Anda di halaman 1dari 61

i

ANALISIS SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH


PADA LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA
PT BERAU COAL SITE BINUNGAN, KABUPATEN BERAU,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RAHARDIAN BUDI PERMANA


A14051298

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
i

RINGKASAN

RAHARDIAN BUDI PERMANA. Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi


Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Berau Coal Site
Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Di bawah bimbingan
SYAIFUL ANWAR dan RAHAYU WIDYASTUTI.

Penurunan kualitas tanah menjadi masalah paling besar dari kerusakan


lingkungan yang ditimbulkan dalam proses penambangan batubara khususnya
dengan metode tambang terbuka. Kegiatan reklamasi yang benar harus dilakukan
untuk memperbaiki kerusakan lahan bekas tambang terutama kualitas tanah
sehingga dapat pulih mendekati kondisi semula. Untuk melihat sejauh mana hasil
dari proses reklamasi terhadap perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta
perkembangannya maka perlu dilakukan penelitian karakteristik sifat-sifat tanah
tersebut pada lahan reklamasi bekas tambang batubara.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur reklamasi (0, 3, 6, dan 9
tahun) lahan bekas tambang batubara dan membandingkannya dengan tanah
hutan. Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang batubara PT
Berau Coal Site Binungan, Provinsi Kalimantan Timur yang berumur 0, 3, 6, dan
9 tahun serta hutan asli. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Laboratorium Fisika Tanah, dan Laboratorium Bioteknologi
Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan umur reklamasi
menyebabkan perubahan sifat-sifat tanah lahan reklamasi mendekati sifat-sifat
tanah lahan sebelum ditambang. Hal ini terlihat pada parameter bobot isi,
kapasitas infiltrasi, kejenuhan Al, C-organik, N-total, kejenuhan basa, KTK, total
mikrob dan fungi, dan respirasi tanah. Selain itu, terlihat bahwa sifat kimia dan
biologi tanah pada lahan reklamasi relatif lebih cepat berubah mendekati sifat
kimia dan biologi lahan aslinya dibandingkan perubahan sifat fisik tanah lahan
reklamasi.
ii

SUMMARY

RAHARDIAN BUDI PERMANA. Analysis of Physical, Chemical, and


Biological Soil Properties in Reclaimed Post Coal Mining Land of PT Berau Coal
Binungan Site, Berau Regency, East Kalimantan Province. Under Supervision of
SYAIFUL ANWAR and RAHAYU WIDYASTUTI.

Soil degradation becomes the greatest problem of environmental damage


due to coal mining, in particular by open pit method. Proper reclamation must be
done to repair post mining land so that soil quality can be recovered approaching
the original properties. To analyze the results of the reclamation process on
physical, chemical, and biological soil properties changes and their development,
it is necessary to study the changes of soil properties at different ages post coal
mining land reclamation.
This research was aimed to identify the changes of physical, chemical, and
biological soil properties in relation to increased reclamation age (0, 3, 6, and 9
years old) and compared them to the nearby forest soil properties. This research
was conducted in reclaimed post coal mining lands of PT Berau Coal Site
Binungan, East Kalimantan Province (aged 0, 3, 6, and 9 years), and native forest.
Soil analysis performed at the Laboratory of Chemical and Soil Fertility,
Laboratory of Soil Physics, and Laboratory of Soil Biotechnology, Department of
Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural
University.
The results showed that increasing age causes changes in soil properties of
reclaimed land approaching the soil properties of original land. This can be seen
on the parameters such as bulk density, infiltration capacity, aluminum saturation,
C-organic, total N, base saturation, Cation Exchange Capacity (CEC), total
microbial and fungal, and soil respiration. It is apparent that chemical and
biological soil properties on reclaimed land change relatively faster approaching
the chemical and biological soil properties of the original land compared to that of
physical soil properties.
iii

ANALISIS SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH


PADA LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA
PT BERAU COAL SITE BINUNGAN, KABUPATEN BERAU,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

RAHARDIAN BUDI PERMANA


A14051298

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
iv

Judul Penelitian : Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada
Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Berau
Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur
Nama : Rahardian Budi Permana
NIM : A14051298

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc.


NIP : 19621113 198703 1 003 NIP: 19610607 199002 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.


NIP : 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus :
v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 5 Januari 1988. Penulis


merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sumarlan dan
Sopiyah. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SDN Kraton 3
Pekalongan. Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP
Negeri 2 Pekalongan. Selanjutnya, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 1
Pekalongan pada tahun 2005. Pada tahun yang sama dengan kelulusan SMA,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Setelah
menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun pertama di IPB,
penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan dengan
mayor Manajemen Sumberdaya Lahan (MSL), Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah
menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) pada tahun 2006-
2007 dan 2007-2008. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Morfologi dan Klasifikasi Tanah, Survey dan Evaluasi Sumberdaya Lahan,
dan Pengantar Ilmu Tanah.
vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara PT Berau Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur reklamasi
lahan bekas tambang batubara dan membandingkannya dengan lahan hutan.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama dan Dr.
Rahayu Widyastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bantuan, saran, bimbingan, motivasi serta kesabarannya selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Dr. Enni Dwi Wahjunie, M.Si. selaku dosen penguji yang sudah memberikan
saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Basuki Sumawinata selaku pembimbing akademik atas segala ilmu dan
kesempatan yang telah diberikan.
4. Kedua orang tua tercinta Bapak Sumarlan dan Ibu Sopiyah atas segala
pengorbanan, kesabaran, kasih sayang, dan doa yang diberikan. Kedua kakak
tersayang Marlina Sofianti dan Sofiyanto Ardhi Nugroho, adik Yoga Adi
Pamungkas, dan ketiga keponakan Iva, Alissa, dan Ibad atas semangat, doa,
dan keceriaan yang diberikan.
5. PT Berau Coal atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian.
6. Keluarga H. Sutiman atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian.
7. Staf Laboratorium, Staf Tata Usaha, dan Staf Perpustakaan atas bantuan,
arahan, dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi.
8. Eka Nurwita Sari atas segala bantuan, doa, semangat, canda tawa, kesabaran,
dan kebersamaan selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
9. Ari Yugo W., Bambang Ade W., Lina Siti M., dan Dena Karyanto atas segala
bantuan, semangat, kebersamaan, dan keceriaan selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi.
vii

10. Soilers 42 dan Soilers 43 atas segala bantuan dan kenangan yang tidak
terlupakan.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita
semua.

Bogor, November 2010

Penulis
viii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii


DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1. Kegiatan Penambangan Batubara ....................................................... 3
2.2. Reklamasi Lahan Bekas Tambang ...................................................... 3
2.3. Kondisi Umum Lahan PT Berau Coal Site Binungan Sebelum
Kegiatan Penambangan ...................................................................... 4
2.3.1. Lokasi PT BERAU COAL.............................................................. 4
2.3.2. Iklim dan Curah Hujan ................................................................... 5
2.3.3. Kondisi Geologi ............................................................................. 6
2.3.4. Fisiografi Lahan ............................................................................. 6
2.3.5. Keadaan Tanah Sebelum Kegiatan Penambangan ........................... 6
2.4. Sifat-Sifat Tanah ................................................................................ 9
2.4.1. Sifat Fisika Tanah ........................................................................... 9
2.4.2. Sifat Kimia Tanah ........................................................................ 10
2.4.3 Sifat Biologi Tanah....................................................................... 14
2.5. Penelitian yang Berhubungan dengan Perubahan Sifat-Sifat Tanah
Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara ..................................... 15
III. BAHAN DAN METODE.......................................................................... 17
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 17
3.2. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................ 17
3.3. Metode Penelitian ............................................................................. 18
3.3.1. Penetapan Kapasitas Infiltrasi ....................................................... 18
3.3.2. Pengambilan Contoh Tanah .......................................................... 18
3.3.3. Analisis Tanah .............................................................................. 19
ix

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 20


4.1. Karakteristik Sifat Fisik .................................................................... 20
4.1.1. Bobot Isi dan Kapasitas Infiltrasi .................................................. 20
4.1.2. Tekstur ......................................................................................... 21
4.2. Karakteristik Sifat Kimia Tanah ....................................................... 22
4.2.1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) dan Kejenuhan Al ...................... 22
4.2.2. C-organik, N-total, C/N Rasio, dan P-tersedia............................... 24
4.2.3. Basa-basa, KTK, dan KB .............................................................. 27
4.3. Karakterisasi Sifat Biologi Tanah .................................................... 32
4.3.1. Total Mikrob dan Fungi ................................................................ 32
4.3.2. Respirasi Tanah ............................................................................ 34
V. KESIMPULAN ......................................................................................... 36
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 36
5.2. Saran ................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 40
x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks

1 Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Tanah .................................................. 10


2 Seluruh Parameter yang Dianalisis dan Metode Analisis...................... 19
3 Bobot Isi (Lapisan Atas 0-10 cm) dan Kapasitas Infiltrasi Lahan
Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan ..................... 20
4 Tekstur Tanah Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan
Lahan Hutan ........................................................................................ 22

Lampiran

1 Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan


Sebelum Ditambang. ........................................................................... 41
2 Sifat Kimia Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan
Sebelum Ditambang. ........................................................................... 42
3 Hasil Analisis pH, Kejenuhan Al, dan Al-dd pada Lahan
Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. .................... 43
4 Hasil Analisis C-org, N-total, C/N rasio dan P-tersedia pada
Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. .......... 44
5 Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Lahan Reklamasi
Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan....................................... 45
6 Hasil Analisis KTK dan KB pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6,
dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. ........................................................... 46
7 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,
1983). .................................................................................................. 47
8 Hasil Analisis Total Fungi, Total Mikrob, dan Respirasi Tanah
pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun ............................... 48
xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks

1 Wilayah PKP2B PT Berau Coal ............................................................ 5


2 Nilai pH, Kejenuhan Alumunium, dan Al-dd Lahan Reklamasi
Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan....................................... 23
3 Kandungan C-organik, N-total, C/N rasio dan P-tersedia Lahan
Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. .................... 25
4 Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar pada Lahan Reklamasi
Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan....................................... 28
5 Nilai KTK dan KB Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun,
Lahan Hutan. ....................................................................................... 31
6 Fungi Tanah yang Diisolasi dengan Martin Agar dan Mikrob
Tanah yang Diisolasi dengan Nutrien Agar.......................................... 32
7 Total Mikrob dan Total Fungi pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3,
6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. ....................................................... 33
8 Respirasi Tanah pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9
Tahun, dan Lahan Hutan. .................................................................... 34

Lampiran

1 Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan. .......... 49


1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertambangan telah lama menjadi salah satu tulang punggung
pendapatan negara dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan
sumber energi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Namun, dibalik dampak positif yang dihasilkan timbul dampak negatif terhadap
lingkungan. Seiring berjalannya kegiatan penambangan, terjadi kerusakan
lingkungan seperti kerusakan vegetasi penutup lahan, peningkatan laju erosi,
penurunan produktivitas dan stabilitas lahan, dan penurunan biodiversitas flora
dan fauna (Darwo, 2003).
Kegiatan penambangan adalah kegiatan mengekstraksi bahan tambang
terencana dengan menggunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik
bahan tambang (Mulyanto, 2008). Penambangan batubara dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode tambang terbuka (open pit mining
method) dan metode tambang bawah tanah (underground mining method). Metode
tambang terbuka pada umumnya lebih banyak digunakan karena memberikan
proporsi endapan batubara yang lebih banyak dibandingkan metode tambang
bawah tanah. Hal ini disebabkan metode tambang terbuka memungkinkan seluruh
lapisan batubara dapat dieksploitasi.
Penurunan kualitas tanah menjadi masalah paling besar dari kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan dalam proses penambangan batubara khususnya
dengan metode tambang terbuka. Hal ini disebabkan pada saat sampai setelah
bahan-bahan tambang dieksploitasi, lahan tambang tersebut akan mengalami
perubahan topografi, vegetasi penutup, pola hidrologi, dan kerusakan tubuh tanah,
bahkan sampai terbentuk lubang-lubang bekas tambang. Reklamasi lahan bekas
tambang dilakukan dengan cara mengembalikan batuan penutup (overburden) dan
bahan tanah ke dalam lubang bekas tambang tersebut. Penggunaan alat-alat berat
dalam kegiatan ini memberikan efek negatif terhadap sifat fisik tanah seperti
pemadatan tanah. Pencampuran bahan tanah lapisan atas dengan lapisan bawah
juga terjadi pada saat pengembalian bahan tanah bahkan dimungkinkan terjadi
pencampuran bahan tanah dengan bahan induk tanah dan overburden.
2

Pencampuran ini membuat tanah pada lahan bekas tambang mempunyai tingkat
kesuburan yang bervariasi, tetapi pada umumnya rendah. Pada akhir kegiatan ini
akan tampak lahan terbuka yang pada umumnya mempunyai kualitas fisik, kimia,
dan biologi tanah yang buruk.
Kegiatan reklamasi berikutnya adalah revegetasi yang dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan ekosistem lahan bekas tambang terutama kualitas tanah
sehingga dapat pulih mendekati kondisi semula. Namun, usaha reklamasi tersebut
tidaklah mudah karena seringkali mengalami berbagai kendala, seperti kondisi
iklim mikro yang belum sesuai, sifat kimia-fisik batuan limbah (overburden) yang
buruk, sulitnya memperoleh bahan amelioran, top soil yang tidak memadai, dan
banyaknya bahan-bahan beracun (Darwo, 2003). Untuk melihat sejauh mana hasil
dari proses reklamasi terhadap sifat-sifat tanah dan perkembangannya maka perlu
dilakukan penelitian mengenai karakteristik sifat-sifat tanah tersebut pada lahan
reklamasi bekas tambang batubara.

