RINGKASAN
SUMMARY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Judul Penelitian : Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada
Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Berau
Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur
Nama : Rahardian Budi Permana
NIM : A14051298
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara PT Berau Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur reklamasi
lahan bekas tambang batubara dan membandingkannya dengan lahan hutan.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama dan Dr.
Rahayu Widyastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bantuan, saran, bimbingan, motivasi serta kesabarannya selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Dr. Enni Dwi Wahjunie, M.Si. selaku dosen penguji yang sudah memberikan
saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Basuki Sumawinata selaku pembimbing akademik atas segala ilmu dan
kesempatan yang telah diberikan.
4. Kedua orang tua tercinta Bapak Sumarlan dan Ibu Sopiyah atas segala
pengorbanan, kesabaran, kasih sayang, dan doa yang diberikan. Kedua kakak
tersayang Marlina Sofianti dan Sofiyanto Ardhi Nugroho, adik Yoga Adi
Pamungkas, dan ketiga keponakan Iva, Alissa, dan Ibad atas semangat, doa,
dan keceriaan yang diberikan.
5. PT Berau Coal atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian.
6. Keluarga H. Sutiman atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian.
7. Staf Laboratorium, Staf Tata Usaha, dan Staf Perpustakaan atas bantuan,
arahan, dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi.
8. Eka Nurwita Sari atas segala bantuan, doa, semangat, canda tawa, kesabaran,
dan kebersamaan selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
9. Ari Yugo W., Bambang Ade W., Lina Siti M., dan Dena Karyanto atas segala
bantuan, semangat, kebersamaan, dan keceriaan selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi.
vii
10. Soilers 42 dan Soilers 43 atas segala bantuan dan kenangan yang tidak
terlupakan.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita
semua.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
Lampiran
I. PENDAHULUAN
Pencampuran ini membuat tanah pada lahan bekas tambang mempunyai tingkat
kesuburan yang bervariasi, tetapi pada umumnya rendah. Pada akhir kegiatan ini
akan tampak lahan terbuka yang pada umumnya mempunyai kualitas fisik, kimia,
dan biologi tanah yang buruk.
Kegiatan reklamasi berikutnya adalah revegetasi yang dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan ekosistem lahan bekas tambang terutama kualitas tanah
sehingga dapat pulih mendekati kondisi semula. Namun, usaha reklamasi tersebut
tidaklah mudah karena seringkali mengalami berbagai kendala, seperti kondisi
iklim mikro yang belum sesuai, sifat kimia-fisik batuan limbah (overburden) yang
buruk, sulitnya memperoleh bahan amelioran, top soil yang tidak memadai, dan
banyaknya bahan-bahan beracun (Darwo, 2003). Untuk melihat sejauh mana hasil
dari proses reklamasi terhadap sifat-sifat tanah dan perkembangannya maka perlu
dilakukan penelitian mengenai karakteristik sifat-sifat tanah tersebut pada lahan
reklamasi bekas tambang batubara.
1.2. Tujuan
Mengidentifikasi perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan
adanya peningkatan umur reklamasi lahan bekas tambang batubara dan
membandingkannya dengan tanah hutan.
3
Tahun 2008). Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu, reklamasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan
dengan tataguna lahan pascatambang. Penentuan tataguna lahan pascatambang
sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain potensi ekologis lokasi
tambang, dan keinginan masyarakat dan pemerintah (Suprapto, 2010).
Reklamasi pada umumnya dilakukan dengan metode back filling, dimana
diusahakan semaksimal mungkin untuk melakukan penutupan kembali lubang
bekas tambang dengan overburden dan bahan tanah hasil penggalian sebelumnya.
Bahan tanah ditimbun pada areal yang akan dilakukan reklamasi setelah
penutupan dengan overburden dengan susunan bahan induk di bagian bawah
kemudian sub soil dan top soil diletakkan paling atas dengan ketebalan ± 1,25 m.
Kompos ditambahkan pada saat lahan akan ditanami tanaman penutup tanah
(cover crop). Setelah kondisi permukaan tanah sudah tertutup dengan baik,
selanjutnya dilakukan penanaman dengan jenis sengon, buah-buahan serta
tanaman kehutanan lainnya. Jenis pohon yang akan ditanam dikoordinasikan
dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya. Secara keseluruhan, reklamasi
meliputi pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (land
scaping), pengaturan/ penempatan bahan tambang nilai ekonomis rendah (low
grade), pengelolaan top soil, pengendalian erosi, dan revegetasi (Anonim, 2008).
tanah (Haridjaja et al., 1990). Hal ini disebabkan aktivitas biota tanah seperti
aktivitas akar tanaman dan organisme tanah mempengaruhi pembentukan agregat
tanah. Banyaknya perakaran meningkatkan granulasi dan aktivitas
mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan kestabilan
struktur tanah. Sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan dapat membantu
menaikkan permeabilitas tanah dan kapasitas infiltrasi (Asdak, 2002).
