Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Self awareness intrapersonal dalam hubungan interpersonal


A.KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Pengertian Self Awareness (Kesadaran Diri)
Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri. Self disini berisi pola
pengamatan dan penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek
maupun obyek. Isitlah Self di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap
dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses
psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk
menyelidiki gejala-gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan
mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam menunjukkan self sebagai proses, itu
yang dimaksud tidak lain dari pada bagi sekelompok proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan,
atau mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-
peristiwa lingkungan atau kejadian-kejadian internal. Secara istilah kesadaran
mencakup pengertian persepsi, pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang
yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini Awareness (kesadaran) sama
artinya dengan mawas diri. Namun seperti apa yang kita lihat, kesadaran juga
mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh
individu hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada tingkatan
mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.
Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas diri adalah sebagai cara
latihan Milah Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri dengan rasa orang lain
untuk meningkatkan kemampuan menghayati rasa orang lain sebagai
manifestasi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang
sehat dan sejahtera. Hasil penelitian Yosshimich mendapati bahwa pemahaman
diri melalui tahapan mawas diri mampu menunjukkan bahwa pada diri
seseorang ada elemen kunci yang sangat menentukan bahagia tidaknya
seseorang, elemen ini adalah elemen yang selalu stabil, tenang, serta damai, dan
elemen-elemen yang berubah-ubah, senantiasa berubah serta selalu berusaha
menuruti keinginannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat,
drajat, dan kramat.
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan
kedalam atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri,
pemahaman diri sendiri. Self Awareness pada umumnya dimaknai sebagai
kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri dalam pengertian yang mempunyai
obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima penilaian dari kebenaran
sifat individu.
Dalam memahami Self Awareness, individu memiliki kemampuan
dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai
masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat
mempermudah perkembangan.individu.untuk.aktualsasi.diri.

Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :


A.Kesadaran diri publik
Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar
dirinya. Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar
diketahui orang lain. Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu
berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya
tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain.
B.Kesadaran diri pribadi.
Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan
kesadaran diri publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka
tidak peduli norma sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang
lain. Bahkan tidak jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang
mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-orang
yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.
Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian
kunci keberhasilan hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan,
ada 3 hal yang harus di kenali dan di sadari sepenuhnya.
· Pertama nilai dan tujuan yang di miliki;
· Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri;
· Ketiga, hubungan antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.
Rumus ABC;
a. affect [perasaan],
b. behavior [tingkah laku]
c. cognition [pemikiran],
Demikian rumus ABC yang di ajukan O,keefe dan berger. Inilah aspek
terakhir dari self-awareness. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan dan
kelemahan kita,semuanya tidak akan berarti kalau kita tidak melakukan aksi
apa-apa. Di sinilah rumus.ABC.berperan.
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya
mampertimbangkan ketiga hal ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan
satu aktivitas akan menggantungkan, tapi tidak akan terlaksana kalau ternyata
tidak sesuai dengan hati (perasaan) atau sangat berbeda dari kebiasaan. Karena
itu, harus di cari alternative aktivitas.yang.menyeimbangkan.ketiga.hal.ini.
Demikin juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak
contoh kegagalan penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau
meninggalkan kebiasaan lama. Hasil pemikiran berupa teknologi tepat guna
sekalipun, belum tentu dapat diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.
self-awareness
Mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk meningkatkan
prestasi kita. Baik prestasi individu, kelompok bahkan bangsa . Tentu kita tidak
harus selalu melihat ke dalam diri. Tapi mesti pula melihat faktor ekternal.
Untuk itu self-awareness ini harus di lengkapi dengan environmental-
awareness, kesadaran untuk melihat kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu
kawan maupun lawan. Dengan ini mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.