1.2. Tujuan
Mengidentifikasi perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan
adanya peningkatan umur reklamasi lahan bekas tambang batubara dan
membandingkannya dengan tanah hutan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Penambangan Batubara


Menurut UU No. 4 Tahun 2009 yang dimaksud pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Sedangkan
penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/ atau batubara.
Metode penambangan batubara sangat tergantung pada keadaan geologi
daerah (lapisan batuan penutup, batuan dasar batubara, dan struktur geologi),
keadaan lapisan batubara, dan bentuk deposit. Pada dasarnya dikenal dua metode
penambangan batubara yaitu metode tambang bawah tanah dan metode tambang
terbuka. Metode tambang bawah tanah dilakukan dengan jalan membuat lubang
menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang dan membuat lubang bukaan
pada lapisan batubara. Metode tambang terbuka dilakukan dengan mengupas
material penutup batubara (Sukandarrumidi, 2010).
Kegiatan penambangan batubara dapat berdampak pada rusaknya
ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang tidak
dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti perlindungan tanah, tata
air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam
lingkungan (Suprapto, 2010).
Dalam prakteknya, penambangan terbuka dilakukan dalam beberapa tahap
penambangan, seperti land clearing, pembongkaran dan pemindahan overburden,
pembersihan dan penambangan batubara, pengangkutan batubara, penghancuran
batubara menjadi ukuran yang dikehendaki, dan reklamasi (Anonim, 2008).

2.2. Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Kepmen ESDM No. 18
4

Tahun 2008). Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu, reklamasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan
dengan tataguna lahan pascatambang. Penentuan tataguna lahan pascatambang
sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain potensi ekologis lokasi
tambang, dan keinginan masyarakat dan pemerintah (Suprapto, 2010).
Reklamasi pada umumnya dilakukan dengan metode back filling, dimana
diusahakan semaksimal mungkin untuk melakukan penutupan kembali lubang
bekas tambang dengan overburden dan bahan tanah hasil penggalian sebelumnya.
Bahan tanah ditimbun pada areal yang akan dilakukan reklamasi setelah
penutupan dengan overburden dengan susunan bahan induk di bagian bawah
kemudian sub soil dan top soil diletakkan paling atas dengan ketebalan ± 1,25 m.
Kompos ditambahkan pada saat lahan akan ditanami tanaman penutup tanah
(cover crop). Setelah kondisi permukaan tanah sudah tertutup dengan baik,
selanjutnya dilakukan penanaman dengan jenis sengon, buah-buahan serta
tanaman kehutanan lainnya. Jenis pohon yang akan ditanam dikoordinasikan
dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya. Secara keseluruhan, reklamasi
meliputi pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (land
scaping), pengaturan/ penempatan bahan tambang nilai ekonomis rendah (low
grade), pengelolaan top soil, pengendalian erosi, dan revegetasi (Anonim, 2008).

2.3. Kondisi Umum Lahan PT Berau Coal Site Binungan Sebelum


Kegiatan Penambangan
Kondisi umum lahan PT Berau Coal sebelum kegiatan penambangan yang
disajikan berikut ini diambil dari Laporan Analisis Dampak Lingkungan PT Berau
Coal Site Binungan Tahun 2008.
2.3.1. Lokasi PT BERAU COAL
Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT Berau Coal berada pada posisi
117 07’ 44,52” BT - 1170 38’ 26,46” BT dan 010 52’ 26,74” LU - 020 25’ 09,78”
0

LU. PT Berau Coal memiliki perjanjian kontrak karya dengan pemerintah


Indonesia, dimana konsesi tambang batubara terdapat pada daerah seluas
5

121.559,10 ha meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Berau di provinsi


Kalimantan Timur.
PT. Berau Coal saat ini memiliki tiga lokasi karya dan salah satu lokasi
yang menjadi daerah penelitian adalah Binungan Mine Operation, berproduksi
sejak tahun 1995. Site Binungan terletak pada koordinat 1020 35’ 02” - 1020 37’
03” BT dan 030 53’ 35” LU - 030 55’ 37” LU. Daerah Binungan secara
administratif terletak di daerah Tanjung Redeb, Kecamatan Pegat Bukur,
Kabupaten Dati II Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Site Binungan Mine


Operation (BMO)

Gambar 1. Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara


(PKP2B) PT Berau Coal

2.3.2. Iklim dan Curah Hujan


Berdasarkan data iklim daerah Berau yang bersumber dari stasiun BMG
Kalimarau selama 10 tahun (periode 1995 sampai 2005), lokasi PT Berau Coal
Site Binungan termasuk kedalam tipe iklim A atau sangat basah (Schmidt dan
Ferguson, 1951) atau tipe Af (Koppen) dengan nilai Q = 0.00 (tanpa bulan kering,
yaitu bulan dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm).
Jumlah curah hujan dan hari hujan rata-rata per tahun masing-masing
sebesar 2216.18 mm dan 215 hari. Jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan
Desember yaitu sebesar 231.71 mm dan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 127.82 mm.
6

2.3.3. Kondisi Geologi


Daerah Binungan termasuk dari cekungan Berau yang merupakan anak
cekungan (sub basin) dari cekungan Tarakan. Cekungan Berau, didominasi oleh
batuan sedimen klastik halus sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat.
Lingkungan pengendapan dimulai dari proses pengangkatan (transgresi) pada
zaman Eosen sampai Miosen Awal. Pada zaman Miosen Tengah terjadi
penurunan (regresi) dan dilanjutkan dengan pengendapan progradasi ke arah
timur dan membentuk endapan delta yang menutupi Prodelta dan Bathyal.
Cekungan ini mengalami penurunan secara aktif pada zaman Miosen sampai
Pliosen.
Secara umum, geologi daerah Binungan terbentuk dari bebatuan Formasi
Lati. Batuannya berupa sedimen deltaik yang terdiri dari fraksi klastik halus serta
lapisan batubara. Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan dominasi batuan
sedimen secara berurutan adalah batulanau (batudebu), batuliat, batupasir, dan
batubara.

2.3.4. Fisiografi Lahan


Kabupaten Berau merupakan daerah yang memiliki bentuk lahan
perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi antara 5-100 m di atas permukaan
laut. Daerah sekitar Tanjung Redeb merupakan area dataran dengan elevasi antara
5-10 m. Perbukitan terjal terdapat di sebelah selatan yang merupakan perbukitan
batu kapur. Daerah Binungan umumnya mempunyai bentuk lahan dataran hingga
dataran berbukit kecil (hillocky) dengan punggung paralel yang curam.

2.3.5. Keadaan Tanah Sebelum Kegiatan Penambangan


2.3.5.1 Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat pada areal lahan PT Berau Coal Site Binungan
menunjukkan perkembangan yang sedang hingga lanjut, berasal dari batuan
sedimen, tersebar dari bentuk lahan dataran hingga perbukitan. Terdapat dua order
tanah pada daerah konsesi PT Berau Coal Site Binungan, yaitu Inceptisol dan
Ultisol.
7

Tanah Inceptisol berasal dari batuan sedimen, yang mengandung mineral


campuran dengan tingkat sementasi batuan lemah. Tanah Inceptisol ini
diklasifikasikan kedalam 2 great group yaitu Tropaquepts dan Dystropepts (Soil
Survey Staff, 1995). Tanah Ultisol berasal dari batuan sedimen yang mengandung
mineral masam dengan tingkat sementasi batuan keras. Tanah Ultisol ini
diklasifikasikan kedalam great group tanah Tropudults (Soil Survey Staff, 1995).
Berikut diuraikan sifat-sifat tanah di lokasi PT Berau Coal Site Binungan
sebelum kegiatan penambangan.

2.3.5.2. Sifat Fisik Tanah


Data sifat fisika tanah lokasi PT Berau Coal Site disajikan dalam Tabel
Lampiran 1.
a. Tekstur Tanah dan Bobot Isi (bulk density)
Tekstur tanah lapisan atas (0-20 cm) umumnya lempung liat berpasir
(SCL), sedangkan tanah lapisan bawah (20-60 cm) terdiri atas lempung berdebu
(SiL), lempung liat berpasir (SCL) hingga liat berlempung (CL). Kandungan liat
tanah pada lapisan atas berkisar 20.71-26.97 %, sedangkan pada lapisan bawah
berkisar 21.11-32.42 %. Bobot isi tanah pada lokasi PT Berau Coal Site Binungan
berkisar 1.17-1.67 g/cm3 (rata-rata sebesar 1.32 g/cm3).

2.3.5.3. Sifat Kimia Tanah


Data sifat kimia tanah lokasi PT Berau Coal Site disajikan dalam Tabel
Lampiran 2.
a. Reaksi Tanah (pH), Al-dd, dan H-dd
Reaksi tanah (pH H2O) lapisan atas (0-20 cm) berkisar dari sangat masam
sampai masam (4.09-4.64), dengan rata-rata sebesar 4.34 (sangat masam). Pada
lapisan tanah bawah (20-60 cm) juga menunjukkan reaksi sangat masam sampai
masam (4.32-4.64) dengan rata-rata sebesar 4.49 (sangat masam).
Rata-rata aluminium dan hidrogen dapat tukar pada tanah lapisan atas (0-
20 cm) adalah masing-masing sebesar 2.06 me/100g dan 1.44 me/100g sedangkan
pada tanah lapisan bawah (20-60 cm) masing-masing sebesar 2.96 me/100g dan
1.64 me/100g.
8

b. C-organik, N-total, P-tersedia dan K-tersedia


Kandungan C-organik tanah lapisan atas (0-20 cm) berkisar 0.65-1.41 %
(sangat rendah sampai rendah), dengan rata-rata sebesar 1.02 % (rendah).
Kandungan C-organik tanah lapisan bawah (20-60 cm) berkisar 0.34-0.53 %
(sangat rendah), dengan rata-rata sebesar 0.44 % (sangat rendah). Kandungan N-
total tanah lapisan atas berkisar dari 0.05-0.07 % (sangat rendah) dan tanah
lapisan bawah berkisar 0.04-0.06 % (sangat rendah). Rata-rata kandungan P dan K
tersedia tanah pada lapisan atas masing-masing secara berurutan sebesar 2.96 ppm
P2O5 (2.40-3.20 ppm P2O5) dan 59.72 ppm K2O (36.80-111.34 ppm K2O).
c. Basa-Basa Dapat Ditukar dan Kapasitas Tukar Kation
Rata-rata kandungan Ca-dd tanah lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan
bawah (20-60 cm) masing-masing sebesar 1.44 me/100g (rendah) dan 1.25
me/100g (rendah). Rata-rata kandungan Mg-dd tanah lapisan atas dan lapisan
bawah masing-masing sebesar 0.79 me/100g (rendah) dan 1.20 me/100g (sedang).
Sementara itu, rata-rata kandungan K-dd dan Na-dd tanah lapisan atas masing-
masing sebesar 0.25 me/100 g (rendah) dan 0.37 me/100g (sedang). Kandungan
K-dd dan Na-dd tanah lapisan bawah lebih rendah dibandingkan tanah lapisan
atas. Rata-rata total kation basa (TKB) tanah lapisan atas sebesar 2.86 me/100g
dan tanah lapisan bawah sebesar 1.99 me/100g. Nilai KTK tanah lapisan atas
berkisar 3.75 me/100g (sangat rendah) sampai 14.99 me/100g (rendah), pada
tanah lapisan bawah adalah berkisar 4.54 me/100g (sangat rendah) sampai 20.61
me/100g (sedang).
d. Kejenuhan Aluminium dan Kejenuhan Basa
Kejenuhan aluminium tanah lapisan atas berkisar dari 5.95-37.33 %
(rendah sampai tinggi), dengan rata-rata sebesar 23.40 % (tinggi), sedangkan pada
tanah lapisan bawah berkisar 4.54-28.82 % (sangat rendah sampai tinggi), dengan
rata-rata sebesar 20,60 % (tinggi). KB tanah lapisan atas berkisar dari 7.90 %
(sangat rendah) sampai 85.13 % (sangat tinggi). Sedangkan pada tanah lapisan
bawah berkisar dari 4.54 % (sangat rendah) sampai 18.34 % (sangat rendah).
9

