Gabungan
Gabungan
PENDAHULUAN
2.3.2 Patofisiologi
Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena kurangnya kekuatan
membran atau penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua
– duanya. Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab
independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat
akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
Sumber : Manuaba (2007)
2.3.3 Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya
masih belum diketahui dan tidak dapat ditemukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor – faktor yang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor – faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor prediposisi adalah :
1) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
bisa menyebabkan terjadinya KPD. Servik yang inkompetensia,
kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
serviks uteri (akibat persalinan curetage) tekanan intra uterin yang
meninggi atau mengikat secara berlebihan (overdistensi uteri)
misalnya trauma, kehamilan gemeli, trauma oleh beberapa ahli
disepakati sebagai faktor prediposisi atau penyebab KPD trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnionitis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi, kelainan letak misalnya sunsang
sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat mengulangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
a. Keadaan sosial ekonomi
a) Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan
anakyang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan teramsuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b) Faktor disproporsisi antar kepala janin dan panggul ibu.
c) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan
antepartum.
d) Defesisensi gizi dari tembaga atau asam askorbat
(vitamin c).
2.3.6 Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio caesarea yang
sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif
palsu berati akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi
yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh
karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD
ditegakan dengan cara :
1) Anamnesa : pasien merasa basah pada vagina atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba – tiba dari jalan lahir. Cairan
berbau amis, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan
tersebut, his belum teratur, atau belum ada pengeluaran lendir
darah.
2) Inspeksi : pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3) Pemeriksaan dengan spekulum: pemeriksaan dengan spekulum
pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, pasien diminta batuk, mengejan atau mengadakan
manuvover valsava, atau bagian rendah digoyangkan akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
4) Pemeriksaan dalam : cairan didalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan
juga belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut biasanya dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD
yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi
persalinan dan dibatsi sedikit mungkin.
5) Dengan spekulum DTT : lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai
apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di
forniks posterior. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari,
karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi.
6) Jika mungkin lakukan test lakmus (test nitrazin) : jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan
tes yang postif palsu. Tes pakis, dengan meneteskan cairan
ketuban pada objek gelas dan biarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukan kristal cairan amnion dan gambaran
daun pakis.
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden seksio caesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
1) Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm
90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kahamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.
2) Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
prematur, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umu
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamamnya periode laten.
3) Hipoksia dan asfiksia
Denganpecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekankan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
olighidramnion, semakin sedikit air ketuban makan janin akan
semakin gawat.
4) Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kmpresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.
6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke ena ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah di uraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian lagi dilakukan oleh klien, atau anggota
tim kesehatan laiinya. Walaupun bidan tidak melaksanakan
asuhan secara sendiri, tetapi bidan tetap memiliki tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Bila perlu
berkolaborasi dengan dokter atas komplikasi yang ada.
Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya serta
peningkatan mutu asuhan, kaji ulang apakah semua rencana
telah dilaksanakan.
7. Evaluasi
Pada langkah ke tujuh ini dilakukan evaluasi keefktifandari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
tidak ada caries untuk mempercepat
Leher : Tidak pemulihan
teraba pembesaran kesehatannya.
kelenja limfe dan EV : ibu beristirhat
kelenjar tiroid dengan baik sesuai
Payudara : Simetris informasi yang
kiri dan kanan, colostrum diberikan.
sudah keluar 5. Berkolaborasi dengan
Abdomen : TFU 2 dokter dalam pemberian
jari dibawah pusat, terapi dan obat-obatan :
Kontraksi : Baik Cefotiaxon : 2 x 1
Genetalia : Lochea As. Met : 3 x 1
rubra Tablet Fe : 2 x 1
Ekstremitas : atas dan Vit. C : 3 x 1
bawah tidak oedema , EV : ibu telah minum
pergerakan aktif obat sesuai dengan
ajuran dari dokter .
3. Pemeriksaan penunjang :
HB : 11,9 gr% (di
periksa saat di IGD)
29
CATATAN PERKEMBANGAN
30
kelenja limfe dan menempel pada
kelenjar tiroid perut ibu.
Payudara : Simetris c. Bibir bayi masuak
kiri dan kanan, colostrum kebagian areola ibu
sudah keluar dan bibir seperti
Abdomen : TFU 3 bibir ikan
jari dibawah pusat, d. Tangan ibu
Kontraksi : Baik berbentuk huruf C
Genetalia : Lochea pada bagian
rubra payudara ibu
Ekstremitas : atas dan EV : ibu sudah
bawah tidak oedema , melalukan teknik
pergerakan aktif menyusui dengan benar
4. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi dan obat-obatan :
Cefotiaxon : 2 x 1
As. Met : 3 x 1
Tablet Fe : 2 x 1
Vit. C : 3 x 1
EV : ibu telah minum
obat sesuai dengan
ajuran dari dokter .