Menurut Soepardi (1983), ukuran pori, distribusi ukuran pori, tortousitas
dan kesinambungan pori merupakan faktor penting sebagai penentu pergerakan
air dalam tanah. Granulasi pada tanah bertekstur halus akan memperlancar aerasi.
Hal ini bukan karena bertambahnya jumlah pori, tetapi karena bertambahnya
perbandingan antara jumlah pori makro dengan jumlah pori mikro. Meningkatnya
pori makro akan menyebabkan aerasi membaik dan laju infiltrasi meningkat.
Kapasitas infiltrasi tanah diklasifikasikan menjadi tujuh kategori seperti
tertera pada Tabel 1 (Kohnke, 1968).
Tabel 1. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Tanah
dan kompleks lainnya). Sekitar 95 % nitrogen di lapisan atas tanah berada dalam
bentuk organik (Tisdale et al., 1985). Oleh karena itu, sebagian besar nitrogen di
dalam tanah dihasilkan dari dekomposisi bahan organik (Lindsay, 1979).
Mineralisasi nitrogen organik merupakan cara untuk menghasilkan
nitrogen inorganik yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Proses mineralisasi ini
terdiri dari tiga langkah yaitu aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Aminisasi
dan amonifikasi dilakukan oleh mikroorganisme heterotrof dan nitrifikasi
dilakukan oleh bakteri autotrof (Tisdale et al., 1985). Nitrogen di dalam tanah
akan digunakan oleh tanaman dan jazad mikro, hilang bersama air drainase
(leaching), dan hilang ke atmosfer dalam bentuk gas (Soepardi, 1983).
Menurut Bradshaw dan Chadwick (1980), keseimbangan hara tanaman
menjadi terganggu akibat kegiatan pertambangan, sementara kelarutan unsur-
unsur yang meracuni tanaman meningkat dan ketersediaan hara N pada tanah
galian tambang pada umumnya sangat rendah, walaupun pada beberapa tempat
memiliki jumlah N total yang tinggi. Namun demikian, N tetap tidak cukup
tersedia untuk usaha revegetasi.
C/N rasio dalam bahan organik yang terdapat dalam top soil biasanya
berkisar antara 8:1 dan 15:1, dengan nilai rata-rata 10:1 sampai 12:1. C/N rasio
berbeda-beda pada suatu daerah dengan daerah lainnya tergantung iklim daerah
tersebut sehingga C/N rasio dari tanah ke tanah lain juga berbeda. Perbedaan ini
berkaitan terutama suhu dan curah hujan. C/N rasio mempunyai arti penting bagi
tanah, yaitu persaingan yang terjadi jika bahan organik mempunyai C/N rasio
yang tinggi dimasukkan ke dalam tanah dan sifat kestabilan nisbah ini dalam
tanah. Dengan berlangsungnya pelapukan, karbon dan nitrogen dapat hilang
melalui penguapan sedangkan nitrat hilang melalui pencucian atau diserap
tanaman. Pada suatu saat kecepatan hilangnya kedua unsur ini akan berbanding
lurus (sama). Pada saat ini apapun yang terjadi nisbah karbon dan nitrogen
menjadi mantab (Soepardi, 1983).
Fosfor dalam tanah terdiri dari fosfor anorganik dan fosfor organik. Fosfor
anorganik berupa mono-, di-, dan trikalsium fosfat, senyawa apatit, dan senyawa
fosfat yang berikatan dengan besi dan alumunium. Fosfor organik berasal dari
fitin, asam nukleat, dan fosfolipid (Tisdale et al., 1985). Fosfor dalam tanah tidak
13
bergerak dan rendah ketersediannya. Hal ini disebabkan fosfor terikat oleh liat,
bahan organik serta oksida Fe dan Al pada tanah dengan pH rendah dan oleh Ca
dan Mg pada tanah dengan pH tinggi (Tan, 1991).
Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh pH tanah, kelarutan dan
adanya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan, ketersediaan
kalsium, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, dan kegiatan jazad mikro
(Soepardi, 1983).