2.4. Sifat-Sifat Tanah


2.4.1. Sifat Fisika Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu, dan liat dalam
massa tanah. Fraksi pasir berukuran 2-0.05 mm, fraksi debu berukuran 0.05-0.002
mm, dan fraksi liat berukuran < 0.002 mm. Tekstur tanah merupakan suatu sifat
tanah yang relatif kekal dibandingkan sifat tanah lainnya dan mempunyai
hubungan erat dengan sifat-sifat tanah yang lain seperti kapasitas menahan air,
porositas, kecepatan infiltrasi serta pergerakan air dan udara dalam tanah
(Soedarmo dan Djojoprawiro, 1986). Selain itu, tekstur tanah juga mempengaruhi
kapasitas tukar kation tanah (Soepardi, 1983).
Bobot isi (Bulk Density) menunjukkan perbandingan antara bobot tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Satuan bobot isi
biasanya ditunjukkan dalam satuan gram/cm3. Bobot isi pada tanah dengan tekstur
halus berkisar antara 1.0-1.3 g/cm3, pada tanah dengan tekstur kasar berkisar
antara 1.3-1.8 g/cm3 (Soekardi, 1984), dan pada tanah dengan bahan organik
tinggi seperti Andisol sekitar 0.85 g/cm3 (Tan, 1991). Secara umum, tanah-tanah
bertekstur halus mempunyai bobot isi lebih rendah daripada tanah bertekstur kasar
(Soepardi, 1983). Perkembangan struktur yang lebih baik pada tanah dengan
tekstur liat membuat bobot isi pada tanah ini lebih rendah dibandingkan dengan
tanah berpasir (Foth dan Turk, 1972).
Bobot isi tanah ditentukan oleh struktur, ruang pori, padatan tanah dan
kandungan bahan organik (Soepardi, 1983). Bobot isi akan berubah dengan
adanya pengelolaan sisa tanaman dan pengolahan tanah. Dengan adanya tanaman
penutup atau pupuk hijau akan terjadi perbaikan agregasi yang dapat menurunkan
bobot isi tanah (Soekardi, 1984).
Menurut Arsyad (2009), kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah
menampung air yang masuk kedalam tanah per satuan waktu yang dinyatakan
dalam satuan mm/jam atau cm/jam. Kapasitas infiltrasi merupakan laju infiltrasi
maksimum atau potensial.
Sifat-sifat tanah yang menentukan kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori
yang halus, kemantapan pori, kandungan air, dan profil tanah (Arsyad, 2009).
Selain itu, vegetasi yang ada juga mempengaruhi besarnya kapasitas infiltrasi
10

tanah (Haridjaja et al., 1990). Hal ini disebabkan aktivitas biota tanah seperti
aktivitas akar tanaman dan organisme tanah mempengaruhi pembentukan agregat
tanah. Banyaknya perakaran meningkatkan granulasi dan aktivitas
mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan kestabilan
struktur tanah. Sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan dapat membantu
menaikkan permeabilitas tanah dan kapasitas infiltrasi (Asdak, 2002).
Menurut Soepardi (1983), ukuran pori, distribusi ukuran pori, tortousitas
dan kesinambungan pori merupakan faktor penting sebagai penentu pergerakan
air dalam tanah. Granulasi pada tanah bertekstur halus akan memperlancar aerasi.
Hal ini bukan karena bertambahnya jumlah pori, tetapi karena bertambahnya
perbandingan antara jumlah pori makro dengan jumlah pori mikro. Meningkatnya
pori makro akan menyebabkan aerasi membaik dan laju infiltrasi meningkat.
Kapasitas infiltrasi tanah diklasifikasikan menjadi tujuh kategori seperti
tertera pada Tabel 1 (Kohnke, 1968).
Tabel 1. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Tanah

Kelas Kategori Infiltrasi Kapasitas Infiltrasi (cm/jam)


1 Sangat lambat <0.1
2 Lambat 0.1 – 0.5
3 Agak lambat 0.5 – 2.0
4 Sedang 2.0 – 6.0
5 Agak Cepat 6.0 – 12.5
6 Cepat 12.5 – 25.0
7 Sangat cepat >25.5

2.4.2. Sifat Kimia Tanah


Profil tanah alami memiliki lapisan tanah atas yang mengandung sumber
bahan organik serta unsur-unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan
tanaman. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya
memerlukan waktu ratusan tahun dianggap sebagai penyebab utama buruknya
tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan (Setiadi, 1996).
Reaksi tanah (pH) menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu
tanah. Nilai pH dipengaruhi oleh kelarutan ion H dalam larutan tanah. Istilah pH
11

didefinisikan negatif dari logaritma konsentrasi ion hidrogen di dalam tanah


(Anwar dan Sudadi, 2007). Jika di dalam tanah ditemui konsentrasi ion H+ lebih
banyak dari ion OH- maka tanah tersebut bereaksi masam (pH < 7). Jika
konsentrasi ion OH- lebih banyak dari ion H+ maka tanah tersebut bereaksi basa
(pH > 7). Jika konsentrasi ion H+ sama dengan ion OH- maka tanah tersebut
bereaksi netral (pH = 7) (Soepardi, 1983).
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah yaitu kemasaman
aktif dan potensial. Kemasaman tanah aktif adalah kemasaman yang disebabkan
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Kemasaman tanah
inilah yang terukur pada pengukuran pH. Reaksi tanah potensial adalah
kemasaman yang disebabkan banyaknya kandungan hidrogen dan aluminium
dalam kompleks jerapan serta alumunium dalam larutan tanah. Nilai pH
dipengaruhi oleh kejenuhan basa, jenis koloid, dan jenis kation terjerap (Soepardi,
1983).
Bahan organik tanah adalah senyawa organik dalam tanah yang mencakup
bahan organik yang telah mengalami dekomposisi baik sebagian ataupun
keseluruhan, produk-produk dekomposisi sebagiannya, bahan organik yang telah
mengalami resistensi secara kimia maupun biologi dalam tanah, bahan humik, dan
biomassa mikrob tanah diluar bagian tumbuhan dan hewan yang belum/ tidak
terlapuk (Anwar dan Sudadi, 2007). Kandungan bahan organik untuk tanah
mineral pada umumnya adalah ≤ 5 % dari bobot tanah total dan berkisar ≥ 20%
untuk tanah organik (Soepardi,1983).
Bahan organik dan mikrob dapat mempengaruhi hubungan keseimbangan
dalam tanah. Organisme hidup menggunakan unsur-unsur dari larutan tanah untuk
membangun jaringan tubuhnya. Kemudian unsur hara dalam tanah dapat
diuraikan kembali dengan dekomposisi bahan organik atau dekomposisi dari
organisme yang telah mati (Lindsay, 1979). Perombakan bahan organik oleh
mikrob pengurai dapat membebaskan karbon (CO2, CH4, dan C), nitrogen (NH4+,
NO2-, dan NO3-), sulfur (S, H2S, SO32-, SO42-), fosfor (H2PO4- dan HPO42-), dan
unsur-unsur lainnya seperti K+, Ca2+, Mg2+ dan Na+ (Soepardi, 1983).
Nitrogen di dalam tanah berada dalam bentuk anorganik (NH4+, NO2-,
NO3-, N2O, NO dan N2) dan dalam bentuk organik (protein, asam amino bebas,
12

dan kompleks lainnya). Sekitar 95 % nitrogen di lapisan atas tanah berada dalam
bentuk organik (Tisdale et al., 1985). Oleh karena itu, sebagian besar nitrogen di
dalam tanah dihasilkan dari dekomposisi bahan organik (Lindsay, 1979).
Mineralisasi nitrogen organik merupakan cara untuk menghasilkan
nitrogen inorganik yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Proses mineralisasi ini
terdiri dari tiga langkah yaitu aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Aminisasi
dan amonifikasi dilakukan oleh mikroorganisme heterotrof dan nitrifikasi
dilakukan oleh bakteri autotrof (Tisdale et al., 1985). Nitrogen di dalam tanah
akan digunakan oleh tanaman dan jazad mikro, hilang bersama air drainase
(leaching), dan hilang ke atmosfer dalam bentuk gas (Soepardi, 1983).
Menurut Bradshaw dan Chadwick (1980), keseimbangan hara tanaman
menjadi terganggu akibat kegiatan pertambangan, sementara kelarutan unsur-
unsur yang meracuni tanaman meningkat dan ketersediaan hara N pada tanah
galian tambang pada umumnya sangat rendah, walaupun pada beberapa tempat
memiliki jumlah N total yang tinggi. Namun demikian, N tetap tidak cukup
tersedia untuk usaha revegetasi.
C/N rasio dalam bahan organik yang terdapat dalam top soil biasanya
berkisar antara 8:1 dan 15:1, dengan nilai rata-rata 10:1 sampai 12:1. C/N rasio
berbeda-beda pada suatu daerah dengan daerah lainnya tergantung iklim daerah
tersebut sehingga C/N rasio dari tanah ke tanah lain juga berbeda. Perbedaan ini
berkaitan terutama suhu dan curah hujan. C/N rasio mempunyai arti penting bagi
tanah, yaitu persaingan yang terjadi jika bahan organik mempunyai C/N rasio
yang tinggi dimasukkan ke dalam tanah dan sifat kestabilan nisbah ini dalam
tanah. Dengan berlangsungnya pelapukan, karbon dan nitrogen dapat hilang
melalui penguapan sedangkan nitrat hilang melalui pencucian atau diserap
tanaman. Pada suatu saat kecepatan hilangnya kedua unsur ini akan berbanding
lurus (sama). Pada saat ini apapun yang terjadi nisbah karbon dan nitrogen
menjadi mantab (Soepardi, 1983).
Fosfor dalam tanah terdiri dari fosfor anorganik dan fosfor organik. Fosfor
anorganik berupa mono-, di-, dan trikalsium fosfat, senyawa apatit, dan senyawa
fosfat yang berikatan dengan besi dan alumunium. Fosfor organik berasal dari
fitin, asam nukleat, dan fosfolipid (Tisdale et al., 1985). Fosfor dalam tanah tidak
13

bergerak dan rendah ketersediannya. Hal ini disebabkan fosfor terikat oleh liat,
bahan organik serta oksida Fe dan Al pada tanah dengan pH rendah dan oleh Ca
dan Mg pada tanah dengan pH tinggi (Tan, 1991).
Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh pH tanah, kelarutan dan
adanya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan, ketersediaan
kalsium, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, dan kegiatan jazad mikro
(Soepardi, 1983).
Kandungan kalsium dalam tanah mendekati 1.37 % bobot tanah dan
dipengaruhi oleh bahan induk dan curah hujan. Pelapukan lanjut dan curah hujan
yang tinggi menyebabkan hilangnya kalsium dari tanah (Lindsay, 1979). Kalsium
diperoleh dari pelapukan mineral kalsit, dolomit, anortit, augit, hornblende, biotit,
apatit, dan epidotit. Dalam larutan tanah kalsium akan mengalami pencucian,
diserap tanaman, dijerap liat, dan mengendap menjadi mineral sekunder. Faktor
yang mempengaruhi ketersediaan kalsium yang dapat diserap oleh tanaman
adalah total ketersediaan kalsium dalam tanah, pH tanah, kapasitas tukar kation
(KTK), tipe koloid tanah, perbandingan jumlah kalsium dengan kation terlarut
seperti magnesium. (Tisdale et al., 1985).
Kandungan magnesium dalam tanah berkisar 0.5 % bobot tanah (Lindsay,
1979). Magnesium dihasilkan oleh pelapukan mineral primer seperti biotit,
dolomit, hornblende, olivin, dan serpentin. Magnesium selalu ditemukan pada
mineral liat sekunder klorit, illit, montmorillonit, dan vermikulit. Seperti kalsium,
magnesium dalam larutan tanah mengalami pencucian, diserap tanaman, dijerap
liat, dan mengendap menjadi mineral sekunder (Tisdale et al., 1985). Ketersediaan
magnesium dipengaruhi oleh pH, kejenuhan Mg, perbandingan dengan kation lain
terutama Ca dan K serta tipe liat (Jones, 1979).
Kandungan kalium dalam tanah rata-rata 0.83 % dari bobot tanah
(Lindsay, 1979). Kalium dihasilkan dari pelapukan batuan yang mengandung
mineral feldspar, mikan, dan sebagainya. Kalium dalam tanah digolongkan
menjadi tiga macam yaitu kalium yang relatif tidak tersedia (felspar, mika, dan
sebagainya), kalium lambat tersedia (K tidak dipertukarkan), dan kalium segera
tersedia (K dapat dipertukarkan dan K dalam larutan tanah). Ketersediaan kalium
14

di dalam tanah dipengaruhi oleh penambahan kalium dari luar, fiksasi kalium,
pencucian, dan organisme hidup pada tanah tersebut (Soepardi, 1983).
Kandungan natrium dalam tanah diperkirakan 0.63 % bobot tanah
(Lindsay, 1979). Natrium ditemukan di dalam tanah dalam tiga bentuk yaitu
bentuk terfiksasi oleh Si yang tidak larut, bentuk yang dapat dipertukarkan pada
struktur mineral lain, dan bentuk yang larut di dalam tanah. Pada kebanyakan
tanah, sebagian besar natrium berada dalam bentuk silikat. Di daerah semiarid dan
arid, natrium berada dalam bentuk silikat sama banyaknya dengan NaCl, NaSO4,
dan kadang-kadang sebagai Na2CO3 serta garam terlarut lainnya (Tisdale et al.,
1985).
Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda
untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara
dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalen biasanya diikat lebih kuat daripada ion-
ion monovalen sehingga akan di lebih sulit dipertukarkan. Besar kecilnya
kapasitas tukar kation (KTK) tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran serta pemupukan
(Tan,1991).