31
Subjektif Objektif Analisa Pleaning
Tanggal : 11 Februari 2018 KU : Ibu baik Diagnosa : 1. Informasikakan kepada
Pukul : 10.30 WIB Kesadaran : Composmentis Ibu nifas post SC hari ke 4 atas ibu bahwa keadaan
indikasi ketuban pecah dini, umum ibu saat ini baik.
1. Keadaan ibu mulai Pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik EV : ibu paham dengan
membaik. 1. Pemeriksaan umum : informasi yang
2. Ibu sudah berjalan-jalan TD : 110/70 mmHg Masalah : dijelaskan
keluar ruangan Nadi : 80x/i Tidak ada 2. Memberitahu ibu untuk
Pernafasan : 23x/i melakukan pembersihan
Suhu : 37,3ºC Kebutuhan : pada luka jahitan
1. Infromasikan hasil operasi.
2. Pemeriksaan khusus pemeriksaan EV : ibu mengerti dan
Kepala : Bersih 2. Membersihkan luka mau dibersihkan luka
tidak ada ketombe jahitan post sc jahitannya
Rambut : Bersih 3. Kolaborasi dengan 3. Berkolaborasi dengan
tidak rontok dokter dalam pemberian dokter dalam pemberian
Mata : Tidak terapi dan obat-obatan terapi dan obat-obatan :
anemis , Tidak ikterik Cefotiaxon : 2 x 1
Muka : Tidak As. Met : 3 x 1
ada cloasma gravidarum Tablet Fe : 2 x 1
Mulut : Bersih Vit. C : 3 x 1
tidak pucat EV : ibu telah minum
Gigi : Bersih obat sesuai dengan
tidak ada caries ajuran dari dokter .
Leher : Tidak
teraba pembesaran
kelenja limfe dan
32
kelenjar tiroid
Payudara : Simetris
kiri dan kanan, colostrum
sudah keluar
Abdomen : TFU 3
jari dibawah pusat,
Kontraksi : Baik
Genetalia : Lochea
rubra
Ekstremitas : atas dan
bawah tidak oedema ,
pergerakan aktif
33
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan pustaka dan hasil tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen
asuhan kebidanan pada Post Partum NY. “A” P1A0H1 Post SC atas indikasi
Ketuban Pecah Dini (KPD), dapat mempermudah dalam membahas materi,
penulis akan membahas berdasarkan tahap – tahap proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney yaitu dari pengkajian, interprestasi
data , diagnosa atau masalah potensial, identifikasi masalah yang memerlukan
penanganan segera, rencana asuhan dan pelaksanaan tindakan serta evaluasi.
4.1 Pengkajian
S (subjectif )
Dari kasus Ny “A” dengan keluhan keluar air – air sejak ± 20 jam yang
lalu, tidak ada merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari – ari, tidak ada keluar
lendir campur darah, tidak ada demam, tetapi mengalami keputihan berulang
selama hamil. Menurut Manuaba (2007) keluhan pada ibu hamil dengan KPD
adalah ketuban pecah sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah
satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu, jadi tidak ada terjadi
kesenjangan antara teori dengan kasus pada Ny ”A”, dan dilakukan penanganan
aktif melalui tindakan Secsio Sesarea apabila tindakan konservatif mengalami
kegagalan.
Setelah dilakukan operasi dan memasuki ruang perawatan, pasien
mengeluh nyeri pada luka operasi Secsio Seasarea. Pada pengkajian subjektif
34
ditemukan masalah utama yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, hal
ini sesuai dengan pendapat Kriebs ( 2008) bahwa pengkajian pada pasien dengan
post Secsio Sesarea akan ditemukan keluhan nyeri akibat luka post operasi SC.
O (objektif)
Pada kasus Ny “A” data objektif dapat dilakukan dari kesadaran ibu, tanda
– tanda vital, keadaan luka jahitan, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan
pengeluaran darah pervaginam ibu, jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan
yang terjadi dilapangan pada kasus Ny ”A”.
Pemeriksaan Penunjang
b. Masalah
Cemas, nyeri pingang, sakit pinggang, konstipasi, haemoroid, sesak nafas,
insomnia, kram pada kaki, varises, sering kencing, nyeri pada luka operasi.
Menurut teori masalah yang terjadi pada ibu normal dirasakan pada setiap
ibu yang mengalami nyeri luka post sc dan pada kasus di lapangan ibu
mengatakan sering BAK. Berarti tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di
lapangan.
35
c . Kebutuhan
Informasi tentang hasil pemeriksaan, penjelasan tentang keluhan
yang dirasakan ibu, penjelasan tentang cara mengurangi keluhan ibu,
dukungan psikologis, nutrisi, personal hygiene, jadwal kunjungan
(Kusmiyati, 2010).