Kandungan kalsium dalam tanah mendekati 1.37 % bobot tanah dan
dipengaruhi oleh bahan induk dan curah hujan. Pelapukan lanjut dan curah hujan
yang tinggi menyebabkan hilangnya kalsium dari tanah (Lindsay, 1979). Kalsium
diperoleh dari pelapukan mineral kalsit, dolomit, anortit, augit, hornblende, biotit,
apatit, dan epidotit. Dalam larutan tanah kalsium akan mengalami pencucian,
diserap tanaman, dijerap liat, dan mengendap menjadi mineral sekunder. Faktor
yang mempengaruhi ketersediaan kalsium yang dapat diserap oleh tanaman
adalah total ketersediaan kalsium dalam tanah, pH tanah, kapasitas tukar kation
(KTK), tipe koloid tanah, perbandingan jumlah kalsium dengan kation terlarut
seperti magnesium. (Tisdale et al., 1985).
Kandungan magnesium dalam tanah berkisar 0.5 % bobot tanah (Lindsay,
1979). Magnesium dihasilkan oleh pelapukan mineral primer seperti biotit,
dolomit, hornblende, olivin, dan serpentin. Magnesium selalu ditemukan pada
mineral liat sekunder klorit, illit, montmorillonit, dan vermikulit. Seperti kalsium,
magnesium dalam larutan tanah mengalami pencucian, diserap tanaman, dijerap
liat, dan mengendap menjadi mineral sekunder (Tisdale et al., 1985). Ketersediaan
magnesium dipengaruhi oleh pH, kejenuhan Mg, perbandingan dengan kation lain
terutama Ca dan K serta tipe liat (Jones, 1979).
Kandungan kalium dalam tanah rata-rata 0.83 % dari bobot tanah
(Lindsay, 1979). Kalium dihasilkan dari pelapukan batuan yang mengandung
mineral feldspar, mikan, dan sebagainya. Kalium dalam tanah digolongkan
menjadi tiga macam yaitu kalium yang relatif tidak tersedia (felspar, mika, dan
sebagainya), kalium lambat tersedia (K tidak dipertukarkan), dan kalium segera
tersedia (K dapat dipertukarkan dan K dalam larutan tanah). Ketersediaan kalium
14
di dalam tanah dipengaruhi oleh penambahan kalium dari luar, fiksasi kalium,
pencucian, dan organisme hidup pada tanah tersebut (Soepardi, 1983).
Kandungan natrium dalam tanah diperkirakan 0.63 % bobot tanah
(Lindsay, 1979). Natrium ditemukan di dalam tanah dalam tiga bentuk yaitu
bentuk terfiksasi oleh Si yang tidak larut, bentuk yang dapat dipertukarkan pada
struktur mineral lain, dan bentuk yang larut di dalam tanah. Pada kebanyakan
tanah, sebagian besar natrium berada dalam bentuk silikat. Di daerah semiarid dan
arid, natrium berada dalam bentuk silikat sama banyaknya dengan NaCl, NaSO4,
dan kadang-kadang sebagai Na2CO3 serta garam terlarut lainnya (Tisdale et al.,
1985).
Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda
untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara
dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalen biasanya diikat lebih kuat daripada ion-
ion monovalen sehingga akan di lebih sulit dipertukarkan. Besar kecilnya
kapasitas tukar kation (KTK) tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran serta pemupukan
(Tan,1991).
dan 7 tahun). Bobot isi tanah menurun menurut kedalaman tanah (0-2 cm, 2-5 cm,
dan 5-10 cm) sedangkan pH, salinitas, C organik, N total, dan P tersedia menurut
kedalaman tanah. Kondisi lahan reklamasi berumur 7 tahun hampir mendekati
keadaan lahan hutan, hanya saja berbeda dalam kualitas tegakan dan komunitas
vegetasi yang kurang beragam dibandingkan hutan.
Bobot isi menurun secara signifikan dalam kaitannya dengan peningkatan
umur lahan reklamasi pada kedalaman 0-5 cm. Bobot isi pada kedalaman ini di
lahan alami lebih rendah daripada seluruh lahan reklamasi. Selain itu, kandungan
C-organik meningkat di semua kedalaman tanah (0-5 cm dan 5-10 cm) dengan
meningkatnya umur lahan reklamasi dan menurun dengan kedalaman tanah.
Seperti kandungan C-organik, kandungan N-total di kedua kedalaman tersebut
setelah reklamasi meningkat selama 15 tahun pertama dan kemudian berfluktuasi
(Sourkove et al. 2005).
Hasil penelitian Annisa (2010) yang dilakukan pada lahan reklamasi bekas
tambang PT Kaltim Prima Coal menunjukkan bahwa proses reklamasi lahan
bekas tambang mempengaruhi kualitas tanah bekas tambang terutama pH, C-
organik, dan populasi mikrob. Karakteristik kimia yang didapatkan menunjukkan
bahwa nilai pH tanah pada lahan reklamasi (0, 5, 9, dan 13 tahun) dan hutan
dikategorikan masam yang berkisar antara 3.5-4.5. Nilai C-organik yang didapat
untuk setiap lahan reklamasi dan hutan tergolong tinggi berkisar antara 3-5%,
sedangkan nilai N-total yang didapat dari setiap lahan reklamasi berkisar antara
0.1-0.2% dan tergolong rendah. Hasil analisis biologi yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa pada umumnya di setiap umur reklamasi, populasi total
mikrob dan total fungi untuk lapisan tanah 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan
lapisan 20-40 cm, kecuali pada umur reklamasi 0 tahun. Populasi total mikrob
mempengaruhi jumlah CO2 yang dihasilkan.