2.4.3 Sifat Biologi Tanah


Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikrob tanah terdiri
dari bakteri (autotrof dan heterotrof), aktinomicetes, fungi, ganggang (algae), dan
protozoa (Rao, 1994). Menurut Sutedjo et al. (1996), diantara beberapa faktor
yang berpengaruh atas berlimpahnya populasi mikrob dalam tanah, yang paling
penting yaitu bahan organik, pH, kelembaban tanah, temperatur tanah, aerasi
tanah dan keadaan alami pertumbuhan tanaman. Keadaan berlimpahnya mikrob
dan penyebarannya di dalam tanah dan juga komposisi populasi pada tipe-tipe
tanah yang berbeda, terutama dipengaruhi oleh penambahan bahan organik.
Bakteri merupakan kelompok mikrob dalam tanah yang paling dominan
dan mungkin meliputi separuh dari biomassa mikroba dalam tanah. Bakteri
terdapat dalam segala macam tipe tanah, tetapi populasinya menurun dengan
bertambahnya kedalaman tanah (Rao, 1994).
15

Fungi merupakan mikrobia eukariotik, morfologinya berbentuk benang/


hifa (kumpulan hifanya disebut miselium), termasuk mikroba aerobik dan
tergolong heterotrof. Fungi memperbanyak diri dengan cara aseksual dan seksual.
Fungi kebanyakan terdapat pada tanah bereaksi masam. Meski demikian, ada juga
fungi yang terdapat pada tanah netral atau tanah alkalin. Pemberian pupuk
anorganik dapat merubah populasi fungi di dalam tanah. Penambahan bahan
organik ke dalam tanah berpengaruh pula terhadap jumlah populasi fungi, karena
fungi bersifat heterotrof (Ma’shum et al., 2003).
Ma’shum et al. (2003) mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti
pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organik dan kelembaban tanah
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi
Pengukuran respirasi mikrob tanah merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrob tanah. Tingkat respirasi
yang diukur dari besarnya CO2 yang dikeluarkan merupakan indikator yang baik
bagi aktifitas mikrob tanah (Anas, 1989). Menurut Ma’shum et al. (2003),
peranan mikrob dalam tanah ditunjukkan dalam aktifitasnya dalam memperbaiki
struktur tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Berkaitan dengan
pembentukan struktur remah, mikrob berperan sebagai pembangun agregat tanah
yang mantap. Hal ini dikarenakan hifa-hifa dari fungi dapat mengikat antar
pertikel-partikel tanah dan zat-zat kimia yang dihasilkan bakteri seperti asam-
asam organik merupakan bahan perekat partikel tanah (Soepardi, 1983). Dalam
kaitannya dengan peningkatan ketersediaan hara, mikrob berfungsi untuk
mempercepat dekomposisi bahan organik dan sebagai pemacu tingkat kelarutan
senyawa anorganik yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia.

2.5. Penelitian yang Berhubungan dengan Perubahan Sifat-Sifat Tanah


Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Penelitian yang dilakukan Setyawan et al., (2008) pada lahan revegetasi
pasca tambang batubara di PT Bukit Asam menunjukkan bahwa keragaman sifat
fisik dan kimia tanah di lahan reklamasi terjadi karena perubahan umur reklamasi
dan sifat bahan tanah yang digunakan untuk reklamasi lahan bekas tambang.
Stabilitas agregat, laju infiltrasi, dan daur hara (C-organik dan N-total) meningkat,
sedang bobot isi tanah menurun seiring dengan peningkatan umur reklamasi (1, 2,
16

dan 7 tahun). Bobot isi tanah menurun menurut kedalaman tanah (0-2 cm, 2-5 cm,
dan 5-10 cm) sedangkan pH, salinitas, C organik, N total, dan P tersedia menurut
kedalaman tanah. Kondisi lahan reklamasi berumur 7 tahun hampir mendekati
keadaan lahan hutan, hanya saja berbeda dalam kualitas tegakan dan komunitas
vegetasi yang kurang beragam dibandingkan hutan.
Bobot isi menurun secara signifikan dalam kaitannya dengan peningkatan
umur lahan reklamasi pada kedalaman 0-5 cm. Bobot isi pada kedalaman ini di
lahan alami lebih rendah daripada seluruh lahan reklamasi. Selain itu, kandungan
C-organik meningkat di semua kedalaman tanah (0-5 cm dan 5-10 cm) dengan
meningkatnya umur lahan reklamasi dan menurun dengan kedalaman tanah.
Seperti kandungan C-organik, kandungan N-total di kedua kedalaman tersebut
setelah reklamasi meningkat selama 15 tahun pertama dan kemudian berfluktuasi
(Sourkove et al. 2005).
Hasil penelitian Annisa (2010) yang dilakukan pada lahan reklamasi bekas
tambang PT Kaltim Prima Coal menunjukkan bahwa proses reklamasi lahan
bekas tambang mempengaruhi kualitas tanah bekas tambang terutama pH, C-
organik, dan populasi mikrob. Karakteristik kimia yang didapatkan menunjukkan
bahwa nilai pH tanah pada lahan reklamasi (0, 5, 9, dan 13 tahun) dan hutan
dikategorikan masam yang berkisar antara 3.5-4.5. Nilai C-organik yang didapat
untuk setiap lahan reklamasi dan hutan tergolong tinggi berkisar antara 3-5%,
sedangkan nilai N-total yang didapat dari setiap lahan reklamasi berkisar antara
0.1-0.2% dan tergolong rendah. Hasil analisis biologi yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa pada umumnya di setiap umur reklamasi, populasi total
mikrob dan total fungi untuk lapisan tanah 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan
lapisan 20-40 cm, kecuali pada umur reklamasi 0 tahun. Populasi total mikrob
mempengaruhi jumlah CO2 yang dihasilkan.
17

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian lapang dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang batubara PT
Berau Coal Site Binungan, Provinsi Kalimantan Timur pada lahan reklamasi
berumur 0, 3, 6, dan 9 tahun serta lahan hutan. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Fisika Tanah, dan
Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret-Agustus 2010.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
 Contoh tanah lahan reklamasi bekas tambang batubara PT. Berau
Coal yang berumur 0, 3, 6, dan 9 tahun serta lahan hutan.
 Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah yang disesuaikan dengan parameter yang
diteliti.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
 Peralatan lapang seperti cangkul, ring sampel, palu, paralon 6
inchi, polybag/ kantong plastik, kertas label, karet gelang, tali rafia,
karung, aluminium foil, kaleng, pisau lapang, gunting, ice box, pH
paper, 1 set alat safety standar perusahaan tambang, GPS, alat
ukur, dan alat tulis.
 Peralatan analisis laboratorium yang digunakan terdiri dari oven,
alat gelas, alat ukur (seperti pH meter, Spectrophotometer,
Flamephotometer, Atomic Absorbsion Spectrophotometer (AAS),
dan timbangan), ring sample, ayakan, termometer digital,
autoclave, laminar flow, inkubator, cawan petri, dan pipet.
18

3.3. Metode Penelitian


Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :
3.3.1. Penetapan Kapasitas Infiltrasi
Penetapan kapasitas infiltrasi dilakukan langsung di lapang dengan
menggunakan double ring infiltrometer. Penetapan kapasitas infiltrasi pada setiap
lahan reklamasi dilakukan dengan metode transek memotong lereng. Setiap lahan
reklamasi dibagi menjadi 3 transek kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun
yang hanya diambil 1 transek. Setiap satu transek terdiri dari 2 titik pengamatan.
Penetapan kapasitas infiltrasi untuk lahan hutan dilakukan dengan metode acak
dengan 2 titik pengamatan.

3.3.2. Pengambilan Contoh Tanah


Pengambilan contoh tanah dilakukan seperti penetapan kapasitas infiltrasi
yaitu dengan metode transek memotong lereng pada setiap lahan reklamasi. Setiap
lahan reklamasi dibagi menjadi 3 transek kecuali pada lahan reklamasi berumur 0
tahun yang hanya diambil 1 transek karena relatif datar dan homogen. Jarak antar
transek sekitar 20 m. Setiap transek terdiri dari 3-5 titik pengambilan contoh tanah
dengan jarak 50 m antara satu titik dengan yang lainnya. Kecuali contoh tanah
untuk penetapan bobot isi, contoh tanah pada transek yang sama dikompositkan,
dan dianggap sebagai ulangan. Pengambilan contoh tanah pada lahan hutan
dilakukan dengan metode acak.
Pengambilan contoh tanah dibagi menjadi 3, yaitu contoh tanah untuk sifat
fisik, kimia, dan biologi. Pengambilan contoh tanah untuk pengambilan sifat fisik
tanah dilakukan dalam bentuk contoh tanah utuh pada kedalaman 0-10 cm untuk
menentukan bobot isi tanah dan contoh tanah terganggu pada kedalaman 0-2 cm,
2-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm untuk menentukan tekstur tanah dan sifat kimia
tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat biologi yang meliputi total
mikrob dan fungi serta respirasi tanah dilakukan dengan pengambilan contoh
tanah terganggu pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm.
19

3.3.3. Analisis Tanah


Analisis tanah yang dilakukan terdiri dari bobot isi, kapasitas infiltrasi,
tekstur, pH, C-organik, N-total, P-tersedia, basa-basa dapat ditukar, KTK, Al-dd,
total mikrob dan fungi tanah, dan respirasi tanah.

Tabel 2. Seluruh Parameter yang Dianalisis dan Metode Analisis

Parameter Metode Analisis


Sifat Fisik
Bobot Isi Gravimetri
Tekstur Hidrometer
Infiltrasi Double Ring Infiltrometer
Sifat Kimia
pH H2O (1:1) pH meter
C-organik Walkley and Black
N-total Kjeldahl
P-tersedia Ekstraksi Bray I
1 N NH4OAc pH 7.0 diukur dengan
K-dd, Na-dd
Flamephotometer
1 N NH4OAc pH 7.0 diukur dengan AAS
Ca-dd, Mg-dd
(Atomic Absorption Spectrophotometer)
KTK 1 N NH4OAc pH 7
KB (%) (Jumlah Basa-Basa/KTK) x 100%
Al-dd N KCl
Sifat Biologi
Total Mikrob
Cawan Hitung (plate count method).
dan Total Fungi
Respirasi Tanah Verstraete, 1981
20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Sifat Fisik


4.1.1. Bobot Isi dan Kapasitas Infiltrasi
Bobot isi tanah (Tabel 3) terendah terdapat pada lahan hutan dan tertinggi
terdapat pada lahan reklamasi berumur 0 tahun. Bobot isi tanah pada lahan
reklamasi menurun seiring meningkatnya umur reklamasi dan semakin mendekati
bobot isi tanah hutan. Kapasitas infiltrasi (Tabel 3) tertinggi terdapat pada lahan
hutan dan terendah terdapat pada lahan reklamasi berumur 0 tahun. Kapasitas
infiltrasi pada lahan reklamasi memperlihatkan pola peningkatan seiring
meningkatnya umur reklamasi dan semakin mendekati kapasitas infiltrasi tanah
hutan. Hal ini sejalan dengan penelitian Setyawan et al. (2008) pada lahan
revegetasi pasca tambang batubara di PT Bukit Asam, dimana bobot isi menurun
dan kapasitas infiltrasi meningkat dengan meningkatnya umur reklamasi.

Tabel 3. Bobot Isi (Lapisan Atas 0-10 cm) dan Kapasitas Infiltrasi Lahan
Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan
Tahun Bobot Isi Kapasitas Infiltrasi Kategori
Reklamasi (g/cm3) (cm/jam) Kapasitas Infiltrasi

0 1.64 ( n=5) 2.43 (n=2) Sedang


3 1.41 (n=14) 10.60 (n=6) Agak Cepat
6 1.44 (n=16) 10.15 (n=6) Agak Cepat
9 1.33 (n=13) 30.82 (n=6) Sangat Cepat
Hutan 1.19 (n=6) 85.18 (n=2) Sangat Cepat
Keterangan : n = ulangan
Lahan reklamasi berumur 0 tahun merupakan lahan yang baru direklamasi
dengan vegetasi yang ditanam di atasnya hanya berupa legum cover crop dan bibit
tanaman pioner (sengon) yang baru ditanam sehingga pemadatan tanah yang
terjadi pada saat penimbunan tanah yang dilakukan dengan menggunakan alat
berat untuk proses reklamasi belum bisa diperbaiki oleh vegetasi di atasnya.
Selain itu, kontinuitas pori-pori tanah belum berkembang pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun. Hal ini menyebabkan bobot isi lahan reklamasi berumur 0 tahun
paling tinggi dan kapasitas infiltrasi lahan ini paling rendah. Seiring
meningkatnya umur reklamasi terjadi peningkatan pertumbuhan vegetasi dan
21

macam vegetasi yang tumbuh di lahan reklamasi yang menyebabkan


perkembangan pori tanah karena adanya peningkatan aktivitas akar dan
peningkatan bahan organik sehingga terjadi penurunan bobot isi tanah dan
peningkatan kapasitas infiltrasi tanah. Peningkatan aktivitas akar dapat
meningkatkan jumlah pori dalam tanah. Peningkatan produksi bahan organik
seiring dengan meningkatnya umur reklamasi dapat meningkatkan populasi
organisme tanah sehingga aktivitas organisme tanah semakin meningkat
kemudian akan mengakibatkan pori tanah yang terbentuk meningkat. Selain itu,
bahan organik juga dapat berperan sebagai bahan penyemen sehingga
menyebabkan agregat lebih stabil sehingga dapat membuat jumlah pori dan
distribusi ruang pori menjadi stabil. Agregat yang stabil akan menghasilkan
kontinuitas pori tanah menjadi lebih baik sehingga kapasitas infiltrasi meningkat.
Walaupun kapasitas infiltrasi pada lahan reklamasi berumur 9 tahun dan
lahan hutan termasuk dalam kategori yang sama (sangat cepat), tetapi nilainya
jauh berbeda (Tabel 3). Hal ini disebabkan lahan hutan merupakan lahan alami
yang tidak terganggu sehingga kontinuitas pori lahan ini lebih baik dan mantap
dari lahan reklamasi berumur 9 tahun.