B. EKSPLORASI PERASAAN
Komunikasi therapeutic adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud
komunikasi adalah mempengaruhi orang lain. Kalthner ,dkk ( 1995 ) bahwa
komunikasi therapeutic terjadi dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan
oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan pendekatan personal
berdasarkan perasaan dan emosi.didalam komunikasi therapeutic ini harus ada
unsur kepercayaan.
Komunikasi therapeutic merupakan komunikasi interpersonal, artinya
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal dan non
verbal ( Mulyana, 2000 )hubungan perawat-klien yang therapeutic adalah
pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien.dalam
hal ini, perawat memakai dirinya secara therapeutic dan memakai tehnik
komunikasi agar prilaku klien berubah kearah yang positif seoptimal mungkin.
Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspek-
aspek yang dimiliki dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri
secara therapeutic kepada klien. Salah satu aspek analisa kesadaran diri perawat
dalam komunikasi therapeutic adalah eksplorasi perasaan.Eksplorasi adalah
tehnik untuk menggali perasaan ,pikiran dan pengalaman klien. Hal ini penting
dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri atau
tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan tehnik ini memungkinkan
klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien ( Antai-Otong dalam Suriyani, 2005 ) tehnik
ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail
tentang masalah yang dialami klien.
Terdapat 3 jenis tehni k eksplorasi yaitu :
1. Eksplorasi perasaan, yaitu tehnik untuk menggali perasaan klien yang
tersimpan. Contoh “Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang
dimaksudkan…”
2. Eksplorasi pikiran, yaitu tehnik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat
klien Contoh : “ saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide anda
tentang sekolah sambil bekerja”
3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau tehnik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh : “ saya terkesan dengan pengalaman
yang anda lalui, namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman
tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan anda”.
EKSPLORASI PERASAAN :
Agar perawat dapat berperan efektif dan therapeutic, ia harus
menganalisa dirinya melalui eksplorasi perasaan. Seluruh prilaku dan pesan
yang disampaikan perawat (verbal) dan non verbal ) hendaknya bertujuan
therapeutic untuk klien.dengan mengenal dan menerima diri sendiri, perawat
akan mampu mengenal dan menerima keunikan klien.analisa hubungan intim
yang therapeutic antara perawat klien perlu dilakukan untuk evaluasi
perkembangan hubungan dan menentukan tehnik dan keterampilan yang tepat
dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini dan
saat ini ( here and now )
Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan
yang muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain , dimana
eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara
komplit dan sikap yang sangat berpengaruh.ini menggambarkan tentang
ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan sikap yang sangat berpengaruh
dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif, kesalahan, mudah ditemui,
tidak mengenai orang tertentu dimana mutu hubungan therapeutic perawat
sangat terbuka, sadar dan kontrol diri, akal, perasaan dimana dapat membantu
pasien.
Sebagai perawat, kita perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan kita dan
mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita secara therapeutic. Jika
perawat terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi
penting, yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya
pada klien sehingga pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari
responnya dan mengontrol penampilannya.bagaimana perasaan perawat
terhadap proses interaksi berpengaruh terhadap respon dan penampilannya yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perasaan klien ( Stuart, GW, 1998 )
Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan tampak
pada ekspresi wajah dan prilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat
klien merasa tidak nyaman dan karena adanya untuk pemindahan perasaan (
transfer feeling ) mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini akan
mempengaruhi interaksi secara keseluruhan.
Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu
pasien.perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan
dengan orang lain,membantu orang lain.perawat akan menggunakan perasaan-
perasaanya, kurang memperhatikan kebutuhan pasien, tidak menepati janji
sehingga pasien mengalami kemunduran, distress sehingga pasien tidak mau
menemui, marah karena pasien banyak permintaan atau manipulasi dan
kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat mengerti
akan pasien serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat
adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien.