17
Tabel 3. Bobot Isi (Lapisan Atas 0-10 cm) dan Kapasitas Infiltrasi Lahan
Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan
Tahun Bobot Isi Kapasitas Infiltrasi Kategori
Reklamasi (g/cm3) (cm/jam) Kapasitas Infiltrasi
4.1.2. Tekstur
Hasil analisis tekstur tanah pada lahan reklamasi dan lahan hutan disajikan
pada Tabel 4. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa tanah pada seluruh
lahan reklamasi dan lahan hutan bertekstur liat pada setiap kedalaman yang
diamati. Fraksi tanah pada setiap kedalaman tanah didominasi oleh faksi liat
dengan kisaran antara 47.38-53.84 %, diikuti fraksi pasir dengan kisaran 32.60-
41.18%, dan terakhir fraksi debu dengan kisaran antara 7.28-16.22 %. Tekstur
tanah pada seluruh lahan reklamasi dipengaruhi oleh bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun pada saat awal proses reklamasi.
Tekstur tanah merupakan suatu sifat tanah yang relatif tidak mudah
berubah (Soedarmo dan Djojoprawiro, 1986). Bahan induk tanah pada daerah
Binungan ini berasal dari batuan sedimen seperti batulanau, batuliat, batupasir.
Bahan induk ini akan menghasilkan tanah yang mempunyai tekstur yang sama
dengan jenis bahan induknya. Sesuai dengan bahan induk, bahan tanah yang
22
digunakan untuk menimbun pada seluruh lahan reklamasi yang diamati dan tanah
hutan berasal dari bahan induk batuliat sehingga tidak ada perbedaan tekstur
tanah antara bahan tanah untuk timbunan dan tanah pada lahan hutan. Ada
sedikit perbedaan antara tekstur tanah pada lahan penelitian dengan tekstur tanah
yang terdapat pada Laporan AMDAL PT Berau Coal Site Binungan (Lampiran
1) yang merupakan tekstur tanah sebelum daerah Binungan ditambang. Hal ini
disebabkan heteroginitas distribusi bahan induk.
nilai pH seluruh lahan reklamasi lebih tinggi dibandingkan lahan hutan pada
setiap kedalaman tanah yang diamati. Selain itu, nilai pH pada lahan reklamasi
relatif seragam pada setiap umur reklamasi pada setiap kedalaman yang diamati.
Tidak ada proses pengapuran dalam proses reklamasi dan perlakuan awal
reklamasi pada masing-masing lahan reklamasi tidak berbeda. Selain itu,
terjadinya peningkatan kejenuhan basa dapat ditukar dan penurunan kejenuhan
alumuninum akibat peningkatan umur reklamasi belum berpengaruh terhadap
nilai pH tanah reklamasi karena adanya pengaruh daya sangga tanah sehingga
nilai pH lahan pada reklamasi dipengaruhi bahan tanah yang digunakan untuk
menimbun pada masing-masing lahan reklamasi. Nilai pH pada seluruh lahan
reklamasi yang diteliti lebih tinggi dibandingkan pH tanah lahan reklamasi bekas
tambang batubara PT Kaltim Prima Coal yang berkisar 3.5-4.5 (Annisa, 2010).
pH Kej Al (%)
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 0 20 40 60 80
0--2 0--2
Kedalaman (cm)
2--5 2--5
5--10 5--10
10--20 10--20
Gambar 2. Nilai pH, Kejenuhan Alumunium, dan Al-dd Lahan Reklamasi Umur
0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
berumur 0 tahun sebesar 4.36 me/100g, lahan reklamasi berumur 3 tahun sebesar
4.91 me/100g, lahan reklamasi berumur 6 tahun sebesar 2.87 me/100g, lahan
reklamasi berumur 9 tahun sebesar 2.43 me/100g, dan lahan hutan sebesar 3.86
me/100g.
Kejenuhan alumunium (Gambar 2) lahan reklamasi cenderung menurun
dengan meningkatnya umur reklamasi dan meningkat berdasarkan kedalaman
lapisan tanah yang diamati kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun.
Kejenuhan alumunium pada lahan reklamasi berumur 0 tahun masih dipengaruhi
kejenuhan alumunium bahan tanah timbunan yang digunakan untuk menimbun.