4.1.2. Tekstur
Hasil analisis tekstur tanah pada lahan reklamasi dan lahan hutan disajikan
pada Tabel 4. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa tanah pada seluruh
lahan reklamasi dan lahan hutan bertekstur liat pada setiap kedalaman yang
diamati. Fraksi tanah pada setiap kedalaman tanah didominasi oleh faksi liat
dengan kisaran antara 47.38-53.84 %, diikuti fraksi pasir dengan kisaran 32.60-
41.18%, dan terakhir fraksi debu dengan kisaran antara 7.28-16.22 %. Tekstur
tanah pada seluruh lahan reklamasi dipengaruhi oleh bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun pada saat awal proses reklamasi.
Tekstur tanah merupakan suatu sifat tanah yang relatif tidak mudah
berubah (Soedarmo dan Djojoprawiro, 1986). Bahan induk tanah pada daerah
Binungan ini berasal dari batuan sedimen seperti batulanau, batuliat, batupasir.
Bahan induk ini akan menghasilkan tanah yang mempunyai tekstur yang sama
dengan jenis bahan induknya. Sesuai dengan bahan induk, bahan tanah yang
22

digunakan untuk menimbun pada seluruh lahan reklamasi yang diamati dan tanah
hutan berasal dari bahan induk batuliat sehingga tidak ada perbedaan tekstur
tanah antara bahan tanah untuk timbunan dan tanah pada lahan hutan. Ada
sedikit perbedaan antara tekstur tanah pada lahan penelitian dengan tekstur tanah
yang terdapat pada Laporan AMDAL PT Berau Coal Site Binungan (Lampiran
1) yang merupakan tekstur tanah sebelum daerah Binungan ditambang. Hal ini
disebabkan heteroginitas distribusi bahan induk.

Tabel 4. Tekstur Tanah Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan


Lahan Hutan
Umur Tekstur Kelas
Reklamasi Kedalaman Pasir Debu Liat Tekstur
(Tahun) …….%......
0-2 cm 32.60 16.22 51.17 Liat
2-5 cm 32.76 15.94 51.29 Liat
0
5-10 cm 35.36 12.69 51.95 Liat
10-20 cm 34.37 13.91 51.72 Liat
0-2 cm 38.44 10.78 50.78 Liat
2-5 cm 40.53 7.28 52.18 Liat
3
5-10 cm 36.04 11.38 52.58 Liat
10-20 cm 37.95 9.06 52.99 Liat
0-2 cm 41.18 7.31 51.51 Liat
2-5 cm 37.31 12.35 50.34 Liat
6
5-10 cm 39.21 9.88 50.90 Liat
10-20 cm 36.04 10.12 53.84 Liat
0-2 cm 32.83 14.35 52.83 Liat
2-5 cm 39.11 13.51 47.38 Liat
9
5-10 cm 37.22 13.92 48.87 Liat
10-20 cm 37.76 12.76 49.47 Liat
0-2 cm 38.34 11.59 50.07 Liat
2-5 cm 38.12 12.68 49.19 Liat
Hutan 5-10 cm 39.00 11.65 49.35 Liat
10-20 cm 37.57 11.74 50.69 Liat

4.2. Karakteristik Sifat Kimia Tanah


4.2.1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) dan Kejenuhan Al
Nilai pH beserta kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983
disajikan pada Tabel Lampiran 3. Nilai pH seluruh lahan reklamasi dikategorikan
masam dengan nilai pH berkisar 4.9-5.2 dan lahan hutan tergolong sangat masam
sampai masam dengan nilai pH berkisar 4.3-4.5. Gambar 2 menunjukkan bahwa
23

nilai pH seluruh lahan reklamasi lebih tinggi dibandingkan lahan hutan pada
setiap kedalaman tanah yang diamati. Selain itu, nilai pH pada lahan reklamasi
relatif seragam pada setiap umur reklamasi pada setiap kedalaman yang diamati.
Tidak ada proses pengapuran dalam proses reklamasi dan perlakuan awal
reklamasi pada masing-masing lahan reklamasi tidak berbeda. Selain itu,
terjadinya peningkatan kejenuhan basa dapat ditukar dan penurunan kejenuhan
alumuninum akibat peningkatan umur reklamasi belum berpengaruh terhadap
nilai pH tanah reklamasi karena adanya pengaruh daya sangga tanah sehingga
nilai pH lahan pada reklamasi dipengaruhi bahan tanah yang digunakan untuk
menimbun pada masing-masing lahan reklamasi. Nilai pH pada seluruh lahan
reklamasi yang diteliti lebih tinggi dibandingkan pH tanah lahan reklamasi bekas
tambang batubara PT Kaltim Prima Coal yang berkisar 3.5-4.5 (Annisa, 2010).

pH Kej Al (%)
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 0 20 40 60 80

0--2 0--2
Kedalaman (cm)

2--5 2--5

5--10 5--10

10--20 10--20

Lahan Reklamasi Umur 0 Lahan Reklamasi Umur 3 Lahan Reklamasi Umur 6


Tahun Tahun Tahun
Lahan Reklamasi Umur 9 Lahan Hutan
Tahun

Gambar 2. Nilai pH, Kejenuhan Alumunium, dan Al-dd Lahan Reklamasi Umur
0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Nilai Kejenuhan aluminium dan aluminum dapat ditukar seluruh lahan


reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah beserta kriterianya
menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Tabel Lampiran 3.
Kejenuhan alumunium pada kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi berumur 0
tahun, lahan reklamasi berumur 3 tahun, dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar
51.84 %, 55.30 %, dan 47.24 %, lahan reklamasi berumur 6 tahun tergolong
sedang sebesar 22.21 %, dan lahan reklamasi berumur 9 tahun tergolong rendah
sebesar 17.64 %. Alumunium-dd pada kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi
24

berumur 0 tahun sebesar 4.36 me/100g, lahan reklamasi berumur 3 tahun sebesar
4.91 me/100g, lahan reklamasi berumur 6 tahun sebesar 2.87 me/100g, lahan
reklamasi berumur 9 tahun sebesar 2.43 me/100g, dan lahan hutan sebesar 3.86
me/100g.
Kejenuhan alumunium (Gambar 2) lahan reklamasi cenderung menurun
dengan meningkatnya umur reklamasi dan meningkat berdasarkan kedalaman
lapisan tanah yang diamati kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun.
Kejenuhan alumunium pada lahan reklamasi berumur 0 tahun masih dipengaruhi
kejenuhan alumunium bahan tanah timbunan yang digunakan untuk menimbun.
Pola kejenuhan alumunium ini sejalan dengan pola yang dihasilkan oleh nilai
aluminium dapat ditukar. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan peningkatan
basa-basa dapat ditukar sehingga terjadi penurunan alumuniun dapat ditukar dan
pada akhirnya kejenuhan alumunium menurun. Selain itu, peningkatan kapasitas
tukar kation tanah dengan meningkatnya umur reklamasi juga menyebabkan
penurunan kejenuhan alumunium seiring meningkatnya umur reklamasi. Secara
keseluruhan, peningkatan umur reklamasi menyebabkan penurunan kejenuhan
alumunium, bahkan lebih rendah dari lahan hutan setelah lahan reklamasi
berumur 6 tahun.

4.2.2. C-organik, N-total, C/N Rasio, dan P-tersedia


Kandungan C-organik, N-total, C/N rasio dan P-tersedia seluruh lahan
reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah yang diamati beserta
kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Tabel
Lampiran 4. Kandungan C-organik tanah pada kedalaman 0-20 cm pada lahan
reklamasi berumur 0 tahun, lahan reklamasi berumur 3 tahun, dan lahan reklamasi
berumur 6 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0.75 %, 0.50 %, dan 0.63 %, dan
pada lahan reklamasi berumur 9 tahun dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
1.03 % dan 1.31 %. Kandungan N-total tanah pada kedalaman 0-20 cm pada lahan
reklamasi berumur 0 tahun, lahan reklamasi berumur 3 tahun, dan lahan reklamasi
berumur 6 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0.08 %, 0.05 %, dan 0.07 %, dan
pada lahan reklamasi berumur 9 tahun dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
0.10 % dan 0.12 %.
25

C-organik (%) N total (%) P2 05 (ppm)


0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

0--2 0--2 0--2

Kedalam an (cm )
2--5 2--5 2--5

5--10 5--10 5--10

10--20 10--20
10--20

Lahan Reklamasi Umur 0 Lahan Reklamasi Umur 3 Lahan Reklamasi Umur 6


Tahun Tahun Tahun
Lahan Reklamasi Umur 9 Lahan Hutan
Tahun

Gambar 3. Kandungan C-organik, N-total, C/N rasio, dan P tersedia Lahan


Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Gambar 3 menunjukkan kandungan C-organik dan N-total tanah tertinggi


terdapat pada lahan hutan dan kandungan terendah terdapat pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun (kedalaman 0-5 cm) dan lahan reklamasi berumur 3 tahun (5-20
cm). Kandungan C-organik dan N-total meningkat seiring meningkatnya umur
reklamasi dan terlihat pada lahan reklamasi berumur 3 tahun sampai lahan
reklamasi berumur 9 tahun pada setiap kedalaman yang diamati. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya umur reklamasi, kandungan C-organik
dan N-total tanah semakin meningkat, namun umumnya masih rendah dari lahan
hutan. Sourkove et al. (2005) menyatakan bahwa kandungan C-organik dan
kandungan N-total tanah pada kedalaman tanah 0-10 cm setelah lahan direklamasi
meningkat selama 15 tahun pertama.
Peningkatan umur reklamasi menyebabkan pertumbuhan vegetasi dan
macam vegetasi yang tumbuh di lahan reklamasi semakin meningkat sehingga
produksi bahan organik yang dihasilkan juga meningkat. Lahan reklamasi
berumur 0 tahun merupakan lahan reklamasi baru dengan vegetasi yang ditanam
hanya berupa legum cover crop yang ditanam secara baris memotong lereng dan
bibit tanaman sengon. Setelah 3 tahun, tanaman sengon sudah tumbuh agak besar
tetapi kanopi antar tanaman sengon belum rapat dan tumbuh rumput liar yang
menggantikan legum cover crop tetapi belum menutup tanah secara keseluruhan.
Setelah 6 tahun, tanaman sengon sudah tumbuh besar dengan kanopi antar
tanaman sudah rapat dan rumput sudah menutup rapat permukaan tanah. Kondisi
26

vegetasi lahan reklamasi berumur 9 tahun menyerupai kondisi vegetasi lahan


reklamasi berumur 6 tahun.
Peningkatan bahan organik menyebabkan peningkatan kandungan C-
organik yang kemudian akan menyebabkan peningkatan N-total dalam tanah.
Kandungan C-organik dan N-total pada lahan reklamasi berumur 0 tahun
bervariasi tergantung kandungan C-organik dan N-total tanah yang digunakan
untuk menimbun. Peningkatan bahan organik seiring peningkatan umur reklamasi
sampai 9 tahun masih lebih rendah dari kandungan bahan organik tanah hutan.
Vegetasi tanah hutan berupa tanaman-tanaman berkayu sejenis meranti, ulin, dan
sebagainya, dengan tumpukan serasah yang menutupi permukaan tanah. Tanah
hutan ini tidak mengalami gangguan seperti tanah pada lahan reklamasi dan
perkembangannya jauh lebih lama dari tanah lahan reklamasi sehingga kandungan
bahan organik pada tanah hutan lebih tinggi.
Kandungan C-organik pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.70-3.03 %, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 0.49-1.73 %, pada kedalaman 5-10 cm berkisar 0.36-
1.38 %, pada kedalaman 10-20 cm berkisar 0.30-0.95 %. Kandungan N-total pada
kedalaman 0-2 cm berkisar 0.08-0.27 %, pada kedalaman 2-5 cm berkisar 0.06-
0.18 %, pada kedalaman 5-10 cm berkisar 0.05-0.14 %, dan pada kedalaman 10-
20 cm berkisar 0.03-0.09 %. Kandungan C-organik dan N-total menurun dengan
menurunnya kedalaman tanah yang diamati terutama pada lahan reklamasi
berumur 3 sampai 9 tahun dan lahan hutan (Gambar 3). Penurunan ini terlihat
sangat jelas terlihat terutama dari kedalaman 0-2 cm ke 2-5 cm. Hal ini
diakibatkan karena penambahan bahan organik berasal dari atas permukaan tanah
terutama dari vegetasi yang tumbuh di atasnya sehingga kandungan bahan organik
lebih banyak dijumpai pada lapisan 0-2 cm dan menurun menurut kedalaman
tanah yang diamati. Penurunan kandungan bahan organik yang tejadi dengan
menurunnya kedalaman tanah ini menyebabkan kandungan C-organik dan N-total
tanah menurun dengan menurunnya kedalaman tanah yang diamati. Kandungan
C-organik dan-N total pada lahan reklamasi berumur 0 tahun bervariasi menurut
kedalaman tanah yang diamati tergantung kandungan C-organik dan N-total tanah
yang digunakan untuk menimbun.
27