C.Kemampuan Menjadi Model


Kebiasaan yang kurang baik tentang kesehatan akan mempengaruhi
keberhasilan dalam hubungan antara perawat dan klien. Perawat tidak bisa
memisahkan atau memberi batasan yang jelas antara peran sebagai perawat
dengan kehidupan pribadinya (professional) karena perawat sebagai instrumen
dalam menjalankan hubungan yang terapeutik. Jika perawat terbuka pada
perasaan fokus terhadap pasien dan mengesampingkan kehidupan pribadinya,
maka ia akan mendapat dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada
klien dan bagaimana penampilannya pada klien sehingga perawat mampu
bekerja profesional.
Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab
perawat terhadap apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung
jawab profesi. Perawat yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat
memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadinya serta tidak didominasi oleh
konflik, distress atau pengingkaran (Stuart,G.W., 1998) perawat senantiasa
memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat harus
bertanggung jawab terhadap perilakunya, sadar akan kelemahan, dan
kekurangannya. Perawat harus mampu memisahkan hubungan professional dan
kehidupan pribadi.
C. panggilan jiwa
panggilan jiwa ( altruisme) adalah perhatian pada kesejahteraan orang lain.
Seorang perawat harus mempunyai jiwa ingin menolong orang lain untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraaannya. Seorang perawat yang efektif
tertarik untuk merawat dengan penuh cinta atas dasar kemanusiaan. Dengan
kata lain, dalam membantu klien, perawat benar benar ingin menolong dengan
ikhlas tanpa pamrih.
Namun, hal yang perlu mendapat perhatian adalah perawat merupakan sebuah
profesi. Oleh karena itu, perawat perlu mendapat penghargaan atau imbalan
yang sesuai dan pantas.
Keseimbangan antara panggilan jiwa dan penghargaan yang diterima oleh
seorang perawat akan memengaruhi bagaimana perawat menolong klien .
D.Etika Komunikasi
Komunikasi itu seni, dibutuhkan rasa dan karsa tingkat tinggi untuk
menjadi seorang komunikator yang handal dan beretika. Keilmuan yang luas,
kecerdasan yang luar biasa tidak menjamin bahwa seseorang bisa menjadi
seorang komunikator yang ulung. Ada banyak hal yang menjadi penghambat
dalam berkomunikasi. Salah bicara sedikit, bila yang kita ajak berbicara sedang
dalam kondisi sensitive bisa langsung berbuah masalah. Padahal, jika dengan
orang lain, apa yang kita bicarakan biasa-biasa saja.
Dalam berkomunikasi dibutuhkan lebih dari sekadar asal bicara, apalagi
asal bunyi. Ada etika yang harus ditaati, baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Namun demikian, pada dasarnya etika itu dapat berdasarkan 5W+1H.
1.Who (siapa)
Dengan mengetahui siapa yang kita ajak berkomunikasi, kita bisa langsung
menyesuaikan diri. Nada suara, gerak tubuh, pandangan mata, hendaknya
seirama dengan siapa kita berbicara. Misalnya, bila berbicara dengan anak-
anak, nada suara agak direndahkan, gerak tubuh agak mengikuti anak-anak
yang kita ajak bicara, pandangan mata menjadi lebih lembut.
2.What (Apa)
Setelah tahu siapa yang menjadi teman kita berkomunikasi, kita bisa
menyesuaikan apa yang hendak kita bicarakan. Rasanya tidak akan nyambung
berbicara tentang reksadana syariah kepada orang yang tidak tahu bahkan
tentang bank sekalipun. Hanya buang-buang waktu dan membuat kita semakin
keki.
3.Where (Di Mana)
Membicarakan tentang politik di tempat pesta ulang tahun teman? Hindari saja.
Jangan menjadi perusak suasana. Bergurau secara berlebihan ketika sedang
menikmati santap malam di sebuah restoran hotel yang cukup mewah saja Anda
akan menjadi pusat perhatian bahkan akan dicap menjadi seorang perusuh. Bisa
jadi semua mata akan memandang Anda. Lain ladang, ladang belalang. Lain
kolam, lain ikannya. Apa yang biasanya kita anggap biasa, mungkin menjadi
sangat luar biasa di tempat lain. Begitupun sebaliknya. Yang kita anggap
bermasalah, ternyata malah menjadi adat di tempat lain. Buka mata, muka hati,
buka telinga, lebarkan kulit, tajamkan penciuman, pekakan rasa, menjadi kunci
bagaimana membawa diri di tempat yang berbeda.
4.When (Kapan)
Waktu sangatlah penting untuk diperhitungkan dalam menjaga etika
komunikasi. Tidak mudah untuk menjadi pandai mengetahui kapan waktu yang
tepat untuk membicarakan sesuatu. Mengetahui tentang kebiasaan seseorang
yang kita ajak berkomunikasi sangatlah penting agar apa yang kita bicarakan
menjadi efektif dan efisien. Misalnya, kapan waktu yang tepat untuk melamar
seorang gadis. Tentunya harus dipilih waktu luang dengan suasana yang santai.
Temuilah orang tua gadis tersebut sehabis maghrib atau isya, sekitar pukul 7
atau pukul 8 malam.
5.Why (Mengapa)
Mengapa, suatu pertanyaan yang bisa menjadi tujuan dari arah pembicaraan.
Tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, di mana, dan kapan kita
mengutarakan maksud dan tujuan kita. Menentukan arah pembicaraan itu
penting. Selain agar bisa lebih fokus, tujuan akan membuat kita memilih kata-
kata yang tepat untuk mendapatkan sasaran.
6.How (Bagaimana)
Tujuan baik, tapi cara penyampaian tidak baik, hancurlah sudah. Komunikasi
kita bisa dianggap tidak beretika. Cara membawa rupa, rupa bisa membawa
berkah atau petaka. Cara ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan
matang. Salah-salah semua yang sudah kita rencanakan menjadi berantakan
hanya gara-gara sedikit salah melangkah.
Tehnik tersebut diatas tidak untuk membuat penilaian, namun sebagai
upaya individu atau klien untuk jujur dan berani mengungkapkan perasaannya.
Dan ungkapan-ungkapan perasaan tersebut terpais dapat mengidentifikasi
apakah perasaan klien positif atau negative. Bila perasaan positif, terapis (
perawat ) perlu mendukung dan mengembangkan perasaan tersebut dan
sebaliknya bila perasaan negative maka perlu mengarahkan dan memberikan
alternative agar klien dapat mengelola perasaannya.
2.1 TAHAP-TAHAP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998,
terdiri dari empat fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau
orientasi; (3) fase kerja; dan (4) fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap
fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan.
a.Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini yaitu: :
1)Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya.
2)Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih
untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa
tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok.
3)Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana
interaksi.
4)Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan
saat bertemu dengan klien.
b.Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi
lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien
dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada
tahap ini antara lain:
1)Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan
menghargai klien.
2)Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan
klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan.
3)Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk
mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan
adalah pertanyaan terbuka;
4)Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah
klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan
pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari
Suryani,2005)
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1)Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan
tangan
2)Memperkenalkan diri perawat
3)Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien
untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4)Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat.
5)Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan
untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan
hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan
evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil
interaksi sebelumnya.
6)Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi.
Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan
sebelumnya.
c.Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap
ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan
klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri
dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini
berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik
komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani,
2005).
d.Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien
keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan
klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui
dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai
terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan
akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1)Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2)Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a)Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini
disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon
objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi
(Suryani,2005);
b)Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
c)Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini
sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan
harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan
pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah
kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d)Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati
adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi
sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu
mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

Anda mungkin juga menyukai