Pola kejenuhan alumunium ini sejalan dengan pola yang dihasilkan oleh nilai
aluminium dapat ditukar. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan peningkatan
basa-basa dapat ditukar sehingga terjadi penurunan alumuniun dapat ditukar dan
pada akhirnya kejenuhan alumunium menurun. Selain itu, peningkatan kapasitas
tukar kation tanah dengan meningkatnya umur reklamasi juga menyebabkan
penurunan kejenuhan alumunium seiring meningkatnya umur reklamasi. Secara
keseluruhan, peningkatan umur reklamasi menyebabkan penurunan kejenuhan
alumunium, bahkan lebih rendah dari lahan hutan setelah lahan reklamasi
berumur 6 tahun.
Kedalam an (cm )
2--5 2--5 2--5
10--20 10--20
10--20
reklamasi berumur 9 tahun tergolong rendah sebesar 3.22 me/100g dan 3.29
me/100g. Kandungan Mg-dd pada kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun dan lahan hutan tergolong sangat rendah sebesar 0.22 me/100g
dan 0.32 me/100g, dan pada lahan reklamasi berumur 3 tahun, lahan reklamasi
berumur 6 tahun, dan lahan reklamasi berumur 9 tahun tergolong rendah sebesar
0.44 me/100g, 0.86 me/100g, dan 0.88 me/100g. Kandungan K-dd pada
kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan tergolong
rendah berkisar 0.19-0.31 me/100g. Kandungan Na-dd pada kedalaman 0-20 cm
pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
0.32 me/100g dan 0.30 me/100g, dan pada lahan reklamasi berumur 3 tahun,
lahan reklamasi berumur 6 tahun, dan lahan reklamasi berumur 9 tahun tergolong
sedang sebesar 0.37 me/100g, 0.44 me/100g, dan 0.38 me/100g.
tahun dan tanah hutan. Kandungan Na-dd meningkat berdasarkan umur reklamasi
sampai umur 6 tahun reklamasi pada setiap lapisan tanah.
Kandungan basa-basa dapat ditukar pada lahan reklamasi meningkat
dengan meningkatnya umur reklamasi (Gambar 4). Hal ini disebabkan bahan
tanah yang digunakan untuk menimbun pada saat awal proses reklamasi
merupakan bahan tanah yang masih segar yang berasal dari subsoil atau bahan
induk karena top soil hilang pada saat land clearing. Bahan segar ini mengandung
mineral-mineral yang merupakan sumber basa-basa dapat ditukar yang berasal
dari endapan karbonat yang bersama batuan sedimen merupakan batuan induk
pada daerah Binungan sebelum dilakukan penambangan. Bahan segar ini pada
umumnya mengandung mineral-mineral yang belum terlapuk lebih banyak dari
top soil. Proses reklamasi menyebabkan bahan segar ini berada di permukaan dan
mengalami hancuran iklim yang intensif. Hancuran ini menyebabkan pelapukan
mineral-mineral yang akan melepaskan basa-basa dapat ditukar. Peningkatan
umur reklamasi menyebabkan meningkatnya aktivitas pelapukan sehingga terjadi
peningkatan basa-basa dapat ditukar. Peningkatan umur reklamasi juga
menyebabkan peningkatan kapasitas tukar kation sehingga terjadi peningkatan
penjerapan basa-basa dapat ditukar. Penjerapan ini membuat basa-basa tidak
mudah tercuci dan hilang dari tanah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
peningkatan basa-basa dapat ditukar dengan meningkatnya umur reklamasi.
Selain itu, perbedaan bahan tanah yang digunakan untuk menimbun juga ikut
berpengaruh terhadap peningkatan basa-basa dapat ditukar. Perbedaan bahan
tanah timbunan ini akan menyebabkan perbedaan kandungan mineral belum
terlapuk dan kandungan awal basa-basa dapat ditukar pada bahan tanah tersebut.
Pengaruh perbedaan bahan tanah yang digunakan terlihat jelas pada Ca-dd dan
Mg-dd dimana kandungan kedua unsur tersebut sangat jauh berbeda antara lahan
reklamasi berumur 6 dan 9 tahun dibandingkan lahan reklamasi berumur 0 dan 3
tahun.
Tanah hutan merupakan lahan yang berumur jauh lebih tua dari lahan
reklamasi. Curah hujan yang tinggi dan pelapukan yang intensif terutama di
daerah tropis akan mencuci basa-basa dapat ditukar dari permukaan tanah (top
soil) ke lapisan tanah yang lebih dalam (Soepardi, 1983). Rendahnya basa-basa
30
dapat ditukar pada lahan hutan disebabkan adanya proses pencucian basa-basa
tersebut yang lebih intensif dalam waktu yang lebih lama dari lahan reklamasi.