C/N rasio pada kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan reklamasi


tergolong rendah berkisar 8.51-9.97, dan pada lahan hutan tergolong sedang
sebesar 11.80. C/N rasio pada kedalaman 0-2 cm berkisar 8.65-11.40, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 8.55-10.15, pada kedalaman 5-10 cm berkisar 7.43-
9.69, dan pada kedalaman 10-20 cm 8.71-13.49.
C/N rasio (Gambar 3) pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
cenderung menunjukkan nilai yang seragam pada setiap kedalaman yang diamati.
Selain itu, C/N rasio juga relatif seragam dengan penurunan kedalaman tanah
yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan umur reklamasi dan
penurunan kedalaman tanah tidak berpengaruh terhadap C/N rasio tanah. C/N
rasio pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan memperlihatkan bahwa bahan
organik pada keluruh lahan reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman
yang diamati telah terlapuk lanjut dan stabil karena nilainya < 20.
Kandungan P tersedia pada kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan
reklamasi dan lahan hutan tergolong sangat rendah berkisar 4.30-6.05 ppm P2O5.
Tanah pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan bereaksi sangat masam-
masam dengan pH berkisar 4.3-5.2. Keadaan ini membuat P di dalam tanah diikat
oleh ion Al dan Fe sehingga membentuk kompleks Al-P dan Fe-P yang tidak
tersedia bagi tanaman.
Gambar 3 menunjukkan kandungan P tersedia tidak jauh berbeda, bahkan
tanah pada seluruh lahan reklamasi cenderung mengandung P tersedia lebih tinggi
dari tanah hutan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa peningkatan umur
reklamasi tidak berpengaruh terhadap kandungan P tersedia tanah. Hal ini bisa
dilihat dari kandungan P tersedia pada setiap kedalaman tanah yang diamati.

4.2.3. Basa-Basa Dapat Ditukar, KTK, dan KB


Kandungan Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, dan K-dd seluruh lahan reklamasi dan
lahan hutan pada setiap kedalaman tanah beserta kriterianya menurut Pusat
Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Tabel Lampiran 5. Kandungan Ca-dd
pada kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi berumur 0 tahun, lahan reklamasi
berumur 3 tahun, dan lahan hutan tergolong sangat rendah sebesar 0.92 me/100g,
1.11 me/100g, dan 1.00 me/100g, dan lahan reklamasi berumur 6 tahun dan lahan
28

reklamasi berumur 9 tahun tergolong rendah sebesar 3.22 me/100g dan 3.29
me/100g. Kandungan Mg-dd pada kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun dan lahan hutan tergolong sangat rendah sebesar 0.22 me/100g
dan 0.32 me/100g, dan pada lahan reklamasi berumur 3 tahun, lahan reklamasi
berumur 6 tahun, dan lahan reklamasi berumur 9 tahun tergolong rendah sebesar
0.44 me/100g, 0.86 me/100g, dan 0.88 me/100g. Kandungan K-dd pada
kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan tergolong
rendah berkisar 0.19-0.31 me/100g. Kandungan Na-dd pada kedalaman 0-20 cm
pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
0.32 me/100g dan 0.30 me/100g, dan pada lahan reklamasi berumur 3 tahun,
lahan reklamasi berumur 6 tahun, dan lahan reklamasi berumur 9 tahun tergolong
sedang sebesar 0.37 me/100g, 0.44 me/100g, dan 0.38 me/100g.

Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g)


0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0--2 0--2 0--2 0--2


Kedalaman (cm)

2--5 2--5 2--5 2--5

5--10 5--10 5--10 5--10

10--20 10--20 10--20 10--20

Lahan Reklamasi Umur 0 Lahan Reklamasi Umur 3 Lahan Reklamasi Umur 6


Tahun Tahun Tahun
Lahan Reklamasi Umur 9 Lahan Hutan
Tahun

Gambar 4. Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar pada Lahan Reklamasi Umur 0,


3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Gambar 4 menunjukkan kandungan Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd tertinggi


terdapat pada lahan reklamasi berumur 9 tahun kandungan terendah terdapat pada
lahan reklamasi berumur 0 dan lahan hutan. Kandungan Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd
meningkat berdasarkan umur reklamasi kecuali pada lahan reklamasi umur 0
tahun. Kandungan Na-dd tertinggi terdapat pada lahan reklamasi berumur 6 tahun
dan kandungan Na-dd paling rendah terdapat pada lahan reklamasi berumur 0
29

tahun dan tanah hutan. Kandungan Na-dd meningkat berdasarkan umur reklamasi
sampai umur 6 tahun reklamasi pada setiap lapisan tanah.
Kandungan basa-basa dapat ditukar pada lahan reklamasi meningkat
dengan meningkatnya umur reklamasi (Gambar 4). Hal ini disebabkan bahan
tanah yang digunakan untuk menimbun pada saat awal proses reklamasi
merupakan bahan tanah yang masih segar yang berasal dari subsoil atau bahan
induk karena top soil hilang pada saat land clearing. Bahan segar ini mengandung
mineral-mineral yang merupakan sumber basa-basa dapat ditukar yang berasal
dari endapan karbonat yang bersama batuan sedimen merupakan batuan induk
pada daerah Binungan sebelum dilakukan penambangan. Bahan segar ini pada
umumnya mengandung mineral-mineral yang belum terlapuk lebih banyak dari
top soil. Proses reklamasi menyebabkan bahan segar ini berada di permukaan dan
mengalami hancuran iklim yang intensif. Hancuran ini menyebabkan pelapukan
mineral-mineral yang akan melepaskan basa-basa dapat ditukar. Peningkatan
umur reklamasi menyebabkan meningkatnya aktivitas pelapukan sehingga terjadi
peningkatan basa-basa dapat ditukar. Peningkatan umur reklamasi juga
menyebabkan peningkatan kapasitas tukar kation sehingga terjadi peningkatan
penjerapan basa-basa dapat ditukar. Penjerapan ini membuat basa-basa tidak
mudah tercuci dan hilang dari tanah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
peningkatan basa-basa dapat ditukar dengan meningkatnya umur reklamasi.
Selain itu, perbedaan bahan tanah yang digunakan untuk menimbun juga ikut
berpengaruh terhadap peningkatan basa-basa dapat ditukar. Perbedaan bahan
tanah timbunan ini akan menyebabkan perbedaan kandungan mineral belum
terlapuk dan kandungan awal basa-basa dapat ditukar pada bahan tanah tersebut.
Pengaruh perbedaan bahan tanah yang digunakan terlihat jelas pada Ca-dd dan
Mg-dd dimana kandungan kedua unsur tersebut sangat jauh berbeda antara lahan
reklamasi berumur 6 dan 9 tahun dibandingkan lahan reklamasi berumur 0 dan 3
tahun.
Tanah hutan merupakan lahan yang berumur jauh lebih tua dari lahan
reklamasi. Curah hujan yang tinggi dan pelapukan yang intensif terutama di
daerah tropis akan mencuci basa-basa dapat ditukar dari permukaan tanah (top
soil) ke lapisan tanah yang lebih dalam (Soepardi, 1983). Rendahnya basa-basa
30

dapat ditukar pada lahan hutan disebabkan adanya proses pencucian basa-basa
tersebut yang lebih intensif dalam waktu yang lebih lama dari lahan reklamasi.
Kandungan Ca-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.53-3.83 me/100g,
pada kedalaman 2-5 cm berkisar 0.53-3.54 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm
berkisar 1.02-5.55 me/100g, dan pada kedalaman 10-20 cm 0.99-2.67 me/100g.
Kandungan Mg-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.20-1.04 me/100g, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 0.04-1.19 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm berkisar
0.29-1.05 me/100g, dan pada kedalaman 10-20 cm berkisar 0.11-0.72 me/100g.
Kandungan K-dd pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.18-0.48 me/100g, pada
kedalaman 2-5 cm berkisar 0.19-0.34 me/100g, pada kedalaman 5-10 cm berkisar
0.18-0.30 me/100g, dan pada kedalaman 0.18-0.33 me/100g. Kandungan Na-dd
pada kedalaman 0-2 cm berkisar 0.31-0.63 me/100g, pada kedalaman 2-5 cm
berkisar 0.29-0.46 me/100g, pada kedalaman 5-10 berkisar 0.31-0.37 me/100g,
dan pada kedalaman 5-10 cm berkisar 0.27-0.44 me/100g.
Kandungan Ca-dd pada seluruh lahan reklamasi meningkat sampai
kedalaman 10 cm kemudian menurun sampai kedalaman 20 cm dan pada lahan
hutan kandungan Ca-dd cenderung seragam pada kedalaman tanah yang diamati
kecuali pada kedalaman 2-5 cm yang mempunyai nilai terkecil. Kandungan Mg-
dd pada seluruh lahan reklamasi seragam sampai kedalaman 10 cm kemudian
menurun sampai kedalaman 20 cm dan pada lahan hutan kandungan Mg-dd turun
dari kedalaman 0-2 cm sampai kedalaman 2-5 cm kemudian meningkat sampai
kedalaman 20 cm. Kandungan K-dd pada lahan reklamasi berumur 3 sampai 9
tahun dan lahan hutan tertinggi terdapat pada kedalaman 0-2 cm kemudian
menurun seragam seiring menurunnya kedalaman tanah, dan pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun meningkat seiring menurunnya kedalaman tanah. Kandungan
Na-dd relatif seragam pada seluruh kedalaman tanah kecuali pada lahan reklamasi
berumur 3 tahun yang menurun menurut kedalaman tanah yang diamati.
Secara keseluruhan, pola penyebaran basa-basa dapat ditukar berdasarkan
penurunan kedalaman bervariasi antara unsur yang satu dengan yang lain. Hal ini
diakibatkan intensitas pelapukan yang berbeda-beda pada masing kedalaman dan
kandungan mineral-mineral yang mengandung basa-basa dapat ditukar sangat
bervariasi antar kedalaman yang diamati.
31

Nilai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa seluruh lahan reklamasi
dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah beserta kriteranya menurut Pusat
Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Tabel Lampiran 6. Kapasitas Tukar
Kation pada kedalaman 0-20 cm pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
tergolong rendah berkisar 8.82-14.47 me/100g. Kejenuhan basa pada lahan
reklamasi berumur 0 tahun, 3 tahun, dan lahan hutan tergolong rendah sebesar
19.68%, 24.48 %, dan 23.46 %, dan lahan reklamasi berumur 6 tahun dan 9 tahun
tergolong sedang sebesar 37.04 % dan 35.99 %.

KTK (me/100g) KB (%)


0 3 6 9 12 15 18 21 0 10 20 30 40 50 60

0--2 0--2
Kedalaman (cm)

2--5 2--5

5--10 5--10

10--20 10--20

Lahan Reklamasi Umur 0 Lahan Reklamasi Umur 3 Lahan Reklamasi Umur 9


Tahun Tahun
Tahun Tahun
Lahan Reklamasi Umur 6 Lahan Hutan
Tahun

Gambar 5. Nilai KTK dan KB Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun,


Lahan Hutan.

