan percaya
dan nyaman. diri klien.
Beri reinforcement positif atas apa
yang telah diungkapkan klien.
Universitas Indonesia
5. dapat sumber - Selama 1x45 menit Bantu klien untuk mengidentifikasi Peningkatan pengetahuan akan
dukungan. interaksi, klien dapat cara-cara untuk mengurangi memotivasi klien melakukakan
menyebutkan masalah dan ketegangan. penyelesaian masalah yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Klien dapat Klien mampu menjelaskan Bantu klien mengidentifikasi faktor Dengan mengetahui faktor
mengidentifikasi faktor penghambat pola tidurnya penghambat pola tidurnya penyebab gangguan pola
faktor penghambat seperti stres, banyak pikiran dll. Jelaskan kepada klien kemungkinan tidur akan memudahkan
pola tidur/istirahat cara untuk menghindarinya. untuk memberikan
intervensi yang tepat.
3. Klien dapat Klien mampu menyebutkan Diskusikan dengan klien, apa yang Dengan mengetahui
mengidentifikasi apa kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan untuk mengatasi kebiasaan yang dilakukan
yang biasa dilakukan dilakukan untuk menghadapi masalah gangguan tidurnya. akan memudahkan perawat
sebelum tidur masalah pola tidurnya dalam memberikan
intervensi yang tepat untuk
mengatasi masalahnya.
4. Klien dapat Klien mengungkapkan Diskusikan bersama klien untuk Alat bantu tidur untuk
memodifikasi perbaikan dalam pola menggunakan alat bantu tidur seperti meningkatkan efek relaksasi
lingkungan untuk tidur/istirahat. mandi air hangat, makanan kecil
mengatasi gangguan sebelum tidur, minum susu,
tidurnya. relaksasi.
5. Klien dapat Klien melakukan aktifitas ringan Diskusikan dengan klien tentang Aktivitas siang hari dapat
meningkatkan pada siang hari. jadwal aktifitas sehari-hari. membantu pasien
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUK 2: Klien Setelah interaksi, klien Tunjukkan sikap menerima sehingga Ungkapan perasaan dapat
mampu mampu : klien tidak takut mengungkapkan meringankan beban klien.
mengungkapkan Mengungkapkan perasaan perasaannya secara terbuka tentang
perasaan yang dialaminya saat kehilangan.
kehilangan kehilangan Dukung reaksi berduka klien yang
dengan cara yang Mengekspresikan adaptif.
positif. perasaannya akan proses
Identifikasi bersama klien apa yang
kehilangan dengan aman.
dirasakan saat kehilangan.
Universitas Indonesia
TUK 4: Klien Klien mengetahui posisi Anjurkan klien menghubungkan dengan Menghentikan presepsi idealis
dapat berduka yang dialami klien konsep kehilangan. Dengan dukungan klien dan agar klien mampu
menggambarkan saat ini. sensitivitas, tunjukkan kenyataan situasi menerima aspek positif dan
arti kehilangan. yang dihadapi klien saat ini. negatif dari konsep kehilangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kaji pendapat dan diskusi dengan Pendapat keluarga adalah dasar dalam
klien : memberikan intervensi selanjutnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUK 2: Setelah 1x15 menit interaksi, Diskusikan bersama klien aspek positif Menyadarkan klien bahwa ia
Klien dapat Klien dapat menyebutkan yang dimiliki klien. memiliki sesuatu yang patut
menidentifikas aspek positif yg dimiliki klien, Bersama klien membuat daftar dibanggakan sehingga dapat
i keluarga, lingkungan serta mengenai: meningkatkan percaya diri klien
aspek positif kemampuan yang dimiliki klien Aspek positif klien
Kemampuan yg dimiliki klien
Beri pujian yg realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif
Universitas Indonesia
TUK 5: Setelah 2 kali interaksi klien Anjurkan klien untuk melaksanakan Memotivasi klien untuk
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah direncanakan. melakukan kegiatan yang
melakukan jadual yang dibuat Pantau kegaiatan yang dilaksanakan direncanakan.
kegiatan sesuai klien. Reinforcement positif
rencana yang Beri pujian atas usaha yg dilakukan meningkatkan harga diri klien.
dibuat klien. Agar kemampuan yang sudah
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dimiliki klien tetap terjaga.
kegiatan setelah pulang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5. Klien akan Klien dapat menyebutkan Bantu orang terdekat untuk Isolasi sosial menyebabkan
mengidentifikasi dua sumber dukungan berkomunkasi secara konstruktif dengan harga diri rendah dan depresi,
dua sumber sosial yang bermanfaat klien mencetuskan perilaku destruktif
dukungan sosial guna mencegah perilaku Tingkatkan hubungan keluarga yang terhadap diri sendiri
yang bermanfaat mencederai diri sendiri sehat
Identifikasi sumber komunitas yang
relevan
Prakarsai rujukan untuk menggunakan
sumber komunitas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
CATATAN PERKEMBANGAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Data Diri
Nama Erny Prian Kusuma
Tempat, Tanggal lahir Serang, 20 Juli 1990
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum Menikah
Alamat Kos : Jalan Ketapang No.9 Pondok Cina, Beji, Depok
Rumah : Ramananuju Tegal No.96 Cilegon-Banten, 42441
Email tuliptazmania@gmail.com ; erny.prian@ui.edu
Pendidikan
TK YPWKS 1 CILEGON 1995-1996
SD YPWKS 1 CILEGON 1996-2002
SMPN 1 CILEGON 2002-2005
SMAN 2 CILEGON 2005-2008
SARJANA UNIVERSITAS INDONESIA 2008-2012
PROGRAMPROFESI NERS UNIVERSITAS INDONESIA 2012-2013
Pengalaman Organisasi
Anggota GC (Green Community) Universitas Indonesia 2011-2012
Ketua Biro Humas Forum Pengkajian dan Pengamalan Islam (FPPI) 2011 2010-2011
Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia
Staf Departemen Riset GC (Green Community) Universitas Indonesia 2009-2010
Staf Departemen Ilmiy FPPI (Forum Pengkajian dan Pengamalan 2008-2009
Islam) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Anggota Bidang Karya Tulis NDC (Nursing Discussion Community) 2008-2009
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Staf (HumMed) (Hubungan Masyarakat dan Media) Badan Eksekutif 2008-2009
Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Prestasi
Juara 1 Lomba Fotografi dengan tema ”Oldies but Goldies” pada (Be 2010
Incridible Incridible In Nursing Achivements) BRAVE FIK UI
Pendanaan Karya Tulis oleh DIKTI dengan Judul ”Rasi (Beras Singkong) 2011
Pengganti Nasi : Langkah Alternatif dalam Mengatasi
Ketidakterjangkauan Harga Beras Di Indonesia” pada Program
Kreatifitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Karya Ilmiah
Skripsi : Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare dan 2012
Cara Ibu dalam Menangani Diare Pada Balita di Kelurahan Beji,
Kecamatan Beji, Depok Tahun 2012
Universitas Indonesia