Kandungan Ca-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.53-3.83 me/100g,
pada kedalaman 2-5 cm berkisar 0.53-3.54 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm
berkisar 1.02-5.55 me/100g, dan pada kedalaman 10-20 cm 0.99-2.67 me/100g.
Kandungan Mg-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.20-1.04 me/100g, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 0.04-1.19 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm berkisar
0.29-1.05 me/100g, dan pada kedalaman 10-20 cm berkisar 0.11-0.72 me/100g.
Kandungan K-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.18-0.48 me/100g, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 0.19-0.34 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm berkisar
0.18-0.30 me/100g, dan pada kedalaman 0.18-0.33 me/100g. Kandungan Na-dd
pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.31-0.63 me/100g, pada kedalaman 2-5 cm
berkisar 0.29-0.46 me/100g, pada kedalaman 5-10 berkisar 0.31-0.37 me/100g,
dan pada kedalaman 5-10 cm berkisar 0.27-0.44 me/100g.
Kandungan Ca-dd pada seluruh lahan reklamasi meningkat sampai
kedalaman 10 cm kemudian menurun sampai kedalaman 20 cm dan pada lahan
hutan kandungan Ca-dd cenderung seragam pada kedalaman tanah yang diamati
kecuali pada kedalaman 2-5 cm yang mempunyai nilai terkecil. Kandungan Mg-
dd pada seluruh lahan reklamasi seragam sampai kedalaman 10 cm kemudian
menurun sampai kedalaman 20 cm dan pada lahan hutan kandungan Mg-dd turun
dari kedalaman 0-2 cm sampai kedalaman 2-5 cm kemudian meningkat sampai
kedalaman 20 cm. Kandungan K-dd pada lahan reklamasi berumur 3 sampai 9
tahun dan lahan hutan tertinggi terdapat pada kedalaman 0-2 cm kemudian
menurun seragam seiring menurunnya kedalaman tanah, dan pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun meningkat seiring menurunnya kedalaman tanah. Kandungan
Na-dd relatif seragam pada seluruh kedalaman tanah kecuali pada lahan reklamasi
berumur 3 tahun yang menurun menurut kedalaman tanah yang diamati.
Secara keseluruhan, pola penyebaran basa-basa dapat ditukar berdasarkan
penurunan kedalaman bervariasi antara unsur yang satu dengan yang lain. Hal ini
diakibatkan intensitas pelapukan yang berbeda-beda pada masing kedalaman dan
kandungan mineral-mineral yang mengandung basa-basa dapat ditukar sangat
bervariasi antar kedalaman yang diamati.
31
Nilai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa seluruh lahan reklamasi
dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah beserta kriteranya menurut Pusat
Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Tabel Lampiran 6. Kapasitas Tukar
Kation pada kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
tergolong rendah berkisar 8.82-14.47 me/100g. Kejenuhan basa pada lahan
reklamasi berumur 0 tahun, 3 tahun, dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
19.68%, 24.48 %, dan 23.46 %, dan lahan reklamasi berumur 6 tahun dan 9 tahun
tergolong sedang sebesar 37.04 % dan 35.99 %.
0--2 0--2
Kedalaman (cm)
2--5 2--5
5--10 5--10
10--20 10--20
Gambar 6. Fungi Tanah yang Diisolasi dengan Martin Agar dan Mikrob Tanah
yang Diisolasi dengan Nutrien Agar
33
Gambar 7. Total Mikrob dan Total Fungi pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6,
dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
Total mikrob dan fungi tanah (Gambar 6) lahan reklamasi pada lapisan
atas (0-10 cm) pada umumnya memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lapisan bawah (10-20 cm) kecuali pada lahan reklamasi berumur 3 tahun
untuk total mikrob dan pada lahan reklamasi berumur 0 tahun untuk total fungi.
Hal ini dikarenakan lapisan tanah bagian atas pada lahan penelitian mempunyai
kandungan C dan N yang lebih tinggi dibandingkan lapisan bawahnya. Nilai pH
tanah yang relatif seragam pada setiap lapisan tanah kurang berpengaruh terhadap
total mikrob dan fungi. Total mikrob cenderung meningkat dengan meningkatnya
umur reklamasi terutama pada lapisan atas karena adanya peningkatan bahan
organik dan adanya perbaikan kualitas lingkungan hidup. Total fungi cenderung
berfluktuasi dengan meningkatnya umur reklamasi pada kedua kedalaman yang
diamati.