Gambar 5 menunjukkan lahan reklamasi berumur 9 tahun memiliki nilai


KTK tertinggi dan nilai KTK terendah terdapat pada lahan reklamasi berumur 0
tahun. Nilai KTK cenderung meningkat dengan meningkatnya umur reklamasi
dan menurun menurut kedalaman. Hal ini disebabkan perbedaan bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun. Nilai KB tertinggi terdapat pada lahan reklamasi
umur 9 tahun dan nilai KB terendah terdapat pada lahan reklamasi umur 0 tahun.
Kejenuhan basa pada lahan reklamasi meningkat dengan bertambahnya umur
reklamasi pada setiap lapisan tanah. Nilai KB cenderung meningkat sampai
kedalaman 10 cm kemudian turun pada setiap umur reklamasi. Peningkatan basa-
basa seiring meningkatnya umur reklamasi menyebabkan peningkatan kejenuhan
basa.
32

4.3. Karakterisasi Sifat Biologi Tanah


4.3.1. Total Mikrob dan Fungi
Hasil analisis total mikrob dan fungi tanah pada seluruh lahan reklamasi
dan lahan hutan disajikan Tabel Lampiran 8. Total mikrob pada seluruh lahan
reklamasi dan lahan hutan pada kedalaman 0-10 cm berkisar 12.03-22.50 x 106
SPK/g BKM dan pada kedalaman 10-20 cm berkisar 10.65-21.24 x 106 SPK/g
BKM. Total fungi pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan pada kedalaman
0-10 cm berkisar 4.41-8.66 x 104 SPK/g BKM dan pada kedalaman 10-20 cm
berkisar 4.77-10.75 x 104 SPK/g BKM.
Total mikrob pada lahan hutan alam Taman Nasional Gunung Leuser,
Seksi Besitang sebesar 47.17 x 107 SPK/g BKM pada kedalaman 0-10 cm dan
32.32 x 107 SPK/g BKM pada kedalaman 10-20 cm (Ardi, 2009). Penelitian yang
dilakukan oleh Arimurti (1997) mengenai populasi dan aktivitas mikroorganisme
tanah pada berbagai penggunaan lahan menunjukkan bahwa penggunaan lahan
yang berupa kebun karet rakyat mempunyai total mikrob terendah dibandingkan
hutan primer, hutan sekunder, ladang berpindah, dan padang alang-alang dengan
nilai sebesar 2.54 x 106 SPK/g BKM pada kedalaman 0-5 cm dan 0.64 x 106
SPK/g BKM. Hal ini menunjukkan bahwa total mikrob pada seluruh lahan
reklamasi dan lahan hutan lebih rendah dibandingkan total mikrob hutan alam,
tetapi lebih tinggi dibandingkan total mikrob pada kebun karet rakyat

Fungi Tanah Mikrob Tanah

Gambar 6. Fungi Tanah yang Diisolasi dengan Martin Agar dan Mikrob Tanah
yang Diisolasi dengan Nutrien Agar
33

Gambar 7. Total Mikrob dan Total Fungi pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6,
dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Total mikrob dan fungi tanah (Gambar 6) lahan reklamasi pada lapisan
atas (0-10 cm) pada umumnya memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lapisan bawah (10-20 cm) kecuali pada lahan reklamasi berumur 3 tahun
untuk total mikrob dan pada lahan reklamasi berumur 0 tahun untuk total fungi.
Hal ini dikarenakan lapisan tanah bagian atas pada lahan penelitian mempunyai
kandungan C dan N yang lebih tinggi dibandingkan lapisan bawahnya. Nilai pH
tanah yang relatif seragam pada setiap lapisan tanah kurang berpengaruh terhadap
total mikrob dan fungi. Total mikrob cenderung meningkat dengan meningkatnya
umur reklamasi terutama pada lapisan atas karena adanya peningkatan bahan
organik dan adanya perbaikan kualitas lingkungan hidup. Total fungi cenderung
berfluktuasi dengan meningkatnya umur reklamasi pada kedua kedalaman yang
diamati.
Total mikrob tanah lebih tinggi pada lapisan bawah yang ditemui pada
lahan reklamasi berumur 3 tahun disebabkan pada lahan tersebut permukaan
tanahnya belum tertutup seluruhnya oleh rerumputan dan tajuk antar tanaman
pioner belum rapat sehingga suhu lapisan tanah lapisan tanah di lapisan atas lebih
tinggi dari lapisan bawah. Hal ini membuat populasi mikrob lebih banyak pada
lapisan bawah. Total fungi tanah yang lebih tinggi pada lapisan bawah yang
ditemui pada lahan reklamasi berumur 0 tahun disebabkan bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun mempunyai kandungan bahan organik yang lebih
tinggi sehingga fungi lebih banyak pada lapisan tersebut dibanding lapisan atas.
34

Total mikrob dan fungi pada lahan hutan lebih tinggi pada lapisan bawah
dibandingkan dengan lapisan atas karena pada lapisan bawah mempunyai C/N
rasio lebih tinggi dari lapisan atas dimana nilai C/N rasio lapisan bawah sekitar 13
dan lapisan atas sekitar 10.

4.3.2. Respirasi Tanah


Hasil analisis respirasi tanah pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
disajikan Tabel Lampiran 8. Respirasi tanah pada seluruh lahan reklamasi dan
lahan hutan pada kedalaman 0-10 cm berkisar 3.60-5.40 mg CO2/l dan pada
kedalaman 10-20 cm berkisar3.08-4.56 mg CO2/l.

Gambar 8. Respirasi Tanah pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun,


dan Lahan Hutan.

Resiprasi tanah (Gambar 8) lapisan atas (0-10 cm) pada umumnya lebih
tinggi dibanding lapisan bawahnya (10-20 cm) kecuali pada lahan reklamasi
berumur 0 tahun. Respirasi tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya
umur reklamasi pada kedalaman lapisan tanah 0-10 cm dan cenderung
berfluktuasi pada kedalaman lapisan 10-20 cm.
Respirasi tanah pada umunya berhubungan dengan aktivitas mikrob yang
ada. Pada lahan reklamasi berumur 6 dan 9 tahun, total mikrob dan kandungan
bahan organik pada lapisan atas lebih banyak sehingga aktivitasnya lebih tinggi
pada lapisan atas. Walaupun pada lahan reklamasi berumur 3 tahun dan lahan
hutan total mikrob lebih besar pada lapisan bawah dibandingkan lapisan atas,
namun kandungan bahan organik lebih banyak pada lapisan atas sehingga
35

respirasi tanah lebih tinggi pada lapisan atas. Pada lahan reklamasi 0 tahun
respirasi tanah lebih besar pada lapisan bawah karena lahan reklamasi ini masih
benar-benar baru dengan vegetasi penutup yang masih sangat jarang sehingga
suhu permukaan lebih tinggi dan kandungan bahan organik pada lapisan bawah
lebih tinggi.
36

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan perbaikan sifat-sifat tanah
lahan reklamasi mendekati sifat-sifat tanah lahan sebelum ditambang.
2. Perbaikan bobot isi, kapasitas infiltrasi, kandungan C-organik, kandungan
N-total, total mikrob dan fungi, dan respirasi tanah terjadi karena
peningkatan umur reklamasi.
3. Perbaikan basa-basa dapat ditukar, KTK, kejenuhan basa, penurunan Al-
dd, dan kejenuhan Al terjadi selain karena peningkatan umur reklamasi,
juga diakibatkan perbedaan bahan tanah timbunan.
4. Sifat kimia dan biologi tanah pada lahan reklamasi relatif lebih cepat
mengalami perbaikan dibandingkan perubahan sifat fisik tanah.
5. Pengaruh proses reklamasi terlihat jelas pada kedalaman 0-5 cm pada
parameter C-organik dan N-total.
6. Lahan reklamasi berumur 6 dan 9 tahun sudah mendekati lahan sebelum
ditambang.

5.2. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada kedalaman tanah dibawah 20 cm
dan terhadap vegetasi yang tumbuh pada setiap umur reklamasi. Perlu dilakukan
pengamatan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada setiap umur reklamasi yang
digunakan pada penelitian ini secara teratur dengan interval waktu tertentu untuk
memonitor perkembangan sifat-sifat tanah pada masing-masing umur reklamasi.
Perlu adanya penelitian untuk mengetahui umur keberhasilan proses reklamasi.
37

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB. Bogor.
Anonim. 2008. Keputusan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008.
http://203.189.88/regulasi/permen/catview/64regulasi/70peraturanmenteri/
276 peraturan-menteri-esdm/219-tahun-2008.html. (Diakses 5 November
2009).
Anonim. 2008. Laporan AMDAL PT Berau Coal Site Binungan. PT Berau Coal.
Berau.
Anonim. 2009.UU No. 4 Tahun 2009. http://www.esdm.go.id/prokum/uu/2009
/UU%204%202009.pdf. (Diakses 5 November 2009).
Annisa, R.A. 2010. Hubungan Morfologi Tanah Lahan Bekas Tambang Batubara
dengan Beberapa Sifat Kimia, Fisik, dan Biologi Tanah di PT Kaltim
Prima Coal. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar, S. dan U. Sudadi. 2007. Pengantar Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Ardi, R. 2009. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah pada Berbagai
Kelerengan dan Kedalaman Hutan Alam Studi Kasus di Taman Nasional
Gunung Leuser, Seksi Besitang. Skripsi. Departemen Kehutanan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arimurti, S. 1997. Populasi dan Aktivitas Mikroorganisme Tanah pada Berbagai
Tipe Penggunaan Lahan. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Arsyad, S. 2009. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, C. 2002. Hidrolgdi dan Pengelolaan DAS. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Bradshaw. A.D. and M. J. Chadwick. 1980. The Restoration of Land. Black Well
Scientific Publication. Oxford.
Darwo. 2003. Respon Pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. dan Acacia crassicarpa
A. Cunn. Ex. Benth. Terhadap Penggunaan Endomikoriza, Pupuk Kompos
dan Asam Humat pada Lahan Pasca penambangan Semen. Tesis, IPB.
Bogor.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air,
dan Pupuk Edisi ke-2. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Foth, H.D., and L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science. 5th ed. John
Wiley & Son, Inc. New York.
Jones, U. S. 1979. Fertilizer and Soil Fertility. Resturn publ. Co. Inc. Virginia.
38

Kohnke, H. 1968. Soil Conservation. McGraw-Hill Book Company, Inc. New


York.
Lindsay,W. L. 1979. Chemical Equilibria in Soils. John Wiley and Sons. New
York.
Ma’shum, J. Soedarsono dan L. Endang. 2003. Biologi Tanah. Bagpro
Peningkatan Kualitas SDM, Direktorat Jenderak Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Mulyanto, B. 2008. Hubungan Fungsi Tanah dan Kelembagaan Pengelolaan
Kawasan Pasca Tambang. Pusat Studi Reklamasi Tambang LPPM-IPB.
Bogor.
Haridjaja, O., K. Murtilaksono., Sudarmo, dan L. M. Rahman. 1990. Hidrologi
Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Terjemahan Herawati, S. UI Press. Jakarta.
Setiadi, Y. 1996. The practical application of arbuscular mycorhiza fungi for
enhancing tree establishment in degraded nickel mine site at PT. INCO,
Soroako. http:// library.usu.ac.id/download/fp/hutan_delfian.pdf. (Diakses
5 Oktober 2010).
Setyawan, D., D. Tambas, dan H. Hanum. 2008. Prosedur Analisis Fungsi
Lansekap untuk Menilai Tingkat Kepulihan Kondisi Lahan Revegetasi
Pasca Tambang Batubara di Bukit Asam ( Tanjung Enim). Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 8 no. 1. p: 1-7
Soedarmo, D. H. dan P. Djojoprawiro. 1986. Fisika Tanah Dasar. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor
Soekardi, M. 1984. Cara Pendugaan Berat Isi Tanah dari Sifat Tanah Lainnya.
Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Bogor. IPB.
Sourkova, M., J. Frouz, and H. Santruckova. 1995. Accumulation of Carbon,
Nitrogen and Phosphorus During Soil Formation on Alder Spoil Heaps
after Brown-Coal Mining, Near Sokolov (Czech Republic). Geoderma 124
: 203–214.
Sukandarrumidi. 2010. Metode Penambangan Batubara.
http://marwanminer.blogspot.com (Diakses 5 November 2009).
Suprapto, S. J. 2010. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek
Konservasi Bahan. http://www.scribd.com/doc/33483281/Tanto-Makalah-
Reklamasi-Lahan-Bekas-TambangGalian. (Diakses 5 November 2009).
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra dan RD. S. Sastroatmodjo. 1996.
Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Tan, K. H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
39

Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Mac Millan. New Yorks

.
40

LAMPIRAN
41

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang.

Kedalaman Tekstur BD P
Kode Lokasi Struktur Konsistensi 3
(cm) C Si S Kelas (g/cm ) (cm/jam)
BCL5715 Binungan 0-20 Sab, f Fr 26.97 5.86 67.17 SCL 1.17 0.97
BCL5723 Binungan 0-20 Cr, f Fr 20.71 18.28 61.01 SCL 1.29 0.2
BCL5739 Binungan 0-20 Sab, f-m sfi 21.64 9.18 69.18 SCL 1.28 0.61
BCL5747 Binungan 0-20 Sab, f-c sfr 20.91 18.48 60.61 SCL 1.67 0.61
BCL5751 Binungan 0-20 Cr, f-c mfr 22.76 24.18 53.06 SCL 1.21 0.36
BCL5716 Binungan 20-60 mfi 32.22 20.81 46.97 CL
BCL5724 Binungan 20-60 sfi 27.27 2.83 69.9 SCL

BCL57310 Binungan 20-60 mfi 32.42 15.86 51.72 SCL

BCL5748 Binungan 20-60 mfi 27.67 37.68 34.65 CL

Sumber : Dokumen AMDAL PT Berau Coal Site Binungan


Keterangan :
- Tipe struktur : Cr = remah, Sab = gumpal setengah bersudut
- Kelas struktur tanah : f = halus, m = sedang, c = besar/kasar
- Konsistensi : sfr = sedikit gembur, mfr = cukup gembur, fr = gembur sfi = sedikit teguh, mfi = cukup teguh
- Kelas tekstur : SC = liat berpasir, SCL = lempung liat berpasir dan C = liat
- BD= Bulk Density, P = Permeabilitas

41
42

Tabel Lampiran 2. Sifat Kimia Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang.