Berdasarkan masalah yang dialami ibu maka kebutuhan ibu adalah
:
Informasikan hasil pemeriksaan, anjurkan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, anjurkan ibu untuk tidak banyak
bergerak, anjurkan ibu untuk tirah baring miring ke kiri atau kanan untuk
mobilisasi dini setelah operasi sc, melakukan perawatan luka post sc ibu
agar tetap kering dan bersih, anjurkan keluarga untuk membantu ibu
mengonsumsi obat dari dokter.
Berdasarkan hal diatas penulis tidak ada menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek yang ada di lapangan karena dari
hasil pemeriksaan telah dilakukan berdasarkan teori varney.
36
penanganan segera akan membawa kedampak yang lebih bahaya sehingga
kehidupan (Sudarti,2010).
Menurut Sarwono (2008) , perencanaan pada ibu nifas post secsio sesarea
antara lain :
37
Pada kasus Ny “A” P1A0H1 nifas dengan post secsio sesarea perencanaan
yang dilakukan antara lain :
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan
kerangka pedoman tentang apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan,
konseling dan rujukan untuk masalah sosial, ekonomi, kultural, atau masalah
psikologis bila diperlukan (Mangkuji,2013).
38
Pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Pada
langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus dilapangan
pada perawatan luka post secsio sesarea, pelepasan jahitan dan nyeri.
a. Perawatan luka post secsio sesarea adalah kassa perut dilihat pada 1 hari
pasca bedah, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti. Kassa
perut dapat diganti pada hari ke 3 – 4 sebelum pulang dan seterusnya
pasien mengganti setaip hari. Luka betadine sedikit.
b. Nyeri pada luka bekas insisi pada teori dirasakan dalam waktu 24 jam
pertama dan akan berkurang setelah hari pertama dan hari kedua dengan
pemberian obat analgesik Pada kenyataan dilapangan nyeri dirasakan
pada hari pertama dan berkurang pada hari keempat dengan pemberian
obat analgesik. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi fisik ibu /daya tahan
tubuh ibu yang kurang stabil.
4.7 Evaluasi
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada NY.E G3P2A0H2
usia kehamilan 36-37 minggu di BPM Ade Irma Suryani S.ST pada tanggal
17 November 2017. Adapun asuhan kebidanan meliputi:
1. Kelompok mengkaji data subjektif dan data objektif pada kasus Ibu Nifas
Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2 Dengan Indikasi
Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal 09 – 11
Februari 2018.
2. Kelompok mampu melakukan interpretasi data (diagnosa, masalah, serta
menentukan kebutuhan pasien) berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan pada kasus Ibu Nifas Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post
Partum Sc Hari Ke-2 Dengan Indikasi Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A
Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal 09 – 11 Februari 2018.
3. Kelompok mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
kasus Ibu Nifas Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2
Dengan Indikasi Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar
Tanggal 09 – 11 Februari 2018.
4. Kelompok mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada kasus
Ibu Nifas Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2 Dengan
Indikasi Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal
09 – 11 Februari 2018.
5. Kelompok mampu melakukan dengan baik asuhan sesuai dengan
diagnosa, masalah, dan kebutuhan pasien pada kasus Ibu Nifas Pada Ny.
“A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2 Dengan Indikasi Kpd Di
Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal 09 – 11 Februari
2018.
6. Kelompok mampu melaksananakan asuhan yang telah direncanakan baik
secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan pada kasus Ibu Nifas Pada Ny.
“A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2 Dengan Indikasi Kpd Di
40
Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal 09 – 11 Februari
2018.
7. Kelompok mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
kasus Ibu Nifas Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post Partum Sc Hari Ke-2
Dengan Indikasi Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm Batusangkar
Tanggal 09 – 11 Februari 2018.
8. Kelompok mampu mendokumentasikan manajemen asuhan yang telah
dilaksanakan pada kasus Ibu Nifas Pada Ny. “A” 22 Th P1A0H1Post
Partum Sc Hari Ke-2 Dengan Indikasi Kpd Di Rsud Prof. Dr. M.A
Hanafiah, Sm Batusangkar Tanggal 09 – 11 Februari 2018.
5.2 Saran
a. Bagi Penulis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta agar penulis dapat
melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan
prematur, dan dapat mengaplikasikan nya dibangku perkuliahan
b. Persiapan bagi penulis untuk menghadapi uji kompetensi.
b. Bagi Instansi Pelayanan RSUD Prof. Dr. M.A Hanafiah, Sm
Batusangkar
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam penanggulangan pada ibu post partum sc dengan
indikasi kpd.
c. Bagi Instansi Pendidikan
a. Sebagai bahan bacaan tentang manajemen asuhan kebidanan dan
manajemen asuhan kesehatan pada ibu bersalin prematur.
b. Sebagai salah satu rujukan bahan ajar tentang manajemen asuhan
kebidanan dan manajemen asuhan kesehatan pada ibu bersalin
prematur.
41