Total mikrob tanah lebih tinggi pada lapisan bawah yang ditemui pada
lahan reklamasi berumur 3 tahun disebabkan pada lahan tersebut permukaan
tanahnya belum tertutup seluruhnya oleh rerumputan dan tajuk antar tanaman
pioner belum rapat sehingga suhu lapisan tanah lapisan tanah di lapisan atas lebih
tinggi dari lapisan bawah. Hal ini membuat populasi mikrob lebih banyak pada
lapisan bawah. Total fungi tanah yang lebih tinggi pada lapisan bawah yang
ditemui pada lahan reklamasi berumur 0 tahun disebabkan bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun mempunyai kandungan bahan organik yang lebih
tinggi sehingga fungi lebih banyak pada lapisan tersebut dibanding lapisan atas.
34
Total mikrob dan fungi pada lahan hutan lebih tinggi pada lapisan bawah
dibandingkan dengan lapisan atas karena pada lapisan bawah mempunyai C/N
rasio lebih tinggi dari lapisan atas dimana nilai C/N rasio lapisan bawah sekitar 13
dan lapisan atas sekitar 10.
Resiprasi tanah (Gambar 8) lapisan atas (0-10 cm) pada umumnya lebih
tinggi dibanding lapisan bawahnya (10-20 cm) kecuali pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun. Respirasi tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya
umur reklamasi pada kedalaman lapisan tanah 0-10 cm dan cenderung
berfluktuasi pada kedalaman lapisan 10-20 cm.
Respirasi tanah pada umunya berhubungan dengan aktivitas mikrob yang
ada. Pada lahan reklamasi berumur 6 dan 9 tahun, total mikrob dan kandungan
bahan organik pada lapisan atas lebih banyak sehingga aktivitasnya lebih tinggi
pada lapisan atas. Walaupun pada lahan reklamasi berumur 3 tahun dan lahan
hutan total mikrob lebih besar pada lapisan bawah dibandingkan lapisan atas,
namun kandungan bahan organik lebih banyak pada lapisan atas sehingga
35
respirasi tanah lebih tinggi pada lapisan atas. Pada lahan reklamasi 0 tahun
respirasi tanah lebih besar pada lapisan bawah karena lahan reklamasi ini masih
benar-benar baru dengan vegetasi penutup yang masih sangat jarang sehingga
suhu permukaan lebih tinggi dan kandungan bahan organik pada lapisan bawah
lebih tinggi.
36
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan perbaikan sifat-sifat tanah
lahan reklamasi mendekati sifat-sifat tanah lahan sebelum ditambang.
2. Perbaikan bobot isi, kapasitas infiltrasi, kandungan C-organik, kandungan
N-total, total mikrob dan fungi, dan respirasi tanah terjadi karena
peningkatan umur reklamasi.
3. Perbaikan basa-basa dapat ditukar, KTK, kejenuhan basa, penurunan Al-
dd, dan kejenuhan Al terjadi selain karena peningkatan umur reklamasi,
juga diakibatkan perbedaan bahan tanah timbunan.
4. Sifat kimia dan biologi tanah pada lahan reklamasi relatif lebih cepat
mengalami perbaikan dibandingkan perubahan sifat fisik tanah.
5. Pengaruh proses reklamasi terlihat jelas pada kedalaman 0-5 cm pada
parameter C-organik dan N-total.
6. Lahan reklamasi berumur 6 dan 9 tahun sudah mendekati lahan sebelum
ditambang.
5.2. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada kedalaman tanah dibawah 20 cm
dan terhadap vegetasi yang tumbuh pada setiap umur reklamasi. Perlu dilakukan
pengamatan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada setiap umur reklamasi yang
digunakan pada penelitian ini secara teratur dengan interval waktu tertentu untuk
memonitor perkembangan sifat-sifat tanah pada masing-masing umur reklamasi.
Perlu adanya penelitian untuk mengetahui umur keberhasilan proses reklamasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Mac Millan. New Yorks
.
40
LAMPIRAN
41
Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang.
Kedalaman Tekstur BD P
Kode Lokasi Struktur Konsistensi 3
(cm) C Si S Kelas (g/cm ) (cm/jam)
BCL5715 Binungan 0-20 Sab, f Fr 26.97 5.86 67.17 SCL 1.17 0.97
BCL5723 Binungan 0-20 Cr, f Fr 20.71 18.28 61.01 SCL 1.29 0.2
BCL5739 Binungan 0-20 Sab, f-m sfi 21.64 9.18 69.18 SCL 1.28 0.61
BCL5747 Binungan 0-20 Sab, f-c sfr 20.91 18.48 60.61 SCL 1.67 0.61
BCL5751 Binungan 0-20 Cr, f-c mfr 22.76 24.18 53.06 SCL 1.21 0.36
BCL5716 Binungan 20-60 mfi 32.22 20.81 46.97 CL
BCL5724 Binungan 20-60 sfi 27.27 2.83 69.9 SCL
41
42
Tabel Lampiran 2. Sifat Kimia Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang.