Sumber : Dokumen AMDAL PT Berau Coal Site Binungan

42
43

Tabel Lampiran 3. Hail Analisis pH, Kejenuhan Al, dan Aldd pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

H2O (1:1) N KCl N KCl


Umur Reklamasi pH Kej Al Al-dd
Kedalaman
(Tahun) Kandungan Kandungan
K % K Proporsi K me/100g Proporsi
0-20 cm 0-20 cm
0-2 cm 5 M 62.4 ST 6.24 4.79 0.48
2-5 cm 5 M 73.3 ST 10.99 5.81 0.87
0 51.84 T 4.36
5-10 cm 5.1 M 79.5 ST 19.88 5.85 1.46
10-20 cm 5 M 29.5 S 14.73 3.1 1.55
0-2 cm 5 M 39.7 T 3.97 3.62 0.36
2-5 cm 5.1 M 55.7 T 8.36 4.36 0.65
3 55.30 T 4.91
5-10 cm 5.1 M 47.4 T 11.86 3.76 0.94
10-20 cm 4.9 M 62.2 ST 31.12 5.91 2.95
0-2 cm 4.9 M 12.7 R 1.27 2.04 0.20
2-5 cm 4.9 M 13.8 R 2.06 2.8 0.42
6 22.21 S 2.87
5-10 cm 5.1 M 17.5 R 4.37 2.56 0.64
10-20 cm 4.9 M 29 S 14.51 3.21 1.60
0-2 cm 5.2 M 4.64 SR 0.46 0.88 0.09
2-5 cm 5 M 12.3 R 1.84 1.98 0.30
9 17.64 R 2.43
5-10 cm 5.1 M 13.9 R 3.48 2.1 0.52
10-20 cm 4.9 M 23.7 S 11.85 3.03 1.52
0-2 cm 4.3 SM 21.5 S 2.15 2.41 0.24
2-5 cm 4.5 M 28.1 S 4.21 2.56 0.38
Hutan 47.24 T 3.86
5-10 cm 4.3 SM 42.8 T 10.70 3.87 0.97
10-20 cm 4.5 M 60.4 ST 30.18 4.53 2.27
Ket : - K = Kriteria, Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
- Proprorsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, dimana x = ketebalan lapisan dan y= ketebalan tanah total (20 cm)
- Kandungan 0-20 cm = ∑ (proporsi kedalaman (0-2 cm), (2-5 cm), (5-10 cm), dan (10-20 cm)
- M = Masam, SM = Sangat Masam, SR = Sangat Rendah, R =Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST= Sangat Tinggi

43
44

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis C-org, N-total, C/N rasio dan P-tersedia pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan
Hutan.

Walkley & Black Kjeldahl Bray 1


Umur C/N rasio
Kdlmn C org N total P tersedia
Reklamasi
(cm) Kand. Kand. Kand. ppm Kand 0-
(Tahun) % K P K % K P K K P K K P K
0-20 cm 0-20 cm 0-20 cm P2O5 20 cm
0-2 0.7 SR 0.07 0.08 SR 0.01 8.65 R 0.87 5 SR 0.46
2-5 0.49 SR 0.07 0.06 SR 0.01 8.55 R 1.28 6 SR 0.85
0 0.75 SR 0.08 SR 9.22 R 5.50 SR
5-10 0.54 SR 0.13 0.06 SR 0.02 8.42 R 2.11 6 SR 1.41
10-20 0.94 SR 0.47 0.09 SR 0.05 9.93 R 4.97 6 SR 2.78
0-2 1.26 R 0.13 0.13 R 0.01 9.36 R 0.94 5 SR 0.47
2-5 0.68 SR 0.10 0.07 SR 0.01 9.63 R 1.44 5 SR 0.73
3 0.50 SR 0.05 SR 9.38 R 5.86 SR
5-10 0.36 SR 0.09 0.05 SR 0.01 7.43 R 1.86 6 SR 1.41
10-20 0.35 SR 0.18 0.03 SR 0.02 10.29 R 5.15 7 SR 3.26
0-2 2.75 S 0.27 0.24 S 0.02 11.40 S 1.14 5 SR 0.47
2-5 0.66 SR 0.10 0.07 SR 0.01 9.00 R 1.35 5 SR 0.82
6 0.63 SR 0.07 SR 8.51 R 6.05 SR
5-10 0.41 SR 0.10 0.06 SR 0.02 6.68 R 1.67 6 SR 1.45
10-20 0.3 SR 0.15 0.03 SR 0.02 8.71 R 4.35 7 SR 3.32
0-2 2.87 S 0.29 0.26 S 0.03 11.14 S 1.11 5 SR 0.47
2-5 1.73 R 0.26 0.18 R 0.03 9.86 R 1.48 4 SR 0.67
9 1.03 R 0.10 R 9.97 R 5.40 SR
5-10 0.58 SR 0.14 0.07 SR 0.02 8.55 R 2.14 6 SR 1.40
10-20 0.68 SR 0.34 0.06 SR 0.03 10.48 R 5.24 6 SR 2.85
0-2 3.03 T 0.30 0.27 S 0.03 11.12 S 1.11 5 SR 0.49
2-5 1.28 R 0.19 0.13 R 0.02 10.15 R 1.52 4 SR 0.60
Hutan 1.31 R 0.12 R 11.80 S 4.30 SR
5-10 1.38 R 0.35 0.14 R 0.04 9.69 R 2.42 5 SR 1.30
10-20 0.95 SR 0.47 0.07 SR 0.04 13.49 S 6.74 4 SR 1.91
Ket : - K = Kriteria, Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
- (P) Proprorsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, dimana x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
- Kand. 0-20 cm = ∑ (proporsi kedalaman (0-2 cm), (2-5 cm), (5-10 cm), dan (10-20 cm)
- SR = Sangat Rendah, R =Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST= Sangat Tinggi

44
45

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

N NH4OAc pH 7
Umur Ca Mg K Na
Kdlmn
Reklamasi Kand. Kand. Kand. Kand.
(cm)
(Tahun) me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K me/100g K P 0-20 K
cm cm cm cm
0-2 0.53 SR 0.05 0.2 SR 0.02 0.18 R 0.02 0.31 R 0.03
2-5 0.53 SR 0.08 0.17 SR 0.03 0.19 R 0.03 0.33 R 0.05
0 0.92 SR 0.20 SR 0.27 S 0.32 R
5-10 1.14 SR 0.28 0.39 R 0.10 0.21 R 0.05 0.31 R 0.08
10-20 1 SR 0.50 0.11 SR 0.06 0.33 R 0.17 0.33 R 0.16
0-2 0.86 SR 0.09 0.32 R 0.03 0.34 R 0.03 0.38 R 0.04
2-5 0.59 SR 0.09 0.27 SR 0.04 0.27 R 0.04 0.35 R 0.05
3 1.11 SR 0.44 R 0.22 R 0.37 S
5-10 1.75 SR 0.44 0.39 R 0.10 0.21 R 0.05 0.32 R 0.08
10-20 0.99 SR 0.50 0.54 R 0.27 0.19 R 0.10 0.39 S 0.20
0-2 3.31 R 0.33 1 R 0.10 0.4 S 0.04 0.63 S 0.06
2-5 2.82 R 0.42 1 R 0.15 0.34 R 0.05 0.46 S 0.07
6 3.22 R 0.86 R 0.28 S 0.44 S
5-10 4.54 R 1.14 1 R 0.25 0.24 R 0.06 0.36 S 0.09
10-20 2.67 R 1.34 0.72 R 0.36 0.26 R 0.13 0.44 S 0.22
0-2 3.83 R 0.38 1.04 R 0.10 0.48 S 0.05 0.43 S 0.04
2-5 3.54 R 0.53 1.19 R 0.18 0.3 R 0.04 0.32 R 0.05
9 3.29 R 0.88 R 0.31 S 0.38 S
5-10 5.55 S 1.39 1.05 R 0.26 0.3 R 0.08 0.37 S 0.09
10-20 1.98 SR 0.99 0.66 R 0.33 0.28 R 0.14 0.39 S 0.19
0-2 0.94 SR 0.09 0.3 SR 0.03 0.29 R 0.03 0.37 S 0.04
2-5 0.33 SR 0.05 0.04 SR 0.01 0.21 R 0.03 0.29 R 0.04
Hutan 1.00 SR 0.32 SR 0.19 R 0.30 R
5-10 1.02 SR 0.26 0.29 SR 0.07 0.18 R 0.05 0.32 R 0.08
10-20 1.19 SR 0.60 0.43 R 0.22 0.18 R 0.09 0.27 R 0.14
Ket : - K = Kriteria, Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
- (P) Proprorsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, dimana x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
- Kand. 0-20 cm = ∑ (proporsi kedalaman (0-2 cm), (2-5 cm), (5-10 cm), dan (10-20 cm)
- SR = Sangat Rendah, R =Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST= Sangat Tinggi

45
46

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis KTK dan KB pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Umur Reklamasi KTK KB


Kedalaman
(Tahun)
me/100g K P Kand. 0-20 cm K % K P Kand. 0-20 cm K
0-2 cm 7.68 R 0.77 15.98 SR 1.59791
2-5 cm 7.92 R 1.19 15.4 SR 2.3105
0 9.06 R 19.677 R
5-10 cm 7.36 R 1.84 28.07 R 7.01728
10-20 cm 10.53 R 5.26 17.5 SR 8.75129
0-2 cm 9.14 R 0.91 20.78 R 2.07804
2-5 cm 7.83 R 1.17 18.94 SR 2.84099
3 8.82 R 24.476 R
5-10 cm 7.93 R 1.98 34.25 R 8.56301
10-20 cm 9.49 R 4.75 21.99 R 10.994
0-2 cm 16.09 R 1.61 33.92 R 3.39219
2-5 cm 20.35 S 3.05 25.4 R 3.80987
6 13.84 R 37.0407 S
5-10 cm 14.63 R 3.66 42.35 S 10.5865
10-20 cm 11.05 R 5.52 38.5 R 19.2521
0-2 cm 18.91 S 1.89 27.48 R 2.74845
2-5 cm 16.16 R 2.42 31.81 R 4.77206
9 14.47 R 35.9921 S
5-10 cm 15.06 R 3.77 52.74 S 13.1856
10-20 cm 12.78 R 6.39 30.57 R 15.286
0-2 cm 11.25 R 1.13 17.27 SR 1.7275
2-5 cm 9.13 R 1.37 9.33 SR 1.40011
Hutan 8.51 R 23.4573 R
5-10 cm 9.04 R 2.26 22.42 R 5.60599
10-20 cm 7.51 R 3.75 29.45 R 14.7237
Ket : - K = Kriteria, Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
- (P) Proprorsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, dimana x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
- Kand. 0-20 cm = ∑ (proporsi kedalaman (0-2 cm), (2-5 cm), (5-10 cm), dan (10-20 cm)
- SR = Sangat Rendah, R =Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST= Sangat Tinggi

46
47

Tabel Lampiran 7. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Eviati dan Sulaeman, 2009).

Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00
N (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75
C/N <5 5,0 - 10,0 11,0 - 15,0 16,0 - 25,0 > 25
P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 40,0 41,0 - 60,0 > 60
P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10,0 - 15,0 15,0 - 25,0 16,0 - 35,0 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10,0 - 25,0 26,0 - 45,0 45,0 - 60,0 > 60
K2O HCl 25 % (mg/100g) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 40,0 41,0 - 60,0 > 60
KTK (me/100g) <5 5,0 - 16,0 17,0 - 24,0 25,0 - 40,0 > 40
Susunan Kation :
K (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 > 1,0
Na (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 > 1,0
Mg (me/100g) < 0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0
Ca (me/100g) <2 2,0 - 5,0 6,0 - 10,0 11,0 - 20,0 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20,0 - 35,0 36,0 - 50,0 51,0 - 70,0 > 70
Kejenuhan Al (%) < 10 10,0 - 20,0 21,0 - 30,0 31,0 - 60,0 >60
Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkali
pH H2O
< 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 >8,5

47
48

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Total Fungi, Total Mikrob, dan Respirasi Tanah pada Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6,
dan 9 Tahun, dan Lahan Hutan.

Umur Reklamasi ∑ Mikrob Tanah ∑ Fungi Tanah Respirasi Tanah


No Kedalaman
( Tahun)
106 SPK/g BKM 104 SPK/g BKM mg CO2/l
1 0-10cm 18.15 4.41 3.6
0
2 10-20 cm 10.65 7.47 4.14
3 0-10 cm 12.03 7.52 3.84
3
4 10-20 cm 15.70 5.39 3.08
5 0-10 cm 18.43 6.58 4.52
6
6 10-20 cm 13.20 4.77 4.56
7 0-10 cm 22.50 7.21 5.40
9
8 10-20 cm 21.24 4.83 3.08
9 0-10 cm 15.70 8.66 4.80
Hutan
10 10-20 cm 18.04 10.75 3.68

48
49

Lahan Reklamasi Umur 0 Tahun Lahan Reklamasi Umur 3 Tahun


Tahun

Lahan Reklamasi Umur 6 Tahun Lahan Reklamasi Umur 9 Tahun

Lahan Hutan Lahan Hutan

Gambar Lampiran 1. Lahan Reklamasi Umur 0, 3, 6, dan 9 Tahun, dan Lahan


Hutan.

49

Anda mungkin juga menyukai