42
43
Tabel Lampiran 3. Hail Analisis pH, Kejenuhan Al, dan Aldd pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
43
44
Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis C-org, N-total, C/N rasio dan P-tersedia pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan
Hutan.
44
45
Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
N NH4OAc pH 7
Umur Ca Mg K Na
Kdlmn
Reklamasi Kand. Kand. Kand. Kand.
(cm)
(Tahun) me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K
cm cm cm cm
0-2 0.53 SR 0.05 0.2 SR 0.02 0.18 R 0.02 0.31 R 0.03
2-5 0.53 SR 0.08 0.17 SR 0.03 0.19 R 0.03 0.33 R 0.05
0 0.92 SR 0.20 SR 0.27 S 0.32 R
5-10 1.14 SR 0.28 0.39 R 0.10 0.21 R 0.05 0.31 R 0.08
10-20 1 SR 0.50 0.11 SR 0.06 0.33 R 0.17 0.33 R 0.16
0-2 0.86 SR 0.09 0.32 R 0.03 0.34 R 0.03 0.38 R 0.04
2-5 0.59 SR 0.09 0.27 SR 0.04 0.27 R 0.04 0.35 R 0.05
3 1.11 SR 0.44 R 0.22 R 0.37 S
5-10 1.75 SR 0.44 0.39 R 0.10 0.21 R 0.05 0.32 R 0.08
10-20 0.99 SR 0.50 0.54 R 0.27 0.19 R 0.10 0.39 S 0.20
0-2 3.31 R 0.33 1 R 0.10 0.4 S 0.04 0.63 S 0.06
2-5 2.82 R 0.42 1 R 0.15 0.34 R 0.05 0.46 S 0.07
6 3.22 R 0.86 R 0.28 S 0.44 S
5-10 4.54 R 1.14 1 R 0.25 0.24 R 0.06 0.36 S 0.09
10-20 2.67 R 1.34 0.72 R 0.36 0.26 R 0.13 0.44 S 0.22
0-2 3.83 R 0.38 1.04 R 0.10 0.48 S 0.05 0.43 S 0.04
2-5 3.54 R 0.53 1.19 R 0.18 0.3 R 0.04 0.32 R 0.05
9 3.29 R 0.88 R 0.31 S 0.38 S
5-10 5.55 S 1.39 1.05 R 0.26 0.3 R 0.08 0.37 S 0.09
10-20 1.98 SR 0.99 0.66 R 0.33 0.28 R 0.14 0.39 S 0.19
0-2 0.94 SR 0.09 0.3 SR 0.03 0.29 R 0.03 0.37 S 0.04
2-5 0.33 SR 0.05 0.04 SR 0.01 0.21 R 0.03 0.29 R 0.04
Hutan 1.00 SR 0.32 SR 0.19 R 0.30 R
5-10 1.02 SR 0.26 0.29 SR 0.07 0.18 R 0.05 0.32 R 0.08
10-20 1.19 SR 0.60 0.43 R 0.22 0.18 R 0.09 0.27 R 0.14
Ket : - K = Kriteria, Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
- (P) Proprorsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, dimana x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
- Kand. 0-20 cm = ∑ (proporsi kedalaman (0-2 cm), (2-5 cm), (5-10 cm), dan (10-20 cm)
- SR = Sangat Rendah, R =Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST= Sangat Tinggi
45
46
Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis KTK dan KB pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
46
47
Tabel Lampiran 7. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Eviati dan Sulaeman, 2009).
C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00
N (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75
C/N <5 5,0 - 10,0 11,0 - 15,0 16,0 - 25,0 > 25
P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 40,0 41,0 - 60,0 > 60
P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10,0 - 15,0 15,0 - 25,0 16,0 - 35,0 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10,0 - 25,0 26,0 - 45,0 45,0 - 60,0 > 60
K2O HCl 25 % (mg/100g) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 40,0 41,0 - 60,0 > 60
KTK (me/100g) <5 5,0 - 16,0 17,0 - 24,0 25,0 - 40,0 > 40
Susunan Kation :
K (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 > 1,0
Na (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 > 1,0
Mg (me/100g) < 0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0
Ca (me/100g) <2 2,0 - 5,0 6,0 - 10,0 11,0 - 20,0 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20,0 - 35,0 36,0 - 50,0 51,0 - 70,0 > 70
Kejenuhan Al (%) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 30,0 31,0 - 60,0 >60
Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkali
pH H2O
< 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 >8,5
47
48
Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Total Fungi, Total Mikrob, dan Respirasi Tanah pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6,
dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.
48